• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA DAN MODUL SANDPAPER LETTER KOSA KATA BENDA (PETER KOKBEN) UNTUK PESERTA DIDIK TERLAMBAT BERBICARA KELAS I SD SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA DAN MODUL SANDPAPER LETTER KOSA KATA BENDA (PETER KOKBEN) UNTUK PESERTA DIDIK TERLAMBAT BERBICARA KELAS I SD SKRIPSI"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA DAN MODUL SANDPAPER LETTER KOSA KATA BENDA (PETER KOKBEN) UNTUK PESERTA DIDIK

TERLAMBAT BERBICARA KELAS I SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yosephine Aranxha Fahira NIM: 161134033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

i

(2)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang memberi kekuatan dalam mengerjakan skripsi.

2. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberi doa dan dukungan.

3. Seluruh keluarga dan sahabat yang selalu memberikan dukungan.

iv

(3)

MOTTO

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”

Filipi 4:13

v

(4)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA DAN MODUL SANDPAPER LETTER KOSA KATA BENDA (PETER KOKBEN) UNTUK PESERTA DIDIK

TERLAMBAT BERBICARA KELAS I SD

Yosephine Aranxha Fahira Universitas Sanata Dharma

2020

Keterlambatan berbicara pada peserta didik usia dini merupakan suatu kendala yang dialami saat masa pertumbuhan. Peneliti melakukan penelitian di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa pada tahun ajaran 2019/2020. Subjek penelitian ialah satu peserta didik perempuan yang mengalami terlambat berbicara.

Media pembelajaran Peter Kokben ini digunakan untuk melatih sensoris peserta didik agar memahami cara penulisan huruf dengan benar, mengenal huruf abjad, dan dapat menyusun huruf menjadi sebuah kosa kata benda.

Pada penelitian ini, peneliti bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran Peter Kokben untuk keterampilan membaca pada peserta didik yang mengalami keterlambat berbicara. Media pembelajaran akan membantu peserta didik untuk menyusun huruf menjadi kata benda. Jenis penelitian yang digunakan ialah pendekatan Research and Development (R&D). Prosedur penelitian yang digunakan peneliti yaitu prosedur penelitian yang didesain oleh Borg & Gall.

Peneliti hanya menggunakan langkah hingga uji coba.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diperoleh dari wawancara dan observasi. Hasil penelitian terhambat karena adanya pandemi virus corona-19, sehingga membuat peneliti tidak dapat menguji coba media pembelajaran Peter kokben tersebut dengan peserta didik terlambat berbicara. Penelitian ini hanya sampai dengan uji coba validitas dengan guru kelas I dan ahli media Montessori. Hasil rerata validasi media dari ahli media ialah 4. Hasil ini termasuk pada rentang 3,26<X≤4,00 dengan kriteria sangat baik dan layak digunakan dengan revisi. Hasil rerata dari validasi modul ialah 4. Hasil ini termasuk pada rentang 3,26<X≤4,00 dengan memberikan komentar modul menarik dan memberikan saran terhadap penulisan kata sambung yang perlu diperbaiki. Hasil rerata dari validasi video ialah 4. Hasil ini termasuk pada rentang 3,26<X≤4,00 tanpa memberikan komentar.

Kata kunci: Keterampilan membaca, R&D, media pembelajaran, peserta didik terlambat berbicara.

viii

(5)

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF NOUN VOCABULARY SANDPAPER LETTER (PETER KOKBEN) MEDIA AND MODULE FOR 1ST GRADE

ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS WITH SPEECH DELAY Yosephine Aranxha Fahira

Sanata Dharma University 2020

Speech delay among early students refers to a problem which is experienced during the growth period. The researcher conducted a research in Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Elementary School in the academic year of 2019/2020. The participant was a student experiencing speech delay. Noun vocabulary sandpaper letter (Peter Kokben) learning media was used to give a sensory practice to the student to help the student to understand how to write letters correctly, to recognize alphabetical letters, and to organize the letters into a noun.

In this research, the researcher aimed to develop Peter Kokben learning media to help students with speech delay in developing their reading skill. This learning media would help students in organizing letters into a noun. The research used is Research and Development (R&D) approach. The research also adopted the procedure designed by Borg & Gall. The researcher only adopted three steps up to the Product Testing steps.

The data was gathered through interview and observation. The research result was incomplete because of the Covid-19 Pandemic, which made the researcher unable to implement the product by involving students with speech delay. This research was conducted up to the validity testing involving a 1st graders’ teacher and an expert in Montessori media. The average result of media validation from the media expert was 4. This result was within the range of 3,26<X≤4,00 falling into excellent and useable criteria, with the revision required. The average result from module validation was 4. This result was within the range of 3,26<X≤4,00 and it included the comment that the module was interesting, and the suggestion about the necessary revision toward the conjunction writing. The average result from video validation was 4. This result was within the range of 3,26<X≤4,00 and it did not include any comment.

Keywords: Reading skill, R&D, learning media, students with speech delay

ix

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………......vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR BAGAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN…... ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional ... 4

F. Spesifikasi Produk ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Terlambat Berbicara ... 7

a. Jenis Terlambat Berbicara ... 7

xii

(7)

b. Ciri-ciri Terlambat Berbicara... 9

c. Dampak Perkembangan Terlambat Berbicara... 9

d. Faktor Terlambat Berbicara... 9

2.Keterampilan Membaca... 10

3.Modul... 12

1. Pengertian Modul... 12

2. Ciri-ciri Modul... 12

3. Tujuan Modul... 13

4. Media Sandpaper Letter Kosa Kata Benda... 13

1. Pengertian Sandpaper Letter... 13

2. Tujuan... ... 14

3. Manfaat Media Sandpaper Letter... 14

4. Karakteristik Media Montessori... 15

5. Kosa Kata Benda... 16

B. Penelitian yang Relevan... 17

1. Peserta Didik Keterlambatan Berbicara... 17

2. Media Pembelajaran Sandpaper Letter... 18

3. Keterampilan Membaca... 20

4. Modul... 21

C. Kerangka Berpikir... 24

D. Pertanyaan Penelitian... 25

BAB III METODE PENELITIAN... 26

A. Jenis Penelitian... 26

4. Prosedur Penelitian... 28

a. Potensi dan Masalah... 28

b. Pengumpulan Data... 28

c. Desain Produk... 28

d. Validasi Desain... 29

e. Revisi Produk... 29

f. Uji Coba Produk... 29

xiii

(8)

B. Setting Penelitian... 32

1. Subjek Penelitian... 32

2. Objek Penelitian... 32

3. Lokasi Penelitian... 33

4. Waktu Penelitian... 33

C. Teknik Pengumpulan Data... 33

1. Observasi... 33

2. Wawancara... 33

3. Tes... 34

D. Instrumen Penelitian... 34

1. Pedoman Wawancara... 34

2. Pedoman Observasi... 35

3. Kuesioner... 35

a.Instrumen Validasi Produk oleh Ahli... 35

4. Tes... 36

E. Analisis Data... 37

1. Analisis Data Kualitatif... 37

2. Analisis Data Kuantitatif... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 41

A. Hasil Penelitian... 41

1. Potensi dan Masalah... 41

a. Wawancara... 41

b. Observasi... 43

2. Pengumpulan Data... 44

3. Desain Produk... 44

a. Desain Media... 44

b. Desain Modul... 46

4. Validasi Produk... 47

a. Data Hasil Validasi Produk... 47

5. Revisi Produk... 48

6. Uji Coba Produk... 49

xiv

(9)

B. Pembahasan ... 50

1. Langkah Pengembangan ... 50

2. Kualitas Media ... 52

BAB V PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan ... 54

1 Pengembangan Media dan modul Pembelajaran Peter Kokben ... 54

2 Kualitas Media Pembelajaran Peter Kokben ... 55

B. Keterbatasan Penelitian ... 55

C. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……….. ... 109

xv

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 32

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Guru Kelas I ... 35

Tabel 3.3 Kisi-kisi Observasi di Kelas ... 35

Tabel 3.4 Kisi-kisi Validasi Media oleh Ahli ... 36

Tabel 3.5 Kisi-kisi Validasi Modul Panduan oleh Ahli ... 36

Tabel 3.6 Kisi-kisi Validasi Video Penggunaan Media oleh Ahli ... 36

Tabel 3.7 Kisi-kisi Soal Tes ... 37

Tabel 3.8 Konversi Data Kuantitatif Kualitatif ... 38

Tabel 3.9 Konversi Data Kuantitatif ke Kualitatif ... 39

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Guru Kelas I ... 42

Tabel 4.5 Hasil Validasi Media ... 48

Tabel 4.6 Hasil Validasi Modul... 48

Tabel 4.7 Hasil Validasi Video Penggunaan Media ... 48

xvi

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Media Peter Kokben ... 6

Gambar 1.2 Modul Panduan Peter Kokben ... 6

Gambar 2.1 Sandpaper Letter dari media Montessori ... 15

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Borg and Gall ... 27

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian ... 27

Gambar 3.3 Langkah Penelitian dan Pengembangan ... 30

Gambar 3.4 Rumus Rerata Hasil Penelitian dengan Skala Likert ... 38

Gambar 3.5 Rumus Perhitungan Persentase Jawaban Kuesioner ... 39

Gambar 3.6 Rumus Rata-rata Tes ... 40

Gambar 3.7 Rumus Presentase Penilaian ... 40

Gambar 4.1 Perubahan Ukuran Kotak ... 44

Gambar 4.2 Perubahan Ukuran Kartu ... 45

Gambar 4.3 Kartu Kata Benda ... 45

Gambar 4.4 Modul Panduan ... 46

xvii

(12)

DAFTAR BAGAN

Halaman 2.1 Bagan Penelitian Relevan ... 23

xviii

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1.1 Surat Validasi ... 61

Lampiran 1.2 Term of Reference ... 62

Lampiran 1.3 Wawancara untuk Guru Kelas I ... 63

Lampiran 1.4 Lembar Observasi Peserta Didik ... 65

Lampiran 1.5 Lembar Observasi Peserta Didik ... 67

Lampiran 1.6 Instrumen Validasi Media untuk Ahli Media ... 69

Lampiran 1.7 Instrumen Validasi Modul untuk Ahli Media ... 72

Lampiran 1.8 Instrumen Validasi Video Penggunaan Media untuk Ahli ... 75

Lampiran 1.9 Hasil Wawancara Guru Kelas I ... 79

Lampiran 1.10Hasil Observasi Peserta Didik ... 83

Lampiran 1.11 Hasil Validasi Produk, Modul, dan Video oleh Ahli Media... 84

Lampiran 1.12 Hasil Validasi Produk, Modul, dan Video oleh Guru Kelas I..92

Lampiran 1.13 Modul Paduan Media ... 99

xix

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesulitan belajar dapat dialami oleh sebagian peserta didik di Sekolah Dasar (SD), bahkan dialami oleh peserta didik yang belajar di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kesulitan belajar pada peserta didik memiliki spesifikasi, salah satunya gangguan pada perkembangan berbicara yaitu keterlambatan berbicara (Speech Delay). Dampak yang terjadi pada peserta didik terlambat berbicara menjadi suatu kekurangan yang membuat peserta didik kesulitan untuk membaca, meniru ejaan guru, dan sulit fokus pada kegiatan pembelajaran.

Peserta didik di dalam kelas tidak hanya menyampaikan suatu ide, melainkan keterampilan dalam membaca. Keterampilan membaca dalam hal ini, peserta didik mampu menyampaikan pendapat. Peserta didik yang menjadi fokus pengamatan pada penelitian ini memiliki kendala dalam memahami huruf dan menyusun kata. Peserta didik melakukan konsultasi dengan dua psikolog dan mendapat hasil keterlambatan berbicara sejak umur empat tahun. Guru kelas mendahulukan pendidikan karateristik dan sopan santun, sehingga peserta didik belum fokus terhadap pembelajaran secara akademik.

Membaca ialah kemampuan yang harus dimiliki oleh semua peserta didik karena memulai membaca peserta didik dapat belajar banyak tentang berbagai bidang studi (Mulyono, 2009: 199). Oleh karena itu, membaca adalah keterampilan yang harus diajarkan sejak peserta didik memasuki jenjang sekolah dasar dan kesulitan belajar membaca harus diatasi. Peserta didik mengalami kesulitan dalam membaca dan memahami .Kerap kali tertukar ataupun salah mengeja. Kelemahan peserta didik tersebut, dapat diatasi dengan memberi dukungan, motivasi dan fasilitas media pembelajaran. Media pembelajaran yang dapat mendukung dalam kegiatan belajar di kelas dan untuk mengenal kosa kata.

1

(15)

Media pembelajaran Sandpaper letter (Peter) kosa kata benda (kokben) bertujuan mengajarkan pengenalan huruf dengan cara meraba untuk merasakan bentuk-bentuk huruf dan menelusuri arah huruf tersebut ditulis sehingga peserta didik bisa mengerti cara menulis huruf yang benar (Mutiah, 2010: 167). Lewat latihan ini, peserta didik belajar untuk membuat gerakan menuruti huruf, supaya melatih kepekaan untuk mempelajari indera sensorik.

Peserta didik kelas I SD umumnya sudah dapat mengenal huruf secara urut walaupun belum dapat mengurutkan dengan benar. Peserta didik yang memiliki kesulitan belajar, akan lebih sulit untuk memahami dan mengurutkan huruf-huruf.

Perkembangan bahasa sangat penting perannya dalam masa pertumbuhan seorang peserta didik. Bahasa tidak dapat dilepas dari kehidupan sehari-hari dari diri manusia, karena bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan ide, perasaan, dan ekspresi dengan orang-orang sekitar. Menurut Harlock (dalam Khoiriyah, 1978: 194) terlambat berbicara merupakan suatu kecenderungan dimana peserta didik sulit dalam mengekpresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti, tidak mampu dalam berbicara secara jelas, dan kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat peserta didik tersebut berbeda dengan peserta didik lain seusianya. Peserta didik yang diteliti mengalami kesulitan berbicara dan kurang dalam memahami huruf dengan baik.

Peserta didik mengalami kesulitan untuk menyampaikan gagasan ide dan perasaan terhadap orang lain.

Keterlambatan berbicara pada subjek penelitian ini memiliki hambatan untuk mengenal huruf-huruf secara benar, maka dari itu ada media pembelajaran yang mengenalkan macam-macam huruf yaitu sandpaper letter. Sandpaper letter ialah sebuah media yang khusus diciptakan untuk mengenal huruf bagi peserta didik.

Eriana, Djaelani & Anayanti (2016: 1-7) meneliti Peningkatan Pengenalan Huruf Melalui Media Pembelajaran Sandpaper Letters Pada Peserta Didik Kelompok A TK ABA Thoyibah Banyuanyar Tahun Ajaran 2015/2016. Tujuan penelitian Eriana, dkk ini untuk meningkatkan pengenalan huruf melalui media sandpaper letter. Media pembelajaran tersebut juga memiliki pengaruh terhadap kemampuan meniru huruf. Lalu hasil nilai rata-rata yang dicapai sebesar 51.9, pada siklus I mencapai 67.8, dan siklus II mencapai 78.8. Anak yang mencapai ketuntasan pada

(16)

3

pratindakan ada 6 peserta didik atau 27%, siklus I meningkat menjadi 11 peserta didik atau 50%, dan siklus II mencapai 18 peserta didik atau 81,8%. Hasil penelitian Tindakan kelas tersebut menunjukkan adanya peningkatan pengenalan huruf pada peserta didik dengan media sandpaper letter. Dengan demikian, sandpaper letter dapat digunakan sebagai salah satu media untuk mengatasi masalah pembelajaran khususnya pengenalan huruf pada peserta didik. Hasil penelitian ini menjadi dasar bagi peneliti dalam menentukan media pembelajaran bagi peserta didik yang mengalami permasalahan keterlambatan berbicara, yaitu belum jauh dalam mengenal huruf.

Penelitian ini menggunakan konsep sandpaper letter karena Sandpaper letter merupakan sebuah media untuk mengajarkan kepada peserta didik bagaimana menirut huruf yang benar (Yus, 2011: 14). Peneliti memodifikasi menjadi media Peter Kokben yang merupakan media pembelajaran edukatif. Media Peter Kokben terbuat dari pasir dan membentuk h uruf menjadi kata benda. Pasir digunakan agar peserta didik dapat merasakan sensorik pada huruf tersebut. Media pembelajaran dimodifikasi dari media Montessori. Media yang dikembangkan berupa huruf yang disusun menyerupai kata benda yang digunakan sehari-hari.

Peneliti fokus pada kata benda agar peserta didik lebih mudah untuk memahami benda-benda yang ada di sekitar.

Kata benda juga memiliki susunan huruf yang lebih sedikit dibanding dengan kata sifat dan kata kerja. Kata benda terdiri dari 4 hingga 5 huruf dan lebih mudah mengenalkan kata benda yang ada di lingkungan sekitar. Modifikasi yang dilakukan pada media yang dikembangkan, yaitu warna yang digunakan menggunakan warna hijau dan kuning, lalu bahasa yang digunakan Bahasa Indonesia sehingga peserta didik nantinya akan menyusun huruf menjadi sebuah kata benda.

B. Rumusan Masalah

1.Bagaimana proses pengembangan media dan modul Peter Kokben untuk keterampilan membaca pada peserta didik terlambat berbicara?

2.Bagaimana kualitas media dan modul Peter Kokben untuk keterampilan membaca pada peserta didik terlambat berbicara?

(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengembangkan media dan modul Peter Kokben untuk keterampilan membaca pada peserta didik terlambat berbicara.

2. Mengetahui kualitas media dan modul Peter Kokben untuk keterampilan membaca peserta didik terlambat berbicara.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Peneliti mendapat pengalaman untuk mendalami materi dan pembelajaran tentang peserta didik berkebutuhan khusus, secara spesifik peserta didik dengan keterlambatan berbicara dengan menggunakan media pembelajaran Peter Kokben.

2.Bagi Guru

Guru mendapat contoh media pembelajaran di kelas bagi peserta didik terlambat berbicara, sekaligus membimbing peserta didik dengan baik.

3.Bagi Peserta Didik

Peserta didik dapat memperoleh pengalaman mengunakan media pembelajaran Peter Kokben, sehingga peserta didik dapat menyusun kosa kata.

E. Definisi Operasional

1. Peserta didik terlambat berbicara ialah peserta didik yang memiliki keterbatasan saat peserta didik ingin menyampaikan ide atau gagasan tidak mampu berkomunikasi dengan baik.

2. Media Peter Kokben adalah media yang digunakan untuk mengenalkan huruf, media berbentuk timbul sehingga peserta didik dapat meraba sekaligus mengetahui bentuk huruf.

3. Keterampilan membaca adalah pengenalan aksara serta tanda-tanda baca, memiliki korelasi tanda baca dengan unsur linguistik dan hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna.

(18)

5

4. Modul adalah sebuah unit pengajaran yang digunakan sebagai panduan atau cara-cara dalam penggunaan media pembelajaran.

F.Spesifikasi Produk

1. Peter Kokben merupakan singkatan dari Sandpaper letter Kosa kata benda.

Media pembelajaran ini dibuat untuk membantu peserta didik dalam mengenal huruf, cara penulisan yang benar dan dapat menyusun huruf menjadi sebuah kata benda. Peneliti menggunakan kata benda karena kata benda terdiri dari 40 kata benda dengan panjang 6 huruf, sehingga memudahkan peserta didik untuk mengingat.

2. Media pembelajaran berupa Peter Kokben berbentuk kartu yang berukuran 7cm x 7cm setiap sisinya, huruf berukuran 5cm. Setiap huruf berwarna cokelat.

Kartu berwarna hijau dan kuning, terbuat dari triplek. Tujuan menggunakan warna hijau dan kuning agar peserta didik lebih semangat dan tertarik dengan media tersebut.

3. Kartu kata benda sebagai auto-correction sehingga peserta didik dapat mengoreksi susunan kartu huruf yang sudah dibuat, kartu kata berwarna hijau dan kuning yang berukuran 10cm x 5cm setiap sisinya. Dua warna yaitu hijau dan kuning agar bervariasi, terdapat 20 kata benda yang berada di lingkungan sekitar. Huruf yang tertempel di kartu menggunakan cutting stiker berwarna hitam.

4. Media disimpan di tempat yang terbuat dari kayu mahoni yang ringan dan mudah dibawa oleh peserta didik. Media berwarna cokelat, tempat berukuran persegi panjang 21cm x 21cm.

5. Modul dikembangkan berdasarkan kelemahan peserta didik berkebutuhan khudus jenis kelemahan belajar yang kurang dalam kosa kata, lalu menggunakan media pembelajaran Peter Kokben untuk memperluas jenis kata benda secara umum yang berada di sekitar lingkungan hidup.

(19)

6. Modul yang dikembangkan berbentuk buku dengan ukuran 15,5 cm x 24 cm.

Modul dibuat dengan menggunakan Microsoft Word, kertas yang digunakan adalah ivory 230 gram untuk cover, dan art paper 150 gram untuk bagian isi.

Jenis form yang digunakan Cambria Match. Tampilan modul dibuat menarik dan sesuai dengan hasil yang baik.

7. Modul berisi pedoman menggunakan media pembelajaran Peter Kokben, untuk menyusun huruf sehingga menjadi kata benda yang umum.

Gambar 1.1 Media Peter Kokben

Gambar 1.2 Modul Panduan

(20)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Terlambat Berbicara

Harlock (dalam Khoiriyah, 1978: 194). Terlambat dalam berbicara merupakan suatu kecenderungan dimana peserta didik sulit dalam mengekspresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti, tidak mampu dalam berbicara secara jelas, dan kurangnya penguasaan kosa kata yang membuat peserta didik tersebut berbeda dengan peserta didik lain seusianya.

Terlambat berbicara adalah peserta didik pada usia 2 tahun memiliki kecenderungan salah dalam menyebutkan kata, memiliki perbendaharaan kosa kata yang buruk pada usia 3 tahun atau memiliki kesulitan menamai objek pada usia 5 tahun. Keadaan peserta didik yang seperti itu nantinya mempunyai kecenderungan tidak mampu dalam hal membaca (Papalia, 2008: 345).

Kesimpulan dari dua pengertian di atas, keterlambatan berbicara adalah keadaan peserta didik yang memiliki kesulitan dalam mengekspresikan keinginan atau perasaan pada orang lain seperti, tidak mampu dalam berbicara secara jelas, menyebutkan kata, memiliki perbendaharaan kosa kata yang buruk.

a. Jenis Terlambat Berbicara

Van Tiel (dalam Maria, 2011: 33) menyebutkan jenis-jenis keterlambatan bicara, antara lain:

a. Specific Language Impairment;

Gangguan bahasa merupakan gangguan primer, yang disebabkan karena gangguan perkembangannya sendiri, bukan disebabkan karena gangguan sensoris, gangguan neurologis, gangguan kognitif (inteligensi), masalah emosi, ataupun bukan karena masalah sajian dan stimulasi bahasa yang kurang.

7

(21)

b. Speech and Language Expressive Disorder;

Umumnya peserta didik yang mengalami gangguan tersebut tidak mengalami kesulitan penerimaan bahasa. Peserta didik juga pandai berbahasa simbolik atau bahasa “monyet” hanya saja saat peserta didik masih kecil atau balita mengalami kekurangan daftar kata-kata, sehingga jika diajak bicara masih mengalami kesulitan pemahaman bahasa dan kesulitan mengambil daftar kata dalam memorinya.

c. Centrum Auditory Processing Disorder;

Gangguan bicara bukan disebabkan karena masalah pada sensor atau organ pendengaran, pada pusat pendengaran yang letaknya di otak. Pendengarannya sendiri berada dalam kondisi baik, namun ia mengalami kesulitan dalam pemrosesan informasi yang tempatnya di dalam otak. Jika peserta didik sudah berusia enam tahun ke atas. Dapat diagnosis untuk menghindari gejala yang mirip dengan gangguan lainnya.

d. Pure Dysphatic Development;

Peserta didik mempunyai kemampuan bicara dan bahasa yang kurang, peserta didik murni mengalami gangguan dalam neurologis dan perkembangan. Peserta didik memiliki kemampuan reseptif yang baik, lalu perkembangan kemampuan ekspresif mengalami ketertinggalan.

e. Gifted Visual Spatial Learner;

Peserta didik cenderung menarik diri, spontan namun akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan emosi sosial seiring dengan berjalannya waktu.

Ketidakmampuan dalam berkomunikasi secara verbal, terlebih kesulitan-kesulitan saat berargumentasi secara cepat dengan teman-temannya.

f. Disynchronous Developmental;

Kategori peserta didik berbakat yang memiliki perkembangan secara psikis dan emosional tidak sinkron dengan masukkannya sebagai peserta didik yang memutuhkan perhatian ekstra karena mempunyai risiko mengalami perkembangan psikis yang salah arah. Salah diagnosa sebagai peserta didik bergangguan, salah menerima perlakuan dalam dunia pendidikan, yang berakibat pada terbentuknya perilaku yang menyimpang, dan terhambatnya prestasi di sekolah.

(22)

9

b.Ciri-ciri Terlambat Berbicara

Eka (2018: 40) menjelaskan ciri-ciri terlambat berbicara antara lain:

a. Peserta didik belum dapat mengatakan lebih dari satu atau dua patah kata, b. Mengalami keterlambatan dalam berbicara,

c. Belum dapat berbicara sesuai dengan tahap perkembangan yang wajar, d. Sulit diajak berkomunikasi.

c.Dampak Pekembangan Terlambat Berbicara

Mangungsong (dalam Tsuraya, 2013: 25) menjelaskan dampak perkembangan terlambat berbicara antara lain:

a. Kemampuan konseptual dan prestasi pendidikan, hal tersebut belum dapat menunjukkan efek samping pada perkembangan pendidikan dan kognitif peserta didik, karena tidak bergantung pada pemahaman dan penggunaan bahasa.

b. Faktor sosial dan individu, terlambat berbicara menyebabkan dampak negatif pada hubungan interaksi kepada orang lain dan perkembangan konsep pribadi pada peserta didik. Ketidakpahaman orang lain ketika berkomunikasi dapat menyebabkan rasa rendah diri pada peserta didik.

d.Faktor Terlambat Berbicara

Rumini, dkk (2004: 43-44) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya peserta didik terlambat berbicara, ialah:

a. Inteligensi

Semakin cerdas peserta didik, semakin cepat keterampilan berbicara dikuasai sehingga semakin cepat dapat berbicara.

b. Jenis disiplin

Peserta didik yang dibesarkan dengan displin cenderung kurang lebih banyak berbicara dari pada peserta didik lainnya yang orang tuanya bersikap keras dan berpandangan bahwa “peserta didik harus dilihat tetapi tidak didengar”.

(23)

c. Posisi urutan

Peserta didik sulung didorong untuk lebih banyak bicara dari pada adiknya dan orang tua lebih mempunyai banyak waktu untuk berbicara dengan adiknya.

d. Besarnya keluarga

Peserta didik tunggal didorong untuk lebih banyak bicara dari pada peserta didik dari keluarga besar dan orang tuanya mempunyai lebih banyak waktu untuk berbicara dengannya. Dalam keluarga besar, disiplin yang ditegakkan lebih otoriter dan ini menghambat peserta didik untuk berbicara sesukanya.

e. Status sosial ekonomi

Dalam keluarga kelas rendah, kegiatan keluarga cenderung kurang terorganisasi daripada keluarga kelas menengah dan atas. Pembicaraan antar anggota keluarga juga jarang dan peserta didik kurang didorong untuk berbicara.

f. Status ras

Mutu dan keterampilan berbicara yang kurang baik pada kebanyakan peserta didik berkulit hitam dapat disebabkan sebagian karena mereka dibesarkan dalam rumah.

g. Berbahasa dua

Meskipun peserta didik dari keluarga berbahasa dua sebanyak peserta didik dari keluarga berbahasa satu, tetapi pembicaraannya sangat terbatas kalau ia berada dalam kelompok sebayanya atau dengan orang dewasa di luar rumah.

h. Penggolongan peran seks

Terdapat efek penggolongan peran seks pada pembicaraan peserta didik sekalipun peserta didik masih berada dalam tahun-tahun pra sekolah. Peserta didik laki-laki diharapkan sedikit berbicara dibandingkan dengan peserta didik perempuan.

2. Keterampilan Membaca

Kegiatan membaca meliputi tiga keterampilan dasar yaitu recording, decoding, dan meaning. Recording merujuk pada kata-kata dan kalimat, kemudian mengasosiakannya dengan bunyi-bunyinya sesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. Proses decoding merujuk pada proses penerjemahan rangkaian grafik ke dalam kata-kata.

(24)

11

Sedangkan meaning merupakan proses memahami makna yang berlangsung dari tingkat pemahaman, baik pemahaman yang bersifat interpretative, kreatif, dan evaluasi (Rahim, 2008: 2).

Membaca merupakan hal yang kompleks (hubungan yang menyatu), yang rumit (keseimbangan antara lambang dan makna), yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Broughton (dalam Tarigan, 1979: 11-12) menjelaskan bahwa membaca mencakup tiga komponen berikut:

a. Pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca; pada komponen ini merupakan suatu kemampuan atau keterampilan untuk mengenal bentuk- bentuk yang tersurat dalam suatu bacaan.

b. Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal; kemampuan dan keterampilan untuk menghubungkan anatar bentuk, lambang, bahkan bunyi dengan bahasa. Kegiatan membaca berawal dari belajar mengenal suatu bahasa.

c. Hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning; kemampuan dan keterampilan yang berkualitas, yaitu meliputi intelektualitas dan kognitif.

Keterampilan berbahasa mencakup 4 aspek yaitu, mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Proses belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi, oleh karena itu pembelajaran bahasa di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia baik lisan maupun tulisan. Pembelajaran bahasa selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir, bernalar, dan kemampuan memperluas wawasan. Sejalan dengan hal tersebut, peserta didik diharapkan mampu memahami informasi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung (Santosa, 2007: 9).

Kesimpulan dari keterampilan membaca merupakan hal yang kompleks (hubungan yang menyatu), yang rumit (keseimbangan antara lambang dan makna), yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Memiliki komponen yaitu pengenalan aksara serta tanda-tanda baca, korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik, dan hubungan lebih lanjut A dan B dengan makna.

(25)

3. Modul

a. Pengertian Modul

Modul adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik, sesuai dengan usia dan tingkat pengetahuan agar dapat belajar secara mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik (Prastowo, 2012: 106). Penggunaan modul dalam pembelajaran di kelas memiliki tujuan tersendiri, agar peserta didik dapat belajar secara mandiri.

Modul merupakan bagian kesatuan belajar yang terencana yang dirancang untuk membantu peserta didik secara individual dalam mecapai tujuan belajarnya.

(Sukiman, 2011: 131). Peserta didik yang memiliki kecepatan dalam belajar akan lebih cepat menguasai materi.

Dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari modul ialah bahan ajar yang digunakan peserta didik sebagai alat agar peserta didik dapat menggunakan secara mandiri dengan arahan guru.

b. Ciri-ciri Modul

Lestari (2013: 2) menjelaskan modul mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus memperhatikan karakteristik yang diperlukan sebagai modul, yaitu:

1. Self Instruction merupakan karakteristik penting dalam modul dengan karakter tersebut memungkinkan peserta didik belajar secara mandiri dan tidak terganggu pada pihak lain.

2. Self Contained yaitu memberikan kesempatan peserta didik memperlajari materi pembelajaran secara tuntas, karena materi belajar dikemas kedalam satu kesatuan yang utuh.

3. Stand Alone ialah karakteristik modul yang tidak tergantung pada bahan ajar/media lain, atau tidak harus digunakan bersamaan dengan bahan ajar/media lain.

(26)

13

4. Adaptive merupakan modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mudah digunakan. Modul dapat dikatakan adaptif ketika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Modul yang adaptif ialah ketika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.

5. User Friendly merupakan penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan.

c.Tujuan Modul

Lestari (2013: 3) menyebutkan penulisan modul memiliki tujuan, antara lain:

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi

d. Peserta didik dapat mengevaluasi hasil belajar secara mandiri.

4. Media Sandpaper Letter Kosa KataBenda a. Pengertian Sandpaper Letter

Media pembelajaran Sandpaper letter merupakan alat peraga edukatif yang terbuat dari kertas ampelas dan membentuk huruf. Penggunaan kertas ampelas ini bertujuan untuk membuat media yang menarik dan bisa disentuh maupun dirasakan oleh peserta didik, sehingga mereka bisa mengetahui bagaimana huruf ditulis (Mutiah, 2010: 167).

Sandpaper letter adalah sebuah media untuk mengajarkan kepada peserta didik bagaimana meniru huruf yang benar secara menyenangkan dan tentunya tidak menekan mereka. Media ini berupa huruf yang terbuat dari kertas ampelas dan ditempel pada papan halus berwarna. Sandpaper letter tepat diberikan untuk anak usia dini karena menurut montessori perkembangan anak usia 3-5 tahun terletak pada indera peraba dan kemampuan anak untuk mencoret-coret (Yus, 2011: 14).

(27)

Berdasarkan pengertian dari para ahli, peneliti menyimpulkan bahwa media sandpaper letter adalah media edukatif yang terbuat dari kertas ampelas dan membentuk huruf yang ditempelkan pada papan halus berwarna. Media sandpaper letter terbuat dari kertas pasir yang memiliki tingkat perabaan yang halus. Peserta didik menjadi tertarik dengan media tersebut karena memiliki warna yang menarik.

b. Tujuan Sandpaper Letter

Media pembelajaran Sandpaper letter ini bertujuan mengajarkan peserta didik tentang pengenalan huruf abjad dengan cara merasakan bentuk-bentuk huruf dan menelusuri arah bagaimana huruf-huruf tersebut ditulis sehingga peserta didik bisa mengerti bagaimana cara menulis huruf yang benar (Mutiah, 2010: 167).

Tujuan media pembelajaran Sandpaper letter agar peserta didik menemukan gerakan skrip dari kertas ampelas secara lebih bebas dan alamiah. Lewat latihan ini, peserta didik belajar untuk membuat gerakan menuruti huruf.

Peserta didik akan mengulangi latihan ini, karena masih berada dalam periode kepekaan untuk mempelajari suara dan memperbaiki indera sentuhan (Crain, 2007: 114). Dari beberapa pendapat di atas, tujuan media Sandpaper letter ini agar peserta didik dapat melatih motorik, sensorik dan pemahaman huruf-huruf.

Peserta didik juga menggunakan media tersebut secara mandiri tanpa bantuan orang lain, sehingga ia tahu letak kesalahan dan kebenarannya.

c. Manfaat Media Sandpaper Letter

Media pembelajaran sandpaper letter, peserta didik akan dilatih otot jari-jari tangannya yang nantinya akan dipergunakan untuk menulis. Kegiatan ini dirancang agar peserta didik merasa tidak merasa jenuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik akan menyentuh ringan kertas ampelas sesuai dengan pola huruf. Media tersebut dapat melatih koordinasi mata dan tangan. Peserta didik menggunakan matanya untuk melihat bentuk huruf dan menggunakan huruf jari tangan untuk mengikuti pola huruf.

(28)

15

Hal ini berguna untuk persiapan peserta didik berbentuk huruf (Britton, 2017:

102). Manfaat media sandpaper letter adalah untuk melatih otot jari tangan, sehingga peserta didik tidak merasa jenuh dalam proses pembelajaran. Media sandpaper letter juga bermanfaat untuk mengokoordinasi mata dan tangan, dan melihat bentuk huruf jari.

Gambar 2.1 Sandpaper Letter dari media Montessori

d.Karakteristik Media Montessori

Lillard (2005) menyebutkan karakteristik media pembelajaran yang digunakan dalam Montessori antara lain:

1. Menarik

Unsur menarik dari media tersebut yaitu dari segi warna, bentuk media, dan kualitas media. Media yang peneliti gunakan berwarna hijau dan kuning, menunjukkan bahwa warna tersebut membangkitkan semangat dan motivasi terhadap peserta didik. Bentuk media berbentuk persegi, agar peserta didik mudah memegangnya.

2. Bergradasi

Bergradasi yang dimaksud ialah media dapat digunakan oleh peserta didik usia yang berbeda dan cara penggunaannya yang berbeda. Namun tidak hanya usia 3-5 tahun saja yang dapat menggunakan media pembelajaran ini, melainkan usia 5 tahun keatas dapat menggunakannya. Media pembelajaran ini dapat melibatkan indra peraba (sensorik), dan penglihatan dengan baik. Peserta didik juga dapat menggunakan media pembelajaran tersebut dengan menggunakan penyusunan kosa kata yang lainnya.

(29)

3. Auto-correction

Adanya auto-correction untuk membantu peserta didik mengoreksi kesalahannya sendiri, dan menunjukkan bagaimana jawaban yang benar.

4. Auto-education

Media ini membantu peserta didik agar dapat belajar secara mandiri dan mengurangi keterlibatan guru. Peserta didik juga mendapat arahan dari guru untuk menggunakan media tersebut. Saat menggunakan media tersebut, peserta didik mencari dan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata benda.

5. Kontektual

Media ini dibuat dengan pemilihan warna yang disukai oleh peserta didik.

Hal ini sesuai dengan ciri karakteristik yaitu kontekstual yang berbahan dasar yang dekat dengan lingkungan sekitar peserta didik.

Media pembelajaran yang dikembangkan ini memiliki karakteristik dalam montessori, kebutuhan dalam karakteristik tersebut ialah autocorrection dan menarik. Media ini memiliki ketertarikan dari segi warna, dan menggunakan pasir.

Memiliki autocorrection dari kartu kosa kata benda.

5.Kosa Kata Benda

Kosa kata merupakan (1) komponen bahasa yang memuat secara informasi tentang makna dan pemakaian kata dalam bahasa, (2) kekayaan kata yang memiliki seorang pembicara, penulis, atau suatu bahasa, (3) daftar kata yang disusun seperti kamus, tetapi dengan penjelasan yang singkat dan praktis Tarigan (dalam Febrisma, 1994: 446). Menggunakan kosa kata benda, karena kata benda terdiri dari 40 kata benda dengan panjang 6 huruf, sehingga memudahkan peserta didik untuk mengingat (Prakosa, 2001) . Kata benda ialah kata yang menunjukkan orang, tempat, hewan, benda, dan segala yang dibendakan.

Depdikbud (2010, 524) mengatakan kosa kata adalah perbendaharaan kata yang dapat diartikan sebagai berikut; (a) semua kata yang terdapat dalam suatu Bahasa, (b) kata-kata yang dikuasai oleh seseorang atau yang dipergunakan sekelompok orang dari suatu lingkungan yang sama,

(30)

17

(c) kata-kata yang dipakai dalam suatu bidang ilmu pengetahuan, (d) seluruh morfen yang ada dalam suatu Bahasa, (e) sejumlah kata dan frasa dari suatu Bahasa yang disusun secara alfabet.

B. Penelitian yang Relevan

1. Peserta didik Keterlambatan Berbicara

Fitriyani, Syarif, & Supena (2018: 59-64) meneliti tentang lambat berbicara yang berujudul Gambaran Perkembangan Berbahasa Pada Peserta Didik Dengan Keterlambatan Bicara (Speech Delay): Study Kasus Pada Peserta Didik Usia sembilan Tahun Kelas III SDS Bangun Mandiri. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data melalui pengamatan, wawancara, dan studi dokumen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perkembangan peserta didik dengan masalah keterlambatan bicara dan bahasa (speech delay), dilihat dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik serta perilaku sosio emosionalnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran perkembangan bahasa dan bicara khususnya pada peserta didik dengan gangguan terlambat bicara.

Perkembangan bicara yang terlambat biasanya disertai dengan perkembangan sensorik-motorik, perseptual motoric yang terlambat. Pada usia dini, peserta didik yang mengalami gangguan keterlambatan bicara harus dengan cepat diberikan intervensi berupa kegiatan terapi sebagai usaha preventif alam masa tumbuh kembangnya. Hasil dari penelitian tersebut ialah memberikan pemahaman secara luas mengenai perkembangan peserta didik terutama pada periode awal tumbuh kembang. Peran serta orang tua, lingkungan dan orang disekitar sangat menentukan kemampuan kognitif, motorik, dan psikomotorik peserta didik. Peran serta orang tua memberikan pemahaman bahwa tidak selamanya peserta didik terlambat bicara dengan gangguan sosio emosional tidak bisa bersosialisasi dengan lingkungan di sekitarnya.

Tasya & Lady (2016: 49-56) meneliti Pengaruh Keterlambatan Bicara Peserta Didik Usia tiga sampai empat tahun. Tujuan dari pembahasan ini ialah untuk mengenal apakah keterlambatan bicara peserta didik merupakan sesuatu yang fungsional atau nonfungsinal.

(31)

Subjek yang digunakan peserta didik berumur tiga sampai empat tahun.

Pengaruh keterlambatan bicara peserta didik sangat mempengaruhi pada pertumbuhan dan perkembangan peserta didik. Faktor keterambatan bicara peserta didik, ialah: bayi prematur, berat badan rendah, riwayat sering muntah, infeksi kehamilan TORCH pada ibu hamil. Adapun penyebab dan cara mengatasi peserta didik yang terlambat berbicara: seorang peserta didik digolongkan terlambat berbicara jika umur peserta didik sudah mencapai dua atau tiga tahun tetapi belum bisa berbicara dengan lancar atau hanya bisa mengucapkan potongan kata saja.

Peserta didik mengalami keterlambatan bicara mengalami sosial-emosional dan perkembangan intelegensi yang normal seperti peserta didik lainnya. Masalah peserta didik terlambat bicara dialami 5-10% peserta didik usia prasekolah dan cenderung lebih sering dialami peserta didik laki-laki dari pada perempuan.

2. Media Pembelajaran Sandpaper Letter

Eriana, Djaelani & Anayanti (2016: 1-7) meneliti Peningkatan Pengenalan Huruf Melalui Media Pembelajaran Sandpaper Letters Pada Peserta Didik Kelompok A TK ABA Thoyibah Banyuanyar Tahun Ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ialah peserta didik kelompok A TK ABA Thoyibah Banyuanyar.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan pengenalan huruf melalui media sanpaper letter. Media pembelajaran tersebut juga memiliki pengaruh terhadap kemampuan meniru huruf. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yng dilaksanakan selama dua siklus. Siklus terdiri dari tiga pertemuan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara, observasi, dokumentasi, dan penugasan. Wawancara guru kelas dilakukan untuk mencari informasi mengenai peningkatan pengenalan huruf, kemudian observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana peningkatan pengenalan huruf peserta didik, mengamati bagaimana kinerja guru dalam memberikan pembelajaran serta untuk mengamati aktifitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

(32)

19

Hasil dari penelitian tersebut ialah pengenalan huruf melalui media sandpaper letters dapat dilihat hasilnya pada pratindakan diperoleh data dari 22 peserta didik terdapat 16 peserta didik sebesar 73% masih belum mampu sedangkan sisanya 6 peserta didik (27%) sudah tuntas. Hal tersebut diamati ketika guru meminta mengikuti pembelajaran pengenalan huruf melalui media sandpaper letter. Hasil observasi selama siklus I yang telah dilaksanakan pada peserta didik kelompok A mengenai pengenalan huruf diperoleh data dari 22 peserta didik terdapat 11 peserta didik (50%) masih belum mampu sedangkan sisanya 11 peserta didik (50%) sudah tuntas. Sedangkan untuk siklus ke II terlihat adanya peningkatan yaitu peserta didik memperoleh persentase peningkatan sebesar (81,8%) atau sekitar 18 orang peserta didik. Hal tersebut dikarenakan peserta didik sudah tuntas memenuhi aspek-aspek penilaian dari masing-masing indikator, yaitu: pengenalan nama huruf, pengenalan bunyi huruf, pengenalan bentuk huruf dan pengenalan menulis huruf. Sementara sisanya yaitu 4 peserta didik atau sekitar (18,2%) masih belum mampu menguasai pengenalan huruf dengan baik dan benar.

Ciara & Erny (2012: 1-7) meneliti Pengaruh Pengunaan Media Pembelajaran Sandpaper Letter Terhadap Kemampuan Meniru Huruf Kelompok A PAUD AR Rahman Jombang. Subjek dalam penelitian ini ialah kelompok A PAUD AR Rahman di Jombang. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh penggunaan media pembelajaran sandpaper letter terhadap kemampuan meniru huruf. Penelitian ini termasuk sebuah kuantitatif korelasi. Penelitian kuantitatif korelasi ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada atau tidaknya suatu hubungan antar variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson.

Populasi dan sampel penelitin ini menggunakan teknik sampel jenuh yaitu dengan menggunakan seluruh populasi yang ada yaitu sejumlah kelompok A PAUD AR Rahman yang berjumlah 70 peserta didik. Hasil terdapat pengaruh positif atau kuat antara penggunaan media pembelajaran sandpaper letters terhadap kemampuan meniru huruf kelompok A PAUD Ar Rahman Jombang yang dibuktikan dengan perhitungan rumus korelasi product moment Pearson dan menggunakan program spss (Statistical Product and Service Solution) 17.00 for windows yang memiliki hasil yaitu r hitung > r tabel, 0,656 > 0,232.

(33)

Penggunaan media pembelajaran sandpaper letters yang dilakukan oleh peserta didik di PAUD Ar Rahman Jombang telah mampu dengan baik. Mereka mampu merasakan alur hurufnya secara runtut dan benar dengan menggunakan pemahaman garis miring, tidur, lurus, dan lengkung yang telah diajarkan. Selain itu pada PAUD AR Rahman Jombang ditemukan bahwa kemampuan peserta didik dalam meniru huruf cukup tinggi. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian yang indikatornya berupa menjiplak dan meniru huruf sebagian besar kelompok A pada PAUD AR Rahman telah mampu meniru huruf dengan baik tanpa ada kesalahan yang biasanya dialami peserta didik yaitu terbalik-balik dalam menuliskan huruf.

3. Keterampilan Membaca

Wahyu & Haryanto (2016: 233-242) meneliti Pengembangan Media Komik Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Keterampilan Membaca Pemahaman Peserta Didik Kelas IV. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 27 orang. Tujuan penelitian tersebut untuk menghasilkan produk media pembelajaran berupa media komik yang dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia dan keterampilan membaca pemahaman peserta didik kelas IV SD. Pentingnya pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan membaca, peserta didik juga mempelajari kosa kata agar pengembangan kemampuan peserta didik berbahasa semakin meningkat. Keterampilan membaca adalah sesuatu hal yang penting, karena dengan membaca tidak hanya meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan, tetapi dapat menggali lebih dalam lagi karena merupakan efek mendasar suatu perkembangan imajinasi. Model yang digunakan ialah model pengembangan Borg & Gall. Penelitian pengembangan R&D.

Hasil penelitian menunjukan bahwa media komik pembelajaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar bahasa Indonesia dan keterampilan membaca pemahaman siswa kelas IV SDN Padokan 2 Bantul. Hal ini senada dengan hasil penelitian Indriana Listiyani & Widayati (2012: 3) bahwa penggunaan komik untuk pembelajaran akuntasi di SMA kelas XI dapat meningkatkan nilai ratarata tes peserta didik relevansi dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan media komik sebagai media dalam proses pembelajaran.

(34)

21

Media komik pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar bahasa Indonesia juga sesuai dengan pendapat dari Sudjana & Rivai (2013: 68) yang menyebutkan bahwa “peranan pokok dari media komik dalam pengajaran adalah kemampuannya dalam menimbulkan motivasi belajar para peserta didik, penggunaan media komik dalam pembelajaran yang dipadu dengan metode mengajar dapat menjadi alat pengajaran yang efektif yang diharapkan dapat berfungsi sebagai jembatan untuk menumbuhkan motivasi belajar baca peserta didik”. Dengan demikian, penggunaan media komik yang dipadukan dengan metode belajar merupakan media yang dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar membaca.

Utami (2015: 82-93) membahas tentang Peningkatan Penguasaan Kosa Kata Bahasa Indonesia Dalam Keterampilan Membaca Melalui Teka-Teki Silang.

Subjek yang dipakai ialah peserta didik kelas VI SDN Surakarta 2, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui proses peningkatan penguasaan kosa kata bahasa Indonesia dalam keterampilan membaca. Sebuah Penelitian Tindakan di Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Surakarta 2, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat adalah suatu penelitian tindakan yang bertujuan untuk mengetahui proses peningkatan penguasaan kosakata bahasa Indonesia dalam keterampilan membaca peserta didik di kelas VI SDN Surakarta 2, Cirebon, melalui teka-teki silang.

Penelitian ini dilakukan pada tiga puluh enam peserta didik yang dilakukan pada tahun ajaran 2009-2010. Metode penelitian yang digunakan adalah tindak kelas atau Action Research dengan analisis data analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Penelitian ini terdiri atas dua siklus, setiap siklus dilaksanakan dalam tiga pertemuan. Hasil dari penelitian selama dua siklus memperlihatkan adanya peningkatan nilai rata-rata penguasaan kosa kata bahasa Indonesia melalui teka- teki silang. Hasil tes awal (pretes) menunjukkan nilai rata-rat 45, tes di akhis siklus pertama menunjukkan nilai rata-rata 6, dan tes di akhir siklus kedua nilai rata-rata peserta didik mencapai 80,6.

(35)

4. Modul

Amara Sasmita & Khusnul Fajriyah (2018, 165-170) melakukan penelitian tentang Pengembangan modul berbasis quantum learning tema ekosistem untuk kelas V SD. Tujuan penelitian yaitu menghasilkan modul berbasis quantum learning tema 5 ekosistem yang layak digunakan sebagai penunjang bahan ajar.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development) dan menggunakan model penelitian Borg and Gall (Sugiyono: 2009). Subjek yang digunakan dalam penelitian ini ialah dua belas peserta didik dari empat puluh dua peserta didik kelas V SD.

Instrumen pengumpulan data berupa angket wawancara dengan guru dan observasi di lingkungan sekolah di III SD, yaitu SDN Lamper Tengah 01, SDN Lamper Tengah 02, dan SDN Jomblang 01. Hasil dari penelitian ini ialah validasi materi tahap pertama mendapat hasil 61,7% dengan kategori “baik”, dan validasi tahap dua mendapat hasil nilai 82,7%. Hal ini menunjukkan bahwa modul termasuk dalam kategori “baik“ dan “ layak digunakan

”.

Validasi modul tahap 1 diperoleh hasil 75,00% dengan kategori “baik”, dan validasi tahap 2 diperoleh hasil nilai 94,3%. Hal ini menunjukan bahwa modul tematik berbasis Quantum Learning termasuk dalam katagori “sangat baik” dan “layak digunakan”. Hasil uji coba lapangan utama memperlihatkan rata-rata nilai siswa sebesar 81,5.

Ketujuh penelitian terdahulu memiliki ikatan dalam penerapan metode Montessori. Satu penelitian terdahulu memiliki ikatan dalam pengembangan modul

, l

alu enam penelitian terdahulu memiliki ikatan dalam pengembangan media Montessori dan modul. Perbedaan dalam penelitian terdahulu ini, terlihat dari pengembangan media, modul dan materi yang digunakan. Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian Pengembangan Media “Peter Kokben” untuk peserta didik terlambat berbicara, karena penelitian yang terdahulu belum ada yang membuat media pembelajaran untuk peserta didik yang mengalami terlambat berbicara.

(36)

Penelitian yang terkait dengan

Terlambat Berbicara (Speech Delay)

Penelitian yang terkait dengan media

Tasya & Lady, 2016

Pengaruh Keterlambatan Bicara Peserta Didik Usia 3-4 Tahun

Fitriyani, Syarif, & Supena, 2018

Gambaran Perkembangan Berbahasa Pada Peserta Didik Dengan Keterlambatan Bicara (Speech Delay): Study Kasus Pada Peserta Didik Usia 9 Tahun Kelas III SDS Bangun Mandiri

Ciara & Erny, 2012

Pengaruh Penguunaan Media Pembelajaran Sandpaper Letter Terhadap Kemampuan

Meniru Huruf Kelompok A PAUD AR

Rahman Jombang.

Eriana, Djaelani & Anayanti, 2016 Peningkatan Pengenalan Huruf Melalui Media Pembelajaran Sandpaper Letters Pada Peserta Didik Kelompok A TK ABA Thoyibah Banyuanyar Tahun Ajaran 2015/2016.

Wahyu & Haryanto, 2016

Pengembangan Media Komik Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Dan

Keterampilan Membaca Pemahaman

Peserta Didik Kelas IV.

Utami, 2015

Peningkatan Penguasaan Kosa Kata Bahasa Indonesia Dalam Keterampilan Membaca Melalui Teka-Teki Silang. Subjek yang dipakai ialah peserta didik kelas VI SDN Surakarta 2, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.

Amara Sasmita & Khusnul Fajriyah, 2018 Pengembangan Modul Berbasis Quantum Learning Tema Ekosistem Untuk Kelas V SD.

Bagan 2.1 Penelitian Relevan

23

Pengembangan Media

“Peter Kokben” Untuk

Peserta Didik

Terlambat Berbicara Kelas I SD

(37)

C. Kerangka Berpikir

Keterlambatan berbicara merupakan keluhan utama yang sering dicemaskan oleh orangtua. Keterlambatan berbicara pada peserta didik akan memiliki dampak pada tahap perkembangan selanjutnya yang dapat menyebabkan rasa rendah diri peserta didik, ketidakpercayaan diri, sulit untuk bersosialisasi dengan lingkungannya, dan sulit untuk menerima pemahaman dalam proses pembelajaran di sekolah. Adanya hambatan keterlambatan berbicara, dalam penelitian ini peneliti ingin membangkitkan keterampilan membaca dalam diri peserta didik dengan menggunakan media pembelajaran Peter Kokben (Sandpaper letter Kosa kata benda).

Peserta didik terlambat berbicara yang berada di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, belum mampu mengenal huruf secara baik dan benar sehingga sering salah paham ketika diminta untuk menunjukkan huruf yang diminta oleh guru. Lalu guru di sekolah tersebut lebih fokus terhadap non akademik dan pendidikan karakter peserta didik, sehingga pembelajaran secara akademik di kelas kurang menonjol. Tidak hanya itu, peserta didik juga kurang dalam menangkap informasi yang dijelaskan oleh guru, dan peserta didik memiliki kekurangan terlambat berbicara, peserta didik juga mengalami fisik kaki yang berbentuk O, sehingga mengalami kesulitan dalam berjalan dan berlari.

Peneliti mengembangkan media Peter Kokben ini bertujuan agar guru lebih berkreasi dalam menggunakan media pembelajaran saat di kelas. Peserta didik juga menjadi bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. Media Sandpaper letter merupakan media pembelajaran diciptakan oleh ahli Montessori. Media tersebut di buat agar peserta didik usia dini yang belum mampu mengenal huruf dapat mengenal secara detail. Media ini serupa dengan kartu huruf namun huruf yang terdapat di kartu ialah timbul berupa pasir, jadi mengajarkan untuk mengenal cara penulisannya. Tidak hanya media Peter Kokben saja yang dibuat oleh peneliti, melainkan ada modul dan video penggunaan agar guru lebih mudah menggunakan media tersebut. Di dalam modul panduan terdapat lembar kerja untuk dikerjakan peserta didik dan cara penilaian guru terhadap tugas peserta didik yang telah dikerjakan.

(38)

25

Kosa kata benda yang peneliti terapkan dalam cara penggunaan media ini, agar mempermudah peserta didik mengenal benda-benda yang berada di sekitar lingkungan kehidupan. Mengapa peneliti tidak menggunakan kata sifat dan kata kerja, karena untuk peserta didik kelas bawah lebih fokus terhadap kosa kata benda.

Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan di sekolah, media peter kokben perlu diterapkan terhadap peserta didik terlambat berbicara. Guru di sekolah tersebut belum menggunakan media pembelajaran di dalam kelas saat mengajarkan mata pelajaran, media ini juga menggunakan modul panduan untuk guru pakai ketika ingin menggunakan media tersebut.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana langkah-langkah perkembangan media pembelajaran Peter Kokben dan modul penggunaannya?

2. Bagaimana kualitas media pembelajaran Peter Kokben dan modul penggunaannya?

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D) metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2014: 407). R&D memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk mengembangkan produk dan proses produksi yang lebih baik serta inovasi penjualan yang lebih efektif sehingga meningkatkan nilai perusahaan (Padgett dan Galan, 2010).

Prosedur penelitian yang digunakan peneliti yaitu prosedur penelitian yang didesain oleh Borg & Gall. Prosedur penelitian pengembangan yang dibuat oleh Borg

& Gall memiliki 10 langkah, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, uji coba pemakaian, revisi produk, uji coba produk, revisi desain, revisi produk, dan produksi masal (Sugiyono, 2010: 298-311).

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu media Peter kokben untuk peserta didik yang mengalami terlambat berbicara dalam keterampilan membaca. Prosedur penelitian yang digunakan peneliti yaitu prosedur penelitian yang didesain oleh Borg & Gall. Prosedur penelitian pengembangan yang dibuat oleh Borg & Gall memiliki 10 langkah, yaitu potensi dan masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, uji coba pemakaian, revisi produk, uji coba produk, revisi desain, revisi produk, dan produksi masal (Sugiyono, 2010: 298- 311).

Strategi penyampaian media ini menggunakan modul yang akan dibuat untuk membimbing guru kelas ataupun guru pendamping peserta didik, agar dapat membantu menyusun huruf menjadi sebuah kata benda. Di media yang peneliti buat fokus kepada keterampilan menyusun huruf menjadi sebuah kata benda, sehingga peserta didik kaya dalam kata benda maupun kata yang lain. Penelitian ini dibatasi oleh revisi produk yang bertujuan untuk mendapatkan informasi apakah produk baru yang telah dikembangkan lebih efektif dibandingkan dengan produk lama dan belum dimodifikasi. Hasil dari penelitian ini berupa produk Peter kokben.

26

(40)

27

Potensi dan Pengumpulan Desain Validasi

Masalah Data Produk Desain

Uji Coba Revisi Uji Coba Revisi

Desain

Pemakaian Produk Produk

Revisi Produk

Produksi Masal

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Borg and Gall

Penelitian ini berhenti sampai langkah keenam karena pengembangan produk media Peter kokben dan modul ini merupakan pengembangan secara terbatas dan masih memerlukan saran dan masukan dari semua pihak, sehingga produk peneliti layak untuk digunakan oleh peserta didik. Berikut bagan yang peneliti gunakan:

Potensi dan Pengumpulan Desain Validasi

Masalah Data Produk Desain

Uji Coba Revisi

Produk Desain

Gambar 3.2 Prosedur Penelitian

(41)

1. Prosedur Penelitian a. Potensi dan Masalah

Penelitian bermula dari mencari masalah yang terjadi di sekolah dan menjadikan potensi penelitian. Peneliti melakukan analisis kebutuhan terlebih dahulu untuk mengetahui adanya potensi dan masalah yang berkaitan dengan penelitian tersebut. Analisis kebutuhan dilakukan bersama guru kelas I SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa dan guru pendamping pada hari Selasa, 10 Desember 2019. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi adanya masalah yang terakit dengan media pembelajaran dan modul yang akan dibuat oleh peneliti. Observasi dilakukan di kelas I pada kelas berkebutuhan khusus yang hanya ada peserta didik yang mengalami berkebutuhan khusus.

Observasi dilakukan tujuannya untuk membuktikan bahwa peserta didik belum mengusai huruf dan belum mampu membaca dengan baik. Peserta didik juga mengalami keterlambatan dalam berbicara, sehingga menghambat peserta didik untuk mengenal huruf.

b. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan observasi. Hasil dari wawancara dan observasi di SD digunakan menjadi bahan untuk perencanaan proses pembuatan produk yang berupa media pembelajaran Peter kokben dan modul panduan untuk guru kelas atau guru pendamping di kelas I SD.

c. Desain Produk

Penelitian merancang desain media pembelajaran yang sudah dibuat oleh Montessori, lalu dimodifikasi menjadi warna hijau dan kuning. Mulanya media sandpaper letter memiliki warna biru dan merah muda. Patrycia (2010) mengatakan bahwa warna kuning memberikan kehangatan dan rasa bahagia terhadap peserta didik. Kata lain warna ini juga mengandung makna optimis, semangat dan ceria, dari sisi psikologi keberadaan warna kuning ini juga merangsang aktivitas dan mental. Warna hijau menunjukkan warna yang identik dengan alam dan mampu memberikan suasana tenang dan santai, dapat menetralkan emosi, dan mudah untuk berkomunikasi.

(42)

29

Peserta didik kelas I SD yang mengalami terlambat berbicara kerap kali sulit mengenal huruf dan menyusun huruf tersebut menjadi sebuah kata benda. Peneliti memilih kata benda saja agar, peserta didik mudah mengingat benda-benda di keliling mereka. media pembelajaran tidak hanya digunakan begitu saja, guru pendamping juga dapat memperlajari media tersebut menggunakan modul panduan untuk mempraktikkan media pembelajaran.

d. Validasi Desain

Peneliti menggunakan validasi ahli sebagai evaluasi formatif terhadap desain produk media pembelajaran, modul dan video. Produk yang dikembangkan akan divalidasi oleh satu validator dan satu guru kelas I SD dan dosen ahli media Montessori. Validasi produk tersebut bertujuan untuk mendapat saran dan kritik yang akan membuat produk media pembelajaran ini menjadi layak untuk digunakan. Saran dan kritik ini mengetahui kelemahan dan kelebihan dari produk yang dikembangkan.

e. Revisi Produk

Revisi produk dilakukan setelah peneliti memperoleh saran dan kritik yang diperoleh dari validator. Revisi produk dilaksanakan untuk memperbaiki kekurangan dan kesalahan dari produk yang telah di validator oleh validator ahli, baik validator ahli maupun validator guru SD. Validator dosen ahli media Montessori.

f. Uji Coba Produk

Penelitian melakukan uji coba produk, setelah melakukan revisi produk yang dianjurkan oleh validator. Uji coba dilakukan kepada peserta didik kelas I SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa. Peneliti melakukan uji coba kepada peserta didik yang belum mengenal dan menyusun huruf menjadi kata benda.

Peneliti tersebut bertujuan untuk mengetahui produk tersebut sudah layak digunakan atau belum.

(43)

Gambar 3.3 Langkah Penelitian dan Pengembangan

Gambar

Gambar 1.1 Media Peter Kokben
Gambar 2.1 Sandpaper Letter dari media Montessori
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Pengembangan Borg and Gall
Gambar 3.3 Langkah Penelitian dan Pengembangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis berargumen bahwa penerapan knowledge management yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional RI terhadap sistem informasinya didasari oleh adanya kesadaran manusia

Alih fungsi lahan juga dapat diartikan sebagai perubahan untuk penggunaan lain disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi Kondisi alih fungsi

Aku telah melihat beberapa surat yang ditulis oleh orang-orang yang sepertinya adalah anggota Jemaat ini namun menyatakan bahwa mereka menanyakan itu karena diminta oleh orang

Undang-undang (KUH Perdata) hanya menetukan bahwa orang- orang tertentu tidak cakap untuk membuat perjanjian sebagaimana di atur dalam Pasal 1330 KUH Perdata. Oleh karena itu,

• Pasar industri adalah pasar yang terdiri atas individu-individu dan lembaga atau organisasi yang membeli barang-barang untuk dipakai lagi, baik secara langsung maupun secara

(5) Menuliskan beberapa kosa kata benda padat dan benda cair yang sudah diketahui oleh anak Dengan demikian hasil penelitian bahwa hasil belajar penguasaan kosa

Media kartu berisi gambar-gambar (benda-benda, binatang, dan sebagainya) yang dapat melatih peserta didik dan memperkaya kosa kata. Kartu-kartu tersebut menjadi