• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI AL-SUYUTI

B. Klasifikasi Riwayat-Riwayat yang digunakan al-Suyūṭī

3. Tidak Mencantumkan Riwayat

Pada poin ini penulis menemukan bahwasanya al-Suyūṭī tidak mencantumkan sumber riwayat di kitab al-Itqān melainkan mencantumkannya di kitab lain. Ada dua ayat yang demikian, yang pertama pada surah al-Baqarah ayat 115 dan surah yang sama namun pada ayat 158.

Pada surat al-Baqarah ayat 155 yang berbunyi :

ٌمْيِلَع ٌعِساَو َّٰللّا َّنِا ۗ ِّٰللّا ُوْجَو َّمَثَ ف اْوُّلَوُ ت اَمَنْ يَاَف ُبِرْغَمْلاَو ُقِرْشَمْلا ِِّٰللَّو

١١١

Artinya: Dan milik Allah timur dan barat. Kemanapun kamu menghadap disanalah wajah Allah. Sungguh, Allah Maha luas, Maha Mengetahui (Qs. al-Baqarah/ 2: 115)

64

Al-Suyūṭī memberikan penjelasan mengenai kekhawatirannya terhadap kaum muslimin dalam memahami arah kiblat shalat. Karena jika hanya memahami dari teks nya saja khawatir kaum muslimin akan memakai dalil ayat ini untuk tidak menghadap kiblat dalam shalat. Oleh karena itu untuk memberikan penjelasan terkait teks tersebut al-Suyūṭī memberikan penjelasan dengan mengutip kepada Imam Muslim, al-Tirmidzi dan al-Nasa‟i dari Ibn Umar berkata “Bahwasanya Nabi Muhammad „bertahawwu‟ (Sunnah) di atas tunggangannya kemana pun tunggangannya menuju, dan ia dari Makkah menuju Madinah, kemudian Ibn Umar membaca Firman Allah SWT, “Dan kepunyaan Allah-lah timur

dan barat,” kemudian berkata bahwa dalam perkara inilah ayat ini turun.23 Al-Suyūṭī juga mengambil riwayat dari al-Hakim dari Ibn Umar, yang berkata bahwasanya Diturunkannya ayat yang berbunyi, “Maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah” agar engkau shalat „tahawwu‟ kemanapun tungganganmu menuju” dan al-Hakim berkaca hadis ini shahih atas syarat Muslim.24

Dalam riwayat lain pun dijelaskan seperti riwayat oleh Ibn Jarir dan Ibn Abi Hatim dari jalur Ali Ibn Abi Thalhah dari Ibn Abbas ra. Bahwasanya Rasulullah ketika berhijrah menuju Madinah, Allah Swt memberikan perintah kepada Nabi untuk menghadap ke Baitul Maqdis, maka orang-orang Yahudi merasa senang, dan Nabi menghadap ke Baitul Maqdis selama sepuluh bulan lebih, dan Rasulullah sangat mencintai kiblat Nabi Ibrahim (Ka‟bah), dan Nabi selalu berdoa dan mengarahkan pandangannya ke langit, maka Allah menurunkan ayat, “Maka palingkanlah wajahmu ke arahnya (Ka‟bah), maka orang-orang yahudi

23 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya ayat al-Qur‟an, Terj. (Jakarta: Pustaka al-Kautsar 2014), 27.

24 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya ayat al-Qur‟an, Terj.28

65 terheran-heran dan berkata, “Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka berkiblah kepadanya?”, maka Allah menurunkan ayatNya, “Katakanlah: “Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat” dan Allah berfirman, “Maka kemanapun kamu menghadap disitulah wajah Allah.” Sanad dari hadis ini kuat dan dijadikan sandaran.25

Selanjutnya riwayat yang tidak dicantumkan oleh al-Suyūṭī dalam kitab al-Itqān adalah pada penjelasan ayat yang dianggap musykil pada surah al-Baqarah ayat 158 yang berbunyi:

َتْعا ِوَا َتْيَ بْلا َّجَح ْنَمَف ۚ ِّٰللّا ِرِٕىّٰۤاَعَش ْنِم َةَوْرَمْلاَو اَفَّصلا َّنِا

َفَّوَّطَّي ْنَا ِوْيَلَع َحاَنُج َلََف َرَم

ٌمْيِلَع ٌرِكاَش َّٰللّا َّنِاَف ٍۙاًرْ يَخ َعَّوَطَت ْنَمَو ۗ اَمِِبِ

)

١١١

(

Artinya: Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syi„ar (agama) Allah. Maka barangsiapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sa„i antara keduanya. Dan barangsiapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui. (Qs. al-Baqarah/ 2: 158).

Dalam menjelaskan ayat yang dianggap musykil di atas penulis menemukan bahwa al-Suyūṭī memberikan penjelasan dengan menggunakan beberapa riwayat seperti riwayat oleh Bukhari, Muslim dan lainnya dari Urwah berkata: aku berkata kepada Aisyah “Apakah engkau telah melihat firman Allah, „sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari Syiar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah Haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan Sa‟i antara keduanya” maka tidak mengapa bagi seorang pun untuk tidak melakukan thawaf (Sa‟i) diantara keduanya. Aisyah berkata, “Sungguh salah yang engkau katakan wahai anak saudariku, sesungguhnya jika ayat

25 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya ayat al-Qur‟an, Terj. 28

66

itu seperti yang engkau tafsiran, maka tidak mengapa untuk tidak melaksanakan thawaf (Sa‟i) antara keduanya. Akan tetapi, ayat tersebut turun karena orang-orang Anṣar sebelum masuk ke dalam Islam mereka bertahlil kepada patung tersebut tidak ingin berṭawaf antara Safa dan Marwah, kemudian mereka menanyakan hal ini kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah sesungguhnya kami dahulu pada zaman Jahiliah merasa enggan untuk bertawaf antara Safa dan Marwah”, maka Allah menurunkan Firman-Nya, “Sesungguhnya Safa dan Marwah adalah

sebagian dari syiar Allah” hingga firman-Nya “maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa‟i antara keduanya”. Diriwayatkan juga oleh

al-Bukhari dari Ashim bin Sulaiman berkata, “aku bertanya kepada Anas tentang Safa dan Marwah, Anas berkata dahulu kami menyangka bahwasanya kedua tempat tersebut adalah perkara jahiliyah, dan ketika Islam datang kami tidak mendekati kedua tempat tersebut, maka Allah menurunkan firmanNya “sesungguhnya Safa dan Marwah adalah sebagian dari Syiar Allah”.26

Kemudian diriwayatkan oleh al-Hakim dari Ibn Abbas ra berkata, “Dahulu pada zaman jahiliyah, para setan bernyanyi sepanjang malam di antara Shafa dan Marwah, diantara keduanya terdapat berhala-berhala yang disembah oleh orang Musyrik, ketika Islam datang, orang-orang Islam berkata kepada Rasulullah Saw, “Wahai Rasulullah! Kami tidak ingin melakukan sa‟i antara shafa dan Marwah karena sesungguhnya hal itu adalah kebiasaan kami pada zaman jahiliyyah, maka Allah menurunkan ayat ini”27

26 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya ayat al-Qur‟an, Terj. 38-39

27 Imam As-Suyuthi, Asbabun Nuzul: Sebab-sebab Turunnya ayat al-Qur‟an, Terj.39.

67

BAB V PENUTUP

A. Penutup

Pada bab ini merupakan penutup dari tulisan skripsi ini,isi dari bab ini adalah temuan dan jawaban penulis atas rumusan masalah yang sudah penulis dicantumkan pada bab 1. Dalam temuannya penulis menemukan bahwa membaca al-Qur‟an itu tidak bisa hanya satu ayat saja, karena dikhawatirkan akan terjerumus nantinya. Lalu Temuan yang kedua bahwa Tidak semua sahabat itu memahami asbāb al-Nuzū seperti Marwan Ibn Hakam, Utsman Ibn Ma‟zun, Amr bin Ma‟dikarib dll.

Kesimpulan dari penelitian ini bahwa kontribusi al-Suyūṭī dalam memberikan penjelasan mengenai ayat yang dianggap musykil adalah yang pertama al-Suyuti memberikan penjelasan terkait ayat yang dianggap musykil oleh sebagian sahabat dengan menggunakan pendekatan riwayat (Hadis), adapun riwayat yang digunakan dalam setiap ayatnya sangatlah beragam, ada yang mencantumkan banyak riwayat seperti pada penjelasan ayat pada surah al-Maidah riwayat yang dicantumkannya adalah dari musnad Imam Ahmad, al-Nasa‟i, al-Tirmidzi dan al-Hakim. Ada juga yang sedikit menggunakan riwayat seperti pada penjelasan surah al-Imran ayat 182 dimana al-Suyūṭī menggunakan penjelasan dari Bukhari dan Muslim saja, penjelasan surah al-Talaq ayat 4 al-Suyūṭī menggunakan penjelasan dari al-Hakim saja, namun ada juga penjelasan ayat yang mana al-Suyūṭī tidak mencantumkan sumber riwayat dari kitab al-Itqān, seperti pada penjelasan surah al-Baqarah ayat 115 dan 158.

68

B. Saran

Dalam skripsi ini penulis hanya membahas mengenai cara al-Suyūṭī dalam menjelaskan ayat-ayat musykil yang ada di dalam al-Qur‟an (telaah asbāb al-nuzūl dalam kitab al-Itqān karya imam al-suyūṭī). Sementara itu data terkait kitab al-Itqān disini sangatlah banyak sehingga bisa kemudian diteliti lebih lanjut. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih bisa dikaji dan diteliti lebih dalam lagi oleh penulis selanjutnya guna mencapai hasil yang sempurna.

69

Daftar Pustaka

Aly, M. Rifai, Asbāb al-Nuzūl Dalam Perspektif Ibnu Katsir (Seputar Ayat

Khamr Dan Ayar Bencana Alam) Tesis, Program Pascasarjana UIN

Raden Intan Lampung, 2019

Dewan Redaksi, Ensiklopedi Islam, jilid IV Jakarta: Ichtiar Baru, 1994. Dipl, Moh Zuhri, dkk, Tarjamah Sunan at-Tirmidzi Jilid 1, Semarang: CV.

As-Syifa, 1992.

Al-Dzahabi, Husein, Al-Tafsir wa Mufassirun Juz 1 Kairo: Dar al-Hadis, 2005.

Fatoni, Muhammad, “Penafsiran Kontekstual Ayat-ayat Tarbawi (Pendekatan Asbāb al-Nuzūl)”, Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol 07, No 01 (Juli 2019): 33-35.

Al-Hakim, Imam, al-Mustadrak terj. Ali Murtado, Jilid 5, Jakarta: Pustaka Azzam, 2010.

Hanbal, Ahmad Ibn Muhammad Ibn, terj. Muhyidin Mas Ridha dkk, Musnad Imam Ahmad, Cet.3 Jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2010. Mesra, Alimin, dkk, Ulumul Qur‟an, Jakarta: Pusat Studi Wanita UIN

Jakarta, 2005.

Al-Mudhor, Bey Arifin, Yunus Ali, Tarjamah Sunan Al-Nasā‟i Cet.I, Jilid 1, Semarang: CV. Asy-Syifa, 1992.

Munawir, “Arah Baru perkembangan Ulumul Qur‟an: Telaah Metodologis Ilmu Asbāb al-Nuzūl”, Jurnal at-Tibyan: Jurnal Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir

Al-Nawawi, Imam, Syarh Shahih Muslim (Jakarta: Darussunnah),

Nazir, Muhammad, Metode Penulisan Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 2003. Al-Qattan, Manna Khalil, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur`an,Tj. Mudzakir Bogor:

Litera Antarnusa, 2007.

Rifa‟i, Ahmad Ghorib, Asbāb al-Nuzūl Dalam Tafsir Marāh Labīd

(Analisis Kualitas Riwayat Asbāb Nuzūl Terhadap Surat al-Baqarah ayat 1-141 dalam Tafsir Marāh Labīd Syekh Muhammad

70

Nawawi al-Bantani) Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Ponorogo,

2020.

Rohmah, Niswatur, “Studi Analisis Kaidah Asbāb al-Nuzūl: Kelebihan dan Kekurangannya” al-Tadabbur: Jurnal Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir , Vol 04, No 02 (November 2019): 172.

Rohmah, Siti Ngainnur, Penerapan Asbāb al-Nuzūl Dalam Perspektif

Muhammad „Ali Al-Sābūni dan Muhammad Quraish Shihab

Disertasi, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018.

Sahroni, Analisis al-Suyūṭī Terhadap Nama-nama Surah Dalam Al-Qur‟an Skripsi S1, Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Setiadi, Yudi, Asbāb al-Nuzūl Makalah Program Magister, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah jakarta, 2021.

Shiddieqy, M. Hasbi Ash, Ilmu-Ilmu al-Qur‟an: Media-media Pokok

dalam Menafsirkan al-Qur‟an, Jakarta: NV Bulan Bintang, 1972.

Shihab, M. Quraish, Membumikan al-Qur‟an: Fungsi dan Peran Wahyu

dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan, 1998

Suaidi, Pan, “Asbāb a-Nuzūl: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi” Jurnal Almufida, Vol 1, No.1 (Juli-Desember 2016): 110

Susfita, Nunung, “Asbāb al-Nuzūl al-Qur‟an Dalam Perspektif Mikro Dan Makro”, Jurnal Tasāmuḥ, Vol 13, No 1 (Desember 2015): 79-80 Suyuthi, Imam. Asbāb al-Nuzūl: Sebab-sebab Turunnya ayat al-Qur‟an,

ditahqiq Hamid Ahmad Thahir Basyuni Damanhur Pustaka al-Kautsar.

Suyuthi, Imam, Asbāb al-Nuzūl, Sebab-sebab Turunnya Ayat

Al-Qur‟an Jakarta: Al-Kautsar, 2014. Vii.

Suyūṭī, Imam, Al-Itqān Fī „Ulūm al-Qurān: Studi al-Qur‟an Komprehensif, Terj.Tim Editor Indiva, Cet.1, Solo: Indiva Pustaka, 2008.

Al-Suyūṭī, Jalāl al-Dīn abd al-Rahmān Ibn Abī Bakar al-Suyūṭī, Al-Itqān

71 Al-Suyūṭī, Jalaluddin, al-Asybah Wa al-Nadzair, Al-Qahirah: Maktabah

Tsaqafi, 2007.

Al-Suyūṭī, Jalāludīn, Al-Durr al-Mansūr fī al-Tafsīr bi al-Ma‟sūr Beirut: Dār al-Kutub al-„Ilmiyah, 2015.

Syibah, Muhammad Ibn Muhammad Abi, Al-Israiliyyat Wa Al-Maudu‟at

Fī Kutub Al-Tafsiīr (Kairo: Maktabah as-Sunnah, 1408), 124.

Tajudin, Ahmad, Asbāb al-Nuzūl Menurut Naṣr Hāmid Abū Zaid

(Semarang: Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo, 2015)

Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah al-Qur‟an Yogyakarta: FKBA, 2001.

Al-Utsaimin Syaikh Muhammad Ibn Shalih, Syarh Shahih al-Bukhari Jilid 10 Trj. Jakarta: darus sunnah.

Wahid, Ramli Abdul, Ulumūl Qur‟an Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1994.

Yunan, Muhammad, “Nuzūl al-Qur‟an dan Asbāb al-Nuzūl”, al-Mustasfa:

Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman dan Kemasyarakatan, Vol 2, No 1

(Juni 2020): 75-76.

Zahabi, Muhammad Husain al-, Al-Tafsir wa al-Mufassirun, Jilid I Cet. II; Mesir: Dar al-Kutub al-Hadisah, 1976.

Zahwa, Muhammad Abu, al-Hadis Wa al-Muhaddisun Riyadh: Idarah al-Buhus al-„Ilmiyah wa al-Ifta‟, 1984.

Zaid, Nasr Hamid Abu, Tekstualitas Qur;an: Kritik Terhadap Ulūm

al-Qur‟ān terj. Khoiron Nahdliyyin Yogyakarta: LkiS, 2001.

Zarqani, Muhammad Abdul Adzim al-Manāhil al-Urfān terj. Qodirun Nur & Ahmad Musyafiq, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.

Dokumen terkait