Sungkup laring harus dipertimbangkan digunakan pada bayi cukup bulan yang tidak berhasil diresusitasi dengan sungkup wajah atau intubasi. Sungkup laring terdiri atas dua ukuran, yaitu nomor 0 dan 1. Nomor 1 sesuai digunakan untuk bayi dengan berat minimal 1,8 kg dan maksimal 5 kg, sementara nomor 0 tidak tersedia di Indonesia. Sungkup laring dapat dipertimbangkan sebagai alternatif untuk ventilasi tekanan positif pada bayi baru lahir dengan berat di atas 2000 gram atau usia gestasi di atas atau sama dengan 34 minggu.2
Berikut merupakan pertimbangan menggunakan sungkup laring:2
• Terdapat kelainan kongenital pada mulut, bibir dan langit-langit mulut sehingga pelaku prosedur mengalami kesulitan melihat laring.
Resusitasi Neonatus
• Sindrom Pierre-Robin dan sindrom Down (trisomi 21) • Ventilasi dengan sungkup tidak memberikan respon baik
sedangkan tenaga ahli untuk melakukan prosedur intubasi tidak tersedia (atau tenaga ahli tersedia namun intubasi gagal). Pemasangan sungkup laring memberikan keuntungan yaitu terbentuknya perlekatan bertekanan rendah antara glottis dan cuff sungkup tanpa harus menutupi faring. Cara pemasangan ini lebih mudah dilakukan dan jalan napas terjaga tetap terbuka.
Teknik pemasangan sungkup laring :2
Setelah pemasangan sungkup laring, cek ketepatan posisi dengan melihat tanda-tanda berikut ini2,3:
• Pergerakan dinding dada seiring inasi
• Laju denyut jantung meningkat di atas 100 kali per menit • Meningkatnya oksigenasi (oksimetri lebih akurat dibandingkan
penilaian visual)
Gunakan ukuran sungkup laring yang sesuai untuk pasien
Resusitasi Terintegrasi
4
Berikan pelumas pada bagian belakangcu dan sisi samping LMA dengan pelumas berbasis air atau air liur bayi. Hindari pemberian pelumas pada bagian anteriorcu atau sampai ke bagian dalam sungkup.
Kempiskan cu tetapi jaga agar jangan sampai terlipat.
Peganglah LMA seper memegang pulpen, masukkan dengan bagian terbuka dari sungkupnya menghadap ke bawah (menyisihkan lidah, menyusuri palatum). LMA harus dimasukkan di tengah mulut agar LMA terpasang dengan tepat dan pengembangan paru simetris.
Dorong sungkup dengan punggung jari telunjuk menyusuri palatum keras ke arah faring sampai terasa adanya tahanan. Pegang pipa LMA agar posisi dak bergeser, kemudian tangan sebelahnya sedikit menekan ke bawah sementara jari telunjuk yang digunakan untuk memandu dikeluarkan dari mulut bayi.
Kembangkan cu dengan spuit berisi 4 mL udara. Pipa dapat sedikit terangkat dari hipofaring kekacu dikembangkan.Rasakan adanya sensasi memantul kembali keka mendorong spuit.
Resusitasi Neonatus
Beberapa tanda lainnya untuk mengkonrmasi letak sungkup laring yang tepat adalah2,3:
• Perubahan warna yang tampak dengan detektor end-tidal CO2 (metode paling reliabel pada bayi baru lahir yang memiliki sirkulasi spontan)
- Negatif palsu dapat terjadi pada bayi dengan aliran darah pulmoner yang sangat rendah atau tidak ada
Hubungkan dengan alat venlasi (T-piece atau balon venlasi). Bila LMA berada di tempat yang benar maka dada akan mengembang secara simetris.
Posisi LMA yang benar dapat dievaluasi dari sinkronisasi gerakan dada dan auskultasi area leher
Gambar 4.28
Resusitasi Terintegrasi
4
• Mendengar suara napas yang simetris di dada bagian atas dengan menggunakankan stetoskop. Pada beberapa kondisi (contoh: pneumotoraks, hernia diafragmatika) dapat terdengar asimetris meskipun posisi pipa sudah optimal.
Resusitasi Terintegrasi
Resusitasi terintegrasi adalah resusitasi yang dijalankan dengan menggabungkan keempat komponennya, yaitu Airway, Breathing, Circulation dan Drugs sehingga penolong dapat menjalankan resusitasi dengan baik dan mendapat luaran yang optimal. Prinsip-prinsip dalam resusitasi terintegrasi adalah sebagai berikut:
Berurutan
Kedua tahapan pertama dalam resusitasi, yaitu Airway dan Breathing, merupakan komponen terpenting dan paling awal dijalankan. Tahapan-tahapan ini tidak boleh dilompati untuk menuju ke komponen berikutnya Circulation dan Drugs. Dengan kata lain sebelum memutuskan melakukan komponen Circulation dan Drugs harus dipastikan Airway dan Breathing sudah optimal.
Contoh Kasus: Contoh Kasus:
Dokter A sedang menangani bayi yang baru saja lahir dari seorang ibu G1P0A0 dengan usia gestasi 35 minggu. Dokter A sudah melakukan penilaian dan langkah awal. Pada usia 30 detik setelah lahir didapatkan bayi tetap tidak bernapas, tonus buruk dan laju denyut jantung 58 kali per menit.
Dokter A berniat melakukan kompresi dada dan ventilasi tekanan positif.
Pertanyaan:
Pertanyaan: Apakah tindakan dokter A tepat? Jawaban:
Jawaban: Tidak
Resusitasi Neonatus
Dalam resusitasi bayi baru lahir, tahapan resusitasi harus dijalankan secara berurutan, yaitu pada kasus ini, Airway dan Breathing wajib dijalankan secara optimal dan adekuat sebelum beralih ke tahap Circulation, walaupun telah diketahui laju denyut jantung kurang dari 60 kali per menit.
Dokter A perlu mengerjakan ventilasi tekanan positif dengan efektif selama 30 detik dan menilai kembali usaha bernapas, laju denyut jantung dan tonus otot. Bila laju denyut jantung masih di bawah 60 kali per menit walaupun dengan ventilasi tekanan positif efektif maka dapat kompresi dada dan ventilasi tekanan positif dapat diberikan.
Observasi usaha napas, laju denyut jantung (LDJ), dan tonus otot Observasi usaha napas, laju denyut jantung (LDJ), dan tonus otot
Tidak bernapas/ Tidak bernapas/
megap-megap, dan atau megap, dan atau LDJ < 100x/ menit LDJ < 100x/ menit
Ventilasi tekanan positif (VTP) Ventilasi tekanan positif (VTP)
Pemantauan SpO2
Bernapas atau menangis? Bernapas atau menangis? Tonus baik? Tonus baik? Tidak Tidak Langkah awal: Langkah awal:
• Pastikan bayi tetap hangat
• Atur posisidan bersihkan jalan napas
• Keringkandan stimulasi
Resusitasi Terintegrasi
4
Simultan
Penilaian usaha napas, laju denyut jantung dan tonus serta tindakan resusitasi berupa Airway, Breathing, Circulation dan Drugs harus dilakukan secara simultan atau bersamaan pada satu waktu.
Resusitasi secara simultan paling baik dijalankan dalam bentuk satu tim yang terdiri atas beberapa penolong, sehingga penolong dapat membagi peran dan tugas masing-masing serta semua tindakan dan penilaian dapat dilakukan secara serentak.
Prognosis resusitasi bayi baru lahir sangat bergantung pada kecepatan dan ketepatan tindakan penolong, sehingga pelaksanaan resusitasi dalam tim secara simultan sangat diutamakan.
Sebagai contoh, pada beberapa bayi dengan kondisi sangat buruk, penolong dituntut untuk memberikan ventilasi tekanan positif, kompresi dada dan cairan pada saat bersamaan. Pada kondisi demikian, penolong harus menerapkan resusitasi simultan.
Ketepatan Waktu
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, waktu merupakan hal yang sangat penting pada resusitasi bayi baru lahir. Keterlambatan penanganan di awal akan mengakibatkan keterlambatan perbaikan klinis bayi. Usaha napas pertama dapat tertunda dan hipoksia lama dapat diakibatkan oleh denyut jantung yang rendah.
Sebagai contoh, apabila bayi terlambat ditangani pada saat penanganan Airway, maka bayi akan lebih lambat mulai bernapas dibandingkan apabila bayi ditangani lebih awal.
Oleh karena itu, penolong dituntut untuk bekerja dengan sigap dan mampu melaksanakan tahapan-tahapan resusitasi tidak hanya secara tepat, namun juga cepat.
Resusitasi Neonatus
Koordinasi
Para penolong harus memiliki koordinasi yang baik, mampu bekerja sama dan memiliki bahasa medis sama sehingga tidak ada keterlambatan, tidak saling bertabrakan kerjanya, tidak saling menunggu atau malah menonton penolong lainnya melakukan resusitasi.
Penilaian Berulang
Kondisi bayi baru lahir dapat mengalami perubahan sepanjang resusitasi walaupun penolong belum mencapai titik penilaian pada alur resusitasi. Oleh karena itu, penilaian komponen resusitasi harus dilakukan berulang kali sepanjang resusitasi. Selain berfungsi untuk memandu penolong menentukan tindakan dan perawatan selanjutnya, penilaian berulang juga membantu penolong untuk memantau apakah ada perbaikan atau perburukan kondisi bayi.
Penilaian disarankan dilakukan setiap 30 detik sekali, namun penolong harus tetap memantau kondisi bayi sepanjang resusitasi. Sebagai contoh, seorang bayi yang lahir tidak bernapas dengan laju denyut jantung di bawah 100 kali per menit dapat mengalami perbaikan usaha napas walau ventilasi tekanan positif yang diberikan masih di bawah 30 detik.
Pada kasus semacam ini, penolong diharapkan dengan segera mengenali tanda-tandanya dan melakukan penilaian kondisi bayi, kemudian menentukan tindakan selanjutnya.