• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

3. Melakukan survey kebutuhan pasar

Para pelaku usaha perikanan, khususnya pelaku usaha kecil dan menengah di wilayah pesisir perlu mendapatkan pembinaan dari berbagai pihak, agar mereka dapat melakukan ekspansi pasar dari produk perikanan yang mereka hasilkan. Pengembangan pangsa pasar mencakup pasar lokal, antar provinsi atau untuk pasar ekspor. Untuk pengembangan pasar lokal salah satunya dengan melakukan program atau kegiatan yang menumbuhkan budaya gemar makan ikan. Beberapa propaganda yang dapat disampaikan pada masyarakat agar gemar makan ikan antara lain ikan kandungan protein yang tinggi dan tidak mengandung, produk perikanan banyak jenis dan harga (dari murah/terjangkau sampai yang mahal), ikan halal dimakan walaupun dalam keadaan mati, serat halus sehingga mudah dicerna serta mengandung omega 3 yang sangat berperan dalam meningkatkan kecerdasan. Dengan meningkatnya konsumsi ikan perkapita masyarakat, maka

diharapkan akan meningkat pula kebutuhan akan produksi ikan. Untuk mengetahui kebutuhan pasar dan respon terhadap produk perikanan juga perlu dilakukan terlebih dahulu survey kebutuhan pasar.

Peningkatan Standar Mutu Produk Perikanan (S5)

Strategi ini dibuat berdasarkan faktor kekuatan (S) yang dimiliki yaitu potensi SDP pesisir yang masih besar dan besarnya minat masyarakat (petani, nelayan dan masyarakat) berusaha dibidang perikanan serta ancaman (T) yang harus diantisipasi berupa klaim (penolakan) dari pembeli terhadap produk perikanan serta pesaing dari produsen lain (negara lain) dengan poduk yang sama. Produk perikanan harus memenuhi standar mutu yang diinginkan oleh pembeli

(buyers) agar tidak diklaim, pencegahan pembusukan, keamanan pangan juga

untuk mendapatkan harga yang baik. Dengan mutu yang baik dan hieginis diharapkan produk perikanan dapat bersaing dengan produk yang sama dari daerah atau negara lain.

Dalam implementasinya program atau kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka strategi peningkatan standar mutu produk perikanandi wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah:

1. Peningkatan performance dan mutu produk perikanan 2. Peningkatan pengawasan dan pengujian produk perikanan 3. Diversikasi produk olahan

Produk perikanan yang dihasilkan oleh nelayan dan pengolah hasil perikanan di daerah ini masih menggunakan cara pengolahan yang sederhana, sehingga kualitas produk perikanan yang dihasilkan juga rendah, hal terlihat dari tampakan luar, baud an ketahanannya. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan performance dan mutu produk perikanan sehingga menghasilkan kualitas produk yang baik. Program yang perlu juga dilakukan dalam rangka melindungi konsumen dan sekaligus melingdungi usaha pengolahan hasil perikanan adalah penigkatan pengawasan pada usaha pengolahan secara berkala untuk menghindari penggunaan bahan-bahan berbahaya (seperti formalin dan pestisida) dalam mengawetkan dan membuat ikan asin. Produk olahan hasil perikanan perlu

dilakukan diversikasi dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan memenuhi permintan konsumen. Tujuan yang ingin dicapai dari strategi ini adalah peningkatan nilai tambah dan keamanan pangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan pengolah hasil perikanan, petani ikan dan nelayan.

Peningkatan Koordinasi dan Pengawasan antar pihak terkait (S6)

Clark (1995) mengemukakan pentingnya melakukan koordinasi dan pengawasan dalam pengelolaan wilayah pesisir dengan alasan antara lain; kompleksitas kepentingan publik di wilayah pesisir, dampak satu sektor terhadap sektor lainnya, air merupakan sumberdaya fluida yang tidak dapat dimiliki yang secara simultan mempengaruhi kepentingan penggunaan pesisir serta kepentingan berbagai pihak termasuk pihak internasional terhadap produk atau komoditas dari wilayah pesisir. Menurut Abdurachman (1973) koordinasi merupakan kegiatan untuk menertibkan, sehingga segenap kegiatan manajemen maupun pelaksanaan satu sama lain tidak simpang siur, tidak berlawanan arah dan dapat ditujukan kepada titik pencapaian tujuan dengan efisien.

Strategi peningkatan koordinasi dan pengawasan antar pihak terkait dalam pengembangan perikanan wilayah pesisir bertitik tolak dari kekuatan dan ancaman. Kekuatan yang dimiliki yaitu potensi SDP pesisir yang masih besar, adanya institusi (Dinas Kelautan dan Perikanan dan Sekolah Menengah Kejuruan Kelautan dan Perikanan) yang komit dan mulai adanya peran LSM dan Perguruan Tinggi dalam pembangunan perikanan serta kemauan politik yang kuat dibidang perikanan saat ini untuk menghadapi atau mengurangi ancaman berupa degradasi lingkungan, klaim terhadap produk perikanan, pesaing dengan produk yang sama, pencurian ikan oleh nelayan asing dan masih adanya egosektoral berbagai pihak atau lembaga terkait.

Dalam implementasinya program atau kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan pengawasan dan koordinasi antar pihak terkait dalam pengembangan perikanan pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur yaitu:

1. Mengkoordinasikan setiap kegiatan pembangunan masing- masing sektor baik pemerintah maupun swasta

2. Melakukan koordinasi dan pengawasan mencecah terjadinya tindakan kriminalitas di laut (pencurian ikan oleh nelayan asing dan perampokan). Koordinasi perlu dilakukan untuk menghindari atau menangani terjadinya degradasi lingkungan ataupun yang dapat mengganggu aktivitas sektor lain. Koordinasi dilakukan dengan berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta (perusahaan). Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur terdapat 3 buah perusahaan besar yaitu PT. WKS, Petro Cina dan Perusahaan Gas Negara (PGN). PT. WKS merupakan perusahaan bergerak dibidang industri kayu lapis dan bubur kertas serta mempunyai konsensi hutan produksi yang aktifitasnya berdampak pada terjadinya pencemaran dan sedimentasi. Sedangkan Petro Cina merupakan perusahaan minyak yang lokasi pengeboran (eksplorasi) dan pengkapalan (tanker) berada di wilayah pesisir yang rentan mengeluarkan bahan cemaran dalam operasionalnya berupa tumpahan minyak atau bahan lain selama proses pengeboran dan pengkapalan. Di perairan pesisir dan laut Kabupaten Tanjung Jabung Timur juga sering terjadi pencurian ikan oleh nelayan asing serta perampokan terhadap nelayan yang sedang menangkap ikan. Untuk mencegah atau mengurangi kejadian kriminalitas di laut ini perlu peningkatan koordinasi dan pengawasan secara berkala antar pihak terkait seperti Angkatan Laut (AL), Dinas Kelautan dan Perikanan, Polisi (PolAirud) dan Dinas Perhubungan. Abubakar et al. (2002) melaporkan pentingnya peningkatan koordinasi antar instansi dalam pengeloaan perikanan pesisir. Dalam penelitiannya Abubakar et al. (2002) melaporkan bahwa untuk menghindari tumpang tindih dan konflik kepentingan berbagai intansi dan masyarakat maka skenario peningkatan koordinasi antar instansi pengelola pesisir merupakan prioritas pertama dalam optimasi implementasi Renstra pengelolaan perikanan pantai Lampung.

Kejasama Dengan Berbagai Pihak Untuk Meningkatkan Produktivitas Usaha Perikanan (S7)

Kekuatan yang dimiliki dan peluang yang ada merupakan modal dalam pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur. Namun kenyatan yang ada di lapangan produktivitas usaha perikanan seperti budidaya, penangkapan dan pengolahan hasil perikanan masih rendah. Untuk budidaya tambak produksinya baru mencapai 1 037 kg/ha/tahun, dan penangkapan ikan tahun 2004 baru mencapai 28 842.60 ton dari potensi 76 500

ton/tahun atau baru mencapai 37.70 %. Untuk itu produksi berbagai usaha perikanan tersebut perlu ditingkatkan, sehingga produktivitas usaha perikanan dapat tercapai dengan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak.

Dalam implementasinya kerjasama dengan berbabagai pihak untuk meningkatkan produktivitas usaha perikananwilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur dilakukan dengan membuat program atau kegiatan yaitu:

1. Uji coba atau penelitian usaha penangkapan, budidaya dan pengolahan hasil. 2. Mendatangkan investor untuk menggarap SDP pesisir dengan mengikutkan

masyarakat setempat

Uji coba atau penelitian usaha penangkapan, budidaya dan pengolahan perlu dilakukan untuk mengetahui komoditas yang cocok, tekonologi yang sesuai serta pola usaha yang sesuai dengan kondisi alam di Kabupaten Tanj ung Jababung Timur. Uji coba ini juga untuk menghindari kegagalan dalam usaha, sehingga tujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tercapai. Kerjasama dalam rangka uji coba atau penelitan dapat dilakukan dengan berbagai pihak antara lain Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, Perusahaan atau dengan LSM. Produksi perikanan Kabupaten Tanj ung Jabung Timur masih rendah yang disebabkan rendahnya produktivitas juga memang potensi yang ada belum digarap secara baik dan optimal. Untuk menggarap potensi SDP pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur maka diperlukan investor dengan mengikutkan masyarakat pesisir khususnya nelayan, petani ikan dan pengolah hasil perikanan, sehingga masyarakat tersebut juga merasakan manfaat SDP yang ada di wilayahnya.

Menerapkan Sistem Ramah Lingkungan Setiap Usaha Perikanan (S8)

Usaha sektor perikanan di wilayah pesisir merupakan pengembangan sektor ekonomi berbasis SDA yang dalam proses atau hasil akhirnya sering menghasilkan limbah atau bahan yang berpotensi menyebabkan terjadinya pencemaran. Pemanfaatan SDP pesisir ramah lingkungan akan dapat mengurangi kerusakan lingkungan dan pencemaran, sehingga pemanfaatan SDA tersebut dapat berkelanjutan. Selain itu dengan menerapkan sistem ramah lingkungan dalam usaha perikanan juga untuk menghindari kontamiasi dan rusaknya produk

dampak dari penerapan usaha yang tidak atau kurang ramah lingkungan. Program atau kegiatan yang dapat dilakukan dalam implemnentasi strategi penerapan sistem ramah lingkungan setiap usaha perikanan dalam rangka pengembangan perikananpesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah:

1. Pelarangan penggunaan bahan, alat dan cara terlarang dalam usaha perikanan

2. Penerapan sanitasi lingkungan pada setiap rantai produksi dan rantai pemasaran

3. Budidaya tambak sistem tradisional dan atau tradisional plus

Pemerintah perlu melarang secara tegas paraktek penggunaan bahan, alat dan cara terlarang dalam usaha perikanan, bila perlu diberikan penghargaan (reward)

bagi yang patuh dan mengikuti peraturan serta menjatuhkan hukuman

(punishment) yang setimpal bagi yang melanggar aturan. Hal- hal yang dilarang

dalam usaha perikanan tersebut antara lain: penggunaan bahan beracun, peledak dan listrik dalam penangkapan ikan, penggunaan Malachyte Green dan

Clhoramphenicol untuk pengobatan dan pencegahan penyakit ikan dalam usaha

pembesaran dan pembenihan ikan serta penggunaan formalin dan pestisida dalam penanganan ikan segar dan pembuatan ikan asin. Penerapan sanitasi lingkungan sangat penting untuk menghindari kontaminasi, untuk itu maka perlu memperhatikan kebersihan lingkungan dan peralatan selama proses produksi sampai pemasaran. Budidaya tambak sistem tradisional dan atau tradisional plus perlu dipertimbangkan untuk dikembangkan di daerah ini, karena sistem ini lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan sistem intensif. Budidaya tambak sistem tradisonal atau tradisional plus lebih ramah lingkungan pemberian pakanya lebih mengandalkan pada pakan alami dan sedikit pakan tambahan. Sedangkan budidaya tambak secara intensif cendrung meninggalkan residu yang berasal dari sisa pakan, penggunaan mesin (pompa dan kincir) yang terkadang menenyebabkan tumpahan minyak dan oli serta menurunya daya dukung alam (perairan) akibat pengelolaan yang intensif. Dalam jangka panjang efek penerapan bud idaya tambak secara intensif dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, menurunkan daya dukung perairan dan pencemaran.

Pemanfaatan Skim Kredit dan Bantuan Modal Secara Optimal (S9)

Beberapa tahun terakhir sumber pendanaan untuk sektor perikanan cukup tersedia dalam bentuk bantuan cuma-cuma dari Pemerintah, bantuan bergulir

(revolving) maupun dalam bentuk pinjaman (kredit) dari Bank maupun BUMN.

Namun kenyataan di lapangan dana tersebut, khususnya yang berupa pinjaman sulit pencairanya karena berbagai alasan antara lain persyaratan teknis, agunan maupun persyaratan administrasi lain yang sulit dipenuhi.

Dalam implementasinya program atau kegiatan yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan kredit dan bantuan modal secara optimal untuk pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah:

1. Mengoptimalkan koperasi petani nelayan sebagai unit usaha simpan pinjam 2. Mengupayakan pemanfaatan dana Comunity Development dari perusahaan

untuk pengembangan usaha perikanan pesisir.

3. Mengusulkan deregulasi untuk kemudahan mendapatkan kredit.

Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki 9 buah KUD nelayan dengan anggota sebanyak 1 560 orang (DKP Tanjung Jabung Timur, 2003). KUD nelayan ini merupakan aset dalam pengembangan perikanan pesisir karena dengan adanya KUD dapat dikembangkan usaha ekonomi produktif antara lain melalui kegiatan simpan pinjam. Untuk menambah modal koperasi, maka koperasi dapat mengajukan pinjaman ke Bank yang kemudian dipinjamkan lagi kepada anggotanya. Tersedianya dana pada perusahaan besar (PT.WKS, Petro Cina dan PGN) yang berdomisili di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur berupa dana pengembangan masyarakat Community development (CD) yang selama ini belum pernah diberikan untuk pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur diharapkan pada masa mendatang sebagian dari dana CD perusahaan tersebut dapat pula diperuntukan bagi pengembangan perikanan pesisir. sebagai bentuk tanggungjawab dan partisipasi perusahaan tersebut dalam pengembangan ekonomi masyarakat pesisir, khususnya nelayan, petani dan pengolah hasil perikanan.

Program atau kegiatan lain dalam rangka pemanfataan skim kredit dan bantuan modal secara optimal adalah mengusulkan regulasi untuk mendapatkan

kredit bagi nelayan, petani ikan dan pengolahan hasil perikanan. Tersedianya pagu pinjaman pada Bank sering tidak dapat dimanfaatkan/terealisasi secara optimal karena berbagai persyaratan yang sulit dipenuhi. Maka untuk itu perlu deregulasi persyaratan pinjaman agar terjangkau dan dapat dipenuhi oleh mereka. Usulan deregulasi persyaratan peminjaman pada Bank milik Pemerintah Daerah Provinsi Jambi berkemungkinan dapat dilaksanakan dengan tetap memperhatikan aspek kehati-hatian. Pada Bank BUMN (BNI, BRI dan Bank Mandiri) dan Bank swasta perlu komitmen dan kemauan politik yang kuat dari pemerintah pusat dan perbankan tersebut dalam mengembangkan perikanan pesisir.

Penyusunan Profil Detail Potensi Sumberdaya Perikanan Pesisir (S10)

Penyusunan profil detail potensi cukup penting guna mengantisipasi permintaan data, khususnya pihak yang berkeinginan mengembangkan perikanan pesisir di daerah ini. Sampai saat ini belum dilakukan penelitian yang komprenhesif untuk menghasilkan profil detail potensi SDP pesisir baik dari aspek teknis (detail kelayakan teknis), sosial dan ekonomi. Informasi yang ada saat ini belum terinci tentang kapasitas dan daya dukung, luas potensi dan lokasi secara rinci Kegagalan sebagian pelaku usaha perikanan, khususnya petani tambak di daerah ini karena belum adanya data dan informasi teknis yang detail tentang potensi SDP pesisir yang ada, sehingga setelah usaha dilakukan sering menemukan kendala. Tersedianya profil detail potensi penting untuk mempromosikan dan meyakinkan investor tentang potensi sumberdaya perikanan pesisir yang dimiliki oleh daerah ini.

Implementasinya strategi penyusunan profil detail potensi sumberdaya perikanan pesisir dilakukan dengan melaksanakan program atau kegiatan yaitu:

1. Penyusunan detail potensi perikanan penataan ruang wilayah pesisir 2. Penyus unan kelayakan aspek teknis (tanah, air, oceanografi dan biologi) 3. Penyusunan kelayakan usaha perikanan pesisir skala kecil dan menengah

Untuk program atau kegiatan 1 dan 2 perlu dilakukan dengan melakukan penelitian yang mendalam, menggunakan Citra (Landsat atau Ikonos) serta turun langsung ke lapangan (ground truogh). Untuk program atau kegiatan 3 perlu

dilakukan dengan cara uji coba/kaji terap untuk mendapatkan panduan atau rekomendasi usaha perikanan wilayah pesisir skala kecil dan menengah. Untuk melaksanakan program ini perlu melibatkan berbagai pihak yang ahli dibidangnya berasal dari Perguruan Tinggi, Badan Litbang, perusahan dan LSM.

Peran Lembaga Terkait Dalam Pengembangan Perikanan Pesisir

Keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara penuh atau parsial sama prinsipnya dengan keterlibatan pada sektor ekonomi lain yaitu dalam rangka kepentingan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan terhadap sumberdaya perikanan (Nikijuluw,2002).

Jentoft (1989) in Nikijuluw (2002) menyebutkan ada 3 alasan pemerintah perlu terlibat dalam pengelolaan perikanan wilayah pesisir yaitu:

1)Alasan efisiensi; keikutsertaan pemerintah dalam mengelola sumberdaya

perikanan supaya efisiensi dapat ditingkatkan. Sumberdaya ikan (perikanan tangkap) bersifat open acsess dan public proverty yang pemanfatannya membawa akibat eksternalitas (khusunya eksternalitas negatif) dan deplesi terhadap sumberdaya. Untuk itu perlu peran pemerintah mengatur pemanfatannya agar dampak eksternalitas (khususnya eksternalitas negatif) dan deplesi dapat dikurangi

2). Alasan Keadilan; jika pemerintah tidak ikut campur tangan maka pemodal kuat akan mengambil manfaat secara berlebihan dan membiarkan nelayan/ petani ikan yang bermodal kecil bahkan tidak punya modal dalam kemiskinan dan kemelaratan. Sealanjutnya pada saat ketimpangan sudah terlalu matang dan sulit diatasi hal dapat menjadi sumber konflik.

3) Alasan administrasi; pemerintah berhak menjalankan administrasi dengan otoritas dan kemampuannya. Dengan ini pemerintah dapat melaksanakan peran dan fungsi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.

Lawson (1984) in Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwa pemerintah juga mempunyai kelemahan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pesisir antara lain: kegagalan dalam mencegah kelebihan eksploitasi SDP karena keterlambatan dalam pelaksanaan peraturan yang telah ditetapkan, kesulitan dalam penegakan hukum, kemampuan dan keberhasilan masyarakat menghindar dari peraturan, kebijakan yang kurang tepat dan tidak jelas serta terkadang bertentangan,

administrasi tidak efisien dalam bentuk transaksi yang relatif tinggi, wewenang terbagi kepada beberapa lembaga, data dan informasi kurang atau tidak tepat dan kegagalan dalam merumuskan keputusan manajemen. Dengan adanya kelemahan-kelemahan dari pemerintah maka dalam pengembangan atau pengelolaan sumberdaya perikanan perlu mengikutkan berbagai pihak atau lembaga terkait, sehingga pengelolaan atau pengembangannya dapat dilaksanakan dengan baik dan optimal.

Berdasarkan identifikasi terhadap peran dan fungsi lembaga terkait dalam pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur (Lampiran 7) secara umum peran pihak terkait dapat menunjang pengembangan perikanan pesisir secara optimal, namun ada peran tumpang tindih yang perlu dihilangkan yaitu pelaksanaan program atau kegiatan oleh Bapelitbangda dan perizinan oleh Bagian LH. Bapelitbangda merupakan instansi pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang membantu tugas Bupati dalam mengkoordinasi penyusunan perencanaan program, kerjasama, evaluasi dan monitoring program serta penelitian dan pengembangan seharusnya tidak melaksanakan peran pelaksanaan program atau kegiatan teknis karena akan tumpang tindih dengan peran instansi teknis yang mempunyai peran sebagai pelaksana program pembangunan (Dinas). Bagian LH Sekretariat Pemda Tanj ung Jabung Timur merupakan institusi yang membantu tugas Bupati dibidang penanganan lingkungan dan lebih bersifat administratif dan konseptual. Pemberian izin seharusnya hanya diberikan oleh instansi teknis yang bersangkutan sehingga tidak memberatkan masyarakat.

Dinas Perhubungan Kabupaten Tanjung Jabung Timur perlu ditambah peranya atau diikutkan dalam penentuan atau penetapan zona penangkapan ikan, sehingga zona penangkapan yang ditetapkan tidak menganggu alur pelayaran atau lalu lintas kapal di wilayah ini. Dinas perhubungan diharapkan dapat memasang rambu-rambu di laut guna memperlancar pelayaran dan keselamatan nelayan menangkap ikan. Oleh karena itu peran Dinas Perhubungan cukup penting sebagai mitra dalam pengembangan perikanan tangkap. Pihak terkait lain yang perlu ditambah perannya dalam rangka pengembagan perikanan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah Bank, Perguruan Tinggi dan perusahaan besar yang beroperasi di daerah ini seperti Petro Cina yang bergerak dibidang minyak dan

gas, PT. WKS yang bergerak dibidang industri kayu lapis dan bubur kertas dan PGN yang bergerak dibidang gas. Dari informasi yang didapat pihak perbankan sampai saat ini belum melakukan tindaklanjut pembinaan usaha setelah kredit dikucurkan kepada nelayan, sehingga sebagian modal yang dikucurkan Bank kurang tepat sasaran, penggunaan pengelolaannya. Perguruan Tinggi diharapkan perannya dalam transfer teknologi spesifikasi lokasi yang dapat dimanfaatkan nelayan, petani ikan dan pengolah hasil perikanan agar dapat berusaha dengan baik. Untuk melaksanakan peran transfer teknologi Perguruan Tinggi dapat bekerjasana dengan Pemerintah daerah, Pemerintah pusat (DKP RI), perusahaan melalui dana CD dan kelompok masyarakat. Peran yang ditunggu masyarakat yang sampai saat ini belum terealisasi dari perusahaan besar sekelas Petro Cina, PT. WKS dan PGN adalah agar mengalokasi dana CD sekaligus melakukan pembinaan untuk pengembangan usaha perikanan masyarakat pesisir. Perusahaan-perusahaan besar di wilayah ini perlu diminta komitmen dan partipasinya guna membantu pengembangan perikanan sebagai tanggungjawab kepada masyarakat sekitar tempat perusahaan ini beroperasi.

Peran pihak terkait yang sudah ada tetapi masih dilakukan secara insedentil adalah patroli bersama dalam rangka mengatasi pencurian ikan oleh nelayan asing dan perampokan di laut. Sampai saat ini kegiatan patroli laut bersama hanya dilakukan bila telah terjadi kejadian pencurian ikan dan perampokan di laut. Pihak terkait dalam patroli laut ini adalah AL dan Polairud. Peran lembaga terkait ini pada masa mendatang masih perlu ditingkatkan pencurian ikan oleh nelayan asing dan perampokan di laut dapat teratasi atau paling tidak dapat berkurang.

Dari hasil analisis pengelompokan (cluster) seperti disajikan pada dendrogram (Gambar 7) terdapat 3 kelompok pihak terkait dalam pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur yaitu kelompok pertama adalah Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP), kelompok kedua Taman Nasional Berbak (TNB), Balai Konservasi Sumberdaya Alam (KSD), Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopreasi (DAG), Desa (DES), Dinas Kehutanan dan Pekebunan (HUT), KUD nelayan (KUD) dan Bapelitbangda (BAP) serta kelompok ketiga adalah Dinas Perhubungan (HUB), Polisi (POL), Perguruan Tinggi (PGT), Bagian Lingkungan Hidup (LGH), LSM, Bank (BNK), Angkatan Laut (AKL) dan Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dari Gambar 7 tersebut

menunjukan DKP terpisah sendiri dari kelompok, ini karena semua responden memberikan nilai sama yaitu 3 atau dominan (Lampiran 4), sehingga terpisah dengan kelompok lain. Kelompok kedua terdiri dari BAP-KUD-HUT-DES-DAG-KSD-TNB dengan indek similaritas (IS) 0.667 dan kelompok ketiga HUB-POL-PGT-LGH-AKL-LSM-BNK-BPN dengan IS 0.348. Dari gambar 7 juga dapat dijelaskan bahwa Angkatan Laut (AKL)-LSM dan Perguruan Tinggi (PGT)-Bagian Lingkungan Hidup (LGH) memiliki indek similaritas (IS) 0, ini artinya pihak ini mempunyai bobot peran yang sama dalam pengembangan perikanan di wilayah pesisir. Nilai IS semakin mendekati 0, menunjukan bobot peran (bobot kepentingan) pihak terkait tersebut semakin sama, begitu pula sebaliknya bila semakin menjauh dari angka 0 maka semakin tidak sama (disimilarity). Indeks similaritas antara BAP-KUD adalah 0.344, ini artinya bobot peran masing- masing agak jauh kesamaannya bila dibanding AKL-LSM dan PGT-LGH (IS=0).

Dari hasil analisis berdasarkan rata-rata skor peran pihak terkait dalam pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur (Tabel 36) maka secara berurutan peringkat bobot keterkaitan pihak terkait adalah Dinas Kelautan dengan rata-rata skor 3.00 (1), KUD dengan rata-rata skor 2.13 (2), Bapelitbangda dengan rata-rata skor 2.06 (3), Desa dengan rata-rata skor 1.88 (4)), Dinas Kehutanan dan Perkebunan & Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi dengan skor rata-rata 1.69 (5), Taman Nasional Berbak dengan skor