• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membaca Sastra

Dalam dokumen sma10bhsind BhsDanSastraIndo SriUtami (Halaman 106-109)

BAB 7 PERTANIAN

7.2 Membaca Sastra

Halaman 85

Dan seterusnya

Carilah buku yang mencantum-kan halaman indeks!

1. Carilah kata dalam indeks yang ditulis lebih dari 5 halaman! Cup-liklah paragraf-paragraf yang terdapat kata itu!

2. Kemudian rangkumlah cuplikan-cuplikan tersebut!

3. Jelaskanlah rangkuman terse-but kepada teman-teman Anda menggunakan bahasa yang baik dan benar!

4. Teman-teman Anda akan mem-berikan tanggapan atau perta-nyaan!

5. Lakukan perbaikan setelah mendapat tanggapan dan kritik dari teman-teman Anda!

Tugas kelompok ini dapat dikerjakan di rumah.

1. Carilah sebuah karangan atau buku dengan kisaran halaman 30—50 halaman yang tidak memiliki indeks!

2. Susunlah indeks berdasarkan karangan atau buku tersebut dengan mengikuti langkah-langkah penyusunan indeks yang pernah Anda pelajari! 3. Dalam laporan hasil kerja

kelom-pok, sertakan pula sumber buku dan karangannya!

7.2 Membaca Sastra

Bacalah hikayat dari sastra Melayu Klasik berikut ini!

Alkissah Tjetera yang Kedua

Kata sahibu’l-hikayat: ada sebuah negeri di tanah Andelas Perlembang namanya, Demang Lébar Daun nama rajanya, asalnya daripada anak cucu raja Sulan; Muara Tatang nama sungainya. Adapun negeri Perlembang itu, Palembang yang ada sekarang inilah. Maka hulu Muara Tatang itu ada sebuah sungai, Melayu namanya; di dalam sungai itu ada sebuah bukit Siguntang Mahaméru namanya. Dan ada dua orang perempuan berladang, Wan Empuk seorang namanya, dan Wan Malini seorang namanya; dan keduanya itu berhuma di bukit Siguntang itu, terlalu luas humanya itu, syah dan terlalu jadi padinya, tiada dapat terkatakan; telah hampirlah masak padi itu. Maka pada suatu malam itu maka dilihat oleh Wan Empuk dan Wan Malini dari rumahnya, di atas bukit Siguntang itu bernyala-nyala seperti api. Maka kata Wan Empuk dan Wan Malini, “Cahaya apa gerangan bernyala-nyala itu? Takut pula beta melihat dia.” Maka kata Wan Malini, “Jangan kita ingar-ingar, kalau gemala naga besar gerangan itu.” Maka Wan Empuk dan Wan Malini pun diamlah dengan takutnya, lalu keduanya tidur. Telah hari siang, maka Wan Empuk dan Wan Malini pun bangun keduanya daripada tidur, lalu basuh muka. Maka kata Wan Malini, “Marilah kita lihat yang bernyala-nyala semalam itu.” Maka keduanya naik ke atas bukit Siguntang itu, maka dilihatnya padinya berbuahkan emas dan berdaunkan perak dan batangnya tembaga suasa. Maka Wan Empuk dan Wan Malini pun heran melihat hal yang demikian itu, maka katanya, “Inilah yang kita lihat semalam itu”. Maka ia berjalan pula ke bukit Siguntang itu, maka dilihatnya tanah negara bukit itu menjadi seperti warna emas.

Pada suatu ceritera, datang sekarang pun tanah negara bukit itu seperti warna emas juga rupanya. Maka dilihat oleh Wan Empuk dan Wan Malini di atas tanah yang menjadi emas itu tiga orang manusia laki-laki muda, baik paras; yang seorang itu memakai pakaian kerajaan, keinderaannya lembu putih seperti perak rupanya dan yang dua orang itu berdiri di sisinya, seorang meme-gang pedang kerajaan, seorang memememe-gang lembing. Maka Wan Empuk dan Wan Malinipun heran tercengang-cengang syahdan dengan takjubnya ia melihat rupa orang muda itu; terlalu amat baik parasnya dan sikapnya, dan pakaiannya pun terlalu indah-indah, maka ia fikir pada hatinja, “Sebab tiga orang muda inilah gerangan, maka padiku berbuahkan emas dan berdaunkan perak, dan tanah bukit ini pun menjadi seperti warna emas ini.” Maka Wan Empuk dan Wan Malini pun bertanya kepada orang muda ti-ga orang itu: “Siapakah tuan-hamba ini, dan dari mana datang tuan hamba ini? Dan anak jin atau anak perikah tuan hamba ini? Karena berapa lama sudah kami di sini tiada kami melihat seorang pun manusia datang ke mari ini; baharulah pada hari ini kami melihat tuan hamba kemari ini”.

Maka menyahut seorang di dalam tiga itu: “Adapun nama kami dan bangsa kami bukannya daripada bangsa jin dan peri. Bahwa kami ini, bangsa manusia; asal kami daripada anak cucu raja Iskandar Dzu’l-Karnain, nisab kami daripada raja Nusirwan raja masyrik dan maghrib, dan pancar kami daripada raja Sulaiman’alaihi‘s-salam dan nama raja ini Bicitram Syah, dan nama seorang ini Nila Pahlawan, dan yang seorang ini Karna Pandita; dan pedang kami ini curik Semandang kini namanya, dan lembing kami ini Lembuara namanya, yang satu ini cap kayu Kempa namanya, dan apabila memberi surat pada raja-raja cap inilah dicapkan”.

Maka kata Wan Empuk dan Wan Malini, “Jikalau tuan hamba daripada anak cucu raja Iskandar, apa sebabnya maka tuan-hamba kemari?” Maka oleh Nila Pahlawan segala hikayat raja Iskandar beristrikan anak raja Kida Hindi, dan peri raja Suran masuk ke dalam laut itu semuanya dihikayatkannya pada Wan Empuk dan Wan Malini. Maka kata Wan Empuk dan Wan Malini, “Apa alamatnya kata tuan hamba ini?” Maka sahut mereka, “Mahkota inilah alamatnya, tanda hamba anak cucu raja Iskandar. Hai embok, jika tuan hamba tiada percaya akan kata hamba ini, itulah tandanya oleh hamba jatuh kemari, maka padi embok berbuahkan emas berdaunkan perak berbatangkan tembaga suasa, dan tanah negara bukit ini menjadi seperti warna emas.”

Maka Wan Empuk dan Wan Malini pun percayalah akan kata orang muda itu, maka ia pun terlalu sukacita, maka anak raja itu pun dibawanya kembali ke rumahnya. Maka baginda pun naiklah ke atas keinderaan baginda lembu putih itu. Maka padinya pun dituainya oleh Wan Empuk dan Wan Malini, maka kedua mereka itu pun kayalah sebab mendapat anak raja itu dinamai oleh Wan Empuk dan Wan Malini sang Suparba. Maka dengan takdir Allah ta’ala lembu kenaikan baginda itu pun muntahkan buih, maka keluarlah daripada buih itu seorang manusia laki-laki namai Bat

Hikayatadalah cerita panjang yang bahannya diambil dari kehidupan istana yang dihubungkan dengan hal-hal yang tidak masuk akal. Isi hikayat biasanya merupakan perpa-duan dari berbagai keanehan dan keajaiban yang dihubungkan satu dengan yang lain sehingga biasanya merupakan cerita yang panjang. Lingkungan raja-raja beserta hulu-balang yang gagah berani tiada lepas dari pandangan mata seorang pengarang hikayat. Di dalam hikayat diceritakan semua yang indah-indah, putri-putri yang cantik, kesaktian para pahlawan, dan sebagainya. Pendeknya, lingkungan kehidupan istana beserta hulubalang menjadi bahan pokok hikayat.

Unsur hikayat ????

Wan Empuk dan Wan Malinipun heran tercengang-cengang

syahdan dengan takjubnya ia melihat rupa orang muda itu.

Kerjakan soal-soal berikut dengan tepat!

1. Setelah Anda membaca con-toh sastra Melayu Klasik di atas, sebutkan unsur intrinsik karya sastranya! Apakah unsur-unsur yang terdapat dalam sastra Melayu Klasik juga terdapat dalam cerita-cerita saat ini? Jelaskan !

2. Apa yang menjadi ciri karak-teristik karya sastra Melayu Klasik? Adakah perbedaan dan persamaan dengan sastra mo-dern yang pernah Anda baca? Untuk membandingkannya,

gunakanTABEL A!

3. Apakah kisah yang dialami oleh Wan Empuk dan Wan Malini kerap dialami pula oleh masya-rakat sekarang? Jelaskan! 4. Pesan moral apa yang dapat

Anda petik dari Alkissah Tjetera yang Kedua tersebut?

5. Tulislah kembali hikayat tersebut ke dalam kalimat yang efektif!

dan destarnya terlalu besar. Maka Bat berdiri memuji sang Suparba, maka bunyi pujinya itu serba jenis kata yang mulia-mulia Syahdan maka raja itu digelarnya oleh Bat sang Suparba Taramberi Teribuana. Ada pun Bat itulah daripada anak cucunya asal orang yang membaca ciri dahulu kala. Maka Nila Pahlawan dan Karna Panditapun dikawinkan Bat dengan Wan Empuk dan Wan Malini. Maka daripada anak cucu merekalah digelar oleh sang Suparba, yang laki-laki dinamai baginda Awang, dan yang perempuan di-panggil baginda Dara, itulah asalnya perawangan dan perdaraan.

TABEL A

No Segi Perbandingan Sastra Melayu Melayu Klasik Sastra Modern

1. Tema yang dibahas 2. Tokoh 3. Setting: a. tempat b. suasana c. waktu 4. Penggunaan ejaan 5. Penggunaan bahasa 6. dll. 1. ... 2. ... 3. ... ... ... ... 4. ... 5. ... 6. ... 1. ... 2. ... 3. ... ... ... ... 4. ... 5. ... 6. ...

Dalam dokumen sma10bhsind BhsDanSastraIndo SriUtami (Halaman 106-109)