• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEABSAHAN PENDAFTARAN HAK GUNA USAHA PTPN III

B. Mekanisme Hukum Pendaftaran Hak Guna Usaha

80Pasal 1 Ayat 1 Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 5 tahun 1999 tentang Pedoman Penyelesaian Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat.

81Boedi Harsono-I, Op.Cit., h.264

1. Tinjauan Umum HGU

Menurut Pasal 28 UUPA, HGU adalah:

”Hak untuk mengusahakan tanah yang langsung dikuasai Negara dalam jangka waktu tertentu guna usaha pertanian, peternakan, atau perikanan, tanah yang dimaksud dalam pengertian ini adalah tanah yang dapat diberikan adalah tanah Negara, yang diberikan dengan keputusan pemberian hak oleh pejabat yang ditunjuk.”

Dari defenisi tersebut di atas, dapat diketahui bahwa HGU merupakan hak yang diberikan oleh negara kepada perusahaan pertanian, perikanan atau perusahaan peternakan untuk melakukan kegiatan usahanya di Indonesia.82HGU merupakan usaha pemerintah menciptakan lapangan kerja yang besar bagi rakyat, oleh karena perkebunan, perikanan dan peternakan adalah usaha yang padat karya.83 HGU hanya dapat diberikan terhadap tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh negara, sehingga tidak dapat terjadi atas suatu perjanjian antara pemilik suatu hak milik dengan orang lain.84

HGU memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri antara lain85 :

a) Meskipun tidak sekuat hak milik, HGU tergolong hak atas tanah yang kuat, artinya tidak mudah hapus dan mudah dipertahankan terhadap ganguan pihak lain, sehingga HGU termasuk salah satu hak yang wajib didaftarkan sebagaimana diatur Pasal 32 UUPA juncto Pasal 9 PP 24/1997.

b) HGU dapat beralih, artinya dapat diwariskan kepada ahli waris yang memiliki hak ( Pasal 16 PP 40/1996)

84A.P.Parlindungan, Komentar Atas Undang-undang Pokok Agraria, Mandar Maju,, Bandung, 1998, h.160. (untuk selanjutnya disingkat “A.P.Parlindungan-II”)

85Eddy Ruchiyat, Politik Pertanahan Nasional Sampai Orde Reformasi, Alumni, Bandung,

c) HGU jangka waktunya terbatas berbeda dengan hak milik, artinya pada suatu waktu akan berakhir (Pasal 8 PP 40/1996).

d) HGU dapat dialihkan kepada pihak lain, yaitu dijual, ditukarkan dengan benda lain, dihibahkan atau diberikan dengan wasiat.

e) HGU dapat juga dilepaskan oleh yang memiliki sehingga tanah tersebut kembali menjadi tanah negara.

Pihak yang dapat menjadi pemegang HGU adalah Warga Negara Indonesia dan badan hukum Indonesia. Badan hukum sebagai pemegang HGU menurut Pasal 30 UUPA harus memenuhi 2 (dua) syarat, yaitu didirikan menurut ketentuan dan hukum Negara Republik Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Hal ini menimbulkan konsekuensi bahwa setiap badan hukum yang didirikan menurut ketentuan hukum Negara Republik Indonesia dapat menjadi pemegang HGU yang, artinya tidak mempertimbangkan sumber asal dana yang merupakan modal dari badan hukum tersebut.

HGU tidak dapat diberikan kepada Warga Negara Asing dan badan hukum asing. Perusahaan-perusahaan asing yang ingin menanamkan modal di Indonesia dan akan mempergunakan HGU dalam rangka Penanaman Modal Asing harus mendirikan badan hukum Indonesia setelah mendapat izin operasional terlebih dahulu dari Badan Koordinasi Penanaman Modal.86

Setiap pemegang HGU memiliki hak dan kewajibannya, pemegang HGU memiliki hak untuk mengusahakan tanah-tanah HGU sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta berhak pula untuk memperoleh hasil yang diperoleh dari HGU tersebut.

Pasal 14 PP 40/1996 menentukan bahwa, pemegang HGU berhak menguasai dan

86Chadidjah Dalimunthe, Suatu Tinjauan Tentang Pemberian HGU Dalam Rangka Penanam Modal Asin, USU Press, Medan, 1994, h.18

menggunakan tanah yang diberikan dengan HGU untuk melaksanakan usaha di bidang pertanian, perkebunan, perikanan, dan/atau peternakan. Penguasaan dan penggunaan sumber air dan sumber daya alam lainnya di atas tanah HGU oleh pemegang HGU hanya dapat dilakukan untuk mendukung usaha HGU dengan mengingat ketentuan UUPA dan kepentingan masyarakat sekitarnya.87

Hal tersebut dikarenakan pada umumnya HGU meliputi tanah yang luas yang di dalam tanahnya terdapat sumber air atau sumber daya lainnya. Pemegang HGU berhak menggunakan sumber daya alam ini sepanjang diperlukan untuk kepentingan yang langsung berhubungan dengan penggunaan tanah itu dalam usaha-usaha yang diatur dalam Undang- Undang Pokok Agraria.

Setiap pemegang HGU memiliki kewajiban yang harus dipenuhi, antara lain, yaitu :88

a) Membayar pemasukan kepada Negara.

b) Melakukan usaha pertanian, perkebunan, dan perternakan dan atau perikanan sesuai dengan peruntukan dan persyaratan yang sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian hak tersebut.

c) Mengusahakan sendiri tanah HGU berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh instansi teknis.

d) Membangun dan memelihara prasarana lingkungan dan fasilitas tanah yang ada dalam lingkungan areal HGU tersebut.

e) Menyampaikan laporan tertulis setiap akhir tahun mengenai penggunaan HGU tersebut.

f) Menyerahkan kembali tanah yang diberikan dengan HGU tersebut kepada Negara sesudah HGU tersebut hapus.

g) Menyerahkan sertifikat HGU yang telah hapus kepada Kepala Kantor Pertanahan.

87Urip Santoso-III, op.cit., h.105.

88Irene Eka Sihombing, Segi-Segi Hukum Tanah Nasional Dalam Pengadaan Tanah Untuk

h) Pemegang HGU dilarang menyerahkan pengusahaan tanah HGU kepada pihak lain kecuali dalam hal-hal yang diperbolehkan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Ganti rugi merupakan suatu imbalan yang diterima oleh pemegang hak atas tanah sebagai pengganti dari nilai tanah termasuk yang ada diatasnya, terhadap tanah yang dilepas atau diserahkan89 baik dalam perolehan tanah dengan cara pencabutan hak, kepada pihak yang telah menyerahkan tanahnya wajib diberikan imbalan yang layak sehingga, sedemikian rupa keadaan sosial dan keadaan ekonominya tidak menjadi mundur.90

HGU dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat sebagai pemegang HGU. Bentuk peralihan tersebut dapat berupa jual beli, tukar-menukar, hibah, penyertaan dalam modal perusahaan yang harus dibuktikan dengan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) khusus yang ditunjuk oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional, sedangkan lelang harus dibuktikan dengan Berita Acara Lelang yang dibuat oleh pejabat dari Kantor Lelang.91

Prosedur pemindahan HGU dengan cara jual beli, tukar-menukar, hibah, dan penyertaan dalam modal perusahaan diatur dalam Pasal 16 PP 40/1996 juncto Pasal 37 sampai dengan Pasal 40 PP 24/1997 juncto Pasal 97 sampai dengan Pasal 106 Permen Agraria/ Kepala BPN No 3 Tahun 1997. Prosedur pemindahan HGU dengan cara lelang diatur dalam Pasal 16 PP 40/1996 juncto Pasal 41 PP 24/1997 juncto

89Syafrudin Kalo, Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Pustaka Bangsa Press, Jakarta, 2004, h.87

90Ibid.

91Urip Santoso-III, Op.Cit., h.106

Pasal 107 sampai dengan Pasal 110 Permen Agraria/ Kepala BPN No.3 Tahun 1997.92

Pada Pasal 16 PP 40/1996 juncto Pasal 42 PP 24/1997 juncto Pasal 111 dan 112 Permen Agraria Kepala BPN No 3 Tahun 1997 menentukan bahwa HGU dapat beralih dan dialihkan dengan cara pewarisan yang harus dibuktikan dengan adanya surat wasiat atau surat keterangan sebagai ahli waris yang dibuat oleh pejabat yang berwenang, surat keterangan kematian pemegang HGU, bukti identitas para ahli waris dan Sertipikat HGU yang bersangkutan.93 Peralihan HGU wajib didaftarkan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten /Kota setempat untuk dicatat dalam Buku Tanah dan dilakukan perubahan nama dalam sertipikat dari pemegang HGU yang baru.

2. Mekanisme Hukum Pendaftaran Hak Guna Usaha di Indonesia.

HGU diberikan atas tanah yang yang tidak kurang atau paling sedikit dari 5 Ha sedangkan batas luas maksimumnya adalah 25 Ha, bagi pihak yang memohonkan HGU atas tanah seluas 25 Ha harus memiliki kesanggupan untuk melakukan investasi modal yang layak, penggunaan teknologi usaha yang baik sesuai dengan perkembangan zaman serta mendapat pertimbangan dari pejabat yang berwenang di bidang usaha yang bersangkutan.94

Ketentuan bagi HGU yang memiliki 25 Ha harus disertai dengan investasi yang layak serta teknologi yang baik, ini tidak berarti bahwa tanah-tanah yang luasnya kurang dari 25 Ha itu pengusahaannya boleh dilakukan secara tidak baik, atau sekehendak hati dan lain sebagainya yang menunjukkan pemanfaatan yang kurang positif, kalau hal-hal yang kurang baik atau negatif itu memang dilaksanakan

92Ibid

93Ibid

oleh pemegang haknya, maka berdasarkan Pasal 34 UUPA HGUnya dapat dicabut kembali.95

Apabila tanahnya tidak lebih dari 25 Ha, berdasarkan ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 6 Tahun 1972 disebutkan bahwa Gubernur memberi keputusan mengenai permohonan pemberian, perpanjangan jangka waktu atau pembaruan, izin permintaan dan menerima pelepasan HGU atas tanah Negara jika:96

a) Luas tanahnya tidak melebihi 25 Ha.

b) Peruntukan tanahnya bukan tanaman keras.

c) Perpanjangan jangka waktunya tidak lebih dari 5 tahun.

Pada Pasal 31 UUPA ditentukan bahwa, “karena HGU hanya dapat diberikan di atas tanah Negara, maka HGU hanya terjadi berdasarkan penetapan pemerintah, HGU tidak dapat terjadi berdasarkan perjanjian, HGU diberikan karena permohonan yang berkepentingan setelah memenuhi persyaratan- persyaratan yang telah ditentukan untuk itu.97

Tanah HGU yang berasal dari tanah hak, maka tanah tersebut harus dilakukan pelepasan atau penyerahan hak oleh pemegang hak dengan pemberian ganti kerugian oleh calon pemegang HGU dan selanjutnya mengajukan permohonan pemberian

95 G. Kartasapoetra, Masalah Pertanahan di Indonesia, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1992 ,

96 Soedharyo Soimin, Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta,2008, h. 27.

97Chadidjah Dalimunthe,Suatu Tinjauan Tentang Pemberian HGU Dalam Rangka Penanam Modal Asing, USU Press , Medan, 1994, h.24

HGU kepada Badan Pertanahan Nasional. Kalau tanahnya berasal dari kawasan hutan, maka tanah tersebut harus dikeluarkan statusnya sebagai kawasan hutan.”98

Dalam rangka pemberian HGU ini, tanah-tanah yang dikecualikan adalah:99 a) Bagian-bagian tanah bekas areal perusahaan-perusahaan besar yang :

1) Sudah merupakan perkampungan rakyat.

2) Telah diusahakan oleh rakyat secara menetap.

3) Diperlukan oleh Pemerintah.

b) Apabila di antara tanah-tanah tersebut di atas ada yang perlu dimasukkan ke dalam areal perusahaan kebun yang diberikan dengan HGU, maka tentang HGU tersebut penyelesaiannya harus dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah.

Pemberian HGU termasuk pada pemberian tanah negara, maka pendaftaran yang diwajibkan terhadap pemberian HGU ini juga merupakan penentuan saat lahirnya HGU tersebut. Tanpa adanya pendaftaran tersebut, tidak pernah ada HGU sama sekali, meskipun untuk itu telah dikeluarkan Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH) oleh pejabat berwenang.100

HGU terjadi dengan adanya permohonan pemberian HGU oleh pemohon kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Republik Indonesia. Setelah seluruh persyaratan yang ditentukan dalam permohonan tersebut telah dipenuhi, maka Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia atau pejabat yang diberikan wewenang untuk menerbitkan Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH). SKPH tersebut wajib didaftarkan ke kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat untuk dicatat dalam Buku Tanah dan diterbitkan sertipikat sebagai tanda bukti haknya, hal ini diatur dalam Pasal 31 UUPA juncto Pasal 6 dan Pasal 7 PP 40/1996.

98Urip Santoso-III, Op.Cit., h.99.

99Soedharyo Soimin, Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta,2008, h.25

HGU juga dapat terjadi dengan adanya ketentuan konversi, konversi yang dimaksudkan pada ketentuan agraria adalah menyesuaikan hak-hak tanah yang berlaku sebelum UUPA kepada hak-hak baru sesuai dengan yang dianut oleh sistem UUPA.101Dalam rangka pelaksanaan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.32 Tahun 1979 tentang Kebijaksanaan Pemberian Hak Baru Asal Konversi Hak Barat, perlu digariskan secara menyeluruh penyelesaiannya menurut UUPA. Pemerintah kemudian melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No 3 Tahun 1979 menetapkan Ketentuan-Ketentuan mengenai Permohonan dan Pemberian Hak Baru atas Tanah asal Konversi Hak-hak Barat.

Selanjutnya dalam Pasal 7 ayat(1) PP 40/1996 atas tanah ditentukan bahwa, HGU baru akan diberikan pada permohonan jika :

a) Dipenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Pasal 2 dan 3 PP 40/1996.

b) Menurut penelitian Panitia Pemeriksa Tanah (Panitia B) berada dalam keadaan baik dan diusahakan sendiri oleh bekas pemegang haknya.

c) Areal perkebunan tersebut tidak seluruhnya diperlukan untuk pembangunan proyek-proyek bagi penyelenggaran kepentingan umum.

d) Bekas pemegang haknya bukan suatu perusahaan yang seluruhnya atau sebagian modalnya adalah modal asing.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam permohonan pemberian HGU antara lain:102

a) Izin prinsip dari Bupati/Kepala Daerah dimana HGU itu dimohonkan.

b) Izin lokasi dari Bupati/Kepala Daerah dimana HGU itu dimohonkan.

c) Surat keputusan pelepasan areal dari kawasan hutan oleh Departemen Kehutanan apabila lokasi tersebut masuk dalam kawasan hutan.

d) Izin prinsip dari Direktur Jenderal Perkebunan.

101 Chadidjah Dalimunthe,Suatu Tinjauan Tentang Pemberian HGU Dalam Rangka Penanam Modal Asing, USU Press , Medan, 1994, h.26

102Affan Mukti, Pokok-Pokok Bahasan Hukum Agraria, USU Press, Medan, 2006, h.71.

e) Akte pendirian perusahaan.

f) Nomor Pokok Wajib Pajak.

g) Proposal perusahaan.

h) Referensi bank mengenai bonafits dari perusahaan .

i) Bukti pembayaran ganti kerugian dari masyarakat apabila HGU dari tanah yang dimohonkan berasal dari masyarakat.

j) Harus ada peta dari lokasi yang dimohonkan.

Kewenangan pemberian HGU dapat dilihat dalam Pasal 8 dan Pasal 13 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No 3 Tahun 1999 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian dan Pembatalan Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah Negara, yaitu pemberian HGU atas tanah luasnya sampai dengan 200 Ha dilakukan oleh Kepala Kantor wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi, sedangkan untuk tanah seluas mulai dari 200 Ha ke atas, pemberian HGU dilakukan oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional/Menteri Negara Agraria.

Jangka waktu untuk tanah dengan HGU yang pertama kalinya menurut Pasal 29 UUPA diberikan paling lama 35 tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 25 tahun. Pasal 8 PP 40/1996 mengatur jangka waktu HGU adalah untuk pertama kalinya paling lama 35 tahun, diperpanjang paling lama 25 tahun dan diperbarui paling lama 35 tahun.103

Hapusnya hak atas tanah HGU sebagaimana hak atas tanah lainnya juga dapat terjadi. Faktor–faktor yang menyebabkan hapusnya HGU yang mengakibatkan tanahnya kembali menjadi tanah Negara menurut Pasal 17 PP 40/1996 adalah :

a) Berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam keputusan pemberian dan perpanjangan.

b) Dibatalkan oleh pejabat yang berwenang sebelum jangka waktunya berakhir karena tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban pemegang hak atau dilanggarnya ketentuan- ketentuan yang telah ditetapkan dalam keputusan pemberian hak, dan adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

c) Dilepaskan secara sukarela oleh pemegang haknya sebelum jangka waktu berakhir.

d) HGU atas tanah dicabut.

e) Tanahnya musnah.

f) Pemegang HGU tidak memenuhi syarat sebagai pemegang HGU.

Pemegang HGU dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu HGU. Perpanjangan Hak Guna Usaha di Indonesia wajib melalui tahapan-tahapan dan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam sejumlah peraturan perundang-undangan terkait. Apabila HGU tidak diperpanjang dan diperbaharui serta hapus, bekas pemegang HGU wajib membongkar bangunan-bangunan dan benda-benda yang ada diatasnya dan menyerahkan tanah dan tanaman yang ada diatas bekas HGU kepada Negara dalam batas waktu yang ditetapkan.

Pemegang HGU dapat saja melepaskan haknya sebelum jangka waktunya berakhir, kemungkinan-kemungkinan ini dapat saja terjadi, misalnya karena pemegang hak selalu rugi dan atau tanah-tanah tersebut sudah tidak dapat diharapkan lagi, maka penyerahan ini dapat dilakukan dengan suatu penyerahan yang ditandatangani oleh pemegang hak.104

Hapusnya HGU erat kaitannya dengan kewarganegaraan seseorang atau perusahaan sebagai pemegang HGU, jika pemegang HGU sudah tidak tunduk lagi dengan hukum di Indonesia ini menandakan bahwa salah satu syarat sebagai

104Soedharyo Soimin, Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, h.27

pemegang HGU tidak dipenuhi, sehingga menurut Pasal 3 PP 40/1996 dalam jangka waktu satu tahun HGU tersebut wajib dialihkan kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Apabila tidak dialihkan, HGU tersebut hapus karena hukum dan tanahnya menjadi tanah negara.105

Berdasarkan pada Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 6 Tahun 1972, bahwa HGU masih dapat dimintakan lagi perpanjangannya dengan catatan bahwa pemegang hak masih Warga Negara Indonesia atau perusahaannya masih tunduk pada hukum Indonesia, dengan adanya perpanjangan HGU ini maka Pemerintah dalam hal ini Menteri Dalam Negeri perlu meneliti apakah pemegang hak telah mengusahakan tanahnya, sehingga tidak diterlantarkan yang dapat mengundang pihak ketiga menggarap tanah tersebut sebagai areal perladangan, sehingga timbul sengketa- sengketa yang menimbulkan kerawanan-kerawanan di bidang pertanahan.106

Pasal 18 Peraturan Pemerintah No 40 Tahun 1996 tentang HGU, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas tanah mengatur konsekuensi hapusnya HGU bagi bekas pemegang HGU, yaitu :

a) Apabila HGU hapus dan tidak diperpanjang atau diperbaharui, bekas pemegang wajib membongkar bangunan-bangunan dan benda-benda yang ada diatasnya dan menyerahkan tanah dan tanaman yang ada di atas tanah bekas HGU tersebut kepada Negara.

b) Apabila bangunan, tanaman dan benda-benda tersebut diatas diperlukan untuk melangsungkan dan memulihkan pengusahaan tanahnya, maka kepada bekas pemegang HGU diberikan ganti rugi yang bentuk dan jumlahnya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

105Ibid

Pemegang HGU dapat mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktu HGU. Permohonan perpanjangan jangka waktu atau pembaharuan HGU diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu HGU tersebut, persyaratan yang harus dipenuhi oleh pemegang HGU adalah:107

a) Tanahnya masih diusahakan dengan baik sesuai dengan keadaan sifat, dan tujuan pemberian hak tersebut.

b) Syarat-syarat pemberian hak tersebut dipenuhi dengan baik oleh pemegang hak.

c) Pemegang hak masih memenuhi syarat sebagai pemegang hak.

Pasal 11 PP 40/1996 telah diatur mengenai kepentingan penanaman modal, permintaan perpanjangan atau pembaruan HGU dapat dilakukan sekaligus dengan membayar uang pemasukan yang ditentukan untuk itu pada saat pertama kali mengajukan permohonan HGU.

Dalam hal uang pemasukan telah dibayar sekaligus untuk perpanjangan dan pembaruan HGU hanya dikenakan biaya administrasi. Persetujuan untuk dapat memberikan perpanjangan atau pembaruan HGU dan perincian uang pemasukan dicantumkan dalam keputusan pemberian HGU yang bersangkutan. HGU dan batas waktu penyelesaiannya dengan proses yang sederhana, dimana dalam hal ini instansi yang berwenang perlu bertindak konsekuen. Jika persyaratan telah dipenuhi oleh pemohon/ pemegang hak, maka penyelesaiannya hendaknya tepat waktu dan apabila terjadi keterlambatan, maka aparat harus diberi sanksi.108

107 Urip Santoso-III, Op.Cit., h.100.

108Maria S.W Sumardjono, Kebijakan Pertanahan antara Regulasi dan Implementasi PT Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2001, h.113

Dalam kaitannya dengan jaminan pemberian perpanjangan maupun pembaruan hak, perlu dipertimbangkan kemungkinan pengajuan permohonan tidak perlu menunggu sampai selambat-lambatnya satu tahun, sebelum hak berakhir tetapi dapat ditempuh lebih awal. Dengan adanya kesinambungan jangka waktu HGU diharapkan agar kepastian berusaha lebih terjamin secara nyata dan bagi pemerintah tujuan untuk pengawasan secara berkala pun tercapai.109

Dokumen terkait