BAB III MEKANISME PENGHINDARAN PAJAK MELALUI TRANSFER
D. Mekanisme Penghindaran Pajak Melalui Transfer Pricing
Transfer pricing dapat mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan atau biaya dari satu wajib pajak ke wajib pajak
114 Ibid., hlm.16. 115 Ibid. 116 Ibid.
lainnya, yang dapat direkayasa untuk menekan keseluruhan jumlah pajak terutang atas wajib pajak-wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa tersebut. Transfer pricing dapat dilakukan dengan mengalihkan penghasilan atau biaya
dengan tidak wajar.117
1. Harga penjualan;
Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-04/PJ.7/1993 Tentang Petunjuk Penanganan Kasus-Kasus Transfer Pricing,
kekurangwajaran dari adanya transfer pricing dapat terjadi pada:
2. Harga pembelian;
3. Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost);
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang
saham(shareholderloan);
5. Pembayaran komisi,lisensi,franchise,sewa, royalti,imbalan atas jasa
manajemen, imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya;
6. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham (pemilik) atau pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah daripada pasar;
7. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang atau
tidak mempunyai subtansi usaha (misalnya dummy company, letter box
company atau reinvoicing center).
Berikut ini adalah penjelasan dari kekuranganwajaran transfer pricing di
atas:118
1. Harga penjualan (ekspor)
117
Ibid., hlm.129. 118
Ria Achmadiyah, “Transaksi Rekayasa Pajak Pada Transfer Pricing Dalam Perspektif Hukum Islam”, Undergraduate Thesis UIN Sunan AmpelSurabaya, hlm.69.
Harga jual suatu produk atau jasa yang dilakukan perusahaan afiliasi yang berada di negara yang mempunyai tarif pajak yang relatif tinggi, misalnya Indonesia, akan cenderung lebih rendah dari harga pasar. Dengan harga jual yang lebih rendah tersebut maka keuntungan dari perusahaan di Indonesia menjadi lebih kecil atau bahkan rugi sehingga pajak yang dibayar juga akan kecil, atau bahkan tidak ada pajak yang dibayar. Sebaliknya, bagi perusahaan yang membeli produk atau jasa tersebut di luar negeri (negara yang tarif pajaknya rendah) akan mendapatkan harga beli yang murah, sehingga akan memperoleh marjin laba yang besar karena harga pokoknya lebih rendah.
Contoh : PT A produsen tas di Indonesia menjual sejumlah tas kepada B Pte Ltd perusahaan afliasi selaku distributor yang berada di Singapura. Oleh B Pte Ltd tas tersebut dijual kepada pengecer (pihak independen) di Singapura. Tarif PPh di Indonesia sebesar 25% sedangkan tarif PPh di Singapura sebesar 17%. Pada kasus ini, PT A sengaja memperkecil harga jual ketika menjual kepada B Pte Ltd. Dengan demikian, keuntungan dari penjualan tas akan bergeser kepada B Pte Ltd yang berada di Singapura. Grup perusahaan merelakan sebagian besar keuntungannya dipajaki di Singapura karena tarif pajak Singapura lebih rendah
daripada di Indonesia.119
2. Harga pembelian (Impor)
Harga beli suatu produk atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan afiliasi yang berada di negara yang mempunyai tarif pajak tinggi (misalnya Indonesia), akan cenderung lebih tinggi dari harga pasar. Dengan harga beli yang lebih tinggi,
119
maka keuntungan dari perusahaan di Indonesia menjadi lebih kecil atau bahkan rugi sehingga pajak yang dibayar juga akan kecil atau bahkan tidak ada pajak yang dibayar. Sebaliknya, bagi perusahaan yang menjual produk atau jasa tersebut di luar negeri yang tarif pajaknya lebih rendah akan mendapatkan harga jual yang lebih tinggi, sehingga akan mendapatkan marjin laba yang lebih besar.
Contoh : PT C selaku distributor barang elektronik di Indonesia membeli sejumlah barang elektronik dari D Ltd perusahaan afliasi yang berada di Hongkong. Oleh PT C barang elektronik tersebut dijual kepada pengecer (pihak independen) di Indonesia. Tarif PPh di Indonesia sebesar 25%, sedangkan tarif PPh di Hongkong sebesar 16,5%. Pada kasus ini, PT C sengaja memperbesar harga pembelian ketika membeli dari D Ltd. Dengan demikian, keuntungan dari penjualan barang elektronik akan bergeser kepada D Ltd yang berada di Hongkong. Grup perusahaan merelakan sebagian besar keuntungannya dipajaki di
Hongkong karena tarif pajak Hongkong lebih rendah daripada di Indonesia.120
3. Alokasi biaya administrasi dan umum (overhead cost)
Perusahaan afiliasi yang berada di negara yang mempunyai tarif pajak yang relatif tinggi, akan cenderung meninggikan biaya-biaya seperti imbalan atas jasa teknik, dan imbalan atas jasa lainnya sehingga keuntungannya kecil dan pajak
yang dibayar juga kecil. Modus alokasi biaya administrasi dan umum (overhead
cost) biasanya dilakukan oleh BUT. Sesuai dengan ketentuan undang-undang
120
PPh, biaya administrasi kantor pusat di luar negeri diperbolehkan untuk
dibebankan sebagai pengurang pajak BUT di Indonesia.121
Kantor pusat berupaya mengalokasikan biaya tersebut sebesar-besarnya untuk mengurangi pajak yang dibayar di Indonesia. Alasan alokasi biaya tersebut karena biaya itu berkaitan dengan usaha atau kegiatan BUT di Indonesia. Otoritas pajak di Indonesia tidak mudah untuk memverifikasi kebenaran biaya ini, karena
pengeluaran dilakukan di luar negeri.122
4. Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham
(shareholder loan)
Salah satu modus transfer pricingadalah melakukan thin capitalization.
Thin capitalization adalah pembentukan struktur permodalan dimana jumlah
utang jauh lebih besar daripada saham. Thin capitalization menjadi menarik
karena ketentuan perpajakan memperbolehkan pembayaran bunga sebagai pengurang pajak, sedangkan pembayaran dividen tidak dapat menjadi pengurang pajak. Untuk mengurangi beban pajak pada anak perusahaan, induk perusahaan cenderung memilih untuk memberikan pinjaman (dan mengenakan bunga)
daripada menambah setoran saham.123
Pinjaman dari shareholder di luar negeri biasanya dengan mengenakan
tarif bunga yang tinggi (tidak wajar) sehingga biaya bunga bagi perusahaan di Indonesia menjadi tinggi dan keuntungan perusahaan menjadi kecil. Jadi di sini terjadi pergeseran keuntungan dalam bentuk pembayaran bunga yang tinggi kepada perusahaan induk di luar negeri.
121
Pasal 5 ayat (3) UU PPh. 122
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.133. 123
Ketentuan perpajakan mengatur adanya pembatasan perbandingan utang
dan modal.124 Supaya penyaluran pinjaman tersebut tidak dideteksi otoritas pajak,
maka wajib pajak memodifikasi skema penyaluran pinjaman tersebut melalui
pihak ketiga, yang sering disebut dengan istilah back to back loan.125
Padaback to back loan, induk perusahaan di luar negeri dalam memberikan pinjaman ke anak perusahaan tidak secara langsung, tetapi melalui pihak ketiga, yaitu bank yang berkedudukan di Indonesia. Penyaluran dilakukan melalui bank supaya pemberian pinjaman kelihatannya lazim. Caranya, induk perusahaan membuat kesepakatan dengan bank di Indonesia untuk menempatkan dana dalam bentuk deposito ke bank tersebut, selanjutnya bank memberikan pinjaman ke anak perusahaan di Indonesia dengan mengenakan bunga dengan tingkat bunga yang disepakati. Pada skema ini, bank tidak merasa rugi karena tetap mendapat imbalan dari selisih pendapatan bunga pinjaman dan beban bunga deposito, walaupun
jumlahnya kecil.126
5. Pembayaran royalti
Skema transfer pricing untuk penghindaran pajak dapat berupa
pembayaran royalti kepada induk perusahaan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh : PT A adalah produsen minuman dengan merek “A”. Minuman yang diproduksi dengan merek “A” tersebut sudah sangat terkenal di Indonesia. B Ltd sebuah perusahaan multinasional berkedudukan di luar negeri yang bergerak dalam bidang makanan dan minuman. Makanan dan minuman yang diproduksi B Ltd menggunakan merek “B”. Walaupun merek “B” dikenal di pasar
124
Pasal 18 ayat (1) UU PPh. 125
Anang Mury Kurniawan, Loc.Cit.
126
internasional, tetapi untuk pasar lokal di Indonesia merek “B” belum dikenal masyarakat. Pada suatu saat B Ltd mengakuisisi PT A. Setelah akuisisi tersebut dibuat kebijakan bahwa setiap produk minuman yang diproduksi oleh PT A, selain mencantumkan merek “A” juga mencantumkan merek dagang B Ltd berupa logo “B”. Atas pencatuman logo “B” tersebut, PT A harus membayar royalti
kepada B Ltd.127
Pembayararan royalti tersebut dibebankan sebagai biaya dalam perhitungan pajak. Pembayaran royalti tersebut sesungguhnya tidak perlu, sebab sebenarnya pemakaian merek dagang “B” tidak signifikan memengaruhi penjualan minuman, karena PT A sebenarnya telah mempunyai merek dagang
yang kuat. 128
6. Pembayaran jasa intra-group
Pembayaran-pembayaran tersebut biasanya dilakukan dengan jumlah yang tak wajar sehingga akan meninggikan biaya perusahaan dan memperkecil keuntungan.
Praktik transfer pricing dapat dilakukan dengan adanya kewajiban
pembayaran jasa seperti jasa teknik, jasa manajemen, dan jasa lainnya ke induk perusahaan di luar negeri. Walaupun sebenarnya pembayaran jasa-jasa tersebut tidak diperlukan. Pembayaran jasa tersebut jumlahnya ditentukan oleh induk perusahaan, sehingga sering terjadi nilai yang dibayarkan melebihi kewajaran. Pembayaran jasa tersebut dibebankan sebagai biaya pengurang pajak oleh anak
perusahaan, sehingga kewajiban pajak di Indonesia menjadi lebih kecil.129
127
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.136. 128
Ibid.
129
7. Jasa produksi/maklon
Antara anak perusahaan di Indonesia dan induk perusahaan di luar negeri mengikat kontrak jasa produksi (maklon). Anak perusahaan memproduksi barang atas pesanan induk perusahaan, dengan spesifikasi barang dan bahan baku disediakan oleh induk perusahaan. Atas jasanya anak perusahaan mendapat
imbalan (fee). Barang yang sudah jadi langsung dikirim oleh perusahaan di
Indonesia ke pembeli yang ditunjuk oleh induk perusahaan. Pada skema ini anak
perusahaan di Indonesia diberikan imbalan (fee) jasa produksi (maklon) dengan
nilai sangat rendah, sehingga pajak yang dikenakan menjadi kecil. Induk perusahaan menjual barang tersebut ke pihak lain dengan harga yang tinggi.
8. Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham atau pihak yang
mempunyai hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar.
Pembelian harta perusahaan anak oleh perusahaan induk dengan harga lebih rendah dari harga pasar akan mengakibatkan kerugian perusahaan anak atau keuntungannya yang menjadi lebih kecil. Pajak yang dibayar oleh perusahaan anak di Indonesia akan lebih kecil karena rugi.
9. Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ketiga yang kurang/tidak
mempunyai substansi usaha (misalnya letter box company)
Transfer pricing dapat dilakukan dengan melakukan penjualan melalui Dummy company. Dummy company adalah “perusahaan boneka” yang dibuat di luar negeri oleh perusahaan di Indonesia untuk kepentingan penjualan barang ke
pihak lain.130
130
Anang Mury Kurniawan, Op.Cit., hlm.138.
dikenal dengan istilah tax haven country yang mempunyai infrastruktur keuangan dan perbankan yang canggih dan terdapat jaminan kerahasiaan informasi keuangan perusahaan. Untuk keperluan bisnisnya banyak perusahaan mendirikan
cabang di negara tax haven tersebut dengan hanya berfungsi untuk menerima dan
melakukan pembayaran atau hanya berfungsi untuk membuat invoice. Atau
pembayaran dividen, bunga, capital, gain, komisi, lisensi, franchise, royalti, sewa
dan lainnya dari Indonesia ke negara tax haven country tersebut biasanya
dikenakan tarif pajak penghasilan yang lebih kecil daripada jika pembayaran
tersebut dilakukan ke negara bukan tax haven country.
Negara-negara ini memperbolehkan pendirian perusahaan di negara
tersebut walaupun tanpa subtansi usaha, hanya sekadar alamat (letter box
company). Barang seolah-olah terlebih dahulu dijual ke dummy company,
selanjutnya oleh dummy company barang tersebut dijual ke pihak lain. Walaupun
kenyataan sebenarnya barang langsung dikirim kepada pihak lain tersebut.131
10.Reinvoicing
Dengan alasan untuk kepentingan pemasaran di kawasan terentu, perusahaan di Indonesia sengaja mendirikan perusahaan yang berfungsi sebagai
kantor perwakilan di luar negeri (regional office). Pendirian regional office ini
dilakukan di negara-negara yang tarif pajaknya rendah atau memberikan fasilitas
bagi pendirian regional office, misalnya Hongkong dan Singapura.132
Walaupun kenyataannya barang dikirim langsung oleh perusahaan di Indonesia kepada pihak lain, tetapi penjualan barang kepada pihak lain
131
Ibid.
132
olah dilakukan melalui regional office tersebut. Atas penjualan dari perusahaan di
Indonesia ke regional office, diterbitkan tagihan (invoce). Selanjutnya, oleh
regional office barang dijual ke pihak lain dengan menerbitkan tagihan (invoice)
lagi ke pihak lain tersebut. Praktik seperti ini disebut dengan istilah
re-invoicing.133
11.Penjualan atau pembelian saham
Modus transfer pricing untuk penjualan atau pembelian saham biasanya
melibatkan grup perusahaaan yang berada di negara tax haven country atau
negara-negara yang tidak mengenakan pajak atas capital gain. Beberapa negara
tidak masuk dalam kategori tax havencountry, karena negara tersebut mengenakan
PPh dan bersedia melakukan tukar-menukar informasi dengan negara lain.
Namun, negara tersebut tidak mengenakan pajak atas capital gain.134
Contoh : PT A mempunyai penyertaan saham di PT B sebuah perusahaan rokok di Indonesia. Saham PT B tersebut diperoleh PT A dengan harga perolehan 2 miliar rupiah. PT A berencana menjual saham PT B tersebut kepada X Corp yang berkedudukan di Amerika Serikat. Diperkirakan harga pasar saham PT B saat ini 10 miliar rupiah. Apabila PT A langsung menjual saham tersebut ke X Corp, maka atas keuntungan penjualan saham 8 miliar rupiah dikenakan pajak di Indonesia. Untuk memperkecil pajak, terlebih dahulu saham PT B oleh PT A
dijual kepada Z Ltd (perusahaan afliasi dari PT A) yang berkedudukan di tax
haven country untuk memperkecil pajak. Harga jual saham dari PT A ke Z Ltd ditentukan sebesar 3 miliar rupiah. Selanjutnya, oleh Z Ltd saham PT B tersebut
133
Ibid.
134
dijual ke X Corp dengan harga pasar 10 miliar rupiah. Dengan skema ini, PT A hanya terutang pajak di Indonesia sebesar keuntungan penjualan saham PT B ke Z Ltd sebesar 1 miliar rupiah. Keuntungan penjualan saham PT B sebesar 7 miliar
rupiah tidak dikenakan pajak, karena Z Ltd berkedudukan di tax haven country.135
Dengan semakin berkembangnya dunia usaha yang seringkali bersifat transnasional dan dengan diperkenalkannya metode dan produk usaha baru, maka
bentuk dan variasi transfer pricing dapat tidak terbatas. Namun demikian, dengan
pengaturan lebih lanjut ketentuan tentang transaksi antar wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa diharapkan dapat meminimalkan atau mengurangi
praktik penghindaran pajak melalui rekayasa transfer pricing tersebut.136