BAB 3 KESENIAN
3.1 Menulis Kreatif
Ide menulis kreatif dapat diperoleh ber-dasarkan rekaan/imajinasi/fiktif dan berber-dasarkan kejadian sesungguhnya.
3.1.1 Rekaan
Rekaan merupakan cerita fiktif berupa hal/ peristiwa yang tidak terjadi sesungguhnya. Tema cerita, tokoh, dan tempat terjadinya peristiwa hanya ada dalam angan-angan pengarang. Bacalah contoh cerita fiktif yang terkemas dalam bentuk cerpen berikut ini!
Anjing Tersayang
Karya Indra Tranggono
Kamu tak akan takut melihatku, hingga kamu tak perlu menghardikku atau memukulku. Aku sama sekali tidak layak mengancam siapa pun. Termasuk kamu. Bukan hanya karena wajahku yang sama sekali tidak menyeramkan, tapi juga potongan tubuhku yang lebih pantas dianggap sebagai segumpal daging bernyawa. Kalau toh aku sesekali menyalak, itu hanya karena aku ingin tetap dianggap anjing.
Aku tak pernah mengutuk ibuku dan ayahku, sepasang pejantan yang memberiku jalan hidup di dunia, hanya karena aku tidak lahir sebagai bulldog, herder, atau dauberman yang makanan dan obatnya jauh lebih mahal dari biaya hidup kalian bangsa manusia. Mereka pun punya dokter sendiri, dokter spesialis, yang ongkosnya tinggi, lebih tinggi dari dokter untuk manusia jelata. Mereka juga punya salon sendiri, punya bedak sendiri, punya sampo sendiri, punya sabun mandi sendiri, punya sisir sendiri. Tapi, demi Tuhan, aku tak pernah iri. Itulah keberuntungan mereka karena bisa menjadi kelangenan atau penjaga keselamatan manusia. Sedangkan aku, tak pernah diperhitungkan. Bahkan oleh para pemburu anjing kampung yang rutin menyetor daging kepada penjual ‘tongseng jamu’ (mereka tak berani terang-terangan menjual tongseng daging anjing, namun berlindung dibalik tong-seng jamu).
Dibanding hidup manusia yang susah, nasibku jauh lebih baik. Bukankah menjadi binatang piaraan Tuan Konglo yang kaya raya merupakan keberuntungan tak ternilai? Aku tak tahu persis alasan Tuan Konglo memeliharaku. Bukankah dia bisa membeli anjing yang lebih bermartabat dibanding aku? Rupanya ada kisah khusus tentang diriku. Menurut obrolan Bibi Tintin, pembantu Tuan Konglo, dulu aku terserempet mobil Tuan Konglo. Untuk menebus rasa bersalahnya, Tuanku memelihara aku.
“Gembong! Jaga rumah ya. Kalau ada orang mencurigakan, langsung serang. Gigimu masih tajam, kan?” Tuan Konglo menyo-dorkan daging sapi. Kujawab dengan gonggongan kecil. Tanda aku sangat setuju. Tuanku senang. Ia mengelus-elus buluku. Aku pun merasa tersanjung.
Aku sering berpikir. Tidak enak jadi orang kaya. Selalu panik. Selalu merasa terancam. Contohnya ya Tuanku ini. Ke mana-mana bawa pistol. Mendengar suara angin menggesek dedaunan saja, ia sudah tergeragap karena merasa ada orang yang akan meram-pok. Sepuluh satuan pengaman disiapkan. Termasuk, aku, anjing kesayangannya.
Tugasku gampang. Hanya mencurigai siapa saja. Tapi mem-bedakan orang baik dan orang jahat, ternyata susah. Aku sering pusing. Celakanya aku tak bisa dengan gampang mendapatkan pil pengusir pusing bagi anjing.
Siapa tuanku, aku sesungguhnya tak perlu mempersoalkan. Ia mengelus-elus buluku. Aku
pun merasa tersanjung.
Narasi adalah 1)pengisahan suatu cerita atau kejadian; 2)cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peris-tiwa; kisahan.
Naratif adalah bersifat narasi; bersifat menguraikan (menjelaskan). (KBBI, 2001)
Tulisan naratif bertujuan menje-laskan sesuatu dalam bentuk ki-sahan. Hal yang dijelaskan dapat berupa kejadian fiktif (rekaan) mau-pun kejadian yang sesungguhnya. Karena berbentuk kisahan, dalam tulisan naratif terdapat pelaku (tokoh) serta urutan waktu (krono-logis) kejadian.
Dia orang baik, setidaknya bagiku. Tapi aku sering mendengar gunjingan tetangga. Kata mereka tuanku itu kaya karena korupsi, mencuri duit Negara. Berulang kali, kata mereka, tuanku berhasil membobol bank. Anehnya, bisik mereka, Pak Konglo itu tidak pernah tertangkap. Katanya punya ajian ‘belut putih’, hingga selalu bisa lolos dari sergapan penegak hukum. Benarkah tuanku itu sakti? Aku tak peduli. Aku hanya sering melihat, di rumahnya sering datang orang-orang berbaju seragam. Mereka bicara ramah sambil menyebut kalau aku tidak salah dengan pasal-pasal hukum. Aku tidak paham. Dan aku tidak pernah peduli. Aku hanya sering melihat tuanku memberi segepok uang kepada tamu-tamunya. Untuk apa uang itu? Jangan tanya padaku. Kewajibanku hanya curiga dan menggonggong. Lalu segumpal daging lezat tersedia di depanku. Sederhana bukan?
Berpikir sederhana ternyata tidak gampang. Acuh tak acuh bukan pekerjaan mudah. Suatu hari, aku iseng-iseng melihat televisi. Mataku disergap peristiwa yang sulit kupercaya: Tuanku digelandang polisi. Mbak penyiar yang cantik itu mengatakan bahwa Tuan Konglo terlibat dalam skandal korupsi pembangunan kompleks perumahan rakyat. Katanya, tuanku menggelapkan duit hampir Rp 1 triliun. Aku tidak percaya. Namun, dialog malam itu, bagai aliran listrik berkekuatan sangat besar menyambar kepalaku.
“Tolong Papa jujur saja. Papa terlibat dalam penggelapan uang sebanyak itu?” ujar Nyonya Konglo sambil menangis.
“Maafkan aku Ma ..” Tuan Konglo mengisap rokoknya dalam-dalam.
“Papa korupsi tidak?” desak Nyonya Konglo. “Semua kulakukan demi kamu, demi anak-anak…”
Nyonya Konglo pingsan. Tuan Konglo pontang-panting mem-beri bantuan. Beberapa saat kemudian dokter datang.
Sebagai anjing aku tidak pernah dididik tentang sopan santun, agama, etika, dan hukum, aku terus terang sangat kecewa. Aku sendiri sebagai binatang yang lebih berhak mencuri tak pernah sekali pun nyolong, atau merampas hak anjing lain. Sedang tuanku? Malam itu, aku lunglai. Tulang-tulangku terasa dilolosi. Ketika ada orang yang mencurigakan menjebol jendela rumah tuanku. Kubiarkan dia menyikat televisi, handphone, uang, perhiasan emas, berlian… “Bukankah pencuri itu mengambil haknya yang juga di-rampas majikanku?” pikirku sambil memejamkan mata. (Yogyakarta, Februari 2006)
Sumber:SINDO, 19 Maret 2006
3.1.2 Kejadian yang Sesungguhnya
Berikut ini contoh uraian kejadian sesungguhnya yang dikemas dalam bentuk tabel, seperti TABEL A.
Suatu hari, Gembong iseng-iseng melihat televisi.
Bentuklah kelompok yang tiap-tiap kelompok terdiri atas tiga orang! 1. Tentukan unsur intrinsik cerpen
Anjing Tersayang!
2. Diskusikan tema dan pesan moral yang terdapat dalam cerpen tersebut!
3. Berikan tanggapan terhadap cerpen tersebut!
4. Berdasarkan cerpen Anjing
Tersayang, salinlah TABEL B, kemudian lengkapilah!
5. Susunlah tulisan naratif singkat (kejadian sesungguhnya) seper-tiTABEL A?
6. Tukarkan hasil karangan Anda dengan teman Anda! Sunting-lah karangan milik teman Anda itu!!
Tokoh Urutan Peristiwa Hubungan Kausatif (sebab-akibat)
Kami (penulis)
Kami menuju Bromo, dengan menyewa sebuah angkutan umum. Udara masih sangat dingin, apalagi pada musim kemarau seperti saat ini.
Tampak para pemilik kuda sewaan berjajar menunggu penumpang sambil berdiang di perapian. Mereka bersarung dan memakai penutup kepala. Mereka orang-orang dari komunitas Suku Tengger.
Kami berjalan melewati jalan agak menurun untuk sampai di lautan pasir Bromo.
Berjalan di hamparan pasir dalam suasana remang pagi sangat mengasyikkan.
Sambil berjalan tidak henti-hentinya kami mengagumi kebesaran Tuhan
Kekaguman kami bertambah bahwa ketika keadaan mulai terang, tampak di sisi kanan menjulang Gunung Batok, dan di tenggara tampak Gunung Semeru yang gagah. Matahari belum muncul ketika kami sampai di
pinggiran kawah setelah menaiki tangga yang cukup tinggi.
Kami menunggu sunrise di pinggiran kawah sebagai menu wisata Bromo yang syahdu. TABEL A
TABEL B
Tokoh Urutan Peristiwa
1. Aku (Anjing)
2. Tuan Konglo
3. Ny. Konglo
4. Bibi Tinti.
1. Aku berbicara dengan dirinya sendiri.
2. ... ... 3. ... ... 4. ... ...
Aku tidak mengutuk ibunya atau bapaknya, tetapi dia merasa beruntung telah menjadi piaraan Tuan Konglo.
... ... ... ... ... ...
Hubungan Kausatif (sebab-akibat)