• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.1 Melecehkan Muka

Menurut Miriam A. Locher (2008) ketidaksantunan dalam berbahasa dapat dipahami sebagai berikut, ‘…behaviour that is face-aggravating in a particular context.’ Inti dari pandangan Locher tersebut adalah bahwa ketidaksantunan berbahasa itu menunjuk pada perilaku yang ‘melecehkan’ muka (face-aggravate) mitra tuturnya. Dalam pandangannya, sebuah tuturan akan dikatakan tidak santun kalau tuturan tersebut dapat melecehkan muka mitra tuturnya dan membuat luka hati mitra tutur. Tuturan-tuturan yang melecehkan muka dianalisis sebagai berikut.

Cuplikan Tuturan 1

Penutur: siswa kelas XI, umur 17 tahun Mitra tutur: guru perempuan, umur 26 tahun A: Silahkan kalian, tempat duduknya yang bener.

B: Ah, ibuk ini, tempat duduk luas aja suruh geser-geser! (A1) A: Supaya rapikan?

(Konteks tuturan: Tuturan ini dituturkan pada saat mitra tutur meminta penutur agar merapikan tempat duduknya. Penutur merasa tempat di laboratorium masih luas tetapi masih diminta untuk bergeser tempat duduknya).

Cuplikan Tuturan 2

Penutur: siswa kelas XI, umur 17 tahun Mitra tutur: guru perempuan, umur 43 tahun

A:Ya, kamu. Presentasimu sudah bagus tetapi kenapa materinya sangat singkat? Memangnya kamu tidak punya inisiatif untuk membaca dan mencari tahu materi tambahan lain? Sudah besar kok harus selalu didekte!

B: Astagaaaa, emang lo pikir, lo paling bener gituuu, bu? (A3)

(Konteks tuturan: Tuturan ini dituturkan pada saat kegiatan evaluasi setelah beberapa kelompok maju untuk presentasi. Mitra tutur memberikan evaluasi terkait dengan materi dan penampilan siswa. Penutur merasa bahwa mitra tutur tersebut seolah-olah sengaja mencari kesalahan penutur).

Cuplikan Tuturan 3

Penutur: guru perempuan, umur 43 tahun Mitra tutur: siswa kelas XI, umur 16 tahun A: Materi ini untuk bahan kuis ya?

(Sambil melihat mitra tutur yang tidak mencatat) B: (hanya menganggukkan kepala)

A: Kalau kalian tidak punya catatan, ya, salah kalian sendiri kalau kuis nilainya jeblok! (A4)

(Konteks tuturan: Tuturan ini dituturkan sesaat setelah salah satu kelompok presentasi maju ke depan. Penutur menyampaikan bahwa materi yang dipresentasikan ialah bahan untuk kuis. Penutur mengatakan kepada mitra tutur karena tidak mencatat bahan yang dipresentasikan).

Cuplikan Tuturan 4

Penutur: guru perempuan, umur 30 tahun Mitra tutur: siswa kelas X, umur 15 tahun

A: Ini kamu copy paste atau bikin sendiri? Kok bahasanya bagus sekali? (A11) B: Memangnya tidak boleh buk kalau saya lihat dari internet?

A: Ya tidak boleh! Sayakan meminta untuk mengarang sendiri, bukan mengkopi kepunyaan orang lain!

(Konteks tuturan: Tuturan ini dituturkan pada saat penutur baru saja mengoreksi tugas mitra tutur. Penutur menemukan bahasa dalam karangan mitra tutur sangat

bagus, padahal penutur mengetahui kemampuan menulis mitra tutur. Penutur memanggil mitra tutur).

Cuplikan Tuturan 5

Penutur: siswa kelas X, umur 16 tahun Mitra tutur: guru perempuan, umur 30 tahun

A: Buk, kenapa kok sering kasih kuis dadakan? Senang ya nilai kita jelek? Pelajaran kita hari ini nggak punya ibuk saja, tapi masih banyak! (A19) B: Supaya kamu selalu belajar setiap saatkan? Kalau tidak pernah diberi kuis kamu

juga tidak belajar.

(Konteks tuturan: Tuturan ini dituturkan pada saat penutur mendatangi mitra tutur di meja piket pada saat jam istirahat untuk menyampaikan ketidaksukaan penutur kepada mitra tutur karena sering memberikan kuis dadakan. Penutur merasa kesal kepada mitra tutur).

4.2.1.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa tuturan lisan yang tidak santun antara guru dan siswa yang berupa tuturan yang melecehkan muka mitra tuturnya. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan A1: Ah, ibuk ini, tempat duduk luas aja suruh geser-geser! Tuturan A3: Astagaaaa, emang lo pikir, lo paling bener gituuu, bu?

Tuturan A4: Kalau kalian tidak punya catatan, ya, salah kalian sendiri kalau kuis nilainya jeblok!

Tuturan A11: Ini kamu copy paste atau bikin sendiri? Kok bahasanya bagus sekali? Tuturan A19: Buk, kenapa kok sering kasih kuis dadakan? Senang ya nilai kita jelek?

4.2.1.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan uraian konteks yang menyertai tuturan. Adapun konteks-konteks dalam tuturan yang melecehkan muka sebagai berikut.

Tuturan A1: tuturan ini dituturkan pada saat mitra tutur meminta penutur agar merapikan tempat duduknya. Penutur merasa tempat di laboratorium masih luas tetapi masih diminta untuk bergeser tempat duduknya.

Tuturan A3: tuturan ini dituturkan pada saat kegiatan evaluasi setelah beberapa kelompok maju untuk presentasi. Mitra tutur memberikan evaluasi terkait dengan materi dan penampilan siswa. Penutur merasa bahwa mitra tutur tersebut seolah-olah sengaja mencari kesalahan penutur.

Tuturan A4: tuturan ini dituturkan sesaat setelah salah satu kelompok presentasi maju ke depan. Penutur menyampaikan bahwa materi yang dipresentasikan ialah bahan untuk kuis. Penutur mengatakan kepada mitra tutur karena tidak mencatat bahan yang dipresentasikan.

Tuturan A11: tuturan ini dituturkan pada saat penutur baru saja mengoreksi tugas mitra tutur. Penutur menemukan bahasa dalam karangan mitra tutur sangat bagus, padahal penutur mengetahui kemampuan menulis mitra tutur. Penutur memanggil mitra tutur.

Tuturan A19: tuturan ini dituturkan pada saat penutur mendatangi mitra tutur di meja piket pada saat jam istirahat untuk menyampaikan ketidaksukaan penutur

kepada mitra tutur karena sering memberikan kuis dadakan. Penutur merasa kesal kepada mitra tutur.

4.2.1.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Adapun penanda-penanda ketidaksantunan linguistik yang melecehkan muka sebagai berikut.

Tuturan A1: nada tinggi, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa kata seru ah dan penggunaan kata tidak baku ibuk dan aja.

Tuturan A3: nada sedang, tekanan sedang, intonasi tanya dengan suara agak ditekan, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa kata seru astaga, penggunaan kata tidak baku emang, lo, dan gitu,

Tuturan A4: nada sedang, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah kata populer yaitu kata kuis.

Tuturan A11: nada sedang, tekanan sedang, intonasi tanya, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa kata fatis kok, penggunaan kata tidak baku bikin, dan adanya interferensi ke dalam bahasa Inggris yaitu copy paste.

Tuturan A19: nada sedang, tekanan sedang, intonasi tanya, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa kata fatis kok, kata tidak baku buk, nggak, tapi,dan ibuk.

4.2.1.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang menyertai tuturan yang berupa penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tujuan tutur, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Selain itu, penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat pula berdasarkan informasi indeksal tuturan yang meliputi tindak verbal dan tindak perlokusi. Penanda ketidaksantunan pragmatik dalam tuturan yang melecehkan muka sebagai berikut.

Tuturan A1

Konteks tuturan (A1) terjadi di laboratorium bahasa pada 8 November 2012 pukul 08.45 WIB. Suasana di dalam laboratorium bahasa masih kacau karena pengaturan tempat duduk yang belum jelas. Saat itu penutur diminta oleh mitra tutur untuk bergeser tempat duduknya. Penutur merasa bahwa tempat duduk yang tersedia masih cukup luas untuk teman yang lain tetapi masih saja diminta untuk bergeser tempat duduknya. Penutur merasa sangat kesal karena mitra tutur agak memaksa untuk merapikan tempat duduknya. Tuturan (A1) berupa tindak verbal ekspresif yang menunjukkan keluhan penutur kepada mitra tutur karena tempat duduknya diminta untuk bergeser. Penutur dalam tuturan (A1) ialah siswa kelas XI berumur 17 tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 26 tahun. Tindak perlokusi dalam tuturan (A1) ialah penutur mengharapkan mitra tutur agar tidak meminta penutur untuk berpindah tempat duduknya.

Tuturan A3

Konteks tuturan (A3) terjadi di kelas pada 8 November 2012 pukul 11.40 WIB. Suasana tuturan (A3) ialah santai pada saat kegiatan evaluasi setelah beberapa kelompok maju untuk presentasi. Mitra tutur memberikan evaluasi terkait dengan materi dan penampilan siswa. Penutur merasa bahwa mitra tutur karena terlihat sebagai guru senior di sekolah tersebut, seolah-olah sengaja mencari kesalahan penutur. Penutur merasa kesal terhadap evaluasi yang diberikan mitra tutur. Hal tersebut menunjukkan tuturan (A3) berupa tindak verbal ekspresif keluhan penutur. Penutur dalam tuturan (A3) ialah siswa kelas XI berumur 17 tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 43 tahun. Tindak perlokusi dalam tuturan (A3) ialah mitra tutur mendengar hal yang dikatakan penutur dan diharapkan dapat memperbaiki sikapnya.

Tuturan A4

Konteks tuturan (A4) terjadi di kelas pada 8 November 2012 pukul 11.45 WIB. Suasana saat itu sedang serius karena terkait dengan kuis yang akan diadakan. Tuturan (A4) terjadi setelah salah satu kelompok presentasi maju ke depan. Penutur menyampaikan bahwa materi yang dipresentasikan ialah bahan untuk kuis. Penutur mengatakan tuturan (A4) kepada mitra tutur karena tidak mencatat bahan yang dipresentasikan. Mitra tutur menjadi kesal akibat tuturan penutur. Tuturan (A4) berupa tindak verbal ekspresif yang menunjukkan bahwa penutur merasa kecewa setelah melihat mitra tutur tidak mencatat bahan presentasi. Penutur dalam tuturan (A4) ialah guru perempuan berumur 43 tahun dan mitra tuturnya ialah siswa kelas XI

berumur 16 tahun. Tindak perlokusi dalam tuturan (A4) ialah mitra tutur membuat catatan yang berkaitan dengan materi presentasi.

Tuturan A11

Konteks tuturan (A11) terjadi di kelas tanggal 26 November 2012 pada saat penutur baru saja mengoreksi tugas mitra tutur. Suasana saat itu sedang serius karena penutur sedang mengoreksi pekerjaan siswa. Penutur menemukan bahasa dalam karangan mitra tutur sangat bagus, padahal penutur mengetahui kemampuan menulis mitra tutur. Penutur memanggil mitra tutur. Tuturan (A11) berupa tindak verbal ekspresif yang menunjukkan ekspresi penutur yang tidak yakin dengan pekerjaan mitra tutur yang dirasa sangat bagus. Penutur dalam tuturan (A11) ialah guru perempuan berumur 30 tahun dan mitra tuturnya ialah siswa kelas X berumur 15 tahun. Tindak perlokusinya yaitu mitra tutur menjawab dengan jujur pertanyaan penutur dan tidak akan mengulanginya kembali apabila dugaan penutur yang merasa mitra tutur menyalin pekerjaan orang lain itu benar.

Tuturan A19

Konteks tuturan (A19) terjadi di meja piket tanggal 15 November 2012 pada saat penutur mendatangi mitra tutur di meja piket pada saat jam istirahat untuk menyampaikan ketidaksukaan penutur kepada media tutur karena sering memberikan kuis dadakan. Penutur merasa kesal kepada mitra tutur. Tuturan (A19) merupakan tindak verbal ekspresif yang mengungkapkan kekesalan penutur kepada mitra tutur. Suasana dalam cuplikan 6 sedang santai saja. Penutur dalam tuturan (A19) ialah siswa kelas X berumur 16 tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 30

tahun. Tindak perlokusinya yaitu mitra tutur mengubah kebiasaan memberikan kuis dadakan.

4.2.1.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Melecehkan Muka

Makna ketidaksantunan berbahasa yang melecehkan muka secara umum ialah menghina, mengejek, dan menyindir mitra tutur sehingga terluka hatinya. Adapun makna dari masing-masing tuturan yang melecehkan muka sebagai berikut.

Tuturan A1: ejekan dari penutur kepada mitra tutur yang merasa bahwa mitra tutur terlalu banyak mengatur penutur dan siswa.

Tuturan A3: hinaan dari penutur kepada mitra tutur yang merasa bahwa mitra tutur seperti orang yang paling benar dalam segala hal.

Tuturan A4: hinaan dari penutur kepada mitra tutur yang dirasa akan mendapatkan nilai yang kurang bagus ketika kuis kalau mitra tutur tidak mencatat materi presentasi dari teman yang maju.

Tuturan A11: ejekan dari penutur kepada mitra tutur karena penutur menemukan bahasa dalam karangan mitra tutur sangat bagus, padahal penutur mengetahui kemampuan menulis mitra tutur tidak bagus.

Tuturan A19: ejekan dan kemarahan dari penutur kepada mitra tutur yang merasa bahwa mitra tutur sering memberikan kuis dadakan kepada penutur.

Dokumen terkait