• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Analisis Data

4.2.2 Memain-mainkan Muka

Interpretasi lain yang berkaitan dengan definisi Miriam A. Locher tentang ketidaksantunan berbahasa ini adalah bahwa tindakan tersebut sesungguhnya bukanlah sekadar perilaku ‘melecehkan muka’, melainkan perilaku yang ‘memain- mainkan muka’. Tindakan bertutur sapa akan dikatakan sebagai tindakan yang tidak santun bilamana muka (face) dari mitra tutur dipermainkan, atau setidaknya dia telah merasa bahwa penutur memain-mainkan muka mitra tuturnya dan membuat mitra tutur merasa jengkel. Tuturan-tuturan yang memain-mainkan muka dianalisis sebagai berikut.

Cuplikan Tuturan 6

Penutur: siswa kelas X, umur 15 tahun Mitra tutur: guru perempuan, umur 30 tahun

A: Kenapa kamu tidak maju presentasi? Mana tugasmu? B: Lali buk. Di kertas e. (B2)

(Konteks tuturan: Tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur menanyakan kepada penutur yang tidak maju presentasi terkait masalahnya. Penutur merasa dia tidak presentasi karena tidak membawa bahannya).

Cuplikan Tuturan 7

Penutur: siswa kelas XII, umur 18 tahun Mitra tutur: guru laki-laki, umur 25 tahun

A: Udah ya? Sekarang kita ulangi materi dari awal pertemuan supaya kalian tetap ingat.

(Konteks tuturan: Tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur akan mengulang materi pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Penutur merasa bahwa minggu itu sangat padat ulangan dan sudah merasa lelah).

Cuplikan Tuturan 8

Penutur: siswa kelas XII, berumur 19 tahun Mitra tutur: guru laki-laki, umur 25 tahun

A: Ayo, siapkan catatannya! Tak bacakan jawabannya sekarang. B: Siap juragaan!!! (B4)

(Konteks tuturan: Tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur meminta penutur untuk menuliskan kunci jawaban mid semester).

Cuplikan Tuturan 9

Penutur: siswa kelas XII, umur 19 tahun Mitra tutur: guru laki-laki, umur 25 tahun A: Jadi, soal pilihan ganda untuk UAS 40 ya?

B: Weh? Ha kok banyak bangeeettt!! Ciyus? (B5)

(Konteks tuturan: Tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur memberikan kisi- kisi jumlah soal UAS pilihan ganda yang berjumlah 40 soal kepada penutur. Penutur merasa soal yang berjumlah 40 tersebut terlalu banyak).

Cuplikan Tuturan 10

Penutur: guru perempuan, umur 30 tahun Mitra tutur: siswa kelas XII, umur 19 tahun

A: Wah, makin lama kamu jadi kurus aja. Apelannya kurang? (B7) B: Ah, ibuk ini. Apa-apaan sih buk?

(Konteks tuturan: Tuturan tersebut dituturkan pada saat penutur melihat mitra tutur yang sebelumnya badannya agak gemuk tetapi sekarang semakin kurus. Nilai pelajaran mitra tutur juga menurun).

4.2.2.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa tuturan lisan yang tidak santun antara guru dan siswa yang berupa tuturan yang memain-mainkan muka mitra tuturnya. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan B2: Lali buk. Di kertas e.

Tuturan B3: Pak, nggak mau pelajaran! Capek! Dari kemarin pelajaran terus. Tuturan B4: Siap juragaan!!!

Tuturan B5: Weh? Ha kok banyak bangeeettt!! Ciyus?

Tuturan B7: Wah, makin lama kamu jadi kurus aja. Apelannya kurang?

4.2.2.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan uraian konteks yang menyertai tuturan. Adapun konteks-konteks dalam tuturan yang memain- mainkan muka sebagai berikut.

Tuturan B2: tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur menanyakan kepada penutur yang tidak maju presentasi terkait masalahnya. Penutur merasa dia tidak presentasi karena tidak membawa bahannya.

Tuturan B3: tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur akan mengulang materi pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Penutur merasa bahwa minggu itu sangat padat ulangan dan sudah merasa lelah.

Tuturan B4: tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur meminta penutur untuk menuliskan kunci jawaban mid semester.

Tuturan B5: tuturan tersebut dituturkan pada saat mitra tutur memberikan kisi-kisi jumlah soal UAS pilihan ganda yang berjumlah 40 soal kepada penutur. Penutur merasa soal yang berjumlah 40 tersebut terlalu banyak.

Tuturan B7: tuturan tersebut dituturkan pada saat penutur melihat mitra tutur yang sebelumnya badannya agak gemuk tetapi sekarang semakin kurus. Nilai pelajaran mitra tutur juga menurun.

4.2.2.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Adapun penanda-penanda ketidaksantunan linguistik yang memain-mainkan muka sebagai berikut.

Tuturan B2: nada rendah, tekanan lemah, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan kata tidak baku buk dan penggunaan interferensi ke dalam bahasa Jawa lali.

Tuturan B3: nada sedang, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan kata tidak baku nggak dan kata populer pelajaran.

Tuturan B4: nada rendah, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah

Tuturan B5: nada sedang, tekanan sedang, intonasi tanya, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar dan kata slang. Bahasa nonstandar ditunjukkan oleh penggunaan

kata seru weh, kata fatis ha dan kok, dan kata tidak baku banget, sedangkan kata slang ditunjukkan dengan penggunaan kata ciyus.

Tuturan B7: nada sedang, tekanan sedang, intonasi tanya, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan kata tidak baku aja.

4.2.2.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang menyertai tuturan yang berupa penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tujuan tutur, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Selain itu, penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat pula berdasarkan informasi indeksal tuturan yang meliputi tindak verbal dan tindak perlokusi. Penanda ketidaksantunan pragmatik dalam tuturan yang memain-mainkan muka sebagai berikut.

Tuturan B2

Konteks tuturan (B2) terjadi di kelas tanggal 9 November 2012 pada saat mitra tutur menanyakan kepada penutur yang tidak maju presentasi terkait masalahnya. Penutur merasa dia tidak presentasi karena tidak membawa bahannya. Tuturan (B2) merupakan tindak verbal asertif karena penutur saat itu memang tidak mengikuti presentasi karena bahan presentasi ada di kertas. Suasana dalam tuturan (B2) sedang serius karena saat itu akan diadakan presentasi. Penutur dalam tuturan (B2) tersebut ialah siswa kelas X berumur 15 tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 30 tahun. Tindak perlokusinya yaitu mitra tutur memberikan

dispensasi kepada penutur untuk maju pada pertemuan berikutnya tetapi dengan pengurangan nilai yang akan diperoleh penutur.

Tuturan B3

Konteks tuturan (B3) terjadi di laboratorium TIK tanggal 26 November 2012 pada saat mitra tutur akan mengulang materi pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Penutur merasa bahwa minggu itu sangat padat ulangan dan sudah merasa lelah. Tuturan (B3) merupakan tindak verbal ekspresif dari penutur yang mengungkapkan bahwa penutur sudah merasa lelah untuk mengikuti pelajaran lagi. Suasana dalam tuturan (B3) sedang santai karena mitra tutur masih bercanda dengan siswa-siswa yang lain. Penutur dalam tuturan (B3) ialah siswa kelas XII berumur 18 tahun dan mitra tuturnya ialah guru laki-laki berumur 25 tahun. Tindak perlokusinya yaitu mitra tutur tidak perlu memberikan pelajaran pada hari itu.

Tuturan B4

Konteks tuturan (B4) terjadi di laboratorium TIK tanggal 26 November 2012 pada saat mitra tutur meminta penutur untuk menuliskan kunci jawaban mid semester. Penutur sudah merasa siap untuk menulis kunci jawaban yang akan dibacakan oleh mitra tutur. Tuturan (B4) merupakan tindak verbal ekspresif yang mengungkapkan kesanggupan penutur untuk menuliskan kunci jawaban. Suasana dalam tuturan (B4) sedang santai. Penutur dalam tuturan (B4) ialah siswa kelas XII berumur 19 tahun dan mitra tuturnya ialah guru laki-laki berumur 25 tahun. Tindak perlokusinya yaitu mitra tutur merespon tuturan penutur.

Tuturan B5

Konteks tuturan (B5) terjadi di laboratorium TIK tanggal 26 November 2012 pada saat mitra tutur memberikan kisi-kisi jumlah soal UAS pilihan ganda yang berjumlah 40 soal kepada penutur. Penutur merasa soal yang berjumlah 40 tersebut terlalu banyak. Tuturan (B5) merupakan tindak verbal ekspresif yang mengungkapkan ekspresi protes dari penutur yang merasa bahwa jumlah soal yang akan diberikan terlalu banyak. Suasana dalam tuturan (B5) sedang santai. Penutur dalam tuturan (B5) ialah siswa kelas XII berumur 19 tahun dan mitra tuturnya ialah guru laki-laki berumur 25 tahun. Tindak perlokusinya yaitu mitra tutur memberi penjelasan kepada penutur terkait jumlah soal yang dirasa terlalu banyak.

Tuturan B7

Konteks tuturan (B7) terjadi di kelas tanggal 13 November 2012 saat penutur melihat mitra tutur yang sebelumnya badannya agak gemuk tetapi sekarang semakin kurus. Nilai pelajaran mitra tutur juga menurun. Tuturan (B7) merupakan tindak verbal ekspresif yang mengungkapkan keheranan penutur yang melihat mitra tutur semakin kurus dan nilai pelajaran juga menurun. Suasana dalam tuturan (B7) sedang santai. Penutur dalam tuturan (B7) ialah guru perempuan berumur 30 tahun dan mitra tuturnya ialah siswa kelas XII berumur 19 tahun. Tindak perlokusinya yaitu mitra tutur belajar lebih giat lagi.

4.2.2.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Memain-mainkan Muka

Makna ketidaksantunan berbahasa yang memain-mainkan muka secara umum ialah membuat jengkel mitra tutur karena sikap mitra tutur yang tidak seperti biasanya. Adapun makna dari masing-masing tuturan yang memain-mainkan muka sebagai berikut.

Tuturan B2: informasi dari penutur kepada mitra tutur yang merasa belum siap untuk presentasi dan dengan sikap yang tidak biasanya sehingga menimbulkan kejengkelan bagi mitra tutur.

Tuturan B3: kejengkelan dari penutur kepada mitra tutur karena harus mengulang materi dari pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Tuturan B4: kejengkelan mitra tutur karena dianggap seperti bos atau juragan, bukan sebagai gurunya.

Tuturan B5: protes dari penutur dan dirasa terlalu berat untuk jumlah soal UAS yang berjumlah 40 soal sehingga menjengkelkan mitra tutur.

Tuturan B7: sindiran yang menjengkelkan dari penutur kepada mitra tutur yang merasa bahwa nilai pelajaran mitra tutur menurun.

4.2.3 Kesembronoan yang disengaja

Dalam pandangan Derek Bousfield (2008: 3), ketidaksantunan dalam berbahasa dipahami sebagai, ‘The issuing of intentionally gratuitous and conflictive face-threatening acts (FTAs) that are purposefully perfomed.’ Bousfield memberikan penekanan pada dimensi ‘kesembronoan’ (gratuitous), dan konfliktif (conflictive)

dalam praktik berbahasa yang tidak santun itu. Perilaku berbahasa tidak santun tersebut terdapat dalam perilaku berbahasa yang mengancam muka, ancaman terhadap muka itu dilakukan secara sembrono (gratuitous), hingga akhirnya tindakan berkategori sembrono demikian itu mendatangkan konflik, atau bahkan pertengkaran, dan tindakan tersebut dilakukan dengan kesengajaan (purposeful). Tuturan-tuturan yang mengandung kesembronoan dianalisis sebagai berikut.

Cuplikan Tuturan 11

Penutur: siswa kelas XII, umur 18 tahun Mitra tutur: guru perempuan, umur 30 tahun

A: Buk, bajunya seksi bangeeettt. (sambil melihat baju mitra tutur) (C4) B: (merasa malu)

(Konteks tuturan: Suasana ketika di dalam kelas. Penutur melihat bahwa baju yang dipakai mitra tutur terlalu seksi).

Cuplikan Tuturan 12

Penutur: siswa kelas XI, umur 17 tahun Mitra tutur: guru laki-laki, umur 25 tahun

A: Ujung Bumi pada zaman Yesus menurut kalian di mana? B: Slemaaaaannnn…. (C9)

(Konteks tuturan: Suasana ketika mitra tutur menanyakan ujung bumi pada zaman Yesus. Penutur menjawab untuk menarik perhatian siswa lain).

Cuplikan Tuturan 13

Penutur: siswa kelas X, umur 15 tahun Mitra tutur: guru perempuan, umur 30 tahun

A: (bertemu mitra tutur di koridor sekolah) Buk, how are you? (C11)

B: Heh, opo kowe?

(Konteks tuturan: Penutur sedang berpapasan dengan mitra tutur pada saat jam pergantian pelajaran. Penutur ingin menyapa mitra tutur).

Cuplikan Tuturan 14

Penutur: siswa kelas XI, umur 16 tahun Mitra tutur: guru perempuan, umur 43 tahun

A: Buk aku sepertinya lihat seseorang yang sangat aku kenal deh. B: Emangnya kenapa?

A: Itu buk, soalnya kelihatan betisnya gedheeee bangeeeeeettttt… (C12)

(Konteks tuturan: Penutur bertemu dengan mitra tutur di meja piket. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa ia seperti melihat salah satu guru yang sangat dikenal dari jarak jauh. Mitra tutur menanyakan kepada penutur mengapa penutur bisa mengetahui hal tersebut).

Cuplikan Tuturan 15

Penutur: siswa kelas XII, umur 18 tahun Mitra tutur: guru laki-laki, umur 25 tahun

(mitra tutur sedang menunjukkan video tentang seksualitas kepada para siswa) A: Buk, dulu ibuk waktu malam pertama ngapain? (C15)

B: Kamu ini, mau tahu saja. Yang jelas ya sedang bersama suami saya.

(Konteks tuturan: Mitra tutur sedang menunjukkan video tentang seksualitas kepada siswa-siswa. Penutur penasaran dengan yang dilakukan mitra pada waktu malam pertama dahulu).

4.2.3.1 Wujud Ketidaksantunan Linguistik

Wujud ketidaksantunan linguistik berupa tuturan lisan yang tidak santun antara guru dan siswa yang berupa tuturan yang sembrono. Wujud ketidaksantunan linguistik tersebut sebagai berikut.

Tuturan C4: Buk, bajunya seksi bangeeettt. (sambil melihat baju mitra tutur) Tuturan C9: Slemaaaaannnn….

Tuturan C11: Buk, how are you?

Tuturan C12: Itu buk, soalnya kelihatan betisnya gedheeee bangeeeeeettttt… Tuturan C15: Buk, dulu ibuk waktu malam pertama ngapain?

4.2.3.2 Wujud Ketidaksantunan Pragmatik

Wujud ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan uraian konteks yang menyertai tuturan. Adapun konteks-konteks dalam tuturan yang berupa kesembronoan sebagai berikut.

Tuturan C4: suasana ketika di dalam kelas. Penutur melihat bahwa baju yang dipakai mitra tutur terlalu seksi.

Tuturan C9: suasana ketika mitra tutur menanyakan ujung bumi pada zaman Yesus. Penutur menjawab untuk menarik perhatian siswa lain.

Tuturan C11: penutur sedang berpapasan dengan mitra tutur pada saat jam pergantian pelajaran. Penutur ingin menyapa mitra tutur.

Tuturan C12: penutur bertemu dengan mitra tutur di meja piket. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa ia seperti melihat salah satu guru yang sangat

dikenal dari jarak jauh. Mitra tutur menanyakan kepada penutur mengapa penutur bisa mengetahui hal tersebut.

Tuturan C15: mitra tutur sedang menunjukkan video tentang seksualitas kepada siswa-siswa. Penutur penasaran dengan yang dilakukan mitra pada waktu malam pertama dahulu.

4.2.3.3 Penanda Ketidaksantunan Linguistik

Penanda ketidaksantunan linguistik dapat dilihat berdasarkan nada, tekanan, intonasi, dan diksi. Adapun penanda-penanda ketidaksantunan linguistik yang berupa kesembronoan ialah sebagai berikut.

Tuturan C4: nada sedang, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang ditunjukkan dengan penggunaan kata tidak baku buk dan banget.

Tuturan C9: nada sedang, tekanan sedang, dan intonasi berita.

Tuturan C11: nada sedang, tekanan lemah, intonasi tanya, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan interferensi ke dalam bahasa Inggris how are you dan penggunaan kata tidak baku buk.

Tuturan C12: nada sedang, tekanan sedang, intonasi berita, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan bahasa tidak baku buk dan banget serta penggunaan interferensi ke dalam bahasa Jawa gedhe.

Tuturan C15: nada rendah, tekanan lemah, intonasi tanya, dan diksi yang digunakan ialah nonstandar yang berupa penggunaan kata tidak baku yaitu buk, ibuk, dan ngapain.

4.2.3.4 Penanda Ketidaksantunan Pragmatik

Penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat berdasarkan konteks yang menyertai tuturan yang berupa penutur, mitra tutur, situasi, suasana, tujuan tutur, tindak verbal, dan tindak perlokusi. Selain itu, penanda ketidaksantunan pragmatik dapat dilihat pula berdasarkan informasi indeksal tuturan yang meliputi tindak verbal dan tindak perlokusi. Penanda ketidaksantunan pragmatik dalam tuturan yang berupa kesembronoan iaah sebagai berikut.

Tuturan C4

Konteks tuturan (C4) terjadi di kelas tanggal 13 November 2012. Penutur melihat bahwa baju yang dipakai mitra tutur terlalu seksi. Tuturan (C4) merupakan tindak verbal ekspresif yang mengungkapkan ekspresi penutur yang merasa baju yang dikenakan mitra tutur terlalu seksi. Tuturan penutur di dalam konteks tersebut tidak santun karena situasi pada saat itu ialah waktu pembelajaran berlangsung walaupun dalam keadaan santai. Penutur seharusnya mengetahui posisinya sebagai siswa yang harus menghormati mitra tutur sebagai guru sehingga penutur seharusnya menyampaikan teguran kepada mitra tutur dengan cara yang lebih sopan. Penutur dalam tuturan (C4) ialah siswa kelas XII berumur 18 tahun dan mitra tuturnya ialah

guru perempuan berumur 30 tahun. Tindak perlokusinya ialah mitra tutur mengenakan baju yang lebih sopan.

Tuturan C9

Konteks tuturan (C9) terjadi di kelas tanggal 16 November 2012 saat mitra tutur menanyakan ujung bumi pada zaman Yesus. Penutur menjawab untuk menarik perhatian siswa lain. Tuturan (C9) merupakan tindak verbal ekspresif yang mengungkapkan ekspresi candaan penutur untuk menjawab pertanyaan mitra tutur untuk memancing perhatian siswa lain. Tuturan penutur di dalam konteks tersebut tidak santun karena situasi pada saat itu ialah waktu pembelajaran berlangsung. Penutur seharusnya mengetahui posisinya sebagai siswa yang harus menghormati mitra tutur sebagai guru sehingga penutur seharusnya menjawab pertanyaan mitra tutur dengan jawaban yang sebenarnya. Penutur dalam tuturan (C9) ialah siswa kelas XI berumur 17 tahun dan mitra tuturnya ialah guru laki-laki berumur 25 tahun. Tindak perlokusinya ialah mitra tutur terhibur kemudian mengoreksi jawaban penutur.

Tuturan C11

Konteks tuturan (C11) terjadi di lorong sekolah tanggal 21 November 2012 ketika penutur sedang berpapasan dengan mitra tutur saat jam pergantian pelajaran. Penutur ingin menyapa mitra tutur. Tuturan (C11) merupakan tindak verbal ekspresif yang menunjukkan ekspresi penutur yang ingin menjalin keakraban dengan mitra tutur dengan cara bertegur sapa ketika bertemu. Tuturan penutur di dalam konteks tersebut tidak santun karena penutur sengaja menyampaikan tuturan tersebut secara

langsung di depan mitra tutur dengan penggunaan interferensi bahasa Inggris how are you. Penutur seharusnya mengetahui posisinya sebagai siswa yang harus menghormati mitra tutur sebagai guru sehingga penutur seharusnya menyapa mitra tutur dengan cara yang lebih sopan dan menggunakan bahasa yang baik. Penutur dalam tuturan (C11) ialah siswa kelas X berumur 15 tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 30 tahun. Tindak perlokusinya ialah mitra tutur menjawab pertanyaan penutur.

Tuturan C12

Konteks tuturan (C12) terjadi di meja piket tanggal 21 November 2012 ketika penutur bertemu dengan mitra tutur. Penutur mengatakan kepada mitra tutur bahwa ia seperti melihat salah satu guru yang sangat dikenal dari jarak jauh. Mitra tutur menanyakan kepada penutur mengapa penutur bisa mengetahui hal tersebut. Tuturan penutur seperti mengajak menggosip mitra tutur untuk membicarakan guru lain di meja piket. Tuturan (C12) merupakan tindak verbal ekspresif penutur ketika melihat guru lain yang tampaknya sudah sangat dikenal penutur dari ciri-ciri fisiknya saja. Tuturan yang disampaikan penutur (C12) juga terkesan mengejek orang yang dibicarakan dalam tuturan tersebut. Penutur seharusnya membicarakan orang dalam tuturan (C12) dengan kata-kata yang lebih sopan, bukan menggunakan kata lugas. Penutur dalam tuturan (C12) ialah siswa kelas XI berumur 16 tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 43 tahun. Tindak perlokusinya ialah mitra tutur mengetahuinya.

Tuturan C15

Konteks tuturan (C15) terjadi di ruang BK tanggal 21 November 2012 ketika mitra tutur sedang menunjukkan video tentang seksualitas kepada siswa-siswa. Penutur penasaran dengan yang dilakukan mitra tutur pada waktu malam pertama dahulu. Tuturan (C15) merupakan tindak verbal ekspresif penutur yang merasa penasaran dengan apa yang dilakukan mitra tutur saat malam pertama. Tuturan yang disampaikan penutur (C15) dirasa tidak santun karena penutur terkesan menyudutkan mitra tutur sebagai guru, terlebih pertanyaan yang dilontarkan ialah pertanyaan yang bersifat pribadi. Penutur dalam tuturan (C15) ialah siswa kelas X berumur 16 tahun dan mitra tuturnya ialah guru perempuan berumur 30 tahun. Tindak perlokusinya ialah mitra tutur merespon penutur.

4.2.3.5 Makna Ketidaksantunan Berbahasa yang Berupa Kesembronoan

Makna ketidaksantunan berbahasa yang berupa kesembronoan secara umum ialah membuat mitra tutur terhibur. Adapun makna dari masing-masing tuturan yang berupa kesembronoan ialah sebagai berikut.

Tuturan C4: kesembronoan kepada mitra tutur karena mitra tutur mengenakan baju yang kurang sopan apabila digunakan ketika mengajar.

Tuturan C9: memberikan jawaban atas pertanyaan mitra tutur dengan cara sembrono dan tidak serius.

Tuturan C12: mengajak mitra tutur untuk bersantai-santai dengan mengomentari bagian fisik teman guru tersebut dengan kata-kata yang sembrono.

Tuturan C15: keingintahuan penutur terhadap yang dilakukan mitra tutur saat malam pertama dengan pertanyaan penutur sangat tidak sopan dan sembrono.

4.2.4 Mengancam muka

Marina Terkourafi (2008: 3—4) memandang ketidaksantunan berbahasa sebagai, ‘impoliteness occurs when the expression used is not conventionalized relative to the context of occurrence; it threatens the addressee’s face (and, through that, the speaker’s face) but no face-threatening intention is attributed to the speaker by the hearer.’ Jadi, perilaku berbahasa dalam pandangannya akan dikatakan tidak santun bilamana mitra tutur (addressee) merasakan ancaman terhadap kehilangan muka (face threaten), dan penutur (speaker) tidak mendapatkan maksud ancaman muka itu dari mitra tuturnya. Tuturan-tuturan yang mengandung ancaman muka dianalisis sebagai berikut.

Cuplikan Tuturan 16

Penutur: guru perempuan, umur 43 tahun Mitra tutur: siswa kelas XI, umur 17 tahun

A: Jadi, penulisan daftar pustaka itu dengan cara menulis nama pengarang, tahun, judul buku, kota terbit, dan tahun terbit.

B: Masih kurang! (D1) A: (bingung)

(Konteks tuturan: Ada kelompok yang sedang maju presentasi. Penutur tiba-tiba memotong presentasi mitra tutur karena dirasa penjelasannya masih kurang).

Cuplikan Tuturan 17

Penutur: guru perempuan, umur 30 tahun Mitra tutur: siswa kelas X, umur 15 tahun A: (mendengar bunyi HP)

Suara HP siapa tuh?

B: (diam saja, seperti tidak mengetahui apa-apa) A: (mencari tahu sumber suara HP)

Patenii seek HPne! (D2) B: (kaget)

(Konteks tuturan: Suasana ketika remedial berlangsung di kelas. Tiba-tiba terdengar bunyi HP dari dalam tas mitra tutur. Penutur berusaha mencari tahu tas yang di dalamnya terdapat HP yang aktif tersebut. Saat diketahui ternyata pemilik HP tersebut adalah mitra tutur yang mengikuti remedial).

Cuplikan Tuturan 18

Penutur: guru perempuan, umur 30 tahun Mitra tutur: siswa kelas XII, umur 18 tahun

A: Kamu itu sibuk apa di belakang? Malah tidak memperhatikan!

B: (mitra tutur masih sibuk dengan urusannya sendiri dan berusaha membuka buku setelah penutur melototi mitra tutur)

A: Sekarang jawab! Nggak usah baca! (D7) B: Ya buuukkk…..

(Konteks tuturan: Suasana terjadi ketika penutur sedang menjelaskan materi. Mitra tutur ribut sendiri di belakang dan tidak memerhatikan. Penutur memberikan

Dokumen terkait