• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA)

Dalam dokumen Booklet Perbankan Indonesia 2009 (Halaman 120-124)

Pilar 1. Minimum Capital Requirement

C. Ketentuan Kehati-hatian 1. Modal Inti Bank Umum

6. Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA)

Untuk menutup risiko kerugian penanaman dana, bank wajib membentuk PPA yang terdiri dari cadangan umum dan cadangan khusus.

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) Bank Umum Konvensional

Bank Umum konvensional wajib membentuk PPA terhadap Aktiva Produktif dan Aktiva Non Produktif. PPA untuk Aktiva Produktif berupa cadangan umum dan cadangan khusus, sementara untuk Aktiva Non Produktif hanya cadangan khusus. Besarnya cadangan umum ditetapkan paling kurang 1 % dari aktiva produktif yang memiliki kualitas lancar tidak termasuk SBI, SUN, dan AP yang dijamin agunan tunai. Besarnya cadangan khusus untuk Bank Umum ditetapkan minimal :

5 % dari Aktiva dengan kualitas Dalam Perhatian Khusus setelah dikurangi nilai agunan; dan

15% dari Aktiva dengan kualitas Kurang Lancar setelah dikurangi nilai agunan; dan

50% dari Aktiva dengan kualitas Diragukan setelah dikurangi nilai agunan; dan

100 % dari aktiva dengan kualitas macet setelah dikurangi nilai agunan.

Dalam hal agunan akan digunakan sebagai pengurang PPA, penilaian agunan paling kurang dilakukan oleh:

Penilai independen bagi aktiva produktif kepada debitur atau kelompok peminjam dengan jumlah > Rp 5 miliar;

Penilai intern bank bagi aktiva produktif kepada debitur atau kelompok peminjam dengan jumlah sampai dengan Rp 5 miliar.

Penilaian terhadap agunan dimaksud wajib dilakukan sejak awal pemberian aktiva produktif.

Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam perhitungan PPA terdiri dari :

Surat Berharga dan saham yang aktif diperdagangkan di bursa efek Indonesia atau memiliki peringkat investasi dan diikat secara gadai; Tanah, gedung, dan rumah tinggal yang diikat dengan hak tanggungan;

Pesawat udara atau kapal laut dengan ukuran diatas 20 meter kubik yang diikat dengan hipotek; Kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia; dan/atau

Resi gudang yang diikat dengan hak jaminan atas resi gudang.

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) Bank Syariah

Bank wajib membentuk PPA terhadap Aktiva produktif dan aktiva non produktif. PPA berupa cadangan umum dan cadangan khusus untuk aktiva produktif dan cadangan khusus untuk aktiva non produktif. Cadangan umum PPA untuk aktiva produktif ditetapkan sekurang-kurangnya sebesar 1% dari seluruh aktiva produktif yang

digolongkan lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia dan surat berharga dan/atau tagihan yang diterbitkan pemerintah berdasarkan prinsip syariah, serta bagian aktiva produktif yang dijamin dengan jaminan pemerintah dan agunan tunai. Besarnya cadangan khusus yang dibentuk ditetapkan sama dengan sebagaimana yang dipersyaratkan bagi Bank Umum. Kewajiban untuk membentuk PPA tidak berlaku bagi aktiva produktif untuk transaksi sewa berupa akad Ijarah atau transaksi sewa dengan perpindahan hal milik berupa akad Ijarah Muntahiyah bit Tamlik. Bank wajib membentuk penyusutan/amortisasi untuk transaksi sewa.

Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan PPA terdiri dari :

Agunan tunai berupa giro, tabungan, setoran jaminan dan/atau emas yang diblokir dengan disertai surat kuasa pencairan;

Jaminan Pemerintah Indonesia sesuai dengan peraturan perundangan-undangan yang berlaku; Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) dan/atau surat berharga dan/atau tagihan yang diterbitkan pemerintah;

Surat berharga syariah yang memiliki peringkat investasi dan aktif diperdagangkan di pasar modal; Tanah, gedung, rumah tinggal, pesawat udara dan kapal laut dengan ukuran di atas 20 m3.

Kendaraan bermotor dan persediaan yang diikat secara fidusia;

Mesin yang dianggap sebagai satu kesatuan dengan tanah dan diikat dengan hak tanggungan; Resi gudang yang diikat dengan hak jaminan atas resi gudang.

Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) BPR Konvensional

PPAP khusus. PPAP umum ditetapkan paling kurang sebesar 0,5% dari Aktiva Produktif yang memiliki kualitas Lancar, tidak termasuk Sertifikat Bank Indonesia. PPAP khusus ditetapkan paling kurang sebesar:

10% dari Aktiva Produktif dengan kualitas Kurang Lancar setelah dikurangi dengan nilai agunan; 50% dari Aktiva Produktif dengan kualitas Diragukan setelah dikurangi dengan nilai agunan; dan 100% dari Aktiva Produktif dengan kualitas Macet setelah dikurangi dengan nilai agunan.

Nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai faktor pengurang dalam pembentukan PPAP ditetapkan sebesar :

100% dari agunan yang bersifat likuid, berupa Sertifikat Bank Indonesia, tabungan dan deposito yang diblokir pada bank yang bersangkutan disertai dengan surat kuasa pencairan, emas dan logam mulia;

80% dari nilai hak tanggungan untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB) yang diikat dengan hal tanggungan;

60% dari nilai jual obyek pajak untuk agunan berupa tanah, bangunan dan rumah bersertifikat hak milik (SHM) atau hak guna bangunan (SHGB), hak pakai tanpa hak tanggungan;

50% dari nilai jual obyek pajak untuk agunan berupa tanah dengan bukti kepemilikan berupa Surat Girik (Letter C) yang dilampiri surat pemberitahuan pajak terhutang (SPPT) terakhir; dan

50% dari nilai pasar untuk agunan berupa kendaraan bermotor yang disertai bukti kepemilikan dan diikat sesuai ketentuan yang berlaku.

Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) BPR Syariah

BPRS wajib membentuk PPA terhadap Aktiva produktif dan aktiva non produktif. PPA berupa cadangan umum

dan cadangan khusus untuk aktiva produktif dan cadangan khusus untuk aktiva non produktif. Besarnya cadangan umum pada BPRS sekurang-kurangnya sebesar 0,5% dari seluruh aktiva produktif yang digolongkan Lancar, tidak termasuk Sertifikat Wadiah Bank Indonesia. Ketentuan mengenai besarnya cadangan khusus pada BPRS ditetapkan sama dengan ketentuan besarnya cadangan khusus pada BPR Konvensional. Kewajiban untuk membentuk PPAP tidak berlaku bagi aktiva produktif berupa Ijarah atau ijarah muntahiyah bit tamlik, tetapi BPRS wajib membentuk penyusutan/amortisasi untuk ijarah atau ijarah muntahiyah bit tamlik. Agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPAP terdiri dari :

Tabungan Wadiah, tabungan dan atau deposito Mudharabah dan setoran jaminan dalam mata uang rupiah yang diblokir disertai dengan surat kuasa pencairan;

Sertifikat Wadiah Bank Indonesia yang telah dilakukan pengikatan secara gadai;

Tanah, gedung, dan rumah tinggal yang telah dilakukan pengikatan sesuai ketentuan berlaku; Kendaraan bermotor dan persediaan yang telah dilakukan pengikatan sesuai ketentuan yang berlaku.

Dalam dokumen Booklet Perbankan Indonesia 2009 (Halaman 120-124)