• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Mekanisme Koping

Koping menurut Lazarus dan Folkman (1984) adalah sebuah upaya perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk mengelola tekanan internal dan eksternal yang dianggap melebihi batas kemampuan individu. Koping dapat dibagi dalam dua jenis yaitu koping berfokus pada masalah dan koping berfokus pada emosi. Koping yang berfokus pada masalah (Problem-Focused Coping) mencakup bertindak secara langsung untuk

mengatasi masalah atau mencari informasi yang relevan dengan beberapa solusi yaitu konfrontasi atau usaha untuk mengubah situasi dan keadaan, perencanaan masalah (mencari jalan keluar atau solusi dari masalah), dan mencari dukungan sosial (Muthoharoh, 2010).

Koping yang berfokus pada masalah menilai stressor yang dihadapi dan melakukan sesuatu untuk mengubah stressor atau memodifikasi reaksi untuk meringankan efek dari stressor tersebut. Koping ini juga lebih menekankan pada usaha untuk menyelesaikan masalah secara tuntas dan menghentikan stressor. Koping yang berfokus pada masalah melibatkan strategi untuk menghadapi secara langsung sumber stress, seperti mencari informasi tentang penyakit dengan memepelajari sendiri atau melalui konsultasi medis. Pencarian informasi membantu individu untuk tetap bersikap optimis karena dengan pencarian informasi tersebut timbul

harapan akan mendapatkan informasi yang bermanfaat (Nevid, dkk., 2005 dalam Muthoharoh 2010).

Jenis dari Problem Focused koping dijelaskan dalam jurnal Assesing Coping Strategies : A Theoritically Base Approach yang ditulis

Carver dkk (1989) yang terdiri dari : a. Active Coping

Suatu proses pengambilan langkah-langkah aktif untuk mengatasi stressor atau memperbaiki akibat-akibat yang telah ditimbulkan oleh stress tersebut dengan cara melakukan suatu tindakan yang sifatnya mengatasi stressor.

b. Planning

Perencanaan mengenai hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi situasi yang menimbulkan stres.

c. Suppression of Competing Activities

Mengabaikan aktifitas lain dengan tujuan agar individu dapat berkonsentrasi secara penuh dalam menghadapi suatu sumber stres. d. Seeking social support

Usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mendapatkan dukungan, baik itu nasihat, bantuan atau informasi dari orang lain yang dapat membantu individu dalam menyelesaikan masalah.

Koping berfokus pada emosi lebih menekankan pada pada pengabaian stressor, mengatasi stressor secara sementara dan tidak dapat menyelesaikan masalah (Naviska, 2012). Menurut Lazarus dan Folkman (1984) beberapa poin yang biasanya digunakan pada koping berfokus pada emosi yaitu penerimaan akan keadaan, memisahkan diri atau menjaga

jarak dengan sumber stressor, mengatur perasaan, adanya usaha untuk lari dari masalah, dan mencoba menemukan hikmah dari masalah yang terjadi (Muthoharoh, 2010).

Mekanisme koping sendiri adalah mekanisme yang digunakan individu untuk menghadapi perubahan yang diterima. Apabila mekanisme koping berhasil, maka orang tersebut akan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Mekanisme koping dipelajari sejak awal timbulnya stresor sehingga individu tersebut menyadari dampak dari stresor tersebut. Kemampuan koping individu tergantung dari temperamen, persepsi dan kognisi serta latar belakang budaya atau norma tempatnya dibesarkan (Carlson, 1994 dalam Nursalam dan Kurniawati, 2007). Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat. Belajar yang dimaksud adalah kemampuan menyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh faktor internal dan eksternal (Nursalam, 2003 dalam Nursalam dan Kurniawati, 2007).

Roy juga mengemukakan bahwa individu adalah makhluk biopsikososial sebagai satu kesatuan yang memiliki mekanisme koping untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua yang ada di sekeliling kita dan berpengaruh terhadap perkembangan manusia. Respon atau perilaku adaptasi seseorang terhadap perubahan atau kemunduran, menurut teori Roy bergantung pada stimulus yang masuk dan tingkat atau kemampuan adaptasi orang tersebut. Tingkat adaptasi seseorang ditentukan oleh tiga hal yaitu input, kontrol

Roy mengidentifikasikan input sebagai stimulus yang dapat menimbulkan respon. Ada tiga kategori input yaitu fokal, kontekstual, dan residual. Stimulus fokal adalah stimulus yang langsung berhadapan dengan individu (stimulus internal), sedangkan stimulus kontekstual adalah semua stimulus yang diterima oleh individu baik internal atau eksternal yang mempengaruhi keadaan stimulus fokal yang dapat diobservasi dan diukur. Stimulus residual adalah stimulus tambahan baik dari internal dan eksternal, yang mempengaruhi stimulus fokal, namun tidak dapat diobservasi dan diukur (Alligod, 2010).

Seseorang tidak akan mampu merespon stimulus yang ada tanpa adanya kemampuan adaptasi. Roy mengkatagorikan kemampuan adaptasi ini menjadi dua bagian yaitu mekanisme koping regulator dan kognator. Mekanisme koping regulator merupakan respon sistem saraf, kimiawi dan endokrin. Sedangkan mekanisme koping kognator berhubungan dengan fungsi otak dalam memproses informasi (kognitif) dan emosi (Alligod, 2010). Aspek terakhir pada teori adaptasi Roy adalah output. Output dari

suatu sistem adaptasi adalah perilaku yang dapat diamati, diukur, atau dapat dikemukakan secara subjektif. Output pada sistem ini dapat berupa

respon adaptif atau maladaptif (Asmadi, 2008).

Schwarzer dan Taubert (2002) mengidentifikasi empat jenis koping yaitu reactive, anticipatory, preventive and proactive coping yang masing-masing dibedakan oleh waktu di mana stres sasaran terjadi. Reactive

coping ini dapat didefinisikan sebagai upaya untuk menghadapi sesuatu

yang terjadi pada saat ini atau masa lampau. Reactive coping ini bisa

berfokus pada hubungan sosial. Anticipatory coping adalah suatu upaya

untuk menghadapi suatu stresor yang diprediksikan terjadi dalam waktu dekat. Dimana, jika stresor tersebut tidak diatasi, ada kemungkinan di kemudian hari, stresor tersebut dapat menimbulkan dampak pada kehidupan sehari-hari. Preventive coping adalah upaya untuk menghadapi suatu stresor yang dipediksikan terjadi dalam jangka waktu panjang. Individu dalam preventive coping ini akan mempertimbangkan suatu

kondisi atau peristiwa yang akan terjadi di kemudian hari. Proactive

coping dapat dianggap sebagai usaha individu untuk membangun

sumber-sumber yang memfasilitasi seseorang dalam mencapai tujuan (challenging

goals) dan pertumbuhan personal (personal growth). Individu dalam

proactive coping ini memiliki sebuah visi. Mereka melihat resiko,

tuntutan, dan peluang di masa depan yang jauh, tetapi mereka tidak menilai itu semua sebagai ancaman potensial, bahaya atau kerugian. Sebaliknya mereka memandang situasi tersebut sebagai tantangan pribadi. Koping ini menjadi manajemen pencapaian tujuan bukan manajemen resiko (Schwarzer dan Taubert, 2002 dalam Schwarzer, 2013).

Dismenore merupakan salah satu proses fisiologis yang tidak dapat dicegah dan dialami oleh perempuan saat menstruasi yang menyebabkan berbagai dampak pada kehidupan sehari-hari. Individu akan melakukan mekanisme pertahanan untuk mengatasi perubahan yang terjadi saat dismenore. Individu tersebut akan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi jika mekanisme koping yang dilakukan berhasil (Carlson, 1994 dalam Nursalam dan Kurniawati, 2007).

Penelitian yang dilakukan Hartati dkk (2012) tentang mekanisme koping dismenore menunjukkan bahwa partisipan memilih untuk istirahat, distraksi, kompres hangat, minum air hangat, mandi air hangat, memakai minyak kayu putih atau koyo, minum air putih, mengkonsumsi obat-obatan serta jamu untuk mengurangi nyeri saat menstruasi. Penelitian yang lain juga dilakukan oleh Aziato dkk (2015) mengenai managemen penanganan dismenore dan mekanisme koping yang digunakan saat dismenore menunjukkan hasil bahwa partisipan menggunakan pengobatan herbal, kompres panas, olahraga dan mengkonsumsi makanan yang bergizi untuk mengurangi nyeri dismenore yang ia rasakan. Mekanisme koping yang mereka gunakan yaitu dengan merencanakan aktivitas-aktivitas sebelum nyeri itu terjadi, menanamkan mindset bahwa nyeri dapat

ditangani dan mencari dukungan sosial serta spiritual.

Dokumen terkait