• Tidak ada hasil yang ditemukan

Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan…

BAB II HUKUM PAJAK PENGHASILAN DI INDONESIA…

B. Subjek Pajak Penghasilan dan Objek Pajak Penghasilan…

Pengertian penghasilan dalam UU PPh tidak memperhatikan adanya penghasilan dari sumber tertentu, tetapi pada adanya tambahan kemampuan ekonomis. Tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak merupakan ukuran terbaik mengenai kemampuan wajib pajak tersebut untuk ikut bersama-sama memikul biaya yang diperlukan pemerintah untuk kegiatan

rutin dan pembangunan.33

Wajib pajak dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak atau dapat pula dikenai pajak untuk penghasilan dalam bagian tahun pajak apabila kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau berakhir dalam tahun pajak.

Menurut Pasal 1 angka (2) UU KUP,wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

34

Secara garis besar subjek pajak adalah pihak-pihak (orang maupun badan) yang akand ikenakan pajak, sedangkan objek pajak adalah segala sesuatu yang Tahun Pajak menurut Pasal 1 angka (8) UU KUP adalah jangka waktu 1 (satu) tahun kalender kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalender.

33

Thomas Sumarsan, Op.Cit., hlm.125.

34

akan dikenakan pajak. PPh termasuk dalam kategori sebagai pajak subjektif, artinya pajak dikenakan karena ada subjeknya yakni telah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan perpajakan. Sehingga terdapat ketegasan bahwa

apabila tidak ada subjek pajaknya, maka jelas tidak dapat dikenakan PPh.35

Secara umum pengertian subjek pajak adalah siapa yang dikenakan pajak. Secara praktik yang termasuk dalam pengertian subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, badan, dan bentuk

usaha tetap.36

Yang menjadi subjek pajak adalah :37

1. a. Orang pribadi

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang

berhak;

2. Badan;

3. Bentuk usaha tetap.

Pada penjelasan UU PPh Pasal 2 ayat (1) huruf a, orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia ataupun di luar Indonesia.Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek pajak pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

35

Erly Suandi, Op.Cit., hlm.45.

36

Ibid.

37

Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan yang ditinggalkan oleh orang pribadi subjek pajak dalam negeri dianggap sebagai subjek pajak dalam negeri yang berarti dalam hal ini adalah status pewaris. Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakannya, warisan tersebut menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak. Apabila warisan tersebut telah

dibagi, maka kewajiban perpajakannya beralih kepada ahli waris.38

Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebagai Subjek Pajak luar negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, tidak dianggap sebagai subjek pajak pengganti karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dimaksud melekat pada objeknya. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukannya sebagai subjek pajak menggunakan nomor pokok

wajib pajak dari wajib pajak orang pribadi yang meninggalkan warisan tersebut.39

38

Thomas Sumarsan, Op.Cit., hlm.126.

39

Ibid.

Sebagaimana diatur dalam UU KUP Pasal 1 angka (3), badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

Badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah merupakan subjek pajak tanpa memperhatikan nama dan bentuknya, sehingga setiap unit tertentu dan badan pemerintah, misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang dimiliki oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan untuk memperoleh penghasilan merupakan subjek pajak.40

Badan sebagai subjek pajak adalah suatu bentuk usaha atau bentuk

non-usaha yang meliputi :41

1. Perseroan terbatas;

2. Perseroan komanditer;

3. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah

(BUMD) dengan nama dan bentuk apapun;

4. Persekutuan;

5. Perseroan atau perkumpulan lainnya;

6. Firma; 7. Kongsi; 8. Perkumpulan koperasi; 9. Yayasan; 10.Lembaga; 11.Dana pensiun;

12.Bentuk usaha tetap;

13.Bentuk usaha lainnya.

40

Muhammad Rusjdi, Op.Cit., hlm.10.

41

Dari uraian di atas, terlihat bahwa yang dimaksud dengan badan sebagai subjek pajak tidaklah semata-mata yang bergerak dalam bidang usaha (komersial), namun juga yang bergerak di bidang sosial, kemasyarakatan, dan sebagainya, sepanjang pendiriannya dikukuhkan dengan akta pendirian oleh yang berwenang, sehingga tidak ada alasan bagi badan (khususnya organisasi) selain yang bergerak di bidang usaha untuk menyatakan bahwa mereka tidak termasuk sebagai subjek

pajak.42

Yang dimaksud dengan bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, untuk menjalankan usaha atau melakukan

kegiatan di Indonesia.43

Bentuk usaha tetap dapat berupa :

Menurut UU PPh Pasal 2 ayat (1a), bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan pajaknya dipersamakan dengan subjek pajak badan.

44

1. Tempat kedudukan manajemen;

2. Cabang perusahaan; 3. Kantor perwakilan; 4. Gedung kantor; 5. Pabrik; 6. Bangkel; 42 Ibid. 43

Muhammad Rusjdi, Op.Cit., hlm.11.

44

7. Gudang;

8. Ruang untuk promosi dan penjualan;

9. Pertambangan dan penggalian sumber alam;

10.Wilayah kerja pertambangan minyak dan gas bumi;

11.Perikanan, peternakan, pertanian, perkebunan, atau kehutanan;

12.Proyek konstruksi, instalasi, atau proyek perakitan;

13.Pemberian jasa dalam bentuk apapun oleh pegawai atau orang lain, sepanjang

dilakukan lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan;

14.Orang atau badan yang bertindak selaku agen yang kedudukannya tidak bebas;

15.Agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang tidak didirikan dan tidak

bertempat kedudukan di indonesia yang menerima premi asuransi atau menanggung resiko di indonesia; dan

16.Komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis yang dimiliki, disewa, atau

digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik untuk menjalankan kegiatan usaha melalui internet.

Sebagaimana telah ditetapkan dalam UU PPh, subjek pajak dapat

dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu :45

1. Subjek pajak dalam negeri yang terdiri dari :

a. Subjek pajak orang pribadi, yaitu :

45

1) orang pribadi yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari (tidak harus berturut-turut) dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, atau

2) orang pribadi yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan

mempunyai niat bertempat tinggal di Indonesia.

b. Subjek pajak badan, yaitu :

Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria :

1) pembentukannya berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

2) pembiayaannya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja

negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;

3) penerimaannya dimasukkan dalam anggaran pemerintah pusat atau

pemerintah daerah; dan

4) pembukuannya diperiksa oleh aparat pengawasan fungsional negara;

c. Subjek Pajak warisan, yaitu :

Warisan yang belum dibagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh orang pribadi sebagai Subjek Pajak Luar Negeri yang tidak menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia, tidak dianggap sebagai Subjek Pajak pengganti karena pengenaan pajak atas

penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi dimaksud melekat

pada objeknya.46

2. Subjek pajak luar negeri yang terdiri dari :

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia; dan

b. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

Pada penjelasan UU PPh Pasal 2 ayat (1), Perbedaan yang penting antara wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri terletak dalam pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:

a. wajib pajak dalam negeri dikenai pajak atas penghasilan baik yang

diterima atau diperoleh dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

46

sedangkan wajib pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan di Indonesia;

b. wajib pajak dalam negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan neto

dengan tarif umum, sedangkan wajib pajak luar negeri dikenai pajak berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak sepadan; dan

c. wajib pajak dalam negeri wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan

Tahunan Pajak Penghasilan sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan wajib pajak luar negeri tidak wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui pemotongan pajak yang bersifat final.

Dalam perpajakan, yang dimaksud dengan objek pajak yaitu sesuatu yang dikenakan pajak. Pasal 4 ayat (1) UU PPh telah memberikan penegasan mengenai

objek PPh, yaitu penghasilan.47Dari mekanisme aliran pertambahan kemampuan

ekonomis, penghasilan yang diterima oleh wajib pajak dapat dikategorikan atas

empat sumber yakni:48

a. penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan berdasarkan

hubungan kerja dan pekerjaan bebas;

b. penghasilan dari usaha dan kegiatan;

c. penghasilan dari modal;

d. penghasilan lain-lain, seperti hadiah, pembebasan utang, dan

sebagainya.

47

Erly Suandy, Op.Cit., hlm.54. 48

Sesuai dengan pengertian tentang penghasilan yang luas, yang dianut oleh

UU PPh, penghasilan di bawah ini dapat dikenai pajak bersifat final :49

a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga

obligasi dan surat utang negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang pribadi;

b. penghasilan berupa hadian undian;

c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi

derivatif yang diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura;

d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau

bangunan, usaha jasa konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan bangunan; dan

e. penghasilan tertentu lainnya yang diatur dengan atau berdasarkan

peraturan pemerintah.

Dokumen terkait