• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.5 Membaca Level Akademik

Sebelum masuk pada teori-teori membaca level akademik, berikut tabel yang sebagai pengantar pada pemahaman awal mengenai membaca level akademik menurut Pranowo dan Herujiyanto (2017).

Tabel 2.1 Indikator Membaca Level Akademik

Jenis Membaca Indikator

Membaca pemahaman 1. Memahami arti kata, istilah, ungkapan 2. Memahami makna tersurat

3. Memahami makna tersirat 4. Mampu menyimpulkan isi teks 5. Mampu memprediksi maksud penulis 6. Mampu mengevaluasi teks

Membaca kritis 7. Memberi pertimbangan kelebihan dan kekurangan teks

8. Mempertanyakan “apa”, “mengapa”, dan “bagaimana” teks.

Membaca kreatif 9. Mencipta gagasan baru berdasarkan hasil membaca teks baru.

10. Mencipta teks baru berdasarkan inspirasi teks lain.

Membaca reflektif 11. Memahami isi bacaan sebagai cermin kehidupan

12. Memaknai isi bacaan dalam kehidupan senyatanya

Membaca interpretatif 13. Mampu menafsirkan maksud yang ingin disampaikan oleh penulis

Dari tabel di atas, sudah ada gambaran yang disebut membaca level akademik. Maka dari itu, untuk memperdalam pemahaman mengenai membaca level akademik, berikut akan dipaparkan jenis-jenis membaca level akademik.

Pranowo dan Herujiyanto (2017) mengatakan bahwa membaca level akademik yang dimaksud adalah level akademik mahasiswa, yaitu membaca pemahaman, membaca kritis, membaca kreatif, membaca interpretatif, dan

membaca reflektif. Jadi, mahasiswa dipandang sebagai seorang pribadi yang telah menguasai kelima jenis membaca yang telah disebutkan di atas. Dalam membaca level akademik, mereka dituntut untuk memahami keseluruhan isi bacaan.

Membaca level akademik merupakan kegiatan membaca yang menunjukkan bahwa seseorang telah menguasai lima kegiatan membaca, yaitu membaca pemahaman, membaca interpretatif, membaca kritis, membaca kreatif, dan membaca reflektif. Disebut membaca level akademik karena jika seseorang yang membaca bacaan baru, dia pasti akan memanggil memori lama untuk menyatukan informasi baru dan informasi lama. Jadi, informasi-informasi yang telah dibaca, disimpan dalam memori (baik jangka panjang ataupun jangka pendek). Penyimpanan ini akan membuat pemahaman lebih mendalam. Maka dari itu, membaca tingkat ini disebut membaca level akademik. Berikut akan dipaparkan masing-masing kegiatan membaca, mulai dari membaca pemahaman, membaca kritis, membaca kreatif, membaca interpretatif, dan membaca reflektif.

2.5.1 Membaca Pemahaman

Membaca pemahaman adalah jenis membaca untuk memahami standar-standar atau norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi dalam usaha memperoleh pemahaman terhadap teks, pembaca menggunakan strategi tertentu (Tarigan dalam Abidin (2012). Burns, dkk. (2004) dalam Pranowo dan Herujiyanto (2015) mengemukakan bahwa mengevaluasi kemampuan membaca pemahaman harus sekaligus mengevaluasi (a) kemampuan membaca literal (literal reading), (b) kemampuan membaca interpretatif (interpretative reading), (c) kemampuan membaca kritis (critical reading), dan

(d) kemampuan membaca kreatif. Jadi, membaca pemahaman saling berkaitan dengan kemampuan membaca lainnya.

Untuk mencapai suatu keberhasilan, tentulah ada prinsip yang harus dipegang. Begitu juga dengan membaca pemahaman, agar seseorang bisa berhasil dalam memahami suatu bacaan, McLaughlin dan Allen dalam Rahim (2007) memaparkan prinsip-prinsip membaca yang paling memengaruhi pemahaman membaca. Berikut beberapa poin yang bersangkutan menurut peneliti.

Pertama, pemahaman merupakan proses konstruksi sosial. Artinya, dalam membaca adanya proses memahami yang berkaitan dengan kehidupan sosial dalam masyarakat. Kedua, keseimbangan kemahiraksaraan adalah kerangka kerja kurikulum yang membantu perkembangan pemahaman. Salah satu faktor yang mempengaruhi pemahaman seseorang dalam membaca adalah penguasaan simbol atau kosakata.

Ketiga, guru membaca yang profesional (unggul) memengaruhi belajar siswa. Seperti dalam tradisi Jawa ada kalimat “digugu lan ditiru” yang artinya orang yang dipercaya dan diikuti, guru juga merupakan orang yang dipercaya murid saat di sekolah. Jadi, apa yang dilakukan guru akan diikuti oleh muridnya. Keempat,pembaca yang baik memegang peranan yang strategis yang berperan aktif dalam proses membaca. Pembaca yang baik adalah pembaca yang pandai berkonsentrasi saat membaca sehingga mudah memahami apa yang dibaca. Kelima, membaca hendaknya terjadi dalam konteks yang bermakna. Seperti yang sudah disebutkan, alangkah baiknya seseorang membaca untuk sesuatu yang bermanfaat, bukan untuk kepuasaan duniawi saja.

Keenam, siswa menemukan manfaat membaca yang berasal dari berbagai teks pada berbagai tingkat kelas. Dikatakan berhasil jika kegiatan membaca membaca memberikan dampak baik (bermanfaat) bagi pembacanya dan seorang pembaca tahu di mana tingkatan membaca untuk dirinya sendiri. Ketujuh, perkembangan kosakata dan pembelajaran memengaruhi pemahaman membaca. Sudah diulas sebelumnya, penguasaan kosakata sangat penting untuk memahami informasi yang tertera pada bacaan. Maka dari itu, penguasaan kosakata merupakan salah satu faktor keberhasilan membaca.Kedelapan, pengikutsertaan adalah suatu faktor kunci pada proses pemahaman. Saat membaca, tidak hanya mata yang digunakan untuk melihat. Namun, kerja otak dan indera juga sangat penting untuk mndalami bacaan.

Seperti yang kita ketahui, membaca pemahaman merupakan salah satu jenis membaca level akademik. Di atas, telah dipaparkan prinsip-prinsip membaca pemahaman. Selain menguasai prinsip-prinsip tersebut, kita perlu menguasai kemampuan membaca level akademik. Membaca level akademik meliputi membaca pemahaman, membaca interpretatif, membaca kritis, membaca kreatif, dan membaca reflektif. (Pranowo dan Herujiyanto (2015) dalam jurnal

Pengembangan Budaya Baca untuk Membaca Level Akademik Melalui Strategi Metakognisi Bagi Mahasiswa)

Ada dua langkah yang bisa ditempuh untuk membangun budaya membaca level akademik. Pertama, membangun budaya baca para mahasiswa yang ingin menjadi guru di pendidikan dasar dan menengah. Ketika mereka masih menjadi mahasiswa, kebiasaan yang menyebabkan tumbuhnya budaya baca belum

dikembangkan secara optimal, seperti (a) kebiasaan mendiskusikan isi buku yang telah dibacanya, (b) kebiasaan meringkas isi buku yang telah dibacanya, (c) kebiasaan membuat resensi isi buku yang dibacanya, (d) kebiasaan mengikuti lomba membaca buku belum biasa diikuti, dsb.

Kedua, kebiasan membaca yang perlu dikembangkan adalah membaca level

akademik yaitu membaca literal, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca kreatif, dan membaca interpretative. Alasan memilih membiasakan jenis membaca level akademik adalah bahwa setelah mereka lulus dan bekerja menjadi guru di pendidikan dasar dan menengah, mereka harus mengembangkan budaya baca murid-muridnya untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.5.2 Membaca Kritis

Membaca kritis atau critical reading adalah jenis membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis, dan bukan hanya mencari kesalahan (Albert (et al) 1961b : 1 dalam Tarigan (2008)). Membaca kritis bukan hanya sekadar membaca saja. Kegiatan yang dilakukan dalam membaca kritis adalah memahami masalah yang terdapat dalam bacaan. Dalam membaca kritis, seseorang harus mampu mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan teks agar pembaca dapat mengetahui masalah yang sedang dibahas (Pranowo dan Herujiyanto : 2017).

Anderson, N.J. dalam Pranowo (2017) menunjukkan ciri khas yang terdapat dalam membaca kritis, diantaranya (a) mampu memeriksa data, fakta, dan argumen yang terdapat dalam teks, (b) memeriksa pengaruh fakta, data, dan

argumen pada kenyataan, (c) memeriksa keterbatasan rancangan studi atau fokus pengungkapan gagasan melalui teks, (d) memeriksa interpretasi yang dibuat, dan (e) memutuskan sampai sejauh mana pembaca siap untuk menerima argumen, pendapat, atau kesimpulan penulis teks.

Kelima ciri khas membaca kritis di atas, membuktikan bahwa membaca memerlukan ketelitian untuk menerima dan mengolah informasi yang dibaca. Pembaca dituntut untuk cakap dalam menyikapi hal-hal yang terkandung dalam bacaan. Apakah ia akan mengikuti pikiran penulis, menolak ataupun bersikap netral mengenai ide-ide yang dibacanya.

Tarigan (2008) dalam bukuny menyebutkan pada umumnya membaca kritis menuntut pembaca agar memahami maksud penulis, memanfaatkan kemampuan membaca dan berpikir kritis, memahami organisasi tulisan dasar, menilai penyajian pengarang, dan meningkatkan minat baca. Namun, tidak semua poin peneliti masukkan. Peneliti hanya memasukkan poin yang releva saja. Penjelasan poin-poin tersebut sebagai berikut.

a. Memahami Maksud Penulis

Tarigan (2008) menyatakan sebagian besar tulisan bertujuan untuk memberitahu, meyakinkan, mengajak, mendesak, atau menghibur. Pembaca harus tahu terlebih dahulu pokok perbincangan/permasalahan yang penulis paparkan. Perhatikan juga kata, frasa, dan kalimat yang sering digunakan. Apakah penulis sering menggunakan kata tanya, kata ajakan, kalimat pernyataan. Hal ini sangat berpengaruh untuk memahami maksud penulis. Misalnya, penulis banyak

menggunakan kata ajakan. Dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan penulis adalah untu mengajak atau membujuk.

Biasanya pada awal bacaan, penulis menyinggung pokok perbincangan/permasalahan yang akan dipaparkan. Selanjutnya, perbincangan/permasalahan itu diperjelas dibagian isi bacaan dengan menggunakan kata, frasa, dan kalimat tertentu. Kemudian, pada akhir bacaan, penulis akan memberi penekanan pada tulisannya. Sebagai pembaca kritis, kita harus bisa menangkap maksud penulis dari hal-hal yang dipaparkan di atas.

b. Memanfaatkan Kemampuan Membaca dan Berpikir Kritis

Kemampuan membaca yang tinggi sangat membantu dalam memahami maksud penulis. Percuma saja jika seseorang dapat membaca dengan sangat cepat, namun ia tidak mengerti hal apa yang dibicarakan dalam tulisan. Kemampuan membaca di sini mencakup kemampuan membaca cepat dan kemampuan memahami isi bacaan.

Jika kita menemui suatu bahan bacaan kontroversial, biasanya permasalahan yang diangkat dalam bacaan mengandung pro dan kontra. Di sinilah pembaca sebagai pribadi yang memiliki kemampuan membaca, harus berpikir kritis dalam menyikapi bacaan yang dibacanya. Kita tidak boleh memihak pada pendapat-pendapat pro ataupun kontra tanpa memikirkannya terlebih dahulu. Pembaca harus berpikir kritis. Apakah pendapat-pendapat dalam bacaan logis atau tidak. Pembaca juga harus bisa memberikan argumen terkait pendapatnya, baik itu pro ataupun kontra. Lebih baik lagi jika pembaca bisa memberikan solusi terhadap permasalahan yang diperbincangkan.

c. Memahami Organisasi Tulisan Dasar

Sebagai seorang pembaca yang baik, seseorang harus tahu organisasi tulisan yang dibacanya. Secara umum, penyajian seorang penulis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pendahuluan, isi, dan kesimpulan (Tarigan : 2008). Pendahuluan merupakan bagian dalam suatu tulisan yang berfungsi untuk mengantarkan pembaca pada pokok permasalahan yang akan dipaparkan. Pada bagian ini, penulis mencoba membuka dengan paragraf-paragraf yang memancing keingintahuan pembaca. Biasanya, untuk menarik perhatian pembaca, penulis mencantumkan data, realitas sosial, argumen. Hal-hal yang dicantumkan itu biasanya menuai tanggapan pro dan kontra.

Bagian isi. Bagian isi membicarakan bagaimana permasalahan tersebut. Seluk beluk mengapa ada hal ini dan hal itu. Pada bagian ini, tak jarang penulis mengeluarkan pendapatnya atas apa yang sedang diperbincangkan. Agar dapat dipahamai pembaca dengan mudah, seringkali penulis menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti. Hal ini dilakukan agar alur yang dibuatnya dalam tulisan dapat dimengerti seluruhnya. Jadi, pembaca tidak akan kerepotan untuk mencari suatu arti dari kata tertentu ataupun maksud dari kalimat tertentu.

Bagian kesimpulan. Setiap tulisan pastilah ada bagian kesimpulan di mana penulis mencoba menekankan hal inti dari pokok masalah yang ditulisnya. Pada bagian kesimpulan, penulis biasanya kembali mencantumkan hal-hal pokok dari masalah pada bagian pendahuluan dan isi. Dengan diulasnya kembali pokok masalah tersebut, pembaca yang cerdas seharusnya paham bahwa hal-hal itulah

yang menjadi pusat perhatian saat membaca. Jika pembaca sudah terpusat pada permasalahan tersebut, maka ia akan dengan mudah menyikapi isi bacaan.

d. Menilai Penyajian Pengarang

Menurut Tarigan (2008), ada beberapa poin yang harus dijadikan modal dalam menilai penyajian tulisan pengarang, yaitu informasi, logika, bahasa, kualifikasi, dan sumber-sumber informasi yang digunakan pengarang. Pertama, salah satu tujuan dari suatu bacaan adalah memberikan informasi. Informasi dapat berupa data ataupun fakta. Suatu bacaan yang tidak mengandung informasi bukanlah bacaan yang baik. selain itu, hal yang taka kalah penting adalah kebenaran informasi yang disajikan. Apakah informasi itu benar-benar terjadi/ada ataukah tidak. Pembaca juga bisa membuktikan sendiri apakah informasi yang disajikan benar atau tidak dengan mencari sumber lain yang serupa.

Kedua, logika merupakan unsur yang tidak boleh hilang dari suatu bacaan. Apalagi bacaan tersebut bersifat ilmiah. Penulis harus pandai merangkai kata agar apa yang ditulisnya dapat diterima akal sehat. Bacaan yang isinya tidak dapat dilogika akan mengurangi kepercayaan pembaca terhadap isi bacaan. Ide-ide yang tertuang di sana pun akan diabaikan karena ide tersebut mustahil untuk direalisasikan. Maka dari itu, logika sangat penting dalam suatu bacaan untuk mengambil hati pembaca. Dengan kata lain, penulis harus bisa mendapatkan kepercayaan pembaca atas apa yang ditulisnya.

Ketiga dalah bahasa. Semua bidang ilmu pasti memerlukan bahasa sebagai media untuk mengomunikasikan hasil dari penelitian atau apapun yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Sebaiknya, bahasa yang digunakan

dalam menulis suatu bahan bacaan harus disesuaikan dengan bidangnya, misalnya bidang politik. Jika bacaan bidang politik dikemas dengan bahasa sastra yang penuh dengan makna konotatif, maka pembaca akan bingung memahami maksud penulis. Hal yang tak kalah penting adalah, penulis sebaiknya menggunakan bahasa yang singkat, padat, dan jelas sehingga pembaca mudah memahami isi bacaan.

Keempat adalah kualifikasi. Kualifikasi di sini merujuk pada penulis atau pengarang. Penting bagi pembaca mengetahui latar belakang penulis. Biasanya, penulis dengan latar belakang pendidikan dan sudah berpengalaman lebih dipercaya oleh pembaca. Ada baiknya, tulisan yang ditulis disesuaikan dengan bidang ilmu penulis. Misalnya, seseorang yang ahli atau pakar di bidang kesehatan dan seseorang yang pakar di bidang ekonomi sama-sama menulis tentang pengaruh obat terhadap fungsi saraf. Tentu saja penulis akan lebih memilih untuk membaca tulisan karya pakar di bidang kesehatan daripada tulisan pakar di bidang ekonomi. Hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan pembaca terhadap bidang ilmu yang digeluti penulis.

Sumber-sumber informasi yang digunakan pengarang. Sumber informasi dari pihak terpercaya akan berpengaruh terhadap kualitas tulisan pengarang. Sumber informasi dari para pakar dan lembaga-lembaga resmi tentu akan lebih dipercaya daripada sumber dari website populer atau blog pribadi di internet. Maka dari itu, penulis perlu mengkaji lebih dalam sumber-sumber yang digunakan. Hal ini untuk menghindari adanya tanggapan atau komentar negatif dari pembaca.

e. Meningkatkan Minat Baca

Dalam Tarigan (2008), dinyatakan untuk meningkatkan minat membaca, perlu sekali kita berusaha :

a) Menyediakan waktu untuk membaca;

b) Memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetik, sastra, dan moral

a. Menyediakan waktu untuk membaca

Sudah dipaparkan di atas, bahwa sebagian besar generasi Z lebih sering menghabiskan waktu dengan berkutat pada gadget mereka ataupun berselancar di dunia maya. Hal-hal yang mereka lakukan adalah bermain di media sosial, melihat status teman, bermain game, chatting, dan masih banyak lagi kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan di dunia maya.

Kesadaran akan pentingnya membaca belum sepenuhnya tertanam dalam diri generasi Z. Dengan membaca, seseorang dapat membuka jendela dunia. Artinya seseorang bisa mengetahui informasi dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan. Membaca merupakan pintu untuk lebih berkembang menjadi manusia yang bermartabat, manusia yang lebih maju, baik dalam segi jasmani dan rohani.

Maka dari itu, menyediakan waktu membaca merupakan aspek penting dalam menumbuhkan minat baca. Jika seseorang telah memiliki minat membaca, lama-kelamaan minat membaca tersebut akan menjadi kebiasaan membaca. Kebiasaan membaca inilah yang melahirkan budaya membaca.

b. Memilih Bacaan yang Baik

Pertimbangan-pertimbangan berikut ini dapat membimbing pilihan kita terhadap bacaan pada waktu luang. (Tarigan : 2008)

1) Beberapa buku dibaca demi kesenangan

Membaca buku demi kesenangan juga perlu. Bilamana seseorang merasa bosan dan tidak tahu ingin melakukan apa, membaca buku merupakan pilihan yang tepat. Membaca demi kesenangan bisa membantu seseorang untuk mengembangkan imajinasinya. Misalnya : membaca novel, komik, cerpen, majalah populer, dsb.

2) Beberapa buku dibaca dengan maksud agar tetap mengetahui perkembangan-perkembangan di dunia.

Buku merupakan jendela dunia. Dengan membaca banyak buku, pengetahuan seseorang akan luas. Pengetahuan yang dimiliki akan selalu ter-update seiring perkembangan zaman. Maka dari itu, ada buku-buku khusus yang memuat tentang perkembangan ataupun isu-isu yang sedang hangat terjadi di dunia.

3) Beberapa buku ditetapkan sebagai buku klasik, buku-buku yang ditulis oleh pengarang terkenal, yang karya-karyanya dianggap sebagai suatu unsur latar belakang orang berpendidikan, yang esensial, yang penting sekali.

4) Beberapa buku dipilih berdasarkan rekomendasi atau pujian orang lain. Membaca buku rekomendasi merupakan salah satu langkah yang baik dalam memilih bacaan. Biasanya, buku rekomendasi atau buku yang menuai pujian memiliki nilai khas tersendiri. Misalnya, novel karya Sutan Takdir Alisyahbana memuat nilai-nilai yang bersifat realistis.

5) Beberapa buku dibaca karena ditulis oleh pengarang yang telah dikenal oleh pembaca.

Membaca buku karya pengarang terkenal memberikan kesan tersendiri bagi pembacanya. Contohnya seperti membaca karya J.K. Rowling dengan serial Harry Potter-nya yang mendunia.

6) Beberapa buku yang telah diangkat ke layar putih ternyata lebih menarik. Pada zaman sekarang, khususnya zaman digital, telah banyak buku yang difilmkan. Buku-buku yang difilmkan sebagian besar merupakan karya pengarang terkenal. Membaca buku yang telah difilmkan akan membuat kita lebih kritis dalam memberi penilaian. Apakah imajinasi dari yang kita baca, sesuai dengan visualisasi pada film.

7) Beberapa dari bacaan kita, dapat dibuat biografi atau sejarah.

Membaca seluk beluk seseorang ataupun sejarah masa lalu akan memberi kita pemahanan dan pengetahuan yang mendalam mengenai orang tersebut ataupun peristiwa tertentu. Maka dari itu, bacaan seperti ini akan menarik untuk dibaca.

8) Beberapa buku yang ada kaitannya dengan minat-minat kejuruan dan keagamaan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar orang akan memilih membaca buku sesuai dengan minatnya atau jurusannya. Hal ini dilakukan untuk memperdalam pengetahuannya mengenai bidang tersebut. Selain itu, membaca buku sesuai dengan minat akan mencegah kebosanan saat membaca. Orang akan senang membaca sesuatu sesuai minatnya. Oleh karena itu, pilihan buku sesuai minat merupakan pilihan yang tepat.

2.4.2.1 Memberi Pertimbangan Kelebihan dan Kekurangan Teks

Seorang pembaca yang baik harus bisa menemukan kelebihan dan kelemahan buku. Dengan kata lain, ia harus bisa menentukan kualitas tulisan yang dibacanya. Proses menentukan kualitas tulisan ini menuntut proses berpikir kritis dan pemanggilan informasi lama. Untuk dapat menilai kualitas tulisan, pembaca harus pandai mengolah pikirannya. Marzano, dkk (1988) dalam Priyatni dan Nurhadi (2017) memilah keterampilan berpikir menjadi delapan. Kedelapan keterampilan berpikir akan dipaparkan di bawah ini.

1. Keterampilan memfokuskan

Keterampilan ini adalah keterampilan untuk memfokuskan pada satu masalah tertentu. Jadi, masalah lain yang tidak begitu penting akan diabaikan. Keterampilan memfokuskan mencakup : (a) keterampilan menentukan masalah dan (b) keterampilan menetapkan tujuan.

Pertama, keterampilan menentukan masalah memiliki tujuan untuk memperjelas masalah yang diangkat oleh penulis. Biasanya, masalah yang dibahas dalam tulisan tidaklah jelas. Maka dari itu, cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengajukan pertanyaan 5W+1H, seperti “apakah pokok permasalahannya?”, “siapa yang bermasalah?”, “bagaimana masalah terjadi?” dan sebagainya. Jika hal ini sudah dilakukan, maka pembaca akan dapat menilai apakah masalah yang diangkat oleh penulis, jelas atau tidak.

Kedua, keterampilan menetapkan tujuan. Pada keterampilan ini, pembaca akan mencoba memastikan tujuan penulis. Biasanya, penulis memiliki tujuan memberi informasi, berbagi pengalaman, menghibur, dan sebagainya. Jika

pembaca bisa mengenali tujuan penulis, ia akan mudah memahami isi buku dan menilai keseluruhannya.

2. Keterampilan Mengumpulkan Informasi

Ada dua keterampilan yang termasuk dalam keterampilan ini, yaitu (a) keterampilan mengamati dan (b) keterampilan merumuskan pertanyaan. Pertama, keterampilan mengamati. Keterampilan ini memerlukan kepekaan panca indera. Dalam membaca kritis, hal yang diamati biasanya adalah judul, kata yang digarisbawahi, huruf besar, huruf miring, lampiran, contoh, daftar isi. Selain itu, keterampilan ini digunakan untuk membedakan fakta dan opini, apakah relevan atau tidak.

Kedua, keterampilan merumuskan pertanyaan. Perumusan pertanyaan bertujuan untuk memperjelas isu/makna bacaan. Pertanyaan yang baik akan mengantarkan pembaca untuk mendapatkan informasi baru. Dalam membaca kritis, pertanyaan-pertanyaan yang dibuat akan mengarahkan pembaca untuk menilai validitas informasi yang terdapat dalam teks.

3. Keterampilan Mengingat

Seperti yang diketahui, mengingat di sini adalah kemampuan untuk menyimpan informasi dalam ingatan jangka panjang. Ada dua keterampilan yang termasuk keterampilan mengingat, diantaranya keterampilan encoding dan keterampilan recalling.

Keterampilan encoding merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menyimpan informasi agar mudah dipanggil (mengacu pada pengetahuan lama). Cara khas yang dilakukan biasanya dengan

menggarisbawahi kata penting, memberi warna pada kata penting, dan sebagainya.

Keterampilan recalling dilakukan tanpa adanya rencana dan tidak disadari. Keterampilan ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, mengaktifkan

prior knowledge: membuat simpulan atau penilaian terhadap sesuatu yang telah

diketahui. Kedua, membuat ringkasan tentang hal yang pernah dibaca untuk mengaplikasikan konsep yang sudah dipahami.

4. Keterampilan Mengorganisasi

Mengorganisasi artinya menyusun. Keterampilan ini erat kaitannya dengan penyusunan infomasi dalam otak kita. Saat sedang membaca teks, pembaca akan menyimpan semua informasi itu dalam otaknya. Biasanya, informasi yang disimpan adalah informasi menonjol seperti, kata-kata penting, gambar, ide pokok, dan sebagainya. Jika informasi yang disimpan tertata dengan rapi, maka informasi itu akan mudah dipanggil ketika membutuhkannya. Keterampilan berpikir untuk mengorganisasi ini memerlukan keterampilan membandingkan, mengklasifikasi, mengurutkan, dan membuat representasi.

5. Keterampilan Menganalisis

Keterampilan ini digunakan untuk mengklarifikasi informasi yang terdapat dalam bacaan dengan cara mengkaji bagian per bagian. Ada empat

Dokumen terkait