• Tidak ada hasil yang ditemukan

Membangun Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI)

Dalam dokumen Booklet Perbankan Indonesia 2009 (Halaman 41-46)

Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) merupakan arah strategis pengembangan sistem keuangan Indonesia yang dilaksanakan secara bertahap, menyeluruh dan dalam jangka menengah-panjang. ASKI disusun dengan kerangka dasar yang mencerminkan sistem keuangan Indonesia yang terdiri dari berbagai sub-sektor keuangan yang saling terkait yang ditopang oleh enam pilar menuju ke arah pencapaian visi dan misi ASKI.

Struktur Perbankan Sesuai Visi API (Rp triliun) Bank Internasional 50 10 0,1 Bank Nasional Bank fokus :

Daerah Korporasi Ritel Lainnya

BPR Permodalan

(tier 1)

Skala Bank Total Aset Modal Proyeksi (Rp) (Rp) 10-15 thn

(jumlah bank)

Internasional 1.000 Triliun > 50 Triliun 2 √ 3 bank

Nasional 200 Triliun 10 √ 50 Triliun 3 √ 5 bank

Fokus : - 100 Miliar √ 30 √ 50 bank

- Daerah 10 Triliun

- Korporasi - Ritel - Lainnya

Gambar 1

Kerangka Dasar Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia

Visi ASKI Visi ASKI Visi ASKI Visi ASKI

Visi ASKI adalah sistem keuangan Indonesia yang berfungsi secara efisien, aman, sehat, stabil, memiliki ketahanan kuat yang berperan optimal dalam meningkatkan kemakmuran masyarakat Indonesia. Sedangkan,

misi ASKI misi ASKI misi ASKI misi ASKI

misi ASKI adalah mewujudkan tatanan sistem keuangan Indonesia di masa depan melalui penguatan fundamental dan stabilitas sektor keuangan dengan memperhatikan pengembangan yang bersinergi antar sub sektor dalam sistem keuangan.

ASKI membagi sistem keuangan ke dalam beberapa sub sektor yang akan dikembangkan hingga tahun 2025 yang meliputi perbankan, pasar modal, pasar uang, dana pensiun, perasuransian, lembaga pembiayaan, jasa gadai dan lembaga keuangan mikro. Untuk menuju ke arah pencapaian visi dan pelaksanaan misi ASKI, seluruh sub sektor keuangan tersebut ditopang oleh enam pilar utama ASKI. Keenam pilar utama ASKI tersebut dirumuskan sebagai berikut:

Pilar 1 Pilar 1 Pilar 1 Pilar 1

Pilar 1. Sumber Daya Manusia Pilar 2

Pilar 2 Pilar 2 Pilar 2

Pilar 2. Tata Kelola dan Manajemen Risiko Pilar 3

Pilar 3 Pilar 3 Pilar 3

Pilar 3. Sistem Informasi dan Infrastruktur Pilar 4

Pilar 4 Pilar 4 Pilar 4

Pilar 4. Institusi dan Struktur Pasar

- Perdagangan Restoran dan Hotel - Manufaktur - Perumahan - Jasa-jasa dunia usaha - Pertanian, Perburuan dan sarana pertanian - Pengangkutan, pergudangan - Komunikasi - Konstruksi - Jasa-jasa sosial masyarakat - Pertambangan - Listrik, gas dan air - Lain-lain Sumber Daya

Manusia Tata Kelola dan Manajemen Risiko Sistem Informasi dan Infrastruktur Institusi dan Struktur Pasar Pengaturan dan Pengawasan Bank Pasar Keuangan: 1.Pasar Modal 2.Pasar Uang

Lembaga Keuangan Non Bank : 1. Asuransi

2. Dana Pensiun 3. Lembaga Pembiayaan 4. Usaha Jasa Gadai 5. Lembaga Keuangan Mikro

SEKTOR RIIL Sistem keuangan Indonesia yang berfungsi

secara efisien, aman, sehat, stabil, memiliki ketahanan kuat yang berperan optimal dalam

peningkatan kemakmuran masyarakat Indonesia

- Sistem Moneter dan Fiskal yang Stabil - Lingkungan Politik, Sosial, Hukum dan Keamanan yang kondusif

Perlindungan dan Pemberdayaan

Investor dan Konsumen

Pilar 5 Pilar 5Pilar 5 Pilar 5

Pilar 5. Pengaturan dan Pengawasan Pilar 6

Pilar 6Pilar 6 Pilar 6

Pilar 6. Perlindungan dan Pemberdayaan Investor dan Konsumen

Kerangka pengembangan ASKI diarahkan pada pengembangan sektor riil yang mendorong pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia melalui implementasi enam pilar ASKI pada masing-masing sub sektor sistem keuangan (Gambar 2). Untuk memudahkan indikator pencapaian yang disertai dengan evaluasi penyempurnaan implementasi ASKI, maka sasaran dan strategi implementasi program ASKI dibagi menjadi dua tahapan yaitu (Gambar 3):

Tahap I Tahap I Tahap I Tahap I

Tahap I dimulai dari tahun 2008 sampai dengan 2015 yaitu pembentukan Asean Economic Community (AEC). Tahap II

Tahap II Tahap II Tahap II

Tahap II dimulai dari tahun 2016 sampai dengan 2025. Hal ini sejalan dengan visi Indonesia 2025 yang telah dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia. Lebih jauh lagi, dalam mencapai visi ASKI masing-masing sub sektor keuangan akan mengembangkan strategi implementasi masing-masing untuk tiap tahapan pengembangan.

Gambar 2 Arah Pengembangan ASKI

- Indonesia menjadi pusat Pasar keuangan dan investasi di ASIA - Akses kepada jasa

keuangan : luas dan merata

- Perbankan : sehat, kuat dan efisien - Pasar Modal : Lebih

efisien, deep. - Asuransi dan Dana

Pensiun : penetrasi yang lebih tinggi - Infrastruktur Keuangan :

lengkap dan kuat - Financial System

Continuity Planning

- Regulasi dan pengawasan : efektif dan efisien

Kondisi yang akan dicapai Kondisi Saat Ini

TAHAP II (2016-2025) TAHAP I (2008-2015) Pilar I 6 Pilar ASKI 2 Tahap Pengembangan ASKI - Makroekonomi : stabil, namun masih rapuh - Perbankan : Konsolidasi -Pasar Modal : inefisien, -Asuransi dan Dana

Pensiun : Penetrasi Rendah - Infrastruktur sistem

keuangan : belum mencukupi -Akses ke pada Jasa

Keuangan bagi rakyat miskin dan usaha mikro : rendah dan tidak merata

- Kualitas regulasi dan pengawasan : Perlu ditingkatkan -Hambatan investasi dan

bisnis : Tinggi Pilar II Pilar III Pilar IV Pilar V Pilar VI

Gambar 3

Tahapan dan Fokus Pengembangan Sistem Keuangan Indonesia

Antisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadap Antisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadap Antisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadap Antisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadap Antisipasi Menghadapi Gangguan Besar terhadap Kelangsungan Sistem Keuangan

Kelangsungan Sistem KeuanganKelangsungan Sistem Keuangan Kelangsungan Sistem Keuangan

Kelangsungan Sistem Keuangan (((((Financial System ContinuityFinancial System ContinuityFinancial System ContinuityFinancial System ContinuityFinancial System Continuity Planning

PlanningPlanning Planning Planning)))))

Krisis keuangan tidak saja dipengaruhi oleh risiko keuangan (financial risk), akan tetapi juga bisa dipengaruhi oleh risiko dari berbagai gangguan besar yang berasal dari sumber-sumber non keuangan (non financial risk). Antisipasi untuk mengatasi krisis pada tatanan sistem keuangan tersebut, sering dinamakan Financial System Continuity PlanningFinancial System Continuity PlanningFinancial System Continuity PlanningFinancial System Continuity PlanningFinancial System Continuity Planning (FSCP)

(FSCP) (FSCP) (FSCP)

(FSCP) atau dapat juga diistilahkan dengan CrisisCrisisCrisisCrisisCrisis Management Protocol (CMP)

Management Protocol (CMP)Management Protocol (CMP) Management Protocol (CMP)

Management Protocol (CMP) dalam arti yang luas. Crisis Management Protocol (CMP) adalah suatu kerangka yang dibuat untuk meminimalisasi dampak dari financial distress (MAS, 2003). CMP juga diartikan sebagai suatu rencana untuk menjaga stabilitas sistem keuangan, dengan cepat dan biaya yang efektif (PWC). Ruang lingkup CMP meliputi operational disruptions, market disruption, financial infrastructure disruption dan financial institutions disruption (Gambar 4). Saat ini sedang disiapkan CMP di masing-masing sub sektor keuangan termasuk di tingkat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam rangka pencegahan dan

Pengembangan lebih lanjut berdasarkan hasil di tahap II Implementasi rekomendasi

-rekomendasi per sub sektor ASKI untuk pembenahan Gap yang ada pada sistemkeuangan

Fokus :

Pendalaman sektor keuangan melalui - Akselerasi implementasi Arsitektur - Perbankan Indonesia

- Peningkatan peran Lembaga Keuangan Non Bank dalam sistem keuangan, - Peningkatan sinergi LKNB, pasar modal

dengan perbankan, dan - Perluasan akses jasa keuangan.

- Pendalaman sektor keuangan, - Indonesia menjadi salah satu pusat

pasar keuangan dan investasi di Asia, - Pemerataan akses jasa keuangan

Fokus : Tahap II (2016-2025) Tahap I

penanganan krisis pada sistem keuangan. Otoritas keuangan terkait secara reguler akan melakukan stress test atau simulasi krisis terhadap CMP dan melakukan penyempurnaan dari waktu ke waktu sesuai dengan perkembangan pasar keuangan domestik dan global.

Gambar 4 Ruang Lingkup CMP Crisis Management Protocol/Simulation Operational Disruption Market Disruption Financial Infrastructure Disruptions Financial Institutions Disruptions

Ruang Lingkup Crisis Management Protocol

Terrorisme Penyakit Pandemik Bencana Alam Kebakaran Kegagalan sistem Cyber attack

Financial market crash Major default emiten Devaluasi mata uang Speculative bubble Gridlock Problem di RTGS Liquidity or settlement problems Power failure IT failure

Crisis resolution bank (JPSK- sdh ada) Bank insolvency (Sudah ada exit policy) NBFI insolvency Liquidity or settlement problems

Framework CMP di Indonesa meliputi CMP yang disusun oleh masing-masing otoritas keuangan (Bank Indonesia, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Departemen Keuangan). Masing-masing otoritas keuangan tersebut harus melakukan koordinasi dan menentukan siapa yang akan melakukan apa serta penunjukan PIC (person in charge). Sementara itu, landasan hukum bagi otoritas keuangan untuk melakukan pencegahan dan penanganan krisis diatur dalam Undang-Undang Jaring Pengaman Sistem Keuangan.

Koordinasi

Ruang lingkup Blue Print ASKI sangat luas serta melibatkan beberapa otoritas. Sehingga diperlukan dukungan, keterlibatan, kerjasama serta komitmen yang kuat, konkrit

dan berkelanjutan dari masing-masing otoritas yang terlibat dalam finalisasi serta implementasinya. Selain itu, peran dan dukungan dari policy maker level terhadap upaya finalisasi Blue Print ASKI perlu lebih ditingkatkan.

Dalam dokumen Booklet Perbankan Indonesia 2009 (Halaman 41-46)