• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEOR

2.1.3 Membaca Menulis Permulaan

2.1.3.1.1 Pengertian Membaca Permulaan

Membaca dapat diartikan sebagai suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan kadang-kadang dengan orang

lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis (Tarigan, 1985: 8). Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia permulaan sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, ia akan mengalami kesulitan dalam mempelajari bidang studi lain, menurut Lerner (dalam Rini Utami Aziz, 2006: 15).

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses menafsirkan simbol-simbol dan lambang-lambang dalam bahasa yang diikuti oleh pengalaman pembaca yang digunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan simbol-simbol dan lambang- lambang tersebut sehingga menjadi suatu kata atau kalimat yang mempunyai makna. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan adalah suatu aktivitas untuk mengenalkan rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa.

Membaca ada dua yaitu membaca permulaan yang dipelajari siswa kelas 1 dan 2, dan membaca pemahaman yang dipelajari siswa sejak kelas 3. Membaca permulaan ini dipelajari di kelas 1 dan 2 mempunyai tujuan agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang tepat. Selain itu, membaca permulaan sebagai dasar untuk dapat membaca lanjut.

2.1.3.1.2 Tujuan Membaca Permulaan

Iskandarwassid (2008: 289) menyampaikan bahwa tujuan pembelajaran membaca permulaan bagi peserta didik adalah sebagai berikut: a) mengenali lambang-lambang (simbol-simbol bahasa), b) mengenali kata dan kalimat, c) menemukan ide pokok dan kata-kata kunci, dan d) menceritakan kembali isi bacaan pendek.

Menurut Herusantosa (1992: 20), tujuan pembelajaran membaca permulaan agar peserta didik mampu memahami dan menyuarakan kalimat sederhana yang ditulis dengan intonasi yang wajar, peserta didik dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana dengan lancar dan tepat dalam waktu yang relatif singkat (Saleh Abbas, 2006: 103).

2.1.3.1.3 Penyebab Kurang Lancar Membaca

Secara umum sebab-sebab kurang lancarnya membaca dapat berasal dari beberapa faktor. Djamarah (2002: 201) mengelompokkannya ke dalam dua kategori, yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor penyebab yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri. Penyebab yang muncul dari dalam diri antara lain bisa bersifat : kognitif (ranah cipta), seperti: rendahnya kapasitas intelektual/ inteligensi siswa,afektif (ranah rasa), seperti: labilnya emosi dan sikap, danpsikomotor (ranah karsa), seperti: terganggunya alat-alat indra penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).

Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar, yang meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor lingkungan ini meliputi : lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya tingkat kehidupan ekonomi keluarga. lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area) dan teman sepermainan (peer group) yang nakal. lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk, seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas randah.

Kurangnya lancar membaca secara khusus dikatakan Mulyono (2003: 201) akan menjadi faktor penghambat dalam kegiatan membaca. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1) siswa kurang mengenal huruf, bunyi bahasa (fonetik), dan bentuk kalimat, 2) siswa tidak memahami makna kata yang dibacanya, 3) adanya perbedaan dialek siswa dengan pengucapan bahasa Indonesia yang baku, 4) siswa terlalu cepat membaca karena kemungkinan perasaannya tertekan, 5) siswa bingung meletakkan posisi kata, 6) siswa bingung dengan membaca huruf yang bunyinya sama, seperti: bunyi huruf /b/ dengan /p/, 7) siswa kurang mengerti tentang arti tanda baca, maka tanda baca tidak perlu diperhatikannya, dan 8) terjadinya keragu-raguan dalam membaca.

2.1.3.2 Menulis Permulaan

2.1.3.2.1 Pengertian Menulis Permulaan

Menurut Nurbiana (2011: 310) menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna. Anak mulai menulis dimulai dengan kegiatan mencorat-coret (scribbing) sekitar usia 2 tahun atau 3 tahun. Keahlian motorik halus anak berkembang sedemikian rupa sehingga anak mulai sanggup menulis huruf-huruf pada masa awal kanak-kanak (Santrock, 2007: 365).

Poerwadarminta (dalam Nurbiana 2011: 310) mengemukakan bahwa menulis memiliki batasan sebagai berikut: 1) membuat huruf, angka dan lainnya dengan pensil, kapur dan lainnya, dan 2) mengekspresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan lainnya dengan tulisan. Senada dengan pernyataan tersebut Badudu (dalam Nurbiana, 2005: 38) mengemukakan bahwa menulis adalah menggunakan pena dan pensil diatas kertas, kain ataupun papan yang menghasilkan huruf, kata, maupun kalimat.

Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan-kemampuan yang menghasilkan tulisan.

Menulis permulaan merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks kemampuan yang diperlukan antara

lain kemampuan berpikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dengan menggunakan bahasa yang efektif dan kemampuan menerapkan kaidah tulis menulis dengan baik.

2.1.3.2.2 Tujuan Menulis Permulaan

Keterampilan menulis permulaan dengan baik tidak dapat dimiliki oleh seorang anak dengan begitu saja. Perlu adanya latihan terbimbing dari seorang guru yang berkompeten dalam mengarahkan dan membimbing dengan terus menerus dan teratur. Dengan demikian pembelajaran menulis permulaan melalui pendekatan guru adalah kegiatan belajar mengajar yang menerapkan proses bimbingan dan latihan dalam menulis permulaan.

Tujuan keterampilan menulis permulaan pada anak usia dini adalah melatih motorik halus anak agar mampu mengarahkan dan menyeimbangkan antara gerak tangan dan pikiran yang dituangkan melalui coretan di atas kertas. Kegiatan menulis permulaan pada anak diawali dari kegiatan cara memegang pensil yang baik.

Disamping itu, tujuan menulis permulaan pada anak adalah melukiskan lambang-lambang grafis yang menggambarkan suatu bahasa tulis yang dapat dibaca oleh orang lain. Untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik haruslah banyak melatih diri dan seorang guru haruslah membimbingnya.

2.1.3.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anak Untuk Menulis Permulaan

Menurut Lerner (dalam Mulyono 2003: 227) ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak untuk menulis diantaranya : 1) Motorik. Anak yang perkembangan motoriknya belum matang atau mengalami gangguan, akan mengalami kesulitan dalam menulis, tulisannya tidak jelas, terputusputus, atau tidak mengikuti garis, 2) Perilaku. Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis, 3) Persepsi. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam menulis, 4) Memori. Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu untuk mengingat apa yang akan ditulis, 5) Kemampuan melaksanakan cross modal. Yaitu kemampuan menyangkut mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik. 6) Penggunaan tangan yang dominan. Yaitu anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal tulisannya juga sering terbalik-balik dan kotor, 7) Kemampuan memahami instruksi. Ketidakmampuan memahami instruksi dapat menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan perintah guru.

Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi menulis antara lain kematangan koordinasi motorik dan sensoris serta didukung oleh lingkungan.

2.1.3.2.4 Langkah-langkah dalam Pengajaran Menulis Permulaan

Adapun langkah-langkah menulis permulaan menurut Suprapto (1992: 6) adalah sebagai berikut : 1) Pengenalan huruf. a) Guru terlebih dahulu mengenalkan bunyi suatu tulisan atau huruf yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. b) Guru menunjukan suatu gambar benda atau anak yang ada hubungannya dengan huruf yang hendak diperkenalkan siswa. c) Guru memperkenalkan nama-nama dan mnenunjukan gambar. 2) Latihan. Latihan diperlukan agar anak mengenal, dan terampil dalam memegang pensil yang baik. Latihan tersebut antara lain : a) Latihan memegang pensil dan sikap duduk. b) Latihan gerakan tangan. c) Guru sambil bercerita menuliskan contoh-contoh pembuatan garis-garis dipapan tulis. d) Guru menugaskan siswa untuk mengikuti menggerakan tangan di udara dengan pensil yang belum diruncingkan. e) Anak diberi latihan membuat garis di buku tulis. f) Guru memperhatikan sikap duduk, dan cara memegang pensil g) Guru memeriksa hasil kerja anak. h) Guru juga menerangkan bentuk-bentuk yang lain dengan langkah-langkah seperti diatas. 3) Menjiplak. Menjiplak adalah menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada. Maksudnya adalah untuk melatih gerakan jari-jari anak dalam menuliskan sesuatu tulisan. Mengeblat dapat dilakukan dengan berbagai cara diantarannya adalah : a) memakai karbon, dan b) memakai kertas tipis. 4) Menulis nama. Guru memberi

tugas pada anak untuk menuliskan huruf awal nama benda, orang, jalan dan sebagainya yang terdapat dilingkungan sekitar.

2.1.3.3 Membaca Menulis Permulaan

2.1.3.3.1 Pengertian Membaca dan Menulis Permulaan

Pembelajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar terbagi menjadi dua tahap yaitu membaca menulis permulaan yang diberikan di kelas I dan II, serta membaca dan menulis lanjutan diberikan di kelas III, IV, V dan VI. Membaca menulis permulaan merupakan jenjang dasar yang menjadi landasan bagi pendidikan selanjutnya. Perhatian perlu ditekankan pada belajar membaca menulis permulaan. Sebab kegagalan dalam belajar membaca menulis dapat menjadi kendala bagi kelanjutan siswa pada jenjang pendidikan ditingkat atasnya.

Darmiyati dan Budiasih (1997: 57) mengungkapkan bahwa, “membaca permulaan di kelas I dan kelas II merupakan pembelajaran membaca tahap awal kemampuan membaca yang diperoleh siswa di kelas I dan kelas II akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas berikutnya”. Membaca permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa sekolah dasar kelas awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca dengan baik, sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca sebagai suatu yang menyenangkan.

Pada tingkatan membaca permulaan, pembaca belum memiliki keterampilan kemampuan membaca yang sesungguhnya, tetapi masih dalam tahap belajar untuk memperoleh keterampilan atau kemampuan membaca. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut, untuk memperoleh kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan 1) lambang-lambang tulisan, 2) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan 3) memasukkan makna dalam kemahiran bahasa. Membaca permulaan merupakan suatu proses keterampilan dan kognitif. Proses keterampilan menunjuk pada pengenalan dan penguasaan lambang- lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahai makna suatu kata atau kalimat (Sri Nuryati, 2007: 1-2).

2.1.3.3.2 Tujuan Membaca dan Menulis Permulaan

Membaca menulis permulaan termasuk dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang termuat dalam GBPP (1994: 86) Bahasa Indonesia kelas I dan II. Adapun tujuan pembelajaran membaca menulis permulaan di kelas I adalah sebagai berikut : 1) Siswa mampu menulis kata-kata dan kalimat sederhana dan membaca dengan lafal dan intonasi yang wajar. 2) Siswa mampu menuliskan kegiatan sehari-hari dengan kalimat sederhana. 3) Siswa mengenal sifat-sifat dan watak yang baik melalui bacaan, cerita,

percakapan dan kegiatan sehari-hari. 4) Siswa mampu memahami bermacam-macam cerita. 5) Siswa mampu melafalkan kata-kata dalam bait-bait yang sesuai dengan anak. 6) Siswa mampu menceritakan dan menuliskan tentang benda-benda yang dikenang.

Tujuan pembelajaran membaca menulis di kelas II adalah sebagai berikut : 1) Siswa mampu membaca bacaan pendek dengan lafal dan informasi yang wajar. 2) Siswa mampu memahami cerita yang didengar atau dibaca yang dapat mengajukan atau menjawab pertanyaan serta dapat menceritakan kembali. 3) Siswa mampu membaca puisi yang sesuai untuk anak-anak. 4) Siswa mampu mengungkapkan perasaan dengan kalimat sederhana mengenai bermacam-macam sifat, kebiasaan dan watak pelaku dalam bacaan atau cerita yang didengarkan. 5) Siswa mampu menuliskan pesan, perasaan dan keinginannya.

Dokumen terkait