• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V Bab ini adalah bagian penutup yang merupakan kesimpulan dari hasil penelitian skripsi ini dan saran penulis terhadap penelitian yang

KERANGKA TEORI KODE ETIK

D. Mekanisme Pengambilan Keputusan Mahkamah Kehormatan Dewan Perwakilan Rakyat RI

Pengambilan putusan dalam Rapat MKD diambil dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat. Sidang MKD adalah proses mendengarkan keterangan Pengadu dan Teradu, memeriksa alat bukti, dan mendengarkan pembelaan Teradu terhadap materi Pengaduan berdasarkan Tata Tertib dan Kode Etik yang dihadiri Pengadu, Teradu, Saksi, Ahli, atau pihak lain yang diperlukan oleh MKD, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri dan dilaksanakan dalam ruang sidang MKD.

Setelah melakukan penyelidikan dan verifikasi dengan memanggil pengadu, teradu, dan saksi-saksi terkait, MKD mengadakan rapat internal untuk mengambil keputusan dengan menetapkan sanksi bagi teradu. Sanksi yang dijatuhkan berdasarkan Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang MKD DPR RI adalah Teguran Lisan, Teguran Tertulis, Pemindahan keanggotaan, di Alat Kelengakapan Dewan (AKD), Pemberhentian dari jabatan Pimpinan DPR atau Pimpinan AKD, dan Pemberhentian sebagai anggota DPR. Namun, apabila anggota DPR tidak terbukti melanggar, maka MKD dapat menetapkan rehabilitasi untuk memulihkan nama baik anggota yang terbukti tidak melanggar kode etik dan diumumkan dalam Rapat Paripurna DPR.9 Berikut penyampaian rehabilitasi:

9

Sekretariat Jenderal DPR RI, Laporan Lima Tahun DPR RI 2004-2009: Mengemban Amanat dan Aspirasi Rakyat, (Jakarta: Sekretariat Jenderal DPR RI, 2009), h. 132

a. MKD menyampaikan putusan rehabilitasi kepada Pimpinan DPR dengan tembusan kepada pimpinan fraksi dari Anggota yang bersangkutan paling lama 5 (lima) hari sejak tanggal putusan berlaku.

b. Putusan rehabilitasi diumumkan dalam rapat paripurna DPR yang pertama sejak diterimanya putusan MKD oleh Pimpinan DPR dan dibagikan kepada semua Anggota.

Adapun tata cara pengaduan pelanggaran kepada MKD, sebagai berikut: Gambar 3.1 Tata Cara Pengaduan Ke MKD10

10

Sekretariat Jenderal DPR RI, Laporan Lima Tahun DPR RI 2004-2009: Mengemban Amanat dan Aspirasi Rakyat, (Jakarta: Sekretariat Jenderal DPR RI, 2009), h. 129

Rapat BK Pengaduan Sekretariat BK Rapat BK Sidang Verifikasi Rapat BK Rapat BK Verifikasi: a. a. Sekretariat BK - Aduan - Absensi kehadiran anggota dalam rapat (tanpa aduan) b. b. Tenaga Ahli BK - Analisa materi aduan c. c. Hasil: - Lengkap; diajukan rapat BK - Belum lengkap; lengkapi - Tidak lengkap; tidak diregistrasi Pengaduan dari: a. Pimpinan DPR RI 1. Aspirasi Masyarakat 2. Aspirasi anggota DPR RI 3. Perkembangan dalam masyarakat b. Dari Masyarakat atau pemilih 1. Bahas: a. Aduan b. Ketidakhadiran anggota dalam rapat 2. Hasil/Keputusa n Rapat BK: a. Bahan lengkap: - Sidang verifikasi - Beritahu teradu b. Bahan belum lengkap - Panggil pengadu c. Bahan tidak lengkap: - Drop

Data Tidak Lengkap

1. Verifikasi dengan pengadu 2. Hasil/Keputusan Rapat BK a. Data lengkap: - Sidang verifikasi - Beritahu teradu b. Data belum lengkap: - BK adalah rapat-rapat lanjutan untuk mendapatkan dana c. Data tidak lengkap: - Drop Verifikasi: - Pengaduan ketidakhadiran anggota dalam rapat - Pembuktian - Pembelaan 1. Pengambilan keputusan a. Tidak terbukti - Rehabilitasi b. Terbukti - Sanksi: 1. Teguran lisan 2. Teguran tertulis 3. Pindah penugasan 4. Pemberhentian dari jabatan 5. Pemberhentian dari anggota Data Lengkap

42

Mekanisme pengaduan ke MKD diatur dalam Peraturan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Tata Beracara MKD DPR RI.

1. Pengaduan adalah laporan yang dibuat secara tertulis disertai bukti awal yang cukup terhadap tindakan dan/atau peristiwa yang patut diduga dilakukan oleh Anggota sebagai pelanggaran terhadap undang-undang yang mengatur mengenai Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan perwakilan Rakyat Daerah, serta peraturan DPR yang mengatur mengenai Tata Tertib dan Kode Etik.

2. Sekretariat MKD, selanjutnya disebut Sekretariat adalah unsur pendukung teknis administratif kepada MKD.

3. Rapat MKD adalah rapat yang dipimpin oleh Pimpinan MKD dan dihadiri oleh Anggota guna melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang MKD. 4. Sidang MKD adalah proses mendengarkan keterangan Pengadu dan

Teradu, memeriksa alat bukti, dan mendengarkan pembelaan Teradu terhadap materi Pengaduan berdasarkan Tata Tertib dan Kode Etik yang dihadiri Pengadu, Teradu, Saksi, Ahli, atau pihak lain yang diperlukan oleh MKD, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri dan dilaksanakan dalam ruang sidang MKD.

5. Verifikasi adalah proses pemeriksaan terhadap unsur administratif dan materi pengaduan.

6. Pengadu adalah Pimpinan DPR, Anggota, setiap orang, kelompok, atau organisasi yang menyampaikan pengaduan.

7. Teradu adalah Anggota, termasuk Pimpinan AKD dan Pimpinan DPR yang diduga tidak melaksanakan salah satu kewajiban atau lebih dan/atau melanggar ketentuan larangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan DPR yang mengatur mengenai Tata Tertib.

8. Penyelidik adalah Pimpinan dan seluruh Anggota MKD dengan dibantu Sekretariat dan Tenaga Ahli. Rapat MKD adalah rapat yang dipimpin oleh Pimpinan MKD dan dihadiri oleh Anggota guna melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang MKD.

9. Penyelidikan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan sebelum dan pada saat Sidang MKD untuk mencari dan menemukan bukti terkait dengan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran terhadap undang-undang yang mengatur mengenai MD3, serta peraturan DPR yang mengatur mengenai Tata Tertib dan Kode Etik.

Berdasarkan Pasal 5-12 Peraturan DPR RI tentang Tata Beracara Mahkamah Kehormatan DPR RI Nomor 2 Tahun 2015 jenis perkara terdiri atas Perkara Pengaduan dan Perkara Tanpa Pengaduan.

44

Gambar 3.2 Mekanisme Pengaduan Perkara11

1. Perkara Tanpa Pengaduan adalah dugaan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini tanpa melalui prosedur pengaduan, yang telah diputuskan dalam Rapat MKD untuk ditindaklanjuti.

a. Sidang dilaksanakan atas:

1) Usulan Anggota/Pimpinan MKD;

2) Hasil verifikasi oleh Sekretariat dan Tenaga Ahli. b. Sidang meliputi:

1) Mendengarkan keterangan dan sekaligus pembelaan Teradu; 2) Memeriksa Alat Bukti.

2. Perkara Pengaduan adalah Pengaduan yang telah diputuskan dalam Rapat MKD untuk ditindaklanjuti.

a. Dugaan Pelanggaran disampaikan oleh: 1) Pimpinan DPR;

11

Keterangan: Penyelidikan dipahami sebagai tindakan untuk turun ke lapangan. Verifikasi dipahami sebagai tindakan untuk memeriksa dokumen terkait. Klarifikasi dipahami sebagai rapat untuk meminta keterangan Pengadu dan Teradu

- Mengamati, mengevaluasi disiplin etika dan moral anggota DPR - Meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan Perkara Tanpa Pengaduan (aktif) Mahkamah Kehormatan DPR RI Keputusan Rapat Mahkamah Kehormatan DPR RI - Penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan Perkara Pengaduan (pasif) Kesimpulan Rekomendasi Rapat Mahkamah Kehormatan DPR RI

2) Anggota DPR;

3) Masyarkat: baik perorangan atau pun kelompok. b. Muatan Aduan berisi:

1) Identitas Pengadu; 2) Identitas Teradu;

3) Uraian dugaan pelanggaran. c. Sidang meliputi:

1) Mendengarkan pokok permasalahan yang diajukan oleh Pengadu; 2) Mendengarkan keterangan Teradu;

3) Memeriksa Alat Bukti;

4) Mendengarkan pembelaan Teradu.

Selain mengenai jenis pengaduan perkara, dalam melaksanakan tugasnya MKD memiliki anggota sidang yang terdiri atas:

1. Kelompok Kerja

Pembentukan Kelompok Kerja ada dalam rapat untuk penanganan perkara, beranggotakan paling banyak 7 (tujuh) orang yang mewakili unsur fraksi. Tiap Kelompok Kerja dipimpin oleh salah satu Pimpinan MKD.

2. Panel

MKD membentuk Panel untuk menangani kasus pelanggaran kode etik yang bersifat berat dan berdampak pada sanksi pemberhentian anggota. Sidang Panel bersifat ad hoc dan anggota Panel terdiri atas 3 orang anggota MKD dan 4 orang dari unsur masyarakat.

46

Semua putusan MKD yang dilaporkan dan atau dibacakan dalam rapat paripurna wajib ditindaklanjuti secara administratif oleh Sekretaris Jenderal DPR. Sekretaris Jenderal DPR harus memberikan laporan tentang tindak lanjut putusan MKD kepada Pimpinan DPR paling lama 14 (empat belas) hari sejak dilaporkan dan/atau dibacakan dalam rapat paripurna dengan ditembuskan kepada MKD. MKD mengevaluasi pelaksanaan putusan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak putusan dilaporkan dan/atau dibacakan dalam rapat paripurna. Putusan MKD mengenai pemberhentian tetap anggota harus mendapatkan persetujuan rapat paripurna. Dalam hal putusan MKD mengenai pemberhentian tetap anggota sebagaimana dimaksud putusan berlaku sejak tanggal mendapatkan persetujuan rapat paripurna.

Selanjutnya hasil keputusan MKD disampaikan kepada pimpinan DPR. Keputusan MKD bersifat final dan mengikat kecuali mengenai putusan pemberhentian tetap anggota. Isi putusan terkait dengan terbukti atau tidaknya suatu pelanggaran, disertai adanya pemberian sanksi atau rehabilitasi. Sedangkan Jenis Amar Putusan MKD dalam Pasal 56 ayat (7) Peraturan DPR Nomor 2 Tahun 2015, menyatakan:

1. Teradu tidak terbukti melanggar, atau; 2. Teradu terbukti melanggar.

47