• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memaskan Posisi Pipa Endotrakeal

Dalam dokumen Buku Resusitasi Neonatus IDAI (Halaman 125-131)

Efektivitas ventilasi melalui pipa endotrakeal dikonrmasi dengan tiga hal:2

1. Dinding dada mengembang seiring inasi

2. Peningkatan laju denyut jantung di atas 100 kali per menit. Pada bayi dengan bradikardia, peningkatan laju denyut jantung segera merupakan indikator terbaik bahwa pipa berada di trakeobronkial dan ventilasi efektif sedang diberikan.

3. Perbaikan oksigenasi. Penilaian dengan oksimetri lebih akurat dibandingkan inspeksi visual dalam mendeteksi perbaikan oksigenasi.

Jika dada tidak mengembang dan laju denyut jantung tidak meningkat, lokasi pipa endotrakeal dan teknik ventilasi perlu dievaluasi ulang.2

Tanda-tanda lainnya untuk mengkonrmasi posisi pipa endotrakeal yang tepat:2

• Dengan inspeksi visual bahwa pipa endotrakeal telah melewati laring

• Jika ujung pipa endotrakeal berada di dalam trakea, selama beberapa napas pertama, embun dapat terlihat dalam pipa endotrakeal selama ekspirasi. Reliabilitas tanda ini masih belum dapat dipastikan.

Gambar 4.18 Gambar 4.18

Detektor CO2. Gambar diambil darihp:// www.covidien.com

Resusitasi Neonatus

• Metode yang paling dapat diandalkan untuk mengonrmasi letak pipa endotrakeal adalah dengan cara menghubungkan detektor CO2 dengan adaptor pipa endotrakeal. Alat ini memiliki sensitivitas dan spesisitas yang baik dalam 2 atau 3 inasi (perubahan warna ungu menjadi kuning). Walaupun demikian, negatif-palsu dapat terjadi bila aliran darah paru sangat kurang atau tidak ada. Positif-palsu dapat terjadi jika alat detektor terkontaminasi adrenalin atau surfaktan.

• Dengarkan suara napas di kedua lapang paru (dada atas) dengan stetoskop. Suara dari ventilasi tekanan positif harus serupa pada kedua hemitoraks, halus, dan tidak terdengar di bagian perut. Hal ini sulit dinilai pada bayi yang sangat prematur. Pada beberapa kondisi khusus (contoh: pneumotoraks, hernia diafragmatika), terdapat suara napas asimetris meski peletakan pipa endotrakeal sudah tepat.

Tanda-tanda bahwa pipa endotrakeal tidak berada di trakea:2 • Tidak ada pengembangan dada seiring inasi

• Laju denyut jantung di bawah 100 kali per menit yang tidak meningkat segera setelah intubasi dan ventilasi diberikan • Tidak terdeteksi CO2 yang terekspirasi

• Tidak ada perbaikan dalam oksigenasi • Tidak adanya suara napas di aksila

Tidak adanya pengembangan dada yang simetris dengan tekanan ventilasi adekuat dapat menandakan pipa endotrakeal masuk terlalu jauh. Cek kedalaman insersi.2

Circulaon (Kompresi Dada)

Setelah pernapasan regular, maka seorang bayi normal akan mencapai laju denyut jantung di atas 100 kali per menit, umumnya dalam satu menit pertama setelah lahir. Rentang normal denyut jantung bayi adalah 110 hingga 160 kali per menit.2,3

Resusitasi Terintegrasi

4

Bayi dengan laju denyut jantung di bawah 60 kali per menit, walaupun sudah diberikan stimulasi serta VTP efektif selama 30 detik, kemungkinan memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dalam darah. Sebagai akibatnya, terjadi depresi otot miokardium sehingga jantung tidak cukup kuat berkontraksi untuk memompa darah ke paru. Oksigen yang telah dipompa melalui VTP ke dalam paru tidak dapat dibawa ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, penolong harus secara bersamaan memompa jantung dan melanjutkan ventilasi paru dengan oksigen 100% hingga miokardium mendapat

cukup oksigen dan dapat menyalurkannya sampai ke otak. 24 Berikut ini adalah bagan resusitasi blok C (circulation):

Bila LDJ tetap Bila LDJ tetap < 100 kali/ menit < 100 kali/ menit Pengembangan dada adekuat? Pengembangan dada adekuat?

Dada mengembang Dada mengembang adekuat adekuat namun LDJ < 60x/ menit namun LDJ < 60x/ menit VTP (O2100%) + kompresi dada (3 kompresi tiap 1 napas) Pertimbangkan Intubasi

Observasi LDJ dan usaha napas tiap 30 detik

Bila dada tidak Bila dada tidak mengembang adekuat mengembang adekuat Evaluasi: Evaluasi: Posisi kepala bayi Obstruksi jalan

napas

Kebocoran sungkup Tekanan puncak

inspirasi cukup atau tidak

Indikasi Memulai Kompresi Dada

Kompresi dada diindikasikan jika laju denyut jantung di bawah 60 kali per menit walau ventilasi tekanan positif telah diberikan secara adekuat selama 30 detik (ditandai dengan dinding dada turut bergerak setiap inasi).2,3

Resusitasi Neonatus

Setelah dimulai, kompresi dada harus dilanjutkan dengan seminimal mungkin interupsi sampai terdapat perbaikan laju denyut jantung.2 Setelah 30 detik melakukan koordinasi antara VTP dan kompresi dada, lakukan penilaian laju denyut jantung dan curah jantung (lebih baik melalui auskultasi, ditambah adanya bukti pulsasi spontan pada oksimetri). Jangan menghentikan VTP dan kompresi dada kecuali untuk menilai perlu tidaknya intervensi berikutnya. Tanda-tanda perbaikan curah jantung spontan meliputi peningkatan saturasi oksigen, terdapat gerakan bayi spontan, atau napas spontan. Kompresi dada harus dilanjutkan hingga laju denyut jantung di atas 60 kali per menit.1-3

Teknik Kompresi Dada

Kompresi dada harus dipusatkan di antara xiphoid pada sepertiga bawah sternum (garis di antara puting) dan kedalamannya

setidaknya sepertiga dari diameter antero-posterior dada.1,2,25 Teknik yang direkomendasikan adalah dua ibu jari di sternum, berdampingan, tergantung pada besarnya bayi, dengan jari-jari lainnya mengelilingi toraks untuk menyokong punggung. Umumnya penolong menghadap kepala bayi, namun posisi ini boleh dibalik jika akses terhadap perut bayi diperlukan.2

Gambar 4.19.

Gambar 4.19. Cara Memberikan Kompresi Dada

Diambil darihp://www.ijaweb.org/arcle.asp?issn=0019-5049;year=2010;volume=54;issue=5;spa ge=428;epage=438;aulast=Chadha

Resusitasi Terintegrasi

4

Teknik dua ibu jari memiliki keuntungan dibanding teknik dua jari untuk memerbaiki tekanan sistolik puncak dan perfusi koroner sehingga kompresi menjadi lebih konsisten dalam waktu yang lama. Teknik ini juga dianggap lebih mudah dan tidak melelahkan untuk penolong. Oleh karena itu, teknik dua ibu jari lebih direkomendasikan jika terdapat dua orang penolong.2,3

Teknik dua jari (dua ujung jari pada sternum) dapat dilakukan jika teknik dua ibu jari dianggap mengganggu akses ke perut atau dada bayi (misalnya untuk kanulasi umbilikal atau torakosentesis). Tangan lainnya menyokong punggung.2

Kompresi dada harus dilakukan masing-masing setengah detik, dengan jeda setengah detik setiap setelah kompresi ketiga untuk memberikan napas, sehingga rasio yang tepat adalah 3:1 dengan total 90 kali kompresi dan 30 napas setiap menitnya.1-3,18,25 Kompresi dan inasi harus dikoordinasikan untuk menghindari pemberian kompresi dan inasi pada saat yang bersamaan.2,3Dada harus mengembang penuh di antara dua kompresi, namun tangan penolong tidak boleh meninggalkan dada bayi.2,3,18

Gambar 4.20.

Resusitasi Neonatus

Kompresi dada yang diberikan secara efektif akan menghasilkan pulsasi yang jelas terlihat pada oksimeter. Segera setelah kompresi dada diberikan, berikan oksigen inspirasi hingga maksimal (100%) jika sebelumnya konsentrasinya masih di bawah 100%.2,3

Penilaian

Penilaian laju denyut jantung dilakukan setelah60 detik 60 detik koordinasi ventilasi tekanan positif dan kompresi dada, hal ini dimaksudkan agar dalam 60 detik telah didapatkan peningkatan laju denyut jantung yang bermakna dibandingkan penilaian 30 detik yang

dianggap terlalu singkat.

Perbaikan kondisi bayi ditandai dengan:2,3 • Denyut jantung yang terdengar saat auskultasi • Pulsasi spontan pada oksimetri

• Peningkatan saturasi oksigen • Pergerakan atau napas spontan

Bila laju denyut jantung tetap di bawah 60 kali per menit meski telah diberikan ventilasi dan kompresi dada, maka tindakantindakan pertama yang wajib dilakukan penolong adalah memastikan pertama yang wajib dilakukan penolong adalah memastikan ventilasi

ventilasi dan dan kompresi kompresi yang yang diberikan diberikan sudah sudah optimal optimal dandan bahwa oksigen yang diberikan sudah 100%.

bahwa oksigen yang diberikan sudah 100%.24

Terkadang, walaupun paru sudah terventilasi dengan baik (melalui ventilasi tekanan positif) dan curah jantung membaik (melalui kompresi dada), sejumlah kecil bayi baru lahir (kurang dari 2 per 1000 kelahiran) masih memiliki laju denyut jantung di bawah 60 kali per menit. Otot jantung bayi dengan kondisi seperti ini telah mengalami hipoksia terlalu lama sehingga gagal berkontraksi secara efektif walau telah mendapat perfusi dengan darah beroksigen.24 Untuk bayi dengan kondisi demikian, penolong harus melanjutkan tahap selanjutnya dalam resusitasi, yaitu Drugs.

Resusitasi Terintegrasi

4

Drugs (Pemberian Cairan dan Obat-Obatan)

Obat-obatan dan cairan jarang digunakan pada resusitasi bayi baru lahir.1,2,18Kondisi bradikardia umumnya disebabkan oleh hipoksia dan ventilasi yang tidak adekuat, sedangkan apnu disebabkan oleh oksigenasi yang kurang pada batang otak. Oleh karena itu, pemberian ventilasi yang adekuat merupakan langkah terpenting untuk meningkatkan laju denyut jantung. Walau demikian, terkadang laju denyut jantung tetap di bawah 60 kali per menit walau telah diberikan ventilasi adekuat (dada turut mengembang seiring inasi) dan kompresi dada, maka pada kondisi demikian adrenalin harus diberikan.1,2

Pemberian obat tidak ada gunanya dilakukan sebelum memastikan ventilasi dan kompresi dada adekuat.

Berikut ini adalah bagan resusitasi blok D (Drugs):

Jalur Pemberian

Dalam dokumen Buku Resusitasi Neonatus IDAI (Halaman 125-131)