• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

2) Memiliki keinginan untuk keluar dari pekerjaan

4.4. Mekanisme Koping Perawat ICU

Data penelitian yang berhubungan dengan mekanisme koping dianalisis dengan pendekatan Van Manen. Analisis dengan pendekatan Van Manen melalui beberapa 2 tahap yaitu tahap menemukan aspek-aspek tematik dan tahap menemukan kategori tematik. Tahap pertama adalah menemukan aspek-aspek tematik (thematic aspects). Tahap ini menghasilkan analisis yang digunakan untuk menemukan struktur fenomena mekanisme koping perawat dalam menghadapi stres kerja di ICU RSUD Arifin Achmad Pekanbaru. Tahap yang kedua adalah menemukan kategori-kategori tematik (thematic categories) yang dikategorikan ke dalam The four lived worlds. Tahap ini menghasilkan tema-tema dan deskripsi interpretif fenomena mekanisme koping perawat dalam menghadapi stres kerja di

ICU. The four lived worlds terdiri dari: corporeality, relationality, spatiality, dan

temporality (Van Manen, 1990).

Tabel 4.2 Hasil Content Analysis Stres Kerja Perawat ICU

No. Kategori Tema

1 Lingkungan kerja tidak kondusif Penyebab stres kerja 2 Hubungan dengan atasan yang kurang

harmonis

3 Kerja sama tim yang kurang

4 Pembagian jadwal dinas yang tidak sesuai 5 Menghadapi kondisi pasien yang darurat 6 Keluhan dari keluarga pasien

7 Kurang memiliki kompetensi 8 Catatan keperawatan yang banyak 9 Melakukan pekerjaan non keperawatan 10 Rasio perawat-pasien tidak sesuai 11 Beban kerja yang lebih tinggi 12 Masalah pribadi (keluarga)

1 Psikologis/ emosional Gejala stres kerja

2 Fisiologis/ fisik 3 Kognitif/ pikiran 4 Perilaku

1 Awal pertama bekerja di ICU Waktu stres kerja 2 Saat kejadian tertentu yang berlangsung

3 Jadwal shift dinas tertentu

1 Masalah kesehatan Dampak stres kerja

2 Keinginan untuk keluar dari pekerjaan

Tahap menemukan aspek-aspek tematik

Tahap ini data diperoleh dari wawancara mendalam dengan partisipan. Kemudian hasil wawancara direkam dan dibuat transkripnya. Lalu dimulai dengan langkah awal yaitu mengisolasi tema, merefleksikan tema ke dalam The four lived

worlds, dan memformulasikan thematic categories. Langkah-langkah pada tahap ini dijelaskan sebagai berikut:

Mengisolasi tema-tema (Isolating themes)

Tahap mengisolasi tema digunakan pendekatan highlighting. Pendekatan ini digunakan untuk mengidentifikasi dan memilih kata, frase atau pernyataan signifikan dari setiap transkripsi yang mengembangkan fenomena yang diteliti. Pernyataan signifikan yang diseleksi dikonseptualisasikan berdasarkan makna-makna dan ditransformasikan ke dalam bahasa keperawatan. Beberapa makna-makna yang ditransformasikan disebut dengan tema-tema. Nomor kode digunakan setiap pernyataan signifikan (highlighting text) dan pernyataan signifikan yang telah dilakukan transformasi bahasa (linguistic transformation). Beberapa contoh dibawah ini dijelaskan untuk menggambarkan ilustrasi dari proses mengisolasi tema-tema dengan menggunakan pendekatan highlighting:

Contoh 1

Kata-kata yang dimiringkan (highlighting text)

Kalau awal dinas kita tau pasien kita semua, ya bisa aja sih dijalani, gak

memunculkan stres.”[P1, L28-30]

Linguistic transformation (theme)

Contoh 2

Highligthing text

Kita udah punya dasar-dasar ICU ya mungkin stres itu ya bisa diatasi

dengan kita punya basic untuk menindak pasien yang dalam kondisi begini dalam kondisi jelek.” [P3, L266-267]

Linguistic transformation (theme)

Mengetahui diri memiliki pelatihan ICU yang membantu mengurangi stres. [P3B8]

Contoh 3

Highligthing text

“Aku hargai mungkin ada satu kebanggaan buat aku, temen-temen ni mengaggap aku mampu di bidang itu misalnya terutama dalam mensetting

ventilator gitu kan.” [P8, L170-171]

Linguistic transformation (theme)

Menghargai diri – bangga terhadap kemampuannya dalam setting ventilator [P8B4]

Mencerminkan tema-tema ke dalam 4 dunia yang dialami (Reflecting themes withinthe four lived worlds)

Bahasa yang ditransformasi atau tema-tema dari pendekatan highlighting dicerminkan ke dalam the four live worlds yang terdiri dari corporeality (lived body), relationality (lived relation), spatiality (lived space), dan temporality (lived time) (Van Manen, 1990). Beberapa contoh dibawah ini gambaran dari hasil pencerminan tema-tema dalam tiap dunia yang dialami. Beberapa hasil adalah

gambaran dari analisis data transkripsi 3 dari 10 partisipan, yaitu: Partisipan 1, 6, dan 8.

Tema-tema dalam lived body (Corporeality) Partisipan 1

- Menjadikan teguran sebagai motivasi bekerja (P1D2)

- Menyelesaikan masalah dengan melakukan yang terbaik (P1D6) - Menghargai diri - merasa senang sebagai junior karena beban lebih

ringan, pengambilan keputusan tidak sepenuhnya & merasa senang ketika mendapat penyelesaian (P1D10)

- Berfikir tenang menghadapi masalah (P1D11)

- Tidak mencampuradukkan antara masalah pekerjaan dan keluarga (P1D12)

- Masalah dipertanggungjawabkan (P1D13) - Melakukan pekerjaan sebaik mungkin (P1D15)

- Perasaan menyesal – menimbulkan banyak pertanyaan didalam diri (P1D16)

- Mengetahui kemampuan diri – memiliki pengalaman (P1D27) - Mampu menjalani pekerjaan saat ini (P1D28)

- Menerima keadaan – lapang dada (P1D29) Partisipan 6

- Menghargai diri sendiri – lebih percaya diri dan stres hilang setelah mendapatkan pelatihan (P6D4)

- Membuat suasana hati tenang (P6D5)

- Menghargai diri – merasa senang berhasil merawat pasien (P6D6) - Menjalani keadaan (P6D17)

- Mengobservasi pasien terus-menerus (P6D18) - Menyalahkan diri (P6D19)

Partisipan 8

- Menghargai diri – bangga terhadap kemampuannya diri (P8D5) - Membuat diri senang – ketawa (P8D6)

- Bekerja dengan niat ikhlas (P8D7) - Menikmati pekerjaan (P8D8)

- Diri sendiri sebagai sumber pendukung diri mengatasi stres (P8D14) - Mengeluh merupakan cara menarik perhatian orang lain (P8D15) - Bersikap lapang dada (P8D16)

Tema-tema dalam lived relation (Relationality) Partisipan 1

- Menyelesaikan masalah dengan teman sejawat – diskusi, bersama-sama, negoisasi (P1D4)

- Menyelesaikan masalah dengan kepala ruangan – mencari win-win solution, diskusi, permintaan dinas (P1D5)

- Memberi penjelasan yang baik kepada keluarga (P1D9) - Mengabaikan teman yang tidak bisa bekerja sama (P1D17) - Toleransi kepada senior (P1D18)

- Berusaha membantu semampunya (P1D19)

- Bersikap spontan dan terbuka - protes dan berbicara terus terang (P1D25) Partisipan 6

- Mengetahui pasien – kondisi dan tindakan (P6D3)

- Hubungan dengan keluarga – mendengarkan & menjelaskan (P6D78) - Bersama teman yang sudah berpengalaman – perasaan lebih tenang

(P6D9)

- Melaporkan permasalah ke pihak atasan (P6D13)

- Hubungan dengan tim kesehatan lain – menghubungi segera (P6D14) - Menceritakan kepada teman (P6D15)

- Memberi nasehat kepada teman (P6D16)

- Mengungkapkan ketidakmauan bekerja di ICU ke atasan (P6D20)

Partisipan 8

- Bersama tim yang solid membantu mengurangi stres (P8D1) - Menghargai dukungan teman (P8D2)

- Mendiskusikan masalah kepada kepala ruangan – melaporkan, menyarankan (P8D3)

- Mengetahui pasien (P8D9)

- Mengingatkan teman yang lalai (P8D12)

Tema-tema dalam lived space (Spaciality) Partisipan 1

- Memaknai stres kerja di ICU dengan positif – pendewasaan, pembelajaran dalam bersosialisasi dengan lingkungan (P1D1)

- Merasa tidak sendiri (P1D8) Partisipan 6

- Pekerjaan di ICU jelas tindakannya (P6D2) Partisipan 8

- Membuat suasana menjadi lebih nyaman (P8D17)

Tema-tema dalam lived time (Temporality) Partisipan 1

- Membutuhkan waktu untuk memaknai – 1 tahun terakhir (P1D3) - Mengalami proses adaptasi – saat ini, 2-3 tahun (P1D20)

- Mencari informasi pada saat pertama kali bekerja di ICU (P1D21)

- Waktu spesifik mengeluh terhadap masalah pekerjaan – 1-2 bulan pertama (P1D22)

- Meneruskan memberikan pelayanan prima ke pasien (P1D23) - Memprioritaskan pertolongan pasien (P1D24)

- Refreshing pada waktu tidak bekerja (libur) (P1D26) Partisipan 6

- Membutuhkan waktu mengatasi stres kerja – 6 bulan (P6D10) - Waktu istirahat untuk mengungkapkan perasaan (P6D11) - Jam kerja berakhir – tenang (P6D12)

Partisipan 8

- Dinas pagi tanggung jawabnya lebih ringan – ada kepala ruangan (P8D10) Memformulasikan kategori-kategori tematik(initial thematic categories)

Tema-tema yang telah teridentifikasi dan dikelompokkan berdasarkan 4 dunia yang dialami oleh partisipan. Selanjutnya dikelompokkan semua tema-tema esensial dari masing-masing dunia yang mana disebut dengan kategori tematik. Semua tema-tema dari setiap dunia yang dialami dari semua 10 partisipan dipertimbangkan dalam memunculkan kategori-kategori tematik. Hal ini digunakan untuk menangkap deskripsi yang lebih besar dari pengalaman mekanisme koping perawat dalam menghadapi stres kerja di ICU. Dibawah ini adalah hasil dari memformulasi kategori tematik dan tema-tema yang berkorespondensi:

Lived body (Corporeality)

Thematic category: Kesadaran diri akan tanggung jawab kerja (Self-awarness of

work’s duty)

Tema yang berkorespondensi yaitu: menyadari tanggung jawab; menyadari niat awal bekerja; memilah masalah.

Thematic category: Kepercayaan diri untuk menjalankan tugas-tugas berat (

Tema yang berkorespondensi yaitu: memaknai dengan cara positif (memaknai sebagai motivasi dan tantangan); menghargai atas kemampuan diri

Thematic category: Kapasitas diri mengatasi masalah melalui pendekatan spiritual

(Self - capacity of problem solving through spiritual approach)

Tema yang berkorespondensi yaitu: melakukan kegiatan spiritual; berserah diri kepada tuhan

Thematic category: Pengalihan diri (Self-diversion)

Tema yang berkorespondensi yaitu: menenangkan diri, menyibukkan diri

Lived relation (Relationality)

Thematic category: Dukungan kolega dan sosial untuk mengatasi masalah

(Collegial and social support to problem solving)

Tema yang berkorespondensi yaitu: menyelesaikan permasalahan bersama atasan; bersama teman/ tim; dan bersama keluarga atau orang terdekat.

Thematic category: Sikap positif terhadap anggota tim kesehatan (Positive

attitude toward health team member)

Tema yang berkorespondensi yaitu: memahami teman sejawat

Thematic category: Mengetahui sifat dan kebutuhan pasien (Knowing patient’s

nature and needs)

Thematic category: Sikap negatif terhadap dalam berhubungan dengan orang lain

Tema yang berkorespondensi yaitu: menjaga jarak dalam berhubungan dengan orang lain.

Lived space (Spaciality)

Thematic category: Lingkungan kerja sebagai wahana belajar (working

environment as a learning place)

Tema yang berkorespondensi yaitu: tempat memperoleh banyak ilmu dan pengalaman; tempat pendewasaan dan sosialisasi

Thematic category: Menciptakan atsmosfer kerja yang nyaman (Creating comfort

working atmosphere)

Tema yang berkorespondensi yaitu: menciptakan suasana yang menyenangkan; meningkatkan hubungan kekeluargaan.

Lived time (Temporality)

Thematic category: Waktu yang relatif lama untuk mengatasi stres (Long time to

resolve stress)

Tema yang berkorespondensi yaitu: membutuhkan waktu untuk beradaptasi

Thematic category: Penggunaan waktu istirahat sebaik mungkin

Tema yang berkorespondensi yaitu: istirahat adalah waktu untuk refreshing dan mengungkapkan perasaan.

Kategori tematik yang telah teridentifikasi, selanjutnya memulai menulis deskripsi dari makna-makna didalam kategori tematik. Kemudian peneliti menulis dan menulis kembali banyak versi dari kategori-kateogi tematik yang telah ditemukan. Peneliti dibantu oleh pembimbing dalam menemukan kategori

tematik. Selanjutnya peneliti mengembalikan pengalaman partisipan dengan membaca kembali transkripsi dan mendengarkan kembali rekaman wawancara.

Corporeality (Lived Body)

Van Manen (1990) menyatakan bahwa kita selalu berada di dunia secara badaniah. Dunia ini berarti deskripsi tubuh yang berhubungan dengan stres kerja dan mekanisme koping yang digunakan oleh partisipan. Partisipan dalam penelitian ini adalah perawat selalu menggunakan tubuhnya dalam menghadapi stres kerja di ICU.

Pada penelitian ini, terdapat 4 kategori tematik mekanisme koping partisipan mengatasi stres kerja di ICU yang mencerminkan corporeality (lived

body). Kategori tematik tersebut terdiri dari 3 kategori tematik mekanisme koping

yang positif dan 1 kategori tematik yang negatif. Tiga kategori tematik mekanisme koping yang positif yaitu kesadaran diri akan tanggung jawab kerja, kepercayaan diri untuk menjalankan tugas-tugas berat, dan kapasitas diri mengatasi masalah melalui pendekatan spiritual. Satu kategori tematik mekanisme koping yang negatif yaitu pengalihan diri. Dibawah ini adalah deskripsi dari pernyataan tematik yang didukung dengan kutipan wawancara partisipan sebagai berikut:

Kesadaran diri akan tanggung jawab kerja

Kesadaran diri akan tanggung jawab kerja dinyatakan partisipan sebagai kesadaran yang dimiliki oleh partisipan untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pasien dan keluarga pasien. Partisipan juga menyatakan bahwa tugas yang dimiliki harus dijalani sebaik mungkin dengan menunjukkan rasa

tanggung jawab selama bekerja. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu kutipan paritisipan dibawah ini:

“Kita akan berusaha sebaik mungkin. Kalau sudah berlalu dan keluarga sudah bisa menerima, baru kita merasa tenang. Kita

kerjakan semampunya.” [P3]

Kesadaran akan tanggung jawab sebagai seorang perawat ICU dinyatakan bahwa partisipan mampu menghadapi suatu masalah dengan menyadari tugas dan tanggung jawabnya. Seorang partisipan menyatakan bahwa masalah yang dihadapi selama bekerja dapat dipertanggung jawabkan dengan cara mengingat kronologis kejadian masalah. Hal ini dinyatakan partisipan sebagai suatu mekanisme pertahanan diri bagi partisipan untuk mencegah atau mengatasi terjadinya masalah. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu kutipan partisipan dibawah ini:

“Seandainya terjadi suatu masalah ya harus dipertanggung jawabkan. Kalau disini kakak selalu berbicara itu kronologisnya harus diingat, misalnya ada instruksi jam berapa, siapa yang memberikan instruksi, itu sebagai mekanisme pertahanan diri juga

nanti seandainya ada suatu masalah.” [P1]

Pernyataan diatas juga didukung oleh beberapa partisipan yang juga menyatakan bahwa kesadaran diri akan tanggung jawab bekerja berarti tidak mencampuradukkan masalah pekerjaan dengan masalah yang lain selama di tempat kerja. Beberapa partisipan juga menyatakan bahwa prinsip dasar yang harus dimiliki adalah mampu memilah antara masalah pekerjaan dengan masalah

pribadi atau keluarga. Prinsip yang dimiliki oleh partisipan ini membantu partisipan tetap fokus dan memberikan pelayanan terbaik kepada pasien. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan beberapa partisipan dibawah ini yaitu:

“Kakak punya prinsip, pekerjaan tidak boleh dibawa ke rumah,

apapun itu masalah yang ada disini ya selesai sampai disini.” [P1]

“Alhamdulillah sampai sekarang kakak bisa memilah. Kalau masalah di rumah tiba disini bisa lupa, bisa hilang. Istilahnya gak bisa dikait-kaitkan. Bisa dipisahkan. Kalau masalah di rumah,

emosi di rumah tidak dibawa ke pekerjaan.” [P3]

Selanjutnya partisipan menjelaskan bahwa kesadaran diri terhadap tanggung jawab kerja tergantung pada niat awal yang dimiliki oleh seseorang. Salah satu partisipan menyatakan bahwa kerja yang dijalaninya diniatkan sebagai suatu ibadah yang harus dilakukan untuk mencari nafkah dan memperoleh pahala. Oleh karena itu, partisipan merasa ikhlas dalam bekerja. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan dibawah ini:

“Saya niatkan ini adalah sebuah ibadah yang harus saya lakukan

untuk mencari nafkah bagi istri saya di rumah.” [P2]

“Aku bekerja itu memang untuk mencari uang, tetapi juga mencari pahala. Aku bekerja lillhita’ala, berangkat dari rumah ikhlas

untuk bekerja.” [P2]

Kepercayaan diri untuk menjalankan tugas-tugas berat

Kepercayaan diri dalam menjalankan pekerjaan adalah rasa percaya diri yang dimiliki oleh partisipan selama bekerja. Partisipan menyatakan bahwa rasa

percaya diri dalam bekerja ketika memaknai masalah yang timbul selama bekerja dengan positif. Beberapa partisipan juga menyatakan bahwa memaknai masalah dengan positif yaitu memaknai setiap masalah yang dihadapi sebagai suatu motivasi dan tantangan. Seperti yang dinyatakan oleh partisipan bahwa teguran yang diberikan oleh atasan kepadanya merupakan hal biasa yang terjadi disetiap dunia kerja dan itu dijadikan oleh partisipan sebagai suatu motivasi sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan dibawah ini:

“Sekedar teguran, tindakan atau segala macam itu biasa dalam pekerjaan itu biasa karena hal itu menjadi motivasi juga buat kita

untuk lebih baik.” [P1]

Selain sebagai motivasi, partisipan lainnya menyatakan bahwa bekerja di ICU merupakan pekerjaan yang cukup beresiko karena menangani pasien dengan kondisi yang tidak stabil dengan hemodinamika yang menurun. Partisipan juga menyatakan bahwa setiap pekerjaan memiliki resiko sebab akibat yang harus dihadapi begitu juga bekerja di ICU. Resiko bekerja di ICU seperti yang dinyatakan partisipan misalnya kelalaian dalam menangani pasien contohnya terlambat mensuction saluran nafas pasien, respon pasien terhadap pengobatan yang diberikan, dan sebagainya. Partisipan mengungkapkan bahwa berbagai resiko tersebut merupakan konsekuensi dari pekerjaan dan harus dihadapi. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan dibawah ini:

“Itulah resiko sebab akibat bekerja disini. itulah resiko kita kerja

Partisipan tersebut juga menyatakan bahwa pekerjaan di ICU memiliki berbagai resiko dan merupakan suatu tantangan tersendiri. Hal ini dinyatakan oleh partisipan bahwa ketika berhasil dalam menghadapi tantangan akan memperoleh kepuasan tersendiri seperti ketika partisipan menangani kondisi pasien yang gawat dan pasien tersebut membaik. Keadaan ini menimbulkan kepuasan bagi partisipan. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan partisipan dibawah ini:

“Iya ada rasa tertantang..,apalagi kalau selamat. Puas rasanya.” [P3]

Kepercayaan diri yang dimiliki oleh partisipan dalam menjalankan tugas-tugas yang berat dijelaskan partisipan bahwa rasa percaya diri muncul ketika telah mempunyai pengalaman dan pelatihan. Beberapa partisipan menyatakan bahwa pelatihan yang telah dimiliki oleh partisipan sebagai salah satu cara untuk menangani stres, seperti yang dinyatakan oleh salah satu partisipan bahwa dengan memiliki pelatihan dasar ICU, stres kerja yang ada dapat diminimalisir karena partisipan memiliki pengetahuan yang cukup baik dalam menangani kondisi pasien yang jelek melalui pelatihan yang telah dimilikinya. Partisipan menyatakan bahwa menghargai kemampuan yang dimiliki baik itu kemampuan yang berasal dari pengalaman maupun pelatihan dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam melaksanakan tugas-tugas ICU yang cukup berat. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu kutipan partisipan dibawah ini:

“Kita udah punya dasar-dasar ICU ya mungkin stres bisa diatasi dengan kita punya basic untuk menindaklanjuti pasien yang

Beberapa partisipan lainnya juga menyatakan bahwa pengalaman kerja yang telah dimiliki sangat membantu dalam menghadapi stres kerja karena partisipan telah mempunyai pengalaman dalam menghadapi berbagai kondisi kerja yang menyebabkan stres. Pengalaman kerja yang dimiliki partisipan yang ditunjukkan dengan seluruh partisipan memiliki masa kerja lebih dari 1 tahun cukup membantu partisipan dalam menangani stres yang muncul selama bekerja. Beberapa partisipan juga menyatakan bahwa sekarang ini sudah jarang mengalami stres karena telah memiliki pengalaman sehingga partisipan mampu menghadapi stres kerja berdasarkan pengalaman yang telah dimilikinya. Keadaan ini tentunya meningkatkan rasa percaya diri bagi partisipan. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan beberapa partisipan dibawah ini:

“Karena sudah pernah mempunyai pengalaman yang lalu dalam mengatasi kondisi itu, jadi sekarang sudah tahu penanganannya seperti ini. Kita sudah lebih punya pengalaman lah untuk

mengatasinya.” [P1]

“Stres dulu, tapi kalau sekarang tidak lagi. Kita sudah ikut pelatihan, udah tahu apa yang dikerjakan, dan pengalaman pun sudah sekian tahun,

jadi stres itu lama-kelamaan hilang aja.” [P6]

Selain itu, kepercayaan diri dijelaskan oleh partisipan bagaimana menghargai kemampuan diri yang dimiliki dalam menjalankan tugas-tugas. Salah satu partisipan menyatakan bahwa reward yang diperoleh dari usaha kerja keras merupakan obat penghilang kejenuhan. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu kutipan partisipan dibawah ini:

“Selama gaji saya lancar misalnya uang jasa atau uang yang lainnya lancar, bagi saya itulah obat untuk menghilangkan semua

kejenuhan.” [P2]

Pernyataan diatas didukung oleh beberapa partisipan lainnya bahwa partisipan menghargai atas kemampuan diri yang dimilikinya seperti kemampuan dalam memecahkan permasalahan kondisi pasien, kemampuan dalam mengoperasikan spesifik ventilator tertentu. Partisipan juga menyatakan bahwa partisipan bangga terhadap kemampuan diri yang dimiliki dalam mengatasi stres kerja. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan beberapa partisipan dibawah ini:

“Aku malah merasa bangga. Ternyata aku bisa mencari

penyelesaian masalah pasien itu.” [P7]

“Aku hargai mungkin ada satu kebanggaan buat aku, teman-teman mengaggap aku mampu di bidang itu misalnya terutama

dalam mensetting ventilator.”[P8]

Kapasitas diri mengatasi masalah melalui pendekatan spiritual

Spiritual merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh beberapa partisipan dalam menghadapi stres kerja di ICU. Salah satu partisipan menyatakan bahwa yang menjadi penyebab stres adalah hal-hal yang berhubungan dengan alam ghaib. Partisipan tersebut menjelaskan bahwa setiap pegawai baru yang bekerja di ICU merasakan sesuatu hal yang aneh yang berhubungan dengan hal-hal mistis seperti restrain yang lepas atau cairan infus yang sudah diganti dengan sendirinya. Kejadian ini membuat partisipan menjadi stres di awal pekerjaannya. Oleh karena itu tindakan yang dilakukan oleh partisipan untuk mengurangi

stresnya adalah melakukan kegiatan spiritual seperti berdoa dan membaca ayat kursi. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan partisipan berikut:

“Saya bilang aja maaf jangan diganggu ya. Saya baca ayat kursi

di dalam hati.”[P2]

Selain itu, partisipan lain juga menyatakan bahwa kejenuhan cukup dirasakannya selama 26 tahun bekerja di ICU. Partisipan menyatakan bahwa koping yang digunakan untuk menghilangkan kejenuhannya tersebut adalah dengan pendekatan spiritual seperti sholat, mengaji, dan berdzikir. Tindakan yang dilakukan oleh partisipan menimbulkan perasaan nyaman dan tenang bagi partisipan. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan salah satu partisipan dibawah ini:

“Kadang-kadang kakak pelariannya ya itu tadi aku bawa sholat, aku sholat tepat waktu rasanya nyaman dan mumet di kepala aku

ini jadi hilang. Selain itu, aku juga bawa mengaji, berzikir.” [P5]

Selain usaha maksimal yang telah dilakukan partisipan untuk menolong pasien, tindakan terakhir yang dilakukan adalah pasrah terhadap kehendak tuhan. Partisipan menyatakan bahwa dengan berserah diri atau pasrah kepada tuhan akan mengurangi rasa stres yang dialami. Pernyataan ini sesuai dengan salah satu kutipan partisipan dibawah ini:

“Apakah itu berhasil atau tidak, ya kita paling hanya bilang

mungkin itu sudah kehendak yang diatas.” [P3]

Pengalihan diri

Pengalihan diri merupakan salah satu cara untuk menghindari dari masalah yang menimbulkan stres bagi partisipan. Beberapa partisipan menyatakan bahwa

cara mengurangi masalah yang ada dengan mengabaikan masalah tersebut. Salah satu partisipan mengungkapkan bahwa partisipan selalu berhadapan dengan berbagai masalah di tempat kerja, namun partisipan berusaha untuk tidak menghiraukan atau mengabaikan masalah tersebut. Sikap yang dinyatakan oleh partisipan bertujuan agar partisipan dapat mengurangi stres dan dapat menikmati pekerjaannya sebagai perawat ICU. Pernyataan ini sesuai dengan kutipan beberapa partisipan dibawah ini:

“Aku biarkan saja masalah itu, tidak terlalu aku pikirkan. Kalau

terlalu aku pikirkan aku jadi stres nanti. Stres aku lalui saja.” [P5]

“Jadi memang ada masalah-masalah, tapi ya misalnya tiba-tiba kok seperti ini. Itu kan banyak, cuma tidak saya hiraukan. untuk stres-stres seperti itu ya dibiarin aja bagi saya. Its okay saja.” [P2]

Selain dari mengabaikan masalah yang dihadapi, partisipan lainnya

Dokumen terkait