• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kebijakan pengembangan perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis kebijakan pengembangan perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi"

Copied!
282
0
0

Teks penuh

(1)

DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN

TANJUNG JABUNG TIMUR, PROVINSI JAMBI

RISWANDI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN

TANJUNG JABUNG TIMUR, PROVINSI JAMBI

RISWANDI

TESIS

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Sains

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(3)

Judul Tesis : Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi N a m a : Riswandi

N R P : C251030061

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

(DR. Ir. Mennofatria Boer, DEA) (DR. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si.)

Ketua Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi SPL – IPB Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(Prof. DR. Ir. H. Rokhmin Dahuri, M.S.) (Prof. DR. Ir. Syarida Manuwoto, M.Sc.)

(4)

Torehan penghargaan dan kenangan kupersembahkan buat orang orang

yang tetap kukenang yang telah mendahului di panggil kepangkuanNya

Anaku tersayang

Fadela Suluh Pratiwi

(30 Agustus 2005)

Ibu mertua yang kuhormati

Nurlena (19 Juni 2005)

(5)

RISWANDI, Policy Analysis of Fisheries Development in Coastal Area of Tanjung Jabung Timur Regency. Under supervised of MENNOFATRIA BOER and ACHMAD FAHRUDIN as Co-supervisor.

(6)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul „Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi“, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Selesainya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan, dorongan dan semangat. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: (1) Bapak DR. Ir. Mennofatria Boer, DEA dan Bapak DR. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si masing- masing sebagai sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing; (2) Bapak Gubernur Jambi dan Bapak Kepala Balitbangda Provinsi Jambi yang telah memberikan kesempatan tugas belajar pada penulis di Institut Pertanian Bogor ini; (3) Bapak Ir. Kiagus Abdul Aziz, M.Sc selaku penguji luar komisi dan Bapak DR. Ir. Unggul Aktani, M.Sc wakil dari Program Studi yang telah menyempatkan hadir pada ujian tesis penulis; (4) Bapak Zailnal, Mas Helmi, Mas Yoyo dan rekan-rekan angkatan 10 mahasiswa Program Studi-SPL - IPB.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan pada isteri (Ayeni) dan anak-anak tercinta atas pengertian, pengorbanan, dorongan moril dan sprituil serta kesabaran selama ditingggal menyelesaikan studi.. Buat ananda ”Fadela Suluh Pratiwi” yang telah dipanggil keharibaaan Allah SWT saat penulis sedang mengikuti pendidikan disini Papa mohon maaf yang tulus seandainya kasih sayang Papa berkurang karena berada di Bogor untuk mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena keterbatasan yang ada pada diri penulis. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendir i khususnya, pihak berkepentingan dan pembaca umumnya.

(7)

Penulis dilahirkan di Jambi pada 4 Maret 1963 dari ibu bernama Nismar dan ayah bernama Anwar (Almarhum). yang merupakan anak ke-5 dari 11 orang bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan SD, SMP dan SPP-SPMA di Kota Jambi, kemudian pada tahun 1984 meneruskan pendidikan di Akademi Usaha Perikanan (AUP) Jakarta dan tamat pada tahun 1987. Selesai menamatkan pendidikan di AUP penulis diterima menjadi PNS dan bekerja pada Dinas Perikanan Propinsi Jambi, Dinas Perikanan Kota Jambi dan terakhir sejak Nopember 2000 penulis bekerja pada Balitbangda Provinsi Jambi. Pada Agustus 1992 mendapatkan kesempatan untuk meneruskan pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang dan menamatkan pendidkan pada 18 Januari 1995. Selanjutnya pada semester Ganjil 2003/2004 penulis diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan Strata Dua (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL IPB). Setamat dari Unibraw pernah pernah mengajar di Universitas Batanghari (Unbari) dengan mata kuliah Hama dan Penyalit Ikan dan Avertebrata Air dari tahun 1995 -1996.

Pada tanggal 7 Agustus 1992 penulis menikah dengan Ayeni putri dari ibu Nurlena (almarhum) dan Bapak Hasan Zaini dan telah dikarunia 3 orang putri yaitu Fadela Suluh Pratiwi (almarhum), Anisa Dwi Rachmadika (9 tahun) tahun dan Dinda Indah Putriwani (5 tahun).

Selama menjadi PNS penulis telah mengikuti berbagai kursus dan pelatihan antara lain Peradilanan Tata Usaha Negara, Manajemen Proyek, Dasar-dasar Penyuluhan, Hama dan Penyakit Ikan serta Perencanaan Peningkatan Sumberdaya Manusia.

Wassalam

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Analisis Kebijakan ... 5

Analytical Hierarcy Process (AHP) ... 5

Pendekatan AHP dalam Kerangka Manfaat-Biaya ... 8

Analisis SWOT ... 9

Fungsi dan Kewenangan ... 9

Wilayah Pesisir ... 11

Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir ... 12

Potensi Perikanan Wilayah Pesisir ... 13

Penelitian Terdahulu ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

METODOLOGI... 18

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

Metode Penelitian ... 18

Pengumpulan Data ... 19

Analisis Data ... 20

Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Kerangka Manfaat-Biaya ... 20

Analisis SWOT ... 28

Analisis Fungsi dan Kewenangan ... 31

Pengintegrasian Analisis ... 32

KONDISI WILAYAH STUDI ... 34

Geografi dan Demografi ... 35

Sarana dan Prasarana ... 35

Perikanan ... 38

Ekosistem Pesisir ... 41

Kualitas Perairan Pesisir dan Kondisi Oceanografi ... 42

Iklim ... 43

(9)

Halaman

Basis Ekonomi ... 46

Pemanfaatan Lahan ... 47

Visi dan Tujuan Pembangunan Perikanan Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 48

Sosial Budaya ... 49

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

Hasil ... 50

Hasil Analisis AHP Penentuan Prioritas ... 50

Hasil Analisis SWOT Pengembangan Perikanan Pesisir ... 52

Hasil Analisis Peran Pihak Terkait Dalam Pengembangan Perikanan Pesisir ... 55

Pembahasan ... 57

Kebijakan Prioritas Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir... 57

Manfaat Pengembangan Perikanan Wilayah Wilayah Pesisir ... 65

Kerugian Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir ... 67

Arahan Strategi Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir ... 69

Peran Lembaga Terkait Dalam Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir 81

Integrasi Atau Keterkaitan Analisis ... 88

KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

Kesimpulan ... 90

Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pengumpulan data ... 19

2. Skala banding secara berpasangan ... 24

3. Jumlah elemen berpasangan untuk setiap tingkat hirarki ... 25

4. Nilai Random Indeks (RI) ... 27

5. Format matriks manfaat biaya alternatif kebijakan pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 28

6. Contoh tabulasi faktor internal ... 29

7. Contoh tabulasi fak tor eksternal ... 29

8. Contoh format tabulasi penentuan rangking strategi ... 30

9. Matriks analisis SWOT ... 30

10. Peran dari berbagai pihak terkait dalam pengembangan perikanan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 31

11. Format isian skor keterkaitan peran lembaga terkaitan dalam pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung timar ... 32

12. Format integrasi program atau kegiatan dengan kebijakan, strategi dan peran pihak terkait ... 33

13. Integrasi atau keterkaitan kebijakan, strategi dan program atau kegiatan ... 33

14. Pembagian administratif dan jumlah penduduk pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 36

15. Sarana ibadah di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 37

16. Sarana ekonomi di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 37

17. Sarana pedidikan d i pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 38

18. Sarana kesehatan di pesisirKabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 38

19. Produksi perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2004 ... 39

20. Daftar penanam modal/pengusaha subsektor perikanan ... 39

21. Jumlah alat tangkap di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2004 ... 40

22. Jumlah armada penangkap ikan laut di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 40

23. KUD perikanan di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 41

24. Potensi, pemanfaatan dan sarana perikanan Kab. Tanjung Jabung Timur ... 41

25. Parameter kualitas air perairan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 43

26. Kondisi oceanografi kawasan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 44

(11)

DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN

TANJUNG JABUNG TIMUR, PROVINSI JAMBI

RISWANDI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN

TANJUNG JABUNG TIMUR, PROVINSI JAMBI

RISWANDI

TESIS

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar

Magister Sains

pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(13)

Judul Tesis : Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi N a m a : Riswandi

N R P : C251030061

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (SPL)

Menyetujui:

Komisi Pembimbing

(DR. Ir. Mennofatria Boer, DEA) (DR. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si.)

Ketua Anggota

Diketahui:

Ketua Program Studi SPL – IPB Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

(Prof. DR. Ir. H. Rokhmin Dahuri, M.S.) (Prof. DR. Ir. Syarida Manuwoto, M.Sc.)

(14)

Torehan penghargaan dan kenangan kupersembahkan buat orang orang

yang tetap kukenang yang telah mendahului di panggil kepangkuanNya

Anaku tersayang

Fadela Suluh Pratiwi

(30 Agustus 2005)

Ibu mertua yang kuhormati

Nurlena (19 Juni 2005)

(15)

RISWANDI, Policy Analysis of Fisheries Development in Coastal Area of Tanjung Jabung Timur Regency. Under supervised of MENNOFATRIA BOER and ACHMAD FAHRUDIN as Co-supervisor.

(16)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini dengan judul „Analisis Kebijakan Pengembangan Perikanan di Wilayah Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi“, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Selesainya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak yang telah meluangkan waktu, memberikan arahan, masukan, dorongan dan semangat. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang tulus kepada: (1) Bapak DR. Ir. Mennofatria Boer, DEA dan Bapak DR. Ir. Achmad Fahrudin, M.Si masing- masing sebagai sebagai ketua dan anggota komisi pembimbing; (2) Bapak Gubernur Jambi dan Bapak Kepala Balitbangda Provinsi Jambi yang telah memberikan kesempatan tugas belajar pada penulis di Institut Pertanian Bogor ini; (3) Bapak Ir. Kiagus Abdul Aziz, M.Sc selaku penguji luar komisi dan Bapak DR. Ir. Unggul Aktani, M.Sc wakil dari Program Studi yang telah menyempatkan hadir pada ujian tesis penulis; (4) Bapak Zailnal, Mas Helmi, Mas Yoyo dan rekan-rekan angkatan 10 mahasiswa Program Studi-SPL - IPB.

Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan pada isteri (Ayeni) dan anak-anak tercinta atas pengertian, pengorbanan, dorongan moril dan sprituil serta kesabaran selama ditingggal menyelesaikan studi.. Buat ananda ”Fadela Suluh Pratiwi” yang telah dipanggil keharibaaan Allah SWT saat penulis sedang mengikuti pendidikan disini Papa mohon maaf yang tulus seandainya kasih sayang Papa berkurang karena berada di Bogor untuk mengikuti pendidikan.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena keterbatasan yang ada pada diri penulis. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis sendir i khususnya, pihak berkepentingan dan pembaca umumnya.

(17)

Penulis dilahirkan di Jambi pada 4 Maret 1963 dari ibu bernama Nismar dan ayah bernama Anwar (Almarhum). yang merupakan anak ke-5 dari 11 orang bersaudara. Penulis menamatkan pendidikan SD, SMP dan SPP-SPMA di Kota Jambi, kemudian pada tahun 1984 meneruskan pendidikan di Akademi Usaha Perikanan (AUP) Jakarta dan tamat pada tahun 1987. Selesai menamatkan pendidikan di AUP penulis diterima menjadi PNS dan bekerja pada Dinas Perikanan Propinsi Jambi, Dinas Perikanan Kota Jambi dan terakhir sejak Nopember 2000 penulis bekerja pada Balitbangda Provinsi Jambi. Pada Agustus 1992 mendapatkan kesempatan untuk meneruskan pendidikan Strata Satu (S1) di Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya (Unibraw) Malang dan menamatkan pendidkan pada 18 Januari 1995. Selanjutnya pada semester Ganjil 2003/2004 penulis diberi kesempatan untuk mengikuti pendidikan Strata Dua (S2) di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PS-SPL IPB). Setamat dari Unibraw pernah pernah mengajar di Universitas Batanghari (Unbari) dengan mata kuliah Hama dan Penyalit Ikan dan Avertebrata Air dari tahun 1995 -1996.

Pada tanggal 7 Agustus 1992 penulis menikah dengan Ayeni putri dari ibu Nurlena (almarhum) dan Bapak Hasan Zaini dan telah dikarunia 3 orang putri yaitu Fadela Suluh Pratiwi (almarhum), Anisa Dwi Rachmadika (9 tahun) tahun dan Dinda Indah Putriwani (5 tahun).

Selama menjadi PNS penulis telah mengikuti berbagai kursus dan pelatihan antara lain Peradilanan Tata Usaha Negara, Manajemen Proyek, Dasar-dasar Penyuluhan, Hama dan Penyakit Ikan serta Perencanaan Peningkatan Sumberdaya Manusia.

Wassalam

(18)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 3

Tujuan Penelitian ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Analisis Kebijakan ... 5

Analytical Hierarcy Process (AHP) ... 5

Pendekatan AHP dalam Kerangka Manfaat-Biaya ... 8

Analisis SWOT ... 9

Fungsi dan Kewenangan ... 9

Wilayah Pesisir ... 11

Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir ... 12

Potensi Perikanan Wilayah Pesisir ... 13

Penelitian Terdahulu ... 14

KERANGKA PEMIKIRAN ... 16

METODOLOGI... 18

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18

Metode Penelitian ... 18

Pengumpulan Data ... 19

Analisis Data ... 20

Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Kerangka Manfaat-Biaya ... 20

Analisis SWOT ... 28

Analisis Fungsi dan Kewenangan ... 31

Pengintegrasian Analisis ... 32

KONDISI WILAYAH STUDI ... 34

Geografi dan Demografi ... 35

Sarana dan Prasarana ... 35

Perikanan ... 38

Ekosistem Pesisir ... 41

Kualitas Perairan Pesisir dan Kondisi Oceanografi ... 42

Iklim ... 43

(19)

Halaman

Basis Ekonomi ... 46

Pemanfaatan Lahan ... 47

Visi dan Tujuan Pembangunan Perikanan Pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 48

Sosial Budaya ... 49

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

Hasil ... 50

Hasil Analisis AHP Penentuan Prioritas ... 50

Hasil Analisis SWOT Pengembangan Perikanan Pesisir ... 52

Hasil Analisis Peran Pihak Terkait Dalam Pengembangan Perikanan Pesisir ... 55

Pembahasan ... 57

Kebijakan Prioritas Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir... 57

Manfaat Pengembangan Perikanan Wilayah Wilayah Pesisir ... 65

Kerugian Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir ... 67

Arahan Strategi Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir ... 69

Peran Lembaga Terkait Dalam Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir 81

Integrasi Atau Keterkaitan Analisis ... 88

KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

Kesimpulan ... 90

Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 92

(20)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Pengumpulan data ... 19

2. Skala banding secara berpasangan ... 24

3. Jumlah elemen berpasangan untuk setiap tingkat hirarki ... 25

4. Nilai Random Indeks (RI) ... 27

5. Format matriks manfaat biaya alternatif kebijakan pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 28

6. Contoh tabulasi faktor internal ... 29

7. Contoh tabulasi fak tor eksternal ... 29

8. Contoh format tabulasi penentuan rangking strategi ... 30

9. Matriks analisis SWOT ... 30

10. Peran dari berbagai pihak terkait dalam pengembangan perikanan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 31

11. Format isian skor keterkaitan peran lembaga terkaitan dalam pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung timar ... 32

12. Format integrasi program atau kegiatan dengan kebijakan, strategi dan peran pihak terkait ... 33

13. Integrasi atau keterkaitan kebijakan, strategi dan program atau kegiatan ... 33

14. Pembagian administratif dan jumlah penduduk pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 36

15. Sarana ibadah di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 37

16. Sarana ekonomi di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 37

17. Sarana pedidikan d i pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 38

18. Sarana kesehatan di pesisirKabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 38

19. Produksi perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2004 ... 39

20. Daftar penanam modal/pengusaha subsektor perikanan ... 39

21. Jumlah alat tangkap di Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2004 ... 40

22. Jumlah armada penangkap ikan laut di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 40

23. KUD perikanan di pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2003 ... 41

24. Potensi, pemanfaatan dan sarana perikanan Kab. Tanjung Jabung Timur ... 41

25. Parameter kualitas air perairan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 43

26. Kondisi oceanografi kawasan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 44

(21)

Halaman

28. Indeks LQ Kabupaten Tanjung Jabung Timur tahun 2000 – 2003... 47

29. Pemanfataan lahan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 48

30. Hasil analisis manfaat biaya menentukan skenario kebijakan pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 50

31. Manfaat pengembangan perikanan wilayah pesisir ... 51

32. Kerugian pengembangan perikanan wilayah pesisir ... 51

33. Pengaruh faktor internal pengembangan perikanan wilayah pesisir ... 52

34. Pengaruh faktor eksternal pengembangan perikanan wilayah pesisir ... 53

35. Strategi pengembangan perikanan wilayah pesisir ... 55

36. Rata-rata skor peran pihak terkait dalam pengembangan perikanan wilayah pesisir ... 57

37. Estimasi potensi, produksi dan tingkat pemanfaatan perikanan tangkap WPP 2 Laut Cina Selatan ... 59

38. Tindak pencurian ikan kasus di WPP 2 laut Cina Selatan 2001-2004 ... 60

39. Matriks analisis SWOT ... 70

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka pikir analisis kebijakan pengembangan perikanan di wilayah

pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur ... 18 2. Lokasi penelitian ... 19 3. Manfaat (benefit) pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten

Tanjung Jabung Timur ... 23 4. Biaya/ kerugian (cost) pengembangan perikanan di wilayah Pesisir

Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 24 5. Integrasi analisis dalam rangka pemanfaatan sumberdaya perikanan

pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur secara optimal ... 33 6. Kuadran strategi pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Manfaat pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung

Jabung Timur ... 99 2. Kerugian pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung

Jabung Timur ... 100 3. Rekapitulasi hasil pengisian pertanyaan AHP ... 101 4. Hasil wawancara menentukan faktor internal (kekuatan dan

kelemahan) dan internal (peluang dan ancaman) pengembangan perikanan

di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 107 5. Rekapitulasi komponen manfaat (B) pengembangan perikanan di wilayah

pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 113 6. Hasil pengisian skor keterkaitan berbagai pihak dalam pengembangan

perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 114 7. Peran berbagai pihak terkait dalam pengembangan perikanan di wilayah pesisir

Kabupaten Tanjung Jabung Timur ... 115 8. Asal kapal perikanan asing ilegal di WPP-Indonesia khususnya WPP 2

Laut Cina Selatan, makalah pada forum pengkajian stock 27- 28 Desember 2005 (Ditjend. Pengawasan dan Pengendalian Sumberdaya

Kelautan dan Perikanan DKP RI, 2005) ... 116 9. Penilaian kuantitatif lokasi Balai Benih Ikan Pantai (BBIP) di Kabupaten

Tanjung Jabung Timur (Gunarso et al. 2002) ... 117 10. Cara penilaian penentuan lokasi pembangunan hatchery pantai (Gunarso

et al. 2002)... 120 11. Integrasi atau keterkait program/kegiatan, kebijakan dan srtategi pengembangan

(24)

Latar Belakang

Kabupaten Tanjung Jabung Timur merupakan daerah yang memiliki wilayah pesisir terluas di Provinsi Jambi yang di dalamnya terdapat sumberdaya perikanan (SDP) yang cukup besar. Wilayah ini memiliki garis pantai sepanjang 225 Km dan potensi tambak seluas 18 757 Ha, yang mana saat ini dan baru dimanfaatkan seluas 446 Ha (DKP Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2004; DKP Provinsi Jambi, 2002). Berdasarkan Undang- undang Nomor 32, Kabupaten ini memiliki wilayah laut seluas 1 114 700 Ha (BPN Kabupaten Tanjung Jabung Timur, 2001). Potensi SDP pesisir ini diharapkan memberikan dampat posisitf bagi perekonomian masyarakat setempat. Dahuri (2004) menyebutkan bahwa sektor kelautan dan perikanan pada masa mendatang diharapkan menjadi penggerak utama (prime mover) ekonomi karena besarnya potensi yang dimiliki.

Perikanan pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur relatif belum berkembang, khususnya budidaya laut, pembibitan ikan/udang pantai (hatchery) dan budidaya tambak. Sedangkan perikanan tangkap telah lama dilakukan oleh masyarakat pesisir disana, walaupun dalam usahanya masih menggunakan teknologi, armada dan alat tangkap tradisional. Kegiatan pasca panen dan pengolahan hasil perikanan telah dilakukan seiring dengan adanya kegiatan produksi ikan, tetapi sampai saat ini masih dalam skala kecil (rumah tangga) dengan tujuan mencegah pembusukan (kerusakan), meningkatkan nilai tambah, antis ipasi saat kelebihan produksi saat musim ikan dan pemanfaatan hasil tangkap sampingan (by catch).

Potensi perikanan pesisir yang ada di wilayah seharusnya dikelola secara baik dengan memperhatikan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Eksploitasi perikanan tangkap berlebihan

(over fishing) dan pengembangan tambak yang berakibat destruktif harus

diantisipasi agar kerusakan seperti yang terjadi di berbagai daerah Indonesia tidak terjadi atau paling tidak dapat dikurangi di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(25)

Pemerintahan Daerah telah memberikan keleluasan bagi pemerintah daerah Kabupaten Tanj ung Jabung Timur dalam mengelola SDA yang dimilikinya, termasuk pengelolaan sumberdaya perikanan (SDP) pesisir. Pemberian otonomi dapat mempersingkat rentang kendali pembangunan, termasuk dalam rangka pengembangan perikanan wilayah peisisr dan laut. Pada masa lalu sebelum dimekarkan, wilayah ini merupakan bagian dari Kabupaten Tanjung Jabung yang relatif sulit dijangkau transportasi sehingga pengembangan wilayahnya relatif lambat bila dibandingkan dengan Kabupaten dan Kota lain di Provinsi Jambi

Dengan adanya payung hukum berupa UU nomor 54 tahun 1999 tentang Pembentukan Pembentukan Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Muara Jambi dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan UU nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka pemerintah daerah ini mempunyai kewenangan besar dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sehingga diperkirakan pengeksploitasian sumberdaya perikanan wilayah pesisir akan semakin intensif guna meningkatkan pendapatan daerah, penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat peningkatan devisa dan ekspor daerah serta pembangunan wilayah secara umum.

(26)

Perumusan Masalah

Potensi SDP pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat dan pemerintah. Dengan adanya potensi sumberdaya tersebut bagi diharapkan merupakan sumber mata pencarian dan penyerapan tenaga kerja yang pada giliranya dapat meningkatkan kesejahteraan mereka, sedangkan bagi pemerintah keberadaan sumberdaya perikanan ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan wilayah, sumber devisa dan pendapatan negara atau daerah. Pada sisi lain penge mbangan SDP harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungan agar kegiatan pemanfataan sumberdaya tersebut dapat optimal dan berkelanjutan.

Permasalahan yang ditemui berkaitan pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur mencakup aspek teknis, kapital, sumberdaya manusia (SDM) dan menajemen antara lain; belum dikuasainya teknologi, masih kurangnya modal, rendahnya SDM, indikasi tangkap lebih pada wilayah tepi (batas 2 mil), pasca panen kurang baik, harga ikan yang berfluktuasi yang cendrung merugikan petani dan nelayan, masalah kepemilikan lahan yang kuarng jelas, alat dan armada penangkapan tidak memadai serta masalah ketersedian benih ikan/udang dan pakan untuk budidaya yang terkadang harganya mahal dan sulit mendapatnya (DKP Tanjung Jabung Timur, 2003).

Penyebab la in belum berkembangnya perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah belum terbangunnya kesamaan persepsi dan koordinasi yang baik dari beberapa pihak atau lembaga terkait dengan pengelolaan SDP di wilayah pesisir. Belum berkembangnya perikanan wilayah pesisir daerah ini juga disebabkan kurangnya kemauan politik "political will" pemerintah masa lalu baik Pemerintah Pusat, Provinsi Jambi maupun Kabupaten sebelum pemekaran (Kabupaten Tanjung Jabung) menyebabkan potensi SDP pesisir yang ada belum dimanfaatkan secara baik dan optimal.

(27)

Berdasarkan latar belakang, kondisi dan permasalahan yang ada, maka dapat dibuat rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Bagaimana arahan kebijakan yang diperlukan Kabupaten Tanjab Timur sebagai Kabupaten yang baru dibentuk dalam rangka memanfaatkan potensi perikanan wilayah pesisir”

Tujuan Penelitian

1. Merumuskan kebijakan pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur

2. Merumuskan strategi dan rencana aksi pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur

3. Mengkaji fungsi dan kewenangan lembaga terkait dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Manfaat Penelitian

1. Memberikan masukan dan informasi bagi perencana dan pengambil keputusan dalam rangka pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(28)

TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Kebijakan

Kebijakan merupakan dasar pelaksanaan kegiatan atau pengambilan keputusan dengan maksud membangun landasan yang jelas dalam mengambil keputusan dan langkah yang akan dilaksanakan (Dunn, 1998). Menurut Quade (1998) analisis kebijakan merupakan analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga dapat memberikan landasan bagi para pembuat kebijakan dalam mengambil keputusan. Sedangkan Dunn (1998) menyebutkan analisis kebijakan adalah setiap analisis yang menghasilkan informasi sehingga dapat menjadi dasar bagi pengambil kebijakan atau keputusan. Studi kebijakan merupakan disiplin ilmu sosial terapan yang menggunakan berbagai metoda penelitian dan argumen untuk menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan pada tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah publik (Dunn, 1998).

Pengambilan keputusan atau kebijakan akan lebih mudah bila menggunakan model kebijakan karena merupakan sajian sederhana mengenai aspek terpilih dari situasi problematis didasari atas tujuan-tujuan khusus. Model- model kebijakan tersebut yaitu model deskriptif, model normatif, model verbal, model simbolik, model prosedural, model pengganti dan model perspektif (Dunn, 1998). Lebih lanjut disebutkan, dari beberapa model yang dikenali dalam merumuskan kebijakan tidak satupun model yang dianggap baik, karena masing- masing model memfokuskan perhatian pada aspek yang berbeda.

Analytical Hierarcy Process (AHP)

(29)

Salah satu model analisis data yang dapat digunakan untuk menelaah kebijakan adalah AHP dikembangkan oleh Saaty (1991). Model ini banyak digunakan pada pengambilan keputusan dengan banyak kriteria perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan prio ritas strategi yang dimiliki pengambil keputusan dalam situasi konflik (Saaty, 1991). Dalam perkembangannya metode AHP tidak saja digunakan untuk menentukan prioritas pilihan dengan banyak kriteria (multikriteria), tetapi dalam penerapannya telah meluas sebagai metode alternatif untuk menyelesaikan bermacam- macam masalah seperti memilih portofolio yang menguntungkan, analisis manfaat biaya dan membuat ramalan. Hal ini dimungkinkan karena metode AHP dapat digunakan dengan cukup menga ndalkan pada instuisi atau persepsi sebagai masukan utamanya, namun instuisi atau persepsi tersebut harus datang dari orang yang mengerti permasalahan, pelaku dan pembuat keputusan yang memiliki cukup informasi dan memahami masalah keputusan yang dihadapi (Kosasi, 2002).

Motode AHP ditujukan untuk memodelkan perihal tidak terstruktur baik dibidang ekonomi, sosial, maupun manajemen. Penerapan metode ini membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik sebagaimana terdapat dalam kenyataan sehari- hari dalam usaha mencapai konsensus (Eryatno, 1996). AHP merupakan alat analisis yang dapat dipakai pada kondisi ketidakpastian informasi, keterbatasan data dan beragamnya kriteria pengambilan keputusan (Saaty, 1991).

Pendekatan AHP merupakan salah satu alat untuk memilih alternatif kebijakan serta dapat digunakan untuk menilai kesesuaian kebijakan. AHP dipilih karena memiliki keunggulan dalam memecahkan permasalahan komplek dimana aspek atau kriteria dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria alternatif yang dipilih cukup banyak. Selain itu AHP juga mampu menghitung validasi sampai pada pengambilan keputusan. Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utama berupa persepsi manusia. Dengan hierarki suatu masalah yang komplek dan tidak terstruktur dapat dipecahkan ke dalam kelompok-kelompoknya, kemudian kelompok-kelompok tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki (Suryadi dan Ramdhani, 1998).

(30)

1. Decomposition; yaitu memecahkan persoalan yang utuh menjadi unsur-unsur. Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat maka pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut sehingga didapatkan beberapa tingkatan persoalan.

2. Comparative judgemen, prinsip ini mengandung arti membuat penilaian

tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkatan tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Ini merupakan inti dari metoda AHP, karena akan berpengaruh terhadap prioritas elemen-elemen yang ada. Hasil analisis AHP akan lebih baik bila dituangkan dalam bentuk matriks berpasangan yang sering disebut" pairwise comparation".

3. Synthesis of priority, dari setiap matrik pairwise comparasion lalu dicari eigen vektornya untuk mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise

comparation terdapat pada setiap tingkatan, maka untuk mendapatkan global

priority harus dilakukan sintesis diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda dengan bentuk hirarki. Pengurutan elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur sintesis dinamakan priority setting.

4. Logical consistency; dalam hal ini konsistensi memiliki 2 makna, pertama

bahwa obyek-obyek serupa dapat dikelompokan sesuai dengan keseragaman dan relevansi dan kedua tingkat hubungan antar obyek-obyek didasarkan pada kriteria.

Sifat data yang diperlukan dalam metode AHP berupa pesepsi atau

judgement, membuat AHP mudah digunakan terutama di negara berkembang

dengan kualitas data sekunder sering dipertanyakan keakuratanya. Saaty (1991) menyebutkan beberapa keuntungan dari metode AHP yaitu;

1. AHP memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persolan tidak terstruktur.

2. AHP memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dan pemecahan persoalan kompleks.

3. AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan memaksakan pemikiran linier.

(31)

5. AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.

6. AHP mempertimbangkan prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik beradasarkan tujuan mereka.

Pendekatan AHP dalam Kerangka Manfaat Biaya

Barbier (1991) in Barton (1994) menyebutkan bahwa pendekatan AHP dalam kerangka manfaat biaya merupakan suatu alternatif tradisional dari alokasi sumberdaya untuk mendapatkan pilihan terbaik dari pemanfaatan sumberdaya tersebut. Sedangkan Saaty (1991) menyebutkan bahwa AHP dalam kerangka manfaat biaya merupakan metoda praktis untuk ;

- Memutuskan apakah akan melaksanakan suatu proyek,

- Memilih aktifitas paling produktif dengan rasio manfaat biaya tertinggi, - Memilih proyek yang manfaatnya dapat didistribusikan diantara penduduk

dengan cara yang khusus,

- Memaksimumkan manfaat total dalam kendala tertentu (seperti anggaran), - Meninjau ulang seperangkat proyek yang ada, untuk melihat kemungkinan

untuk menghapus atau merelokasi sumberdaya.

Penelitian dengan pendekatan metode AHP dalam kerangka manfaat biaya yang pendekatannya sama-sama bertujuan untuk me mperoleh alokasi optimal dari pemanfaatan sumberdaya. Menurut Saaty (1991) konsep-konsep pokok dari AHP dalam kerangka manfaat dan biaya adalah sebagai berikut:

1. AHP mampu mengkonversi faktor faktor yang tidak terukur (intangible) ke dalam aturan biasa yang memungkinkan untuk perbandingan dan evaluasi. 2. AHP dapat digunakan untuk memecahkan pengambilan keputusan manfaat

biaya yang kompleks dan mengalokasikan sumberdaya dan aktifitas campuran.

(32)

Dengan demikian pendekatan AHP dalam kerangka manfaat biaya dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan faktor yang intangible sehingga perhitungan manfaat biaya atau dapat dilakukan sebagaimana mestinya.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan AHP dalam kerangka manfaat dan biaya. Pemecahan permasalahan dan solusi guna mendapatkan skenario yang optimal dari pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur, maka untuk menyusun suatu analisa yang mengapliksi dua pendekatan (pendekatan manfaata biaya) tersebut perlu diketahui lebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi manfaat dan biaya dalam pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Analisis SWOT

Analisis SWOT disebut juga analisis situasi atau analisis KEKEPAN (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) yaitu suatu analisis kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistemantis untuk memformulasikan strategi suatu kegiatan (Rangkuti, 2000). Analisis SWOT didasarkan pada logika untuk memaksimalkan kekuatan (Strenghts) dan peluang

(Opportunities) namum secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(Weaknesses) dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2000 in Marimin, 2004). Salah

satu strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan perikanan adalah analisis SWOT, karena memiliki kelebihan yaitu sederhana, fleksibel, menyeluruh, menyatukan dan elaborasi. Melalui analisis SWOT dapat diketahui keterkaitan antara faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sehingga dapat menghasilkan alternatif strategis.

(33)

(Strenght–Threats) atau strategi menggunakan kekuatan internal untuk mengatasi dampak ancaman eksternal, strategi WT (Weaknesess–Threats) atau strategi mengurangi kelemahan internal untuk menghadapi ancaman eksternal yang akan datang (Rangkuti, 2000).

Fungsi dan Kewenangan

Nikijuluw (2002) menyebutkan bahwa keterlibatan pemerintah dalam pengelolaan sumberdaya perikanan secara penuh atau sebagian memiliki alasan dasar atau prinsip yang sama dengan keterlibatan pemerintah pada sektor ekonomi lain yaitu untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat dan perlindungan sumberdaya perikanan. Ini diwujudkan dalam fungsi alokasi, fungsi distribusi dan fungsi stabilisasi. Fungsi alokasi dilakukan melalui relokasi untuk membagi sumberdaya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi distribusi dijalankan agar terwujudnya keadilan dan kewajaran sesuai dengan pengorbanan dan biaya yang dipikul setiap orang. Sementara itu fungsi stabilisasi dilakukan agar kegiatan pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak berpotensi instabilitas yang dapat merusak dan menghancurkan tatanan sosial ekonomi masyarakat. Keterlibatan pemerintah dalam pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat dilihat dari peran berdasarkan payung hukum berupa peraturan, perjanjian, kerjasama, kesepakatan, anggran dasar dan anggaran rumah termasuk kearifan lokal yang berlaku.

Jentoft (1989 in Nikijuluw (2002) mengatakan bahwa pemerintah harus terlibat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan karena 3 alasan dasar yaitu:

1. Alasan efisiensi, keikutsertaan pemerintah dalam mengelola sumberdaya

perikanan supaya efisiensi dapat ditingkatkan. Sumberdaya ikan (perikanan tangkap) bersifat open acsess dan public proverty yang pemanfatannya dapat membawa akibat eksternalitas dan deplesi sumberdaya. Untuk itu pemerintah perlu terlibat dalam mengatur pemanfatannya agar dampak eksternalitas dan deplesi sumberdaya dapat dikurangi atau dihindari.

(34)

dan kemalaratan. Selanjutnya pada saat ketimpangan sudah terlalu lebar dan matang serta sulit diatasi maka hal ini dapat menjadi sumber konflik.

3. Alasan administrasi, asumsi dan fakta menyatakan bahwa pemerintah berhak menjalankan administrasi dengan otoritas dan kemampuannya. Dengan otoritas dan kemampuan pemerintah dapat melaksanakan peran dan fungsi dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Peran pemerintah sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan yang tidak langsung menghasilkan keuntungan ekonomi, artinya tanpa insentif tidak ada pihak swasta mau melakukannya.

Peran pemeritnah tetap diperlukan dimasa datang, salah satunya atas permintaan lembaga dunia Food Agriculture Organization (FAO) melalui Code

of Conduct for Responsible Fisheries (CCRF) agar setiap negara berdaulat

memaksimalkan peran yang signifikan untuk mewujudkan pembangunan perikanan yang bertanggungjawab dengan prinsip-prinsip (Nikijuluw, 2002) sebagai berikut :

1. Setiap negara harus melakukan konservasi ekosisitem perairan.

2. Setiap negara harus mencegah dan menghindari kelebihan jumlah dan kapasitas penangkapan.

3. Setiap negara harus menjamin dalam pembangunan harus dalam kerangka dan konteks pengelolaan kawasan pesisir secara terpadu dan terintegrasi. 4. Setiap negara harus menerapkan prinsip kehati- hatian dalam pengelolaan

sumberdaya perikanan.

5. Setiap negara yang memberikan izin penangkapan ikan atau usaha perikanan harus mampu melakukan pengawasan dan pengendalian secara efektif.

6. Setiap negara sesuai dengan kompetensi dan hukum internasional harus bekerjasama dengan berbagai pihak sebagai upaya mempromosikan konservasi dan pelaksana pembangunan perikanan yang bertanggungjawab 7. Setiap negara sesuai dengan peraturan yang berlaku dinegaranya harus menjamin bahwa proses pengambilan keputusan dibuat secara transparan untuk mengahadapi masalah- masalah yang dihadapi.

(35)

9. Setiap negara harus mengakui dan menyadari bahwa nelayan dan pembudidaya patut mendapatkan pemahaman yang benar terhadap konservasi dan pengelolaan sumberdaya perikanan. Karena itu harus mengembangkan penyadaran masyarakat melaui pendidikan, penyuluhan dan pelatihan.

10. Setiap negara harus menjamin bahwa sarana dan prasarana penangkapan dan budidaya memenuhi standar internsional. Sarana dan prasarana tersebut harus menjamin keselamatan nelayan dan petani ikan serta masyarakat.

11.Setiap negara harus mempertimbangkan kegiatan budidaya dan perikanan tangkap berbasis budidaya sebagai strategi diversifikasi usaha dan peningkatan pendapatan.

Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir merupakan daerah pertemuan antara darat dan laut yang mana ke arah darat meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut dan rembesan air asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian yang masih dipengaruhi proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun oleh kegiatan masnusia seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Supriharyono, 2000). Beberapa pakar terutama pakar ilmu sosial berpendapat bahwa wilayah pesisir juga tidak bisa dilepaskan dari permasalahan sosial ekonomi masyarakat pesisir itu sendiri (Supriharyono, 2000).

Wilayah pesisir merupakan suatu ekosistem yang unik, Dahuri et al. (2001) menyebutkan dalam suatu wilayah pesisir terdapat 1 atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumberdaya pesisir. Lebih lanjut disebutkan Dahuri et al. (2001)

bahwa ekosistem tersebut ada yang secara terus menerus dan berkala tergenang air seperti; hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, rumput laut, estauria, pantai berpasir, pantai berbatu, pulau-pulau kecil dan laut terbuka. Disamping itu terdapat juga ekosisitem pesisir tidak tergenang air (uninundated coast) seperti formasi Pescarpae yang didominasi oleh vegetasi pionir khususnya kangkung laut

(Ipomea pescarpae) dan formasi barington dimana ekosisitem ini berkembang

(36)

tumbuh. Habitat berbatu ditandai oleh komunitas rerumputan dan belukar yang dikenal dengan formasi baringtonia. Burbrige dan Maragos (1985) in Dahuri et al.

(2001) mengusulkan suatu sistem klasifikasi lebih sederhana dan fungsional dengan 10 tipe ekosistem ya itu; agroekosisitem, tambak, rawa air tawar, pantai, estuaria, hutan rawa pasang surut, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, ekosistem demersal (dasar laut), dan ekosistem pelagik (laut permukaan).

Wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur, seperti halnya pesisir timur pulau Sumatera memiliki karakteristik pantai relatif lebih datar, umumnya terbentuk dari tanah aluvial ya ng merupakan endapan sedimen, umumnya relatif datar dan berlumpur (mud flat), banyak muara sungai dan hamparan hutan mangrove di sepanjang pantainya (Kasry, 1997). Wilayah daratan pada pesisir timur Sumatra, termasuk pesisir Tanjung Jabung Timur menurut Verstappen (1964a;1964b) in Kasry (1997) bahwa pembentuk utama adalah sedimentasi.

Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir

Manurung et al. (1997) mengatakan bahwa “pengembangan” merupakan suatu proses membawa peningkatan kemampuan penduduk (khususnya di pedesaan) mengenai lingkungan sosial yang disertai dengan meningkatkan taraf hidup mereka sebagai akibat dari penguasaan sumberdaya alam. Dengan kata lain pengembangan merupakan proses menuju pada suatu kemajuan atau keadaan yang lebih baik dari yang ada pada saat ini. Rustiadi et al. (2004) menyebutkan bahwa pengembangan merupakan pembangunan dalam arti luas mencakup aspek spasial , sosial ekonomi dan lingkungan dari apa yang sudah ada agar lebih baik lagi.

Pengembangan perikanan merupakan suatu proses atau kegiatan manusia untuk meningkatkan produksi dibidang perikanan dan sekaligus meningkatkan kesejateraan masyarkat dan pendapatan negara melalui penerapan teknologi yang lebih baik dan ramah lingkungan. Barus et al. (1991) berpendapat bahwa dalam pengelolaan dan pengembangan perikanan di wilayah pesisir harus memperhatikan aspek biologis, teknis, sosial budaya dan ekonomi.

(37)

linkages” dan keterkaitan ke depan “forward linkages” yang luas, sehingga bila sektor ini dikembangkan secara baik besar artinya bagi pengembangan ekonomi di wilayah tersebut. Sektor perikanan merupakan sektor yang menghasilkan produk yang memiliki dampak terbentuknya usaha sektor usaha hulu dan hilir yang cukup banyak seperti industri pembuatan kapal, alat tangkap, pengolahan hasil, pembibitan ikan, pabrik es, usaha pakan dan tepung ikan, transportasi, perdagangan dan bahan pengawet alat tangkap.

Pengembangan perikanan pesisir merupakan bagian dan sejalan dengan program Gerakan Nasional Pengembangan Kelautan dan Perikanan (GERBANG MINA BAHARI) yang dicanangkan Presiden Megawati Oktober 2003. Program ini dilaksanakan serentak dan terpadu serta dikendalikan diseluruh daerah meliputi pesisir, laut dan perairan tawar potensial (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Provinsi Jambi telah menindaklanjuti GERBANG MINA BAHARI dengan pencanangan gerakan ini oleh Gubernur Jambi pada tanggal 28 November 2004 di Kuala Tungkal Kabupaten Tanj ab Barat (Jambi Ekpres 29 Novemper 2004). Pencanangan GERBANG MINA BAHARI di Provinsi Jambi merupakan komitmen untuk mengembangkan potensi perikanan di Provinsi Jambi, termasuk pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Potensi Perikanan Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir dan lautan, ditinjau dari berbagai macam peruntukanya merupakan wilayah yang sangat produktif, hal ini ditandai juga dengan tingginya produktivitas primernya. Produktivitas primer wilayah pesisir seperti estuaria, hutan bakau, padang lamun dan terumbu karang ada yang mencapai lebih dari 10.000 gram C /m2//tahun yaitu 100-200 kali lebih besar dibandingkan dengan produktifitas primer perairan laut bebas (Kasry, 1997). Tingginya produktivitas primer wilayah pesisir mengindikasikan tingginya proktivitas sekunder dan tersier berupa ikan dan hewan laut lainnya (Supriharyono, 2000).

(38)

Perikanan Kabupaten Tanjung Jabung Timur potensi perikanan tangkap di wilayah ini mencapai 76 500 ton/tahun berupa ikan, udang, cumi-cumi, ubur-ubur kerang, kepiting dengan hasil tangkapan tahun 2004 sebanyak 28 842.6 ton. Jenis-jenis hewan laut penting yang merupakan hasil tangkapan nelayan di perairan Tanjung Jabung Timur antara lain; udang windu, udang belalang, udang kuning, kakap, kerapu, bawal, senangin, manyung, tenggiri, kembung, gerot- gerot, selar, kepiting, kerang darah, ubur- ubur, cumi-cumi, beronang, layur dan rajungan. Budidaya tambak memiliki prospek besar di Kabupten Tanjab Timur dengan potensi tambak seluas 18 757 Ha.

Penelitian Terdahulu

Leung et al. (1998) menganalisis pengembangan perikanan tangkap ikan pelagis di laut Hawai yang menempatkan aspek biologi merupakan prioritas pertama yang perlu diperhatikan dibanding dengan aspek ekonomi, sosial ma upun politik. Selanjutnya Leung el al. (1998) melaporkan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) kebijakan prioritas dalam pengelolaan perikanan pelagik yang berkelanjutan adalah pengetatan ukuran kapal

(restricted vessel size). Alpizar (2005) melaporkan bahwa keberhasilan dalam

pengelolaan perikanan pesisir di Costa Rica memberikan hasil yang lebih baik bila ada kerjasama dan koordinasi yang baik antara sesama instansi pemerintah dan kelompok masyarakat maupun lembaga nonpemerintah (LSM atau koperasi). Tomboelu el al. (2000) menggunakan AHP dalam kerangka manfaat biaya ternyata bahwa dari berbagai skenario kebijakan dalam pengelolaan terumbu karang di kawasan Bunaken Sulawesi Utara dan sekitarnya menyimpulkan bahwa daerah tersebut memberikan nilai manfaat/biaya atau Benefit/Cost (B/C) terbesar yaitu 1.565 bila kawasan tersebut diperuntukan menjadi kawasan pariwisata yang memperhatikan konservasi bila dibandingkan dimanfaatkan untuk Kawasan konservasi dengan nilai B/C hanya sebesar 0.748 atau untuk kawasan pariwisata saja dengan nilai B/C hanya sebesar 0.734.

(39)

Kepulauan Seribu menjadi kawasan gabungan (konservasi, pariwisata dan budidaya laut) pada daerah-daerah tertentu dengan nilai B/C sebesar 5.93. Menurut Ariadi (2003) bila kawasan tersebut hanya dikembangkan marikultur (budidaya laut) atau pariwisata yang memperhatikan konservasi saja hanya menghasilkan nilai B/C masing- masing sebesar 0.220 dan 0.490. Pengelolaan Kepulauan Seribu sebagai kawasan pengembangan marikultur saja biasanya menguntungkan bila ditinjau dari aspek ekonomi, tetapi dalam analisis ini terlihat tidak menguntungkan. Oleh karena itu untuk kepentingan jangka panjang dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan menghasilkan pengelolaan yang optimal dari segi pelestarian pesisir dan laut pada kawasan tersebut maupun kelangsungan pengembangan ketiga kegiatan

(40)

KERANGKA PEMIKIRAN

Potensi sumberdaya perikanan (SDP) pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur perlu dikembangkan dengan sasaran untuk peningkatan pendapatan masyarakat khususnya masyarakat perikanan, peningkatan produksi dan produktivitas serta penyerapan tenaga kerja dengan tujuan yang hendak dicapai yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat, pertumbuhan ekonomi wilayah serta tercapainya pembangunan perikanan pesisir yang berkelanjutan.

Untuk itu dalam rangka pengembangan perikanan di wilayah pesis ir Kabupaten Tanjung Jabung Timur agar dapat dicapai sasaran dan tujuan tersebut dalam penelitian ini terdapat 3 hal yang perlu dirumuskan yaitu kebijakan, strategi termasuk rencana aksinya serta peran dari kelembagaan terkait, sehingga pengembangan perikanan wilayah pesisir dapat optimal maka:

1. Perlu dirumuskan kebijakan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan sosial. Kegiatan perikanan yang ada saat ini diposisikan sebagai skenario kebijakan. Informasi yang didapat dari responden tentang manfaat (keuntungan) dan biaya (kerugian) ekonomi, sosial dan lingkungan pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur dianalisa dengan metode AHP dalam kerangka manfaat biaya. Hasil analisis akan didapat skenario kebijakan prioritas.

2. Dalam melakukan pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanj ug Jabung Timur perlu memperhatikan faktor lingkungan internal dan eksternal berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Faktor lingkungan internal dan eksternal ini dianalisa dengan analisis SWOT sehingga didapatkan arahan strategi. Stretegi masih bersifat normatif, maka perlu disusun rencana aksi berupa program atau kegiatan dalam rangka pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur.

(41)
[image:41.596.74.533.142.649.2]

Gambar 1. Kerangka pikir analisis kebijakan pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung (Tanjab) Timur Tujuan :

• Kesejahteraan Masyarakat

• Pertumbuhan Ekonomi • Pembangunan

Berkelanjutan

Potensi SDP Pesisir Tanjung Jabung Timur

Sasaran :

• Peningkatan Prod/prodtvts • Penyerapan Tenaga Kerja • Peningkatan Pendapatan

Masayarakat • Peningkatan Gizi • Devisa, pendapatan Pengembangan SDP

Pesisir

Kelembagaan Pertimbangan

Internal dan eksternal Faktor

Analisis Fungsi dan Kewenangan • Ekonomi

• Sosial • Lingkungsn Analisis SWOT

Peran Kelembagaan Alternatif Skenario

Arahan Strategi

Program/Kegia tan

AHP (B/C)

Kebijakan Prioritas

(42)

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

[image:42.596.115.522.246.489.2]

Penelitian dilakukan di daerah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada empat kecamatan pesisir yaitu; kecamatan Mendahara, Muara Sabak, Nipah Panjang dan Sadu masing- masing di desa Mendahara Ilir, desa Lambur Luar, desa Nipah Panjang I, desa Simpang Jelita dan desa Sungai Itik. Penetapan lokasi didasarkan atas terdapat kegiatan sektor perikanan wilayah pesisir (Gambar 1).

Gambar 2. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April 2005 sampai bulan Juni 2005 untuk mengumpulan data primer berupa wawancara (termasuk wawancara mendalam), pengamatan lapangan serta pengumpulan data sekunder.

Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Menurut Kusmayadi dan Sugiarto (2000) metode pendekatan deskriptif merupakan pendekatan dalam penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena atau hubungan antara komponen yang diteliti dengan sistematis, faktual dan akurat. Penelitian ini berusaha menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena atau keadaan yang terdapat pada lokasi penelitian pada saat pengamatan dilanjutkan dengan menganalisis permasalahan yang

(43)

ditemui. Beberapa penelitian dapat digolongkan kedalam penelitian deskriptif adalah studi kasus, studi hubungan atau korelasi, studi dampak dan studi strategi pengembangan (Kusmayadi dan Sugiarto, 2000).

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan atau diperoleh dari responden melalui wawancara mendalam dengan berpedoman pada kuisioner yang telah dipersiapkan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari pihak terkait berupa laporan, hasil penelitian, peraturan dan dukumen yang menunjang (Tabel 1)

Tabel 1. Pengumpulan data Peruntukan

Analisis

Data Yang Dikumpulan Sumber Data

AHP

Persepsi responden tentang manfaat dan kerugian pengembangan perikanan pesisir Kab. Tanjab Timur dai aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dan kr iterianya sesuai dengan hirarki (Gambar 3 dan 4)

Data Primer:

Wawancara mendalam dengan pihak pengambil kebijakan (Pemda) Tanjung Jabung (Tanjab) Timur 5 orang, peneliti /akademisi 5 orang, nelayan 5 orang, pengolah hasil perikanan 5 orang dan petani ikan 5 orang

SWOT

Faktor-faktor SWOT antara lain:

1. Potensi wilayah 2. Pemanfataan SDA 3. Aksesibilitas

4. Degradasi linkungan 5. Kelembagaan 6. Sumber permodalan 7. Pemasaran

Data Primer:

Wawancara mendalam dengan Kadis DKP Tanjab Timur, Bapelitbangda Kab. Tanjab Timur, Komisi D DPRD Kab. Tanjab Timur, Peneliti, SMK Kelautan dan Perikanan Tanjab Timur

Data Sekunder:

Renstra Pesisir, Propeda, Lakip dan Laporan Tahunan DKP Tanjung Jabung Timur

Fungsi dan Kewenangan

Peran pihak terkait dalam pengembangan perikanan pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur

Data Primer:

Wawancara mendalam dengan pihak terkait yaitu: DKP Tanjab Timur, Bapelitbangda, Dishutbun, Dishub , BPN, Bank, AL, Polri, LSM, PT, Disperindagkop, KSDA, TNB, Desa, KUD dan Bag.LH Pemda Tanjung Jabung Timur

Data Skunder:

(44)

Analisis Data

Analytical Hierarchy Process ( AHP) dalam Kerangka Manfaat Biaya

Untuk penentuan prioritas kebijakan data yang didapat dari responden diolah dengan Sotware komputer program Expert Choice M-AHP 2004. Secara manual tahap-tahap analisis data dengan metoda AHP dalam kerangka manfaat biaya menurut Suryadi dan Ramadhani (1998) adalah sebagai berikut:

1. Pendefinisian Masalah dan Solusi yang Diinginkan

Dalam penelitian ini karena pendekatan yang digunakan adalah pendekatan AHP dalam kerangka manfaat biaya, maka untuk memecahkan masalah dan solusi yang diiginkan guna mendapatkan skenario kebijakan prioritas pengembangan SDP wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur perlu diketahui dahulu faktor yang mempengaruhi manfaat dan biaya nya. Untuk mendefinisikan manfaat dan biaya, maka pertanyaan yang diajukan adalah manfaat dan kerugian ekonomi, lingkungan dan sosial apa yang timbul dari pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat dijelaskan sebagai berikut:

Manfaat (Benefit)

Manfaat dari pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur ini adalah manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan dengan penjabaran dari masing- masing sebagai berikut.

- Manfaat ekonomi, dalam sistem ini mengandung pengertian bahwa pengembangan perikanan pesisir Kabupaten Tanjab Timur dapat memberikan manfaat atau keuntungan ekonomi berupa peningkatan pendapatan (PP) dan terbukanya usaha sektor non- formal (SUN).

- Manfaat lingkungan, dalam sistem ini mengandung pengertian bahwa

pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur dapat memberikan manfaat mempertahan hutan mangrove (MHM) dan sebagai media biota (MB) perairan untuk tumbuh dan berkumpul.

- Manfaat sosial, mempunyai pengetian sebagai manfaat yang diterima

(45)

Kabupaten Tanj ung Jabung Timur adalah penyerapan tenaga kerja (PTK) dan interaksi sosial (IS).

Biaya (kerugian/cost)

Biaya atau kerugian yang timbul dari pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur juga berupa kerugian (biaya) ekonomi, sosial dan lingkungan dengan penjabaran dari biaya masing- masing sebagai berikut :

- Biaya ekonomi, merupakan kerugian atau biaya yang dialami dalam rangka

pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur berupa biaya yaitu modal usaha (MU) dan kerugian berupa mengganggu aktivitas usaha sektor lain (MAL)

- Biaya lingkungan, merupakan biaya atau kerugian lingkungan akibat

pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur yaitu terjadinya pencemaran (P) dan sedimentasi (S).

- Biaya sosial, merupakan kerugian sosial yang dialami akibat penge mbangan

perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur berupa kecemburuan sosial (KS) dan merubah pola hidup masyarakat (MPHM). 2. Penyusunan Hirarki

(46)
(47)
(48)

3. Pembuatan Matriks Perbandingan Berpasangan ( Pendapat Individu)

Membuat matriks perbandingan berpasangan menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing- masing tujuan setingkat di atasnya. Perbandingan berdasarkan judgement atau persepsi responden dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lain. Penilaian dilakukan dengan pembobotan masing- masing komponen dengan perbandingan berpasangan dimulai dari level tertinggi sampai pada level terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan “judgement” para responden berdasarkan skala banding berpasangan Saaty (1991) seperti tertera pada Tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Skala banding secara berpasangan

Tingkat

Kepentingan Defenisi Penjelasan

1 Kedua emelen sama

pentingya

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terdadap tujuan 3 Elemen yang satu sedikit lebih

penting dari pada elemen lainya

Pengalaman dan penilaian sedikit mendukung satu elemen dibanding elemenyang lainnya

5 Elemen yang satu lebih

penting dari pada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaiaan sangat kuat mendukung satu elemen disbanding elemen lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting dari pada elemen yang lainnya

Satu elemen dengan kuat didukung dan dominan terlihat dalam praktek

9 Satu elemen mutlak lebih penting dari pada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan yang mungkin menguatkan

2,4,6,8 Nilai-nilai antar dua nilai pertimbangan yang berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

Sumber: Saaty (1991)

4. Matriks Pendapat Individu

Formulasi pendapat individu adalah sebagi berikut:

A1 A2 ... An

A1 1 a12 ... a1n

(49)

Dalam hal ini A1, A2... An merupakan set elemen pada satu tingkat keputusan hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi berpasangan membentuk matriks berukuran n x n, nilai aij merupakan nilai matriks pendapat hasil komparasi berpasangan yang mencerminkan nilai kepentingan Ai terhadap Aj.

5. Melakukan Pembandingan Berpasangan

Untuk mendapatkan “judgment” dilakukan pembandingan secara berpasangan yang menggambarkan pengaruh relatif setiap elemen dengan elemen setingkat di atasnya sesuai dengan skala Saaty. Jumlah elemen berpasangan yang dihasilkan sebanyak n(n-1)/2 buah dengan n merupakan banyaknya elemen yang dibandingkan seperti tertera pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Jumlah elemen berpasangan untuk setiap tingkat hirarki Manfaat/kerugian

pengembangan perikanan pesisir Kab. Tanjab Timur

Jumlah elemen yang dibandingkan (n)

Jumlah elemen berpasangan

Aspek (level 2) 3 3

Kriteria (level 3) 3 3

Prioritas Kebijakan (level 4) 5 10

6. Pengolahan Horizontal

Pengolahan horizontal dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

Perkalian baris (z) dengan rumus:

n ij

n

j

i

VEi

a

z

1 =

Π

=

=

dimana VEi = vektor eigen , n = jumlah elemen yang dibandingkan

Perhitungan vektor prioritas atau vektor ciri

dimana eVPi merupakan elemen vektor prioritas ke-i

=

=

n

i i i i

VE

VE

eVP

(50)

Perhitungan akar ciri maksimum dengan rumus

VA = aij x VP dengan VA = (Vaij), dimana VA adalah vektor antara

VP VA VB=

VB = (Vbi) dimana VB adalah akar ciri

=

= n

i

Vbi n

maks

1

1

λ untuk i=1,2,3 ……n

7. Pengolahan Vertikal

Untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu tehadap sasaran utama dilakukan pengolahan vertikal. Bila Cvij merupakan nilai prioritas pengaruh elemen ke- i pada tingkat ke-j terhadap sasaran utama, maka;

s

CVij = ? C Hij (t,i – 1) x VWt(i-1) t = 1

untuk: i=1,2.3....p j = 1,2,3....r dan t= 1,2,3...s

Keterangan :

CVij = Nilai prioritas pengaruh ke–i pada tingkat ke –j terhadap sasaran utama

CHij (t,i-1) = Nilai prioritas pengaruh elemen ke-j pada tingkat ke-iterhadap elemen ke- pada tingakat di atasnya (i-1)

VWt(i-1) = Nilai prioritas pengaruh elemen ke–t pada tingkat ke (i-1) terhadap sasaran utama.

Dimana ; p = jumlah tingkat hirarki keputusan

r = jumlah elemen yang ada pada tingkat ke- i

s = jumlah elemen yang ad pada tingkat ke (i-1)

8. Menghitung Nilai Konsistensi

Untuk mengetahui pendapat atau persepsi responden konsisten atau tidak maka dilakukan perhitungan nilai konsistensi. Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai Consistensy Ratio (CR) pendapat cukup tinggi, yaitu > 0,1.

(51)

* Pehitungan akar ciri maksimum (λ maks) dengan rumus:

VA = aij x Vp dengan VA = (A aij), dimana VA adalah Vektor Antara

Menghitung VB, dimana VB = VA/Vp , dimana VB adalah akar ciri (λ maks) dengan VB = Vbi:

= − = n j wj wi aij maks 1 ) / (

λ atau

= = n i Vbi n maks 1 1 λ

* Perhitungan Indeks Konsistensi (CI) dengan rumus:

CI = λ maks – n / n-1; dimana λ maks = akar ciri maksimum

n = jumlah elemen yang dibandingkan * Perhitungan Consistensy Ratio (CR) dengan rumus

CR = CI/RI, dimana RI = Random Indeks

Tabel 4. Nilai Random Indeks (RI)

N RI N RI N RI N RI N RI

1 0,00 2 0.00 3 0.58 4 0,90 5 1,12

6 1,24 7 1,32 8 1,41 9 1,45 10 1,49

Sumber: Kosasi ( 2002)

Bila ternyata nilai CR>0,1 beberapa pakar berpendapat bahwa persepsi responden ditanya ulang, responden diganti atau datanya tidak perlu digunakan.

9. Menghitung Matriks Pendapat Gabungan

Matrik pendapat gabungan merupakan matrik baru yang elemen-elemenya (gij) berasal dari rata-rata geometrik elemen matrik pendapatan individu yang nilai rasio konsistensinya (CR) memenuhi syarat. Tujuan menyusun matrik ini adalah untuk membentuk suatu yang mewakili matriks- matriks pendapat individu.

m ij

( )

ij k k m

a

g

1 = Π = Dimana:
(52)

10. AHP dalam Pendekatan Kerangka Manfaat dan Biaya

Untuk menentukan alternatif prioritas kebijakan pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanj ung Jabung Timur dari beberapa skenario yang ada maka perlu dilakukan pembandingan nilai manfaat atau keuntungan (B) dan biaya atau kerugian (C) berdasarkan nilai yang dihasilkan dari olahan Software komputer Expert Choice versi M-AHP 2004 (Tabel 5)

Tabel 5. Format matriks manfaat biaya alternatif kebijakan pengembangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

No Arternatif Skenario Kebijakan Manfaat

(B)

Biaya

(C)

B/C Prioritas

1. Pengembangan perikanan tangkap (PPT)

2. Pengembangn budidaya tambak (PBTb)

3. Pengembangan budidaya laut (PBLt)

4. Peningkatan mutu hasil perikanan

(PMHP)

5. Pengembangan Hatchery (PH)

Dalam pengembangan perikana n tangkap (PPT), pengembangan budidaya tambak (PBTb) dan budidaya laut (PBLt) sudah termasuk kegiatan pasca panen sebelum produk perikanan dijual, mencegah proses pembusukan produk perikanan serta menampung kelebihan produksi. Alternatif skenario kebijakan peningkatan mutu hasil perikanan (PMHP) merupakan skenario dalam rangka meningkatkan mutu produk perikanan yang telah dilakukan sekarang.

Analisis SWOT

(53)

Tanjung Jabung Timur ini dilakukan dengan analisis SWOT ((Strengths,

Opportunities, Weaknesses dan Threats), yaitu dilakukan dengan mengevaluasi

dan mengidentifikasi faktor-faktor SWOT yang mempengaruhi pengembangan perikanan di wilayah pesisirnya. Dalam pembuatan analisis SWOT agar keputusan yang diperoleh lebih tepat, maka perlu melalui tahapan-tahapan proses sebagai berikut (Marimin, 2004):

1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. Tahap ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

2. Tahap analisis (analisis SWOT). Yaitu pembuatan matriks internal dan matriks eksternal dan matriks SWOT.

Tabel 6. Contoh tabulasi faktor internal

Faktor Internal Bobot (B) Rating (R) B X R Keterangan

Kekuatan (S) S1.

… Sn

Kelemahan (W) W1.

.. Wn

1,00 S - W

Sumber: Rangkuti, 2000

Sedangkan contoh untuk tabulasi faktor internal penge mbangan perikanan di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur seperti pada Tabel 7 berikut.

Tabel 7. Contoh tabulasi faktor eksternal

Faktor Eksternal Bobot (B) Rating (R) B x R Keterangan

Peluang (O)) O1.

…. On

Ancaman (T) T1.

…. Tn

1,00 O - T

(54)

3. Tahap Pengambilan Keputusan (penentuan alternatif strategi). Dalam tahap pengambilan keputusan matrik SWOT ini perlu merujuk kembali matriks eksternal dan matriks internal dengan melakukan pembobotan faktor internal dan internal yang terkait.

[image:54.596.113.523.343.600.2]

Strategi yang dihasilkan terdiri dari beberapa alternatif strategi. Untuk menentukan prioritas strategi yang harus dilakukan, maka dilakukan penjumlahan bobot yang berasal dan keterkaitan antara unsur- unsur SWOT yang terdapat dalam suatu altematif st

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir analisis kebijakan pengembangan perikanan                          di wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung (Tanjab) Timur
Gambar 2.  Lokasi  penelitian
Tabel 8.  Contoh format tabulasi penentuan rangking  strategi
Tabel 11. Format skor keterkaitan peran  pihak terkait dalam pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Tanjung Jabung Timur
+7

Referensi

Dokumen terkait

1 JADWAL KULIAH PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNTAD JADWAL MATA KULIAH SEMESTER GANJIL.. PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT TAHUN

Menurut Sugiyono (2010) Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut.Sample dalam penelitian ini di ambil dengan metode

Kao što navodi Stiglitz (Stiglitz, 2009:26), „ekonomija pokreće globalizaciju, no oblikuje je politika“. Doista, „pravila igre“ određuju visoko razvijene industrijske

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

For the Theories’ Enrichments, the results of this study can be used to enrich the theories of teachers’ strategies in teaching reading comprehension. It can be

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmatNya, saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Persepsi Mahasiswa FISIP USU

Penelitian ini menggunakan metode SIG ( Sistem Informasi Geografis ) Penggunaan metode GIS dilakukan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui identifikasi luas

Berkas- berkas cahaya yang tiba di layar akan mengalami interferensi konstruktif dan destruktif juga sehingga akan dihasilkan pola gelap terang tetapi dalam bentuk