• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mei 261 27 288 Keimigrasian Malaysia 2 Paspor 48 hal digunakan untuk

Dalam dokumen PENELITIAN TENTANG DEPORTASI TKI (Halaman 74-78)

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian: Praktek-Praktek yang Dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam Melindungi WNI yang Dideportas

5. Mei 261 27 288 Keimigrasian Malaysia 2 Paspor 48 hal digunakan untuk

bekerja

3. Masuk tanpa paspor 4. Permit sudah mati 5. Bekerja tanpa permit 6. Masuk melalui hutan 7. Surat izin masuk sudah mati

6. Juni 110 19 129 7. Juli 194 29 223 8. Agustus 106 28 134 9. September 176 28 204 10. Oktober 154 36 190 11. Nopember 57 13 70 12 Desember 202 25 227 1999 461 2460 Sumber: P4TKI Tabel 3.10

Daftar Pemulangan WNI/TKI yang Dideportasi dari Serawak, Malaysia Melalui Embarkasi Tebedu – Entikong Kabupaten Sanggau

Dari Bulan Januari s/d Mei 2010

No. Bulan Jumlah Jumlah Total Keterangan

L P

1. Januari 137 23 160 Permasalahan WNI/TKI yang

dideportasi dari Sarawak, Malaysia disebabkan karena:

a. Melanggar peraturan Keimigrasian Malaysia b. Paspor 48 hal digunakan untuk

bekerja

c. Masuk tanpa paspor d. Permit sudah mati e. Bekerja tanpa permit f. Masuk melalui hutan g. Surat izin masuk sudah mati

2. Februari 44 5 49 3. Maret 172 30 202 4. April 84 37 121 5. Mei 178 43 221 6. Juni - - 7. Juli - - 8. Agustus - - 9. September - - 10. Oktober - - 11. Nopember - - 12 Desember - - 615 138 753 Sumber: P4TKI

Informan mengungkapkan bahwa kendala yang dihadapi dalam menangani deportan adalah pada masalah biaya kebutuhan hidup selama para deportan dalam penampungan P4TKI hingga pemulangan TKI. Penyediaan anggaran seharusnya menjadi tanggung jawab Dinas Sosial, namun mereka tidak peduli bagaimana proses pendeportasian TKI, kebutuhan hidup mereka sampai keberangkatan dari Entikong ke Pontianak, yang mereka tahu begitu TKI sampai ke Pontianak kemudian Dinas Sosial menerima mereka. Oleh karena itu informan mengharapkan agar Dinas Sosial dan Dinas Tenaga Kerja sebagai satuan tugas yang bertanggung jawab dalam penanganan para deportan dapat menempatkan petugasnya di PLB, jangan hanya menerima laporan bersih saja. Selain masalah biaya, P4TKI juga membutuhkan satu bis serta supir yang siaga dan mampu untuk mengantarkan para tenaga kerja yang dideportasi dari Entikong sampai ke Sambas, Sintang, Sanggau dan Pontianak.

k. Balai Latihan Kerja Disnakertrans Entikong63

Dalam hal penanganan WNI yang dideportasi melalui wilayah perbatasan, informan dari Balai Latihan Kerja (BLK) Disnakertrans Entikong, M.Said (Kepala Sub Bagian Tata Usaha BLK Disnakertrans Entikong), mengatakan bahwa Balai Latihan Kerja (BLK) belum memiliki kebijakan khusus yang menangani deportan. Sebenarnya pada akhir tahun 2005, BLK pernah ikut terlibat dalam menangani deportan secara besar-besaran, dimana BLK memfasilitasi gedung sebagai penginapan sementara selama proses pemulangan berjalan. Namun demikian, memasuki tahun 2008 belum ada penanganan terkait deportasi yang dilakukan oleh BLK. Pada tahun 2010 ini, muncul wacana bahwa BLK akan berperan dalam hal pendataan, penampungan serta pelatihan bagi WNI yang dideportasi. Namun sampai saat ini belum ada petunjuk yang jelas sehingga BLK tidak berani untuk melangkah lebih jauh.

Informan juga mengatakan bahwa pada tahun 2006 BLK Disnakertrans Entikong pernah melaksanakan pelatihan dengan sasaran tenaga kerja yang akan dikirim untuk menjadi pembantu rumah tangga, kegiatan ini tidak berlanjut dikarenakan “agen-agen nakal” yang langsung memberangkatkan calon tenaga kerja tanpa melalui pelatihan terlebih dahulu sehingga calon tenaga kerja yang lain lebih menginginkan proses yang instan, yaitu memilih langsung diberangkatkan tanpa dibekali suatu pelatihan.

Informan juga menceritakan perkembangan yang terjadi di sekitar pembangunan wilayah perbatasan Entikong, dimana ada wacana pabrik Sonny akan didirikan di Tebedu. Tempat yang akan dijadikan lokasi pabrik sudah siap, hanya tinggal pendirian pabrik saja. Mengantisipasi kesempatan kerja tersebut, tahun ini akan dibuka pelatihan untuk teknisi komputer, las dan elektro. Pengumuman sudah disebarluaskan dan tidak ada pungutan biaya sama sekali. Hal ini dilakukan untuk menyiapkan calon tenaga kerja agar memiliki kemampuan yang cukup dan siap untuk berkompetisi.

63

M Said, Kepala Sub Bagian Tata Usaha pada Balai Latihan Kerja pada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Entikong Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, wawancara tanggal 2 Juli 2010

l. LSM Anak Bangsa64

Informan dari LSM Anak Bangsa, Arsinah Sumitro (Ketua LSM Anak Bangsa), mengatakan bahwa tingkat pendidikan TKI yang dikirim bekerja ke Malaysia rata-rata hanya setingkat/baru lulus SD, jarang sekali yang pernah mengecap pendidikan sampai ke jenjang SMP. Berdasarkan keprihatinan tersebut, lembaga ini mencoba untuk memberikan pengajaran agar anak-anak di lingkungan sekitar wilayah perbatasan, setidaknya mereka dapat membaca dan menulis. Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di wilayah perbatasan mengakibatkan masyarakat rentan untuk diajak menjadi TKI dan bekerja di Malaysia, walaupun dikirim melalui jalur ilegal. Selain itu, berbagai persoalan juga menjadi pendorong terkirimnya TKI ilegal melalui wilayah perbatasan.

Informan menceritakan bahwa sebelum Kantor Imigrasi menerapkan sistem biometrik pada pembuatan paspor, selalu saja ada pelanggaran hak asasi manusia di setiap proses pendeportasian dari Malaysia, yaitu ada pembedaan perlakuan terhadap para tenaga kerja, mereka yang cantik dan memiliki uang, akan segera “dikondisikan” (oleh P4TKI) lalu setelah proses pemeriksaan selesai, TKI yang telah dikondisikan tersebut dimasukkan kembali ke Malaysia. Namun setelah sistem biometrik diterapkan, tetap saja praktek tersebut terus berjalan namun tidak melalui pos lintas batas melainkan melalui jalan-jalan tikus. Setidaknya pencegahan terhadap praktek- praktek tersebut dapat diminimalisir.

Pada proses penanganan WNI yang dideportasi melalui wilayah perbatasan, peran pemerintah daerah hanya sebatas bekerjasama dengan LSM Anak Bangsa. Sedangkan aparat dari pemerintah daerah sendiri tidak ada yang turun untuk membantu proses penanganan tersebut. Tahun 2009 Pemda Kabupaten Sanggau menganggarkan Rp. 11.000.000,- (sebelas juta rupiah) dengan beban kerja yang harus dipikul yakni memulangkan 400 orang deportan, namun pada kenyataannya tidak hanya memulangkan saja yang dilakukan oleh LSM Anak Bangsa, karena lembaga ini juga harus memperhatikan kebutuhan makan, minum, mandi dan pakaian mereka.

64

Peran LSM Anak Bangsa sendiri dalam penanganan WNI yang dideportasi adalah memberikan pertolongan pertama apabila ada korban yang membutuhkan perawatan kesehatan. Apabila ada korban yang membutuhkan perawatan yang lebih khusus, akan dibawa ke Puskesmas atau RS terdekat. Namun, apabila korban yang bersangkutan tidak dapat ditangani lagi oleh lembaga ini, maka LSM Anak Bangsa akan menyerahkan korban ke Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Barat. Khusus untuk pelayanan pemulangan bagi korban yang psikisnya terganggu, lembaga ini tidak akan menyatukan mereka dengan deportan yang lain dalam satu bis, melainkan menggunakan mobil inventaris untuk diantarkan ke tempat tujuan (Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Barat). Rekapitulasi jumlah WNI yang dipulangkan dari Malaysia dan ditangani oleh lembaga ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.11

Daftar WNI Bermasalah dalam Penampungan Sementara LSM Anak Bangsa untuk Proses pemulangan ke daerah asal

No Tahun Jumlah

KASUS

Trafficking Non Trafficking Trafficking Anak

L P L P L P

1 2008 274 orang 38 162 9 27 8 30

2 2009 232 orang 40 105 9 44 3 31

3 2010 108 orang 17 70 10 6 - 5

Sumber: LSM Anak Bangsa Entikong

Kendala-kendala yang dihadapi oleh LSM Anak Bangsa dalam penanganan WNI yang dideportasi selama ini ialah kurangnya kesadaran aparat dan masyarakat mengenai masalah hukum dan hak-hak tenaga kerja. Oleh karena itu informan mengharapkan kepada pemerintah agar dapat lebih memperhatikan nasib buruh migran serta memperhatikan lembaga yang betul- betul fokus dan concern terhadap buruh migran. Demikian juga kiranya Imigrasi dapat bekerjasama dengan instansi-instansi terkait untuk dapat meminimalisir pendeportasian yang sering kali terjadi. Sedangkan bagi masyarakat perlu diberikan sosialisasi tentang hak-hak tenaga kerja.

Dalam dokumen PENELITIAN TENTANG DEPORTASI TKI (Halaman 74-78)