• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memilih Bentuk dan Model Aliansi

Dalam dokumen PERENCANAAN ALIANSI STRATEGI MELALUI ANA (Halaman 85-92)

NTP – NECSA Africa

D. Memilih Bentuk dan Model Aliansi

Dari hasil analisis SWOT diatas, penulis mengkombinasikan dengan strategi aliansi untuk mengetahui model dan bentuk aliansi yang paling sesuai dengan hasil analisis diatas, nilai yang ada dalam kuadran tersebut diambil penulis dari skor EFE (2.45) dan skor IFE (3.25), berikut bentuk dan model aliansi yang dianggap paling sesuai bagi PT Batan Teknologi (Persero) adalah:

Gambar 4.2

Analisis Usaha Aliansi dengan SWOT

85

Berdasarkan SWOT Matrik diatas, posisi dari produk radioisotop dan radiofarmaka PT Batan Teknologi (Persero) berada pada kwadran “Complimentary Alliances”yang berarti perusahaan dapat mengambil peluang – peluang pasar dengan mengkombinasikan keunggulan atau kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan dengan aktiva-aktiva dari perusahaan yang menjadi mitra dengan cara saling melengkapi untuk menciptakan nilai baru. Dalam hal ini PT Batan Teknologi (Persero) menghadapi peluang yang besar, tetapi dilain pihak menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Bentuk aliansi stratejik international berdasarkan Business International Harvard (Kuncoro, 2006:172), PT Batan Teknologi (Persero) sebaiknya membentuk model aliansi Functional Spesific Competitive Alliances” atau lebih tepatnya adalah membentuk kerjasama operasi (Joint of Operations) dimana badan hukum perusahaan tidak terpisah dari perusahaan induknya, dan kerjasama hanya terbatas pada satu atau sejumlah fungsi tertentu. Berdasarkan hasil telaah dokumen dan wawancara yang dilakukan oleh penulis, maka bentuk bisnis aliansi yang sesuai dengan kondisi PT Batan Teknologi (Persero) adalah sebagai berikut:

a) Kerjasama Dalam Riset Untuk Pengembangan Produk.

Kerjasama dengan mitra dalam hal pengembangan produk dapat membantu PT Batan Teknologi (Persero) untuk menambahkan jumlah, jenis atau ragam produk yang telah dimiliki oleh perusahaan. Namun Sejak tahun 1996 berdasarkan informasi dari key informant “Manajer produksi bahwa PT Batan

Teknologi (Persero) selama ini belum pernah melakukan pengembangan produk yang disebabkan karena kendala keuangan perusahaan yang belum memadai untuk melakukan riset dan pelatihan bagi karyawanya”. Dalam hal ini penulis juga menemukan bahwa jenis dari produk radioisotop dan radiofarmaka tidak diperjual belikan kembali kepada konsumen diantaranya yaitu MDP, DTPA, I-125, I-131 Injeksi, P-32, Co-60, Cs-137 dan ST Ir-192 dengan semakin mengecilnya jenis produk yang tersedia bagi konsumen dan tidak adanya permintaan pembelian dari konsumen yang ditunjukan pada tahun 2010 - 2012.

b) Kerjasama Melakukan Persetujuan Disribusi Silang

Kerjasama melakukan persetujuan distribusi silang dengan mitra aliansi ini

dapat dilakukan oleh PT Batan Teknologi (Persero) mengingat

ketergantungan perusahaan terhadap jadwal operasi Reaktor GA. Siwabessy– Batan sebagai sumber utama untuk melakukan iradiasi bahan baku radioisotop menjadi bahan setengah jadi. Ketergantungan dengan Reaktor GA. Siwabessy

– Batan ini menjadi sebuah permasalahan tersendiri bagi PT Batan Teknologi (Persero) karena dapat menyebabkan gagalnya pengiriman ataupun tidak terpenuhinya aktifitas produk kepada konsumen. Hal ini disebabkan karena jadwal operasi reaktor yang diberikan secara umum tidak mencapai 52 (lima puluh dua) minggu dalam satu tahun, rata-rata jadwal operasi reaktor GA Siwabessy hanya 36 (tiga puluh enam) minggu sampai dengan 40 (empat

87

puluh) minggu dalam satu tahun itu pun masih diluar jadwal apabila reaktor dalam kondisi unwanted shutdown. Dari hasil wawancara dengan “Manajer Produksi dan Manajer Pemasaran jika reaktor GA Siwabessy tidak beroperasi (shut down) atau berhenti di luar jadwal yang ditetapkan (unwanted shutdown), maka PT Batan Teknologi (Persero) melakukan impor (back up supply) dari NTP – Necsa Afrika dengan harga yang jauh lebih mahal dari harga PT Batan Teknologi (Persero) seperti yang diungkapkan juga oleh Pelaksana Penjualan PT Batan Teknologi (Persero). Hal ini perusahaan lakukan mau tidak mau karena mengingat kebutuhan rumah sakit akan produk tersebut sangat tinggi. Dengan kerjasama distribusi silang dengan mitra perusahaan lain diharapkan PT Batan Teknologi (Persero) dapat saling melengkapi, “bahwa setiap reaktor pasti akan melakukan maintenance dalam kurun waktu satu tahun dan pihak lain juga membutuhkan produk yang sama dengan produk pesaingnya untuk memenuhi pasar yang berbeda guna menjaga konsistensi pemenuhan produk untuk pasar international dan pasar lokal seperti yang diungkapkan oleh staff ahli pemasaran”.

c) Kerjasama Perizinan Silang.

Kerjasama dengan mitra aliansi dalam perizinan silang juga dapat membantu PT Batan Teknologi (Persero) untuk menciptakan standar global untuk sebuah teknologi tertentu, dalam hal ini PT Batan Teknologi dapat menjalin kerjasama dengan mitra perusahaan yang sudah meiliki perizinan international

untuk pembangunan fasilitas CPOB (cara pembuatan obat yang benar) sehingga PT Batan Teknologi (Persero) dapat menambah penjualan Generator Tc-99m dengan sertifikat GMP (Good Manucfacturing Product) kepada negara-negara maju di dunia yang telah diakui oleh international untuk semua bentuk farmasi yang penggunaannya langsung kepada tubuh pasien.

d) Kerjasama Kegiatan Promosi dan Pemasaran

Kerjasama kegiatan promosi dan pemasaran dapat dilakukan oleh PT Batan Teknologi (persero) dengan mitra perusahaan lain yang telah memiliki reputasi baik dengan pelanggan untuk membangun jaringan, sarana informasi dan pengenalan produk kepada dunia luar tentang produk radioisotop dan radiofarmaka serta memperkenalkan kepada perusahaan farmasi lainnya sebagai sarana promosi mengingat kegiatan promosi dan pemasaran yang ada di PT Batan Teknologi (persero) tidak berjalan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh Manajer keuangan bahwa tidak berjalannya kegiatan promosi dan pemasaran bukan disebabkan karena kendala keuangan perusahaan namun seringkali disebabkan karena sering kalinya tidak tepat sasaran, sehingga dianggap sia-sia dan kurangnya tenaga pemasaran yang kompetensi dan berpengalaman dalam hal tersebut”.

e) Kerjasama Penawaran (Joint Bidding)

Kerjasama penawaran kepada pihak konsumen dapat dilakukan PT Batan Teknologi (Persero) dengan perusahaan mitra dengan menggabungkan

89

kekuatan dan potensial yang dimiliki oleh masing-masing pihak dengan membagi beban tugas. Seperti yang telah diketahui oleh penulis bahwa indikator penjualan produk radioisotop dan radiofarmaka tidak hanya sebatas pada produk saja, melainkan ada beban lain yang harus dibayarkan secara langsung oleh PT Batan Teknologi (Persero) kepada pihak ketiga yakni

supplier dan airlines (maskapai penerbangan) untuk setiap kegiatan pengiriman produk radioisotop dan radiofarmaka, diantaranya yaitu biaya kontainer dengan spesifikasi harga sebagai berikut:

Tabel 4.8

Daftar Biaya Kontener Produk Radioisotop dan Radiofarmaka Jenis Kontener Berat Kontener (Kg) Jenis Produk Aktivitas Maksimum Harga Kontener Sertifikat Validasi Type A Non terunable container 5 Mo-99, 131 Bulk, I-131 Oral dan I-131 Kapsul.

50 – 100 mCi US$ 50 Belum

tervalidasi

7 150 – 200mCi US$ 80

12 250- 300mCi US$ 100

21 1Ci – 3Ci US$ 180 RI/033/A-96

26 3,1Ci – 6Ci US$ 225 RI/034/A-96

50 6,1Ci – 10Ci US$ 450 RI/051/A-96

Type B (U) Returnable Container 120 10,1 – 50Ci US$ 0 RI/039/B(U)-96

Selain biaya kontainer yang disebutkan diatas oleh PT Batan Teknologi (Persero) juga terbebani biaya pengiriman (freight charge) langsung kepada konsumen dengan perincian sebagai berikut:

Tabel 4.9

Biaya Freight Cost Produk Radioisotop dan Radiofarmaka Jenis

Kontener

Berat Kontener

(Kg)

Negara Tujuan Biaya Pengiriman Keterangan Type A Non terunable container 5 Vietnam, Bangladesh, Vietnam, Malaysia, India, Turki, Jepang

US$ 1,500 Dengan rata-rata berat 100Kg ke atas. 7 12 21 26 50 Type B (U) Returnable Container

120 China dan Jepang US$ 1,500

Dengan rata-rata berat 120Kg ke atas.

Sumber : Data Pemasaran tahun 2012 PT Batan Teknologi (data dikelola)

Dari daftar tabel yang disampaikan oleh penulis, PT Batan Teknologi (Persero) dapat melakukan aliansi dengan mitra usahanya untuk membagi beban tersebut dengan tujuan biaya pembuatan kontener dan biaya pengiriman tidak menjadi beban langsung perusahaan sehingga joint bidding dapat dilakukan.

91

Dalam dokumen PERENCANAAN ALIANSI STRATEGI MELALUI ANA (Halaman 85-92)

Dokumen terkait