• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR TABEL

G. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelitian dan eksplorasi data penulis banyak menemukan literatur ataupun karya ilmiah yang membahas terkait perkembangan kajian al-Qur‟an di Indonesia. Penelusuran ini dilakukan untuk melihat konstelasi tulisan-tulisan tentang tema yang diangkat dan meletakan posisi skripsi ini di antara tulisan-tulisan yang pernah ada Adapun sebagai bahan perbandingan bagi penulisan dan untuk mendukung kevalidan dalam skripsi ini, maka, akan penulis sampaikan beberapa karya yang mungkin terkait dengan skripsi yang penulis bahas: Naṣr Hāmid Abū Zaid

Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Tajudin yang berjudul Asbāb

al-Nuzūl Menurut Naṣr Hāmid Abū Zaid pada tahun 2015. Skripsi ini

membahas pandangan Naṣr Hāmid Abū Zaid terhadap asbāb al-Nuzūl, dalam Penelitiannya, penulis skripsi ini menggunakan pendekatan hermeneutis dalam rangka membedah secara objektif pemikiran Naṣr Hāmid Abū Zaid yang berupaya merekonstruksi konsep asbāb al-Nuzūl yang pernah dibangun oleh ulama ulum al-Qur‟an. Dalam pandangan Nasr Hamid, konsep tentang Ulūm al-Qur‟ān mengenai asbāb al-Nuzūl dianggap belum mapan, dan belum bisa dikatakan memadai, karena mereka cenderung terjebak dengan metode tarjih yang dalam aplikasinya metode ini menyisakan beberapa problem serius, Untuk itu, Nasr Hamid menempatkan persoalan asbāb al-Nuzūl sebagai persoalan ijtihad, dan dalam menentukan asbāb al-Nuzūl melalui mekanisme analisis struktur teks dan analisis realitas yang membentuk teks tersebut.9

Penelitian Disertasi yang dilakukan oleh Siti Ngainur Rohmah yang berjudul Penerapan Asbāb al-Nuzūl Dalam Perspektif Muhammad „Ali

9 Ahmad Tajudin, (Asbāb al-Nuzūl Menurut Naṣr Hāmid Abū Zaid) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang, 2015)

7

Sābūni dan Muhammad Quraish Shihab pada tahun 2018. Penelitian ini

bersumber pada buku Ṣafwah al-Tāfāsir, Tafsir al-Miṣbāḥ, karya-karya Muhammad Ali al-Ṣābūnī dan karya karya Muhammad Quraish Shihab yang lain. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa asbāb al-Nuzūl berfungsi sangat penting dalam pengambilan hukum dari al-Qur‟an. Adanya keberagaman dalam aplikasi asbāb al-Nuzūl disebabkan pemahaman para mufassir mengenai ayat al-Qur‟an ada yang thawābit dan ada yang

mutaghaiyyirāt. Muhammad Quraish Shihab memahami ayat-ayat

al-Qur‟an ada yang thawābit dan ada yang mutaghaiyyirāt. Pengabaian terhadap aplikasi asbāb al-Nuzūl berakibat kerancuan dalam pemahaman al-Qur‟an dan pengambilan hukum. Hal ini terlihat dalam pembahasan isu-isu nikah beda agama, isu-isu-isu-isu pluralisme, isu-isu-isu-isu abrogasi agama-agama, isu-isu nikah mut‟ah, yang mana hal ini menyebabkan konflik pemikiran pada sebagian masyarakat Indonesia.10

Penelitian yang dilakukan oleh M.Rifai Aly pada tahun 2019. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa untuk menafsirkan ayat al-Qur‟an riwayat asbāb al-Nuzūl dalam tafsir Ibnu Kaṣir sebagai instrumen utama dan memiliki peran yang sangat signifikan dalam menafsirkan al-Qur‟an, sebagaimana terlihat jelas banyak sekali riwayat-riwayat dalam tafsir Ibnu Katsir. Pembahasan mengenai khamr dan bencana alam pada penelitian ini menyimpulkan bahwa proses turunnya ayat al-Quran tentang pengharaman khamr melalui beberapa tahap, pada tahap awal khamr dibolehkan, setelah melalui beberapa peristiwa (tahapan kejadian berdasarkan riwayat yang melatarbelakangi diharamkannya mengkonsumsi khamr), Islam memberitahukannya secara perlahan-lahan dengan terlebih dahulu memaparkan bahaya yang dikandung oleh khamr

10 Siti Ngainur Rohmah, (Penerapan Asbāb al-Nuzūl Dalam Perspektif Muhammad „Ali Al-Sābūni dan Muhammad Quraish Shihab) (Disertasi, Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018).

8

sampai pada hukum haram merupakan cermin pola dakwah Islam sangat bijaksana, kaitannya dengan tema ayat al-Qur‟an tentang bencana alam, bahwa kerusakan alam terjadi antara lain karena perbuatan tangan manusia sendiri.11

Tulisan Pan Suaidi tentang Asbāb al-Nuzūl Macam-Macam Redaksi

dan Urgensi dalam Jurnal almufida yang terbit pada tahun 2016, dalam

penelitian ini penulis menuturkan bahwa asbāb al-Nuzūl merupakan bahan sejarah yang dapat dipakai untuk memberikan keterangan terhadap turunnya ayat al-Qur‟an dan memberinya konteks dalam memahami perintah-perintahnya. Sudah tentu bahan-bahan ini hanya melingkupi peristiwa pada masa al-Qur‟an masih turun (ashr al-tanzil), dari segi jumlah sebab dan ayat yang turun, asbāb al-Nuzūl dapat dibagi kepada,

Ta‟addud al-Asbāb Wa al-Nazīl Wahid dan Ta‟addud al-naīil wa al-Asbāb wahid. Ungkapan-ungkapan atau redaksi yang digunakan oleh para

sahabat untuk menunjukkan turunnya al-Qur‟an tidak selamanya sama redaksi itu secara garis besar dikelompokkan dalam dua kategori yaitu jelas dan masih kemungkinan atau belum pasti. Asbāb al-Nuzūl mempunyai arti penting dalam menafsirkan al-Qur‟an. Seseorang tidak mencapai pengertian yang baik jika tidak memahami riwayat asbāb

al-Nuzūl suatu ayat, Pemahaman asbāb al-al-Nuzūl akan sangat membantu

dalam memahami konteks turunnya ayat, ini sangat penting untuk menerapkan ayat-ayat pada kasus dan kesempatan yang berbeda. Peluang terjadinya kekeliruan akan semakin besar jika mengabaikan riwayat asbāb

al-Nuzūl.12

11

M. Rifai Aly, Asbāb al-Nuzūl Dalam Perspektif Ibnu Katsir (Seputar Ayat Khamr Dan Ayar Bencana Alam) (Tesis, Program Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung, 2019)

12 Pan Suaidi, “Asbāb a-Nuzūl: Pengertian, Macam-Macam, Redaksi dan Urgensi” Jurnal Almufida, Vol 1, No.1 (Juli-Desember 2016): 110

9 Penelitian yang ditulis oleh Nunung Susfita pada tahun 2015, dalam penelitian ini penulis berkesimpulan bahwa asbāb al-Nuzūl ayat dalam kegiatan penafsiran al-Qur‟an sangatlah urgen, karena tanpa berpijak pada sejarah munculnya sebuah teks maka kita tidak memiliki kajian analisis yang bersifat objektif. Oleh karena itulah pentingnya nilai-nilai historis dapat dijadikan sebagai barometer untuk melacak sejarah masa lalu dan yang akan datang. Sangatlah dilematis jika kita hanya melakukan interpretasi dengan mengedepankan tekstualitas tanpa mau melihat konteks saat ini, karena al-Qur‟an bukanlah teks-teks yang bisu akan tetapi teks-teks yang tetap bisa bersifat elastis dalam menguak nilai-nilai fundamental Islam yang berdasarkan Qur‟ani esensialnya. Pengetahuan terhadap nilai-nilai sejarah masa lalu dapat dijadikan sebagai indikator tersendiri dalam mencari ide moral yang akan dijadikan sebagai tujuan yang substansial dalam kegiatan penafsiran, sehingga dengan begitu, penulis melihat bahwa perlu ada semacam kolaborasi reinterpretasi nash dalam kaitannya dengan konteks sejarah, sehingga hasil penafsiran ersebut tidak mengandung nilainalai ahistori terhadap pola penafsiran terhadap teks-teks al-Qur‟an khususnya.13

Penelitiannya Niswatur Rohmah yang berjudul Studi Analisis

Kaidah asbāb al-Nuzūl: Kelebihan dan Kekurangannya pada tahun 2019.

Dalam penelitiannya penulis ini berpendapat bahwa Pemahaman tentang

asbāb al-Nuzūl menduduki posisi fundamental dalam kajian al-Qur‟an, hal

ini dikarenakan urgensinya sebagai salah satu piranti vital dalam memahami ayat Qur‟an, untuk itu pengembangan kaidah asbāb

al-Nuzūl perlu untuk dilakukan, khususnya kaidah yang dijadikan minoritas

ulama yaitu al-„Ibrah bi „Umūm al-Lafzi lā bikhusūs al-Sabab yang

13 Nunung Susfita, “Asbāb al-Nuzūl al-Qur‟an Dalam Perspektif Mikro Dan Makro”, Jurnal Tasāmuḥ, Vol 13, No 1 (Desember 2015): 79-80

10

menekankan perlunya analogi. Cakupan analogi ini seharusnya dilakukan lebih luas lagi yang didasarkan pada konsep al-Maslahah al-Mursalah yang bisa mengantarkan pada kemudahan pemahaman agama sebagaimana halnya pada masa Rasulullah Saw dan para sahabat, sehingga pengertian asbāb al-Nuzūl dengan demikian dapat diperluas cakupannya kepada kondisi sosial pada masa turunnya al-Qur‟an dan pemahamannya pun dapat dikembangkan melalui kaidah yang pernah dicetuskan oleh para ulama terdahulu dengan mengembangkan pengertian qiyas.14

Penelitiannya Munawir dalam jurnal al-Tibyan yang berjudul Arah

Baru perkembangan Ulumul Qur‟an: Telaah Metodologis Ilmu Asbāb al-Nuzūl pada tahun 2020, dalam penelitiannya Munawir berkesimpulan

bahwa Ilmu asbāb al-Nuzūl, semula hanya sebatas ilmu yang mengkaji konteks sejarah khusus (mikro) turunnya sebuah ayat berbasis tuturan para sahabat, kemudian karena adanya anomali dan krisis terkait dengan problematika memahami, al-Qur‟ani berkembang menjadi sebuah ilmu yang mengkaji tentang konteks sejarah luas (makro) yang melingkupi turunnya al-Qur‟an berbasis rekonstruksi situasi dan kondisi sosio-historis Jazirah Arab dalam kisaran waktu abad 6 M. Ilmu asbāb al-Nuzūl, semula hanya fokus pada problematika apakah sebuah ketetapan satu ayat itu berdasar redaksinya yang umum (al-„Ibratu bi umūm al-Lafḍi) ataukah sebabnya yang khusus (al-„Ibratu bi khusūs al-Sabab), kemudian berkembang menjadi pergulatan mencari dan menemukan maqāshid

al-Qur‟an.15

Skripsi yang ditulis oleh Ahmad Ghorib Rifa‟i yang berjudul Asbāb

Nuzūl Dalam Tafsir Marāh Labīd (Analisis Kualitas Riwayat Asbāb

14

Niswatur Rohmah , “Studi Analisis Kaidah Asbāb al-Nuzūl: Kelebihan dan Kekurangannya” al-Tadabbur: Jurnal Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir, Vol 04, No 02 (November 2019): 172.

15 Munawir, “Arah Baru perkembangan Ulumul Qur‟an: Telaah Metodologis Ilmu Asbāb al-Nuzūl”, Jurnal at-Tibyan: Jurnal Ilmu al-Qur‟an dan Tafsir.. 245

11

Nuzūl Terhadap Surat al-Baqarah ayat 1-141 dalam Tafsir Marāh Labīd Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani) pada tahun 2020. Pada

kesimpulannya penelitian ini menerangkan bahwa dalam surat al-Baqarah ayat 1-141 diketahui bahwa terdapat 11 riwayat asbāb al-Nuzūl, Yakni 5 riwayat dengan keterangan sanad, 6 riwayat tidak disertai keterangan sanad, dengan mengkaji dan meneliti riwayat-riwayat ini, dapat diketahui keberadaan suatu riwayat dalam kitab-kitab rujukan dan kualitasnya, karena yang diteliti adalah riwayat yang hanya mencantumkan matan, tidak terdapat keterangan sanad, Maka riwayat pertama dan kelima berstatus ḥasan li ghairih, riwayat ketiga berstatus sahih, riwayat keempat berstatus gharib, riwayat kedua dan keenam tidak ditemukan informasi riwayat yang berkaitan.16

Tulisan Muhammad Fatoni pada judul Penafsiran Kontekstual

Ayat-ayat Tarbawi (Pendekatan Asbāb al-Nuzūl) pada tahun 2019, pada

penelitian ini Muhammad Fatoni membahas tentang ayat ayat pendidikan dilihat dengan melalui perspektif asbāb al-Nuzūl, pada kesimpulannya Muhamad Fatoni mengungkapkan bahwa ayat-ayat al-Qur‟an menerangkan tentang keutamaan Ilmu. Ilmu memiliki arti penting bagi umat Islam, orang yang tidak berilmu tidaklah sama dengan orang yang tidak berilmu. Kontekstualisasi ayat-ayat di era kekinian, bahwa menuntut ilmu merupakan hal wajib yang tidak boleh ditinggalkan oleh umat Islam, baik itu ilmu agama, maupun ilmu lainnya karena sesungguhnya semua ilmu itu bersumber dari Dzat yang sama, Yakni Allah Swt. dan

16 Ahmad Ghorib Rifa‟i, (Asbāb al-Nuzūl Dalam Tafsir Marāh Labīd (Analisis Kualitas Riwayat Asbāb al-Nuzūl Terhadap Surat al-Baqarah ayat 1-141 dalam Tafsir Marāh Labīd Syekh Muhammad Nawawi al-Bantani) (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin IAIN Ponorogo, 2020)

12

menanamkan nilai ketauhidan pada diri peserta didik hendaknya lebih diprioritaskan semenjak dini. 17

Artikel Muhammad Yunan yang berjudul Nuzūl al-Qur‟ān dan

Asbāb al-Nuzūl yang terbit pada tahun 2020 menyebutkan bahwa turunya

al-Qur‟an tidak dapat dipahami serta merta secara harfiah semata, karena al-Qur‟an tidak berbentuk fisik atau materi. Juga al-Qur‟an dari aspek turunnya berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya yang dengan ini mengandung hikmah bahwa teks al-Qur‟an tidak hanya merespon kondisi penerima wahyu semata, tetapi dalam cakupan perhatiannya meliputi realitas kultural yang ada. Memahami asbāb al-Nuzūl harus menelaah secara historis melalui pendekatan riwayat yang telah ada dalam berbagai karya para ulama guna memberikan pemahaman bagi para mufassir terhadap kandungan yang ada didalam teks.18

Dari beberapa penelitian mengenai asbāb al-Nuzūl di atas masih sedikit atau belum ada yang membahas mengenai ayat-ayat musykil dan kaitannya dengan asbāb al-Nuzūl yang ada didalam kitab al-Itqān oleh karenanya penulis berusaha dengan meneliti telaah asbāb al-Nuzūl dalam kitab al-Itqān karya imam al-Suyūṭī.

Dokumen terkait