• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memahami Sunnah dengan Tuntunan Al- Qur’an

PENELITIAN MATAN HADIS KEMAKSUMAN MUHAMMAD SAW

A. Peristiwa Renovasi Kaʻbah

1) Memahami Sunnah dengan Tuntunan Al- Qur’an

Untuk dapat memahami hadis dengan pemahaman yang benar dan tepat, harus jauh dari al-Taḥrīf (penyelewengan), al-Intiḥ l (pemalsuan/penjiplakan), dan Sū al-Ta wīl (pentakwilan yang keliru) dan harus sesuai petunjuk al-Qur’an,

yakni bingkai tuntunan ilahi yang kebenarannya bersifat pasti.11

Untuk memahami kemaksuman Nabi Muhammad Saw. secara mendalam, saya mencoba menampilkan ayat al-Qur’an yang ada kaitannya langsung dengan

kemaksuman Nabi Muhammad Saw. berikut ayatnya:

ۚ

12

“Hai Rasul Saw., sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanah-Nya. Dan Allah Swt. memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah Swt. tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafirṬ”

Ayat di atas terdapat dua poin besar yakni Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad Saw. untuk menyampaikan risalah dan Allah Swt. menjanjikan kepada Nabi Muhammad Saw. dengan jaminan maksum (terjaga) dari gangguan atau tipu daya manusia.

10 Ibn Ba l, Syarḥ aḥīḥ al-Bukh rī (al-Riy ḍ: Maktabah al-Rusyd, tt), J. 2, 26.

11 Yūsuf al-Qaraḍ wī, Kayfa Nata mal ma a al-Sunnah al-Nabawiyah (al-Q hirah: D r al-Syurūq, 2002), 113.

12

Rasulallah Saw. diperintahkan untuk menyampaikan risalah sebagaimana yang telah diwahyukan, agar senantiasa tidak takut celaka dan tidak perlu dikawal, tidak menanggapi ejekan orang-orang Yahudi, tidak membenci orang-orang munafiq. Kemudian apabila tidak menyampaikan risalah sebagaimana yang diperintahkan Allah Swt. ataupun hanya sebagian saja, itu seperti halnya batal salat karena meninggalkan salah satu rukunnya. Karena setiap yang menyembunyikan sesuatu dari agama dalam hal ini yang dimaksud adalah risalah Tuhan maka sama halnya Nabi Saw. meninggalkan semuanya, dalam arti rusak misi kerasulan diutusnya Nabi Muhammad Saw. kepada umatnya. Jika ada seseorang yang hendak merendahkan atau menaklukkan Nabi Muhammad maka Allah Swt. lah yang menjaganya dari mereka (orang-orang yang membenci Nabi Saw.).13

Pada ayat ( ) diawali dengan ism al-Jal lah

(keagungan), ini menunjukkan bentuk kepedulian ataupun jaminan yang diberikan kepada Nabi Muhammad Saw. secara langsung dengan memberikan perintah yakni menyampaikan risalah kepada umat manusia, tentu sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. Maka perlunya dengan yakin menyebut Asma Allah Swt., dalam arti apabila selalu bersama Allah Swt. maka Allah Swt. akan memberi penjagaan/pertolongan (Muhammad Saw.). Menurut Syaikh ʻAbd al-Q har bahwa dengan menghilangkan keraguan terhadap janji Allah Swt. maka Allah Swt. akan memberikan kesempurnaan janjinya

13 Syaikh an wī Jawharī, al-Jaw hir fī Tafsīr al-Qur n al-Karīm (Kairo: Mu afá al-B bī al- alabī, 1350)J. 3, 184.

kepada Nabi Muhammad Saw.14

Menurut Mu ammad usayn al- ab ab ī bahwa al- iṣmah mempunyai arti penjagaan dari keburukan manusia yang diarahkan kepada Nabi Muhammad Saw., baik itu karena tujuan agama dan mengemban risalah, karena semua itu masuk kedalam area yang suci. Maksum dari manusia ini tanpa ada penjelasan, bahwa maksum dari setiap permasalahan manusia seperti kekerasan pada tubuh baik itu pembunuhan, meracun atau setiap yang ada hubungannya dengan menghilangkan nyawa atau berupa fitnah, penghinaan atau hal lain seperti perbuatan licik, penipuan, tipu daya, dan semua itu tidak nampak dari kemaksuman Nabi Saw. sebagai penyamarataan. Akan tetapi, itu hanya konteks keburukan mereka yang ditujukan kepada Nabi Muhammad Saw. agar jatuh atau gagal dalam mengemban tugas risalah Tuhan.15

Tidak dapat dikatakan sebagaimana umumnya, mengenai perlindungan dari setiap kesulitan dan bahaya, karena pandangan seperti itu dibantah oleh al-Qur'an, hadis ma tsūr dan sejarah yang dapat diterima. Allah Swt. telah menjadikan Nabi Muhammad Saw. lebih umum dari umatnya dalam arti Nabi Saw. mengalami kondisi sebagaimana umatnya, baik itu orang mu’min, orang-orang kafir atau munafik dari kemalangan seperti, kesengsaraan dan aneka penderitaan dan keluhan yang tak seorang pun yang mampu menghadapi itu semua kecuali jiwa Nabi Saw. yang mulia.16

14Ibn ʻ syūr, Tafsīr al-Taḥrīr wal-Tanwīr (Tūnis: D r al-Tūnisīyah, 1984), J. 6, 263. 15 Mu ammas usayn al- ab ab ī, al-Mīz n fī Tafsīr al-Qur‟ n (Beirūt: al-Mu assasah al-Aʻlamī lil-Ma būʻ t, 1997), J. 6, 50-51.

16 Mu ammas usayn al- ab ab ī, al-Mīz n fī Tafsīr al-Qur‟ n (Beirūt: al-Mu assasah al-Aʻlamī lil-Ma būʻ t, 1997), J. 6, 53.

Adapaun tujuan dari turunnya ayat ini adalah sebagai penguat (al-Ta kīd) mental Nabi Muhammad Saw. dalam mengemban risalah dan al- iṣmah pada ayat di atas bermakna penjagaan Nabi Saw. dari tipu daya musuh yaitu orang-orang kafir dari Yahudi, orang-orang munafiq, dan orang-orang musyrik.17

Dalam kitab al-Dur al-Mantsūr, mengutip riwayat yang bersumber dari Ibn Abī tim, Ibn Marduwayh dan Ibn ʻAs kir dari Abī Saʻīd al-Khudrī, ia berkata:

Ayat ini yaitu ( ) turun kepada Rasulullah Saw.

pada hari Ghadīr Khumm18 sehubungan dengan ʻAlī b. Abī lib.19 Menurut al-W idī bahwa hadis ini sanadnya ḍa īf karena menurutnya dua rawi seperti ʻAlī b.

ʻ bas dinilai ḍa īf dan ʻA iyah b. Saʻd al-ʻAwfī dinilai ṣadūq (bermadzhab Syi’ah

yang mudallis).20

Al- abr nī, Abū al-Syaikh, Ibn Marduwayh dan Abī Naʻīm dalam kitab al-Dal il, dan Ibn ʻAs kir meriwayatkan dari Ibn al-ʻAbb s, ia berkata: Nabi Saw. perlu pendamping untuk menjaganya, maka diutuslah Abū lib untuk mendampinginya. Setiap hari tokoh-tokoh dari Banī H syim menjaganya, sehingga turun ayat ( ). Maka pamannya hendak mengutus

seseorang untuk menjaga Nabi Saw. Kemudian Nabi Saw. bersabda: Wahai

17 Ibn ʻ syūr, Tafsīr al-Taḥrīr wal-Tanwīr (Tūnis: D r al-Tūnisīyah, 1984), J. 6, 263. 18

Lokasi di Arab Saudi, di tengah-tengah antara Mekkah dan Madinah lebih kurang 200 mil atau daerah itu lebih dikenal sebagai tempat penobatan ʻAlī b. Abī lib sebagai wali dan khalifah yang dilakukan oleh Nabi Saw.

19 Jal l al-Dīn al-Suyū ī, al-Durr al-Mantsūr fi Tafsīr al-Qur‟ n (al-Q hirah:, 2003), Cet. 1, J. 5, 383.

20 Abī al- asan ʻAlī b. A mad al-W idī, Asb b Nuzūl al-Qur n (Beirūt: D r al-Kutub al-ʻIlmiyah, 1991), Cet. 1, 204.

pamanku, Sesungguhnya Allah Swt. telah menjagaku dari jin dan manusia.21

Menurut al-W idī bahwa hadis di atas sanadnya ḍa īf karena menurutnya ada seorang rawi (al-Naḍr b ʻAbd al-Ra m n Abū ʻUmar al-Khuzz z) yang dinilai matrūk (tertuduh dusta).22

Dalam riwayat yang lain diriwayatkan oleh Ibn ibb n dan Ibn Marduwayh dari jalan Abī Salamah dari Abī Hurayrah, ia berkata: Ketika Rasulullah Saw. berhenti di suatu tempat yang dipilihkan oleh para sahabatnya di dekat pohon, kemudian meletakkan pedangnya pada sebatang dahan pohon. Kemudian datanglah seorang dusun arab lalu mendekati sedangkan Nabi Saw. sedang tidur kemudian ia membangunkan Nabi Saw. dan menghunus pedangnya serya berkata: Siapakah yang akan menghalangimu dariku? Rasulullah Saw. menjawab: Allah Swt. yang akan menolongku darimu, jatuhkanlah pedangmu. Maka ia menjatuhkan pedangnya. Maka turunlah ayat: 23