• Tidak ada hasil yang ditemukan

202. Latar Belakang: Harus ada sistem perbenihan yang efektif untuk menjamin bahwa petani memiliki akses ke bahan tanam dalam jumlah cukup dan berkualitas, secara tepat waktu dan dengan biaya yang wajar. Hanya dengan cara ini petani akan diuntungkan dari potensi varietas lokal dan unggul untuk meningkatkan produksi pangan dan beradaptasi terhadap perubahan iklim. Selama 20 tahun terakhir, sektor pertanian swasta telah tumbuh secara signifikan di negara-negara maju dan berkembang, namun fokus utama yang menjadi perhatian yaitu produk bernilai tinggi, seperti jagung, gandum, beras, minyak tanaman, tanaman kacang-kacangan dan tanaman sayuran. Perluasan

perdagangan benih selama dekade terakhir telah dibarengi dengan promosi dari harmonisasi peraturan benih di tingkat regional dan subregional. Investasi oleh sektor publik dalam produksi benih, sudah rendah di sebagian besar negara maju pada tahun 1996, juga telah menurun secara signifikan di banyak negara berkembang, di mana akses ke varietas unggul dan benih bermutu masih terbatas. Di banyak negara berkembang, sistem perbenihan petani tetap menjadi pemasok utama benih varietas lokal dan bahkan varietas unggul. Sistem perbenihan yang berbeda sering beroperasi berdampingan, dengan berbagai tingkat keberhasilan tergantung pada tanaman, zona agro-ekologi dan peluang pasar. Oleh karena itu ada kebutuhan untuk mengembangkan pendekatan terpadu yang memperkuat sistem perbenihan dan hubungan antar mereka untuk memastikan produksi dan distribusi benih varietas tanaman yang berguna untuk sistem pertanian yang beragam dan berkembang.

203. Tujuan: Untuk meningkatkan ketersediaan benih berkualitas tinggi dari sejumlah besar varietas tanaman, termasuk varietas unggul dan varietas petani/landrace.

204. Untuk berkontribusi pada maksimalisasi agrokeanekaragaman hayati dan produktivitas.

205. Untuk meningkatkan komplementaritas produksi dan distribusi benih di sektor publik dan swasta serta antar sistem benih yang berbeda.

206. Untuk mengembangkan dan menggiatkan produksi benih dan sistem distribusi untuk varietas dan tanaman yang penting bagi petani di tingkat lokal, termasuk petani skala kecil.

207. Untuk membuat varietas tanaman baru menjadi tersedia bagi petani dan penyimpanan plasma nutfah secara ex situ tersedia untuk multiplikasi dan distribusi ke petani dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk produksi tanaman yang berkelanjutan.

208. Untuk mengembangkan/mengkaji ulang kerangka peraturan perbenihan yang memfasilitasi pengembangan sistem perbenihan dan harmonisasi di tingkat regional, dengan mempertimbangkan kekhususan sistem perbenihan yang berbeda-beda.

209. Kebijakan/strategi: Pemerintah, NARS dan produsen benih, sesuai dengan hukum dan peraturan nasionalnya, dengan dukungan dari pusat-pusat penelitian pertanian internasional, program kerja sama regional dan bilateral dan organisasi non-pemerintah, dan dengan mempertimbangkan pandangan dari sektor swasta, petani dan organisasi masyarakat adat dan lokal, harus:

a) mengembangkan kebijakan yang tepat yang memungkinkan lingkungan untuk pengembangan sistem perbenihan yang berbeda, termasuk usaha kecil perbenihan. Upaya pemerintah harus fokus pada tanaman dan varietas yang dibutuhkan oleh petani miskin, khususnya perempuan. Pendekatan seperti itu harus dilengkapi dengan kebijakan yang memfasilitasi pengembangan perusahaan benih komersial untuk memenuhi kebutuhan yang lebih besar bagi petani skala komersial. Pemerintah harus memprioritaskan tanaman utama dan minor yang tepat yang tidak ditangani oleh sektor swasta. Kebijakan ini harus diintegrasikan dengan kebijakan umum pertanian;

b) memperkuat hubungan antara bank gen, jejaring kerja, organisasi pemuliaan tanaman, produsen benih dan produksi benih skala kecil dan perusahaan distribusi untuk memastikan penggunaan secara luas plasma nutfah yang tersedia;

c) mempertimbangkan skema kontrol kualitas benih, terutama skema yang sesuai untuk usaha kecil dan memungkinkan mereka memenuhi persyaratan kesehatan tanaman;

d) mengadopsi langkah-langkah legislatif yang menciptakan kondisi yang memadai untuk mengaplikasikan semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan, dalam sistem benih yang berbeda, dengan memperhatikan kekhususan mereka, dan

e) mengembangkan perjanjian subregional/regional yang mengutamakan kontrol kualitas benih, persyaratan sertifikasi tanaman, karantina dan standar lain untuk memfasilitasi pengembangan perdagangan benih lintas batas.

210. Kapasitas: Pemerintah, sebagai pelaksana perundang-undangan regional, hukum nasional, peraturan dan kebijakan, yang sesuai, dan dalam hubungannya dengan badan-badan bantuan internasional, organisasi non-pemerintah dan perusahaan benih yang ada, harus:

a) membentuk/memperkuat sistem benih, berdasarkan kemitraan publik-swasta, untuk menjamin pelaksanaan program pemuliaan tanaman untuk tanaman yang signifikan dan multiplikasi benih generasi awal;

b) mendorong sistem produksi benih yang ada, di perusahaan-perusahaan benih tertentu, untuk meningkatkan berbagai varietas yang mereka tawarkan, dengan memperkuat hubungan dengan bank gen, jejaring kerja dan lembaga penelitian pertanian;

c) memperkuat kapasitas untuk menerapkan sistem mutu benih yang efisien;

d) menyediakan cara yang tepat untuk memfasilitasi munculnya perusahaan benih, jika layak, setiap negara memberikan perhatian pada kebutuhan sektor pertanian kecil, perempuan dan kelompok rentan atau terpinggirkan lainnya;

e) memberikan dukungan infrastruktur dan pelatihan terhadap pengusaha benih skala kecil di bidang teknologi benih dan pengelolaan bisnis untuk memfasilitasi pembentukan sistem pasokan benih berkualitas yang berkelanjutan;

f) meningkatkan hubungan antara organisasi pemulia dan petani dan produsen benih (publik atau swasta) sehingga petani, khususnya perempuan dan kelompok rentan atau terpinggirkan lainnya, dapat mengakses benih berkualitas tinggi dari varietas yang mereka butuhkan, dan g) menyediakan pelatihan dan dukungan infrastruktur kepada petani tentang teknologi benih dan

konservasi dalam rangka meningkatkan kualitas fisik dan genetik benih. 211. Penelitian/teknologi: Pemerintah harus:

a) menilai insentif dan disinsentif saat ini serta kebutuhan dukungan produksi benih dan sistem distribusi, termasuk skala kecil, upaya di tingkat petani, dan

b) mengembangkan pendekatan untuk mendukung skala kecil, distribusi benih tingkat petani, merujuk pada pengalaman masyarakat dan perusahaan benih skala kecil yang sudah didirikan di beberapa negara.

212. Koordinasi/administrasi: Pemerintah harus secara teratur memantau sejauh mana petani dapat memperoleh benih yang sesuai. Koordinasi diperlukan dalam sektor benih di antara publik dan sektor swasta dan petani untuk menjamin bahwa petani memiliki akses benih tanaman berkualitas tinggi dan varietas yang mereka butuhkan untuk menjawab tantangan peningkatan produksi pangan.

Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang Berkelanjutan 13. Membangun dan memperkuat program nasional

213. Latar belakang: Program nasional SDGTPP merupakan dasar upaya SDGTPP di tingkat regional dan global, berkontribusi terhadap tujuan instrumen internasional seperti RTG, KKH dan Traktat Internasional. Terutama dalam konteks perubahan iklim, program nasional merupakan kunci untuk memaksimalkan kontribusi SDGTPP untuk ketahanan pangan, pembangunan pedesaan, pengentasan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan. Program-program nasional yang kuat diperlukan untuk berkontribusi penuh dan mengambil keuntungan sepenuhnya dari kerjasama internasional dalam akses terhadap SDGTPP dan pembagian keuntungan yang adil dan merata yang timbul dari pemanfaatannya. Program nasional efektif dan menyediakan kebijakan, strategi pendukung dan rencana aksi konkret yang diperlukan dalam menetapkan tujuan yang baik dan jelas prioritasnya, pengalokasian sumber daya, pembagian peran dan tanggung jawab dan mengidentifikasi dan

memperkuat hubungan antara seluruh pemangku kepentingan yang relevan. Program nasional yang sukses membutuhkan komitmen dari pemerintah untuk menyediakan dana dan merancang kebijakan pendukung dan kerangka hukum serta kelembagaan.

214. Kegiatan SDGTPP dilakukan oleh badan publik, perusahaan swasta, organisasi non-pemerintah, kebun raya, petani, masyarakat adat dan lokal, dan individu dari sektor pertanian, lingkungan, penelitian dan pengembangan. Integrasi pelaku SDGTPP yang berbeda dalam rangka program nasional yang terpadu dan koheren memberikan kesempatan untuk menambah nilai terhadap berbagai upaya mereka sehingga secara keseluruhan menjadi lebih besar daripada jumlah bagian-bagiannya. 215. Selama satu dekade terakhir, kemajuan telah dibuat dalam membangun program nasional

SDGTPP dan peningkatan partisipasi pemangku kepentingan dalam strategi nasional dan rencana aksi, khususnya yang berkaitan dengan sektor swasta, organisasi non-pemerintah, organisasi pemulia dan petani, dan penelitian serta badan pendidikan. Komitmen ini terlihat juga pada kenyataan bahwa beberapa perjanjian internasional penting yang berkaitan dengan SDGTPP telah dinegosiasikan, diadopsi atau direvisi selama periode ini, termasuk Traktat Internasional, Konvensi Perlindungan Tanaman Internasional, Protokol Kartagena mengenai Keamanan Hayati dan Protokol Nagoya mengenai Akses terhadap Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari Pemanfaatannya. Perundang-undangan nasional juga telah diberlakukan di banyak negara sehubungan dengan peraturan fitosanitari, keamanan hayati, peraturan perbenihan, hak pemulia tanaman dan Hak Petani seperti yang tercantum dalam Pasal 9 Traktat Internasional dan tunduk pada perundang-undangan nasional.

216. Namun demikian, banyak negara masih kekurangan kebijakan yang memadai, strategi dan/atau rencana aksi untuk SDGTPP. Banyak program nasional yang kekurangan dan tidak ada kepastian dana dan dipisahkan dari kegiatan yang terkait. Bidang yang memerlukan perhatian khusus termasuk penetapan prioritas, peningkatan kerjasama antara sektor publik dan swasta, kerjasama nasional dan internasional, memperkuat hubungan antara konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, mengembangkan sistem informasi dan database yang dapat diakses umum (misalnya MBIN yang merupakan

(termasuk KLT), meningkatkan kesadaran publik dan implementasi kebijakan nasional dan perundang-undangan serta perjanjian dan konvensi internasional.

217. Sering kali, negara-negara yang kekurangan program-program nasional yang kuat dan fasilitas konservasi jangka panjang yang memadai memiliki masalah keamanan pangan paling mendesak, walaupun mereka kaya akan sumber-sumber SDGTPP. Lemahnya program nasional sering menjadi keterbatasan dalam mengelola koleksi SDGTPP yang efisien.

218. Koleksi nasional ex situ merupakan bagian yang integral dari program-program nasional SDGTPP. Bank gen bekerja dengan baik sebagai pusat dinamis yang mengintegrasikan konservasi, dokumentasi dan pemanfaatannya. Penekanan yang berlebihan pada konservasi dapat mengurangi pemanfaatan yang berkelanjutan, yang mendukung kemajuan di bidang pertanian bersamaan dengan konservasi SDGTPP. Dampak perubahan iklim yang meningkat mendasari dukungan kegiatan nasional yang berhubungan dengan adaptasi tanaman pangan, termasuk genetika, genom dan pemuliaan. Kapasitas untuk melaksanakan adaptasi tanaman adalah penting untuk pengelolaan SDGTPP yang efisien dan efektif. Sejak 1996, kemitraan antara umum-swasta dalam penelitian dan pengembangan telah meningkat di sebagian besar negara, terutama pada bidang pemuliaan tanaman dan bioteknologi. Namun, di negara-negara berkembang, organisasi masyarakat mengelola konservasi dan pemuliaan secara mandiri, yang dapat mengakibatkan inefisiensi, mengurangi keuntungan, kehilangan kesempatan.

219. Tujuan : Untuk memenuhi kebutuhan nasional akan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP berkelanjutan melalui pendekatan yang rasional, efektif, terkoordinasi dan sesuai untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang.

220. Untuk menetapkan kapasitas nasional yang memadai dalam semua aspek teknis dan politik dalam konservasi, akses dan pemanfaatan SDGTPP, seperti halnya pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatan SDGTPP tersebut.

221. Untuk membangun dan memperkuat unsur-unsur penting dari program nasional yang terintegrasi: (i) status nasional yang diakui; (ii) kebijakan, kerangka kerja hukum dan lembaga yang sesuai,

termasuk mekanisme untuk koordinasi perencanaan dan tindakan; (iii) strategi program, termasuk tujuan yang ditetapkan dengan baik, prioritas yang jelas dan dana yang berkesinambungan; (iv) partisipasi yang tepat oleh seluruh pemangku kepentingan; dan (v) Jika layak, fasilitas konservasi dan pemanfaatan yang efektif pada tingkat nasional dan/atau regional.

222. Untuk meningkatkan hubungan kelembagaan dan sektoral, meningkatkan sinergi di antara semua pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelestarian, pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk sistem benih, dan untuk memperkuat upaya integrasi kelembagaan dan komunitas. 223. Untuk mengembangkan, memperkuat dan memperbaharui kapasitas nasional secara teknis, manajerial, hukum dan kebijakan.

224. Kebijakan/strategi: Program nasional harus memiliki status resmi diakui dan diberi prioritas tinggi dalam agenda pembangunan nasional. Kontribusi program-program nasional pada tujuan instrumen internasional, termasuk RTG, KKH dan Traktat Internasional, harus diperhatikan. Nilai-nilai ekologi, ekonomi, sosial dan budaya SDGTPP, termasuk pentingnya perbaikan tanaman untuk meningkatkan ketahanan pangan, mitigasi perubahan iklim dan memenuhi tantangan global lainnya, harus ada dalam perencanaan dan kebijakan nasional dan prioritasasi dan media penyebaran dan, terutama, pendanaan jangka panjang dan sumber daya lainnya. Hal yang terakhir itu mencakup

dukungan keuangan untuk pelatihan dan retensi staf yang memenuhi syarat, bagi petani untuk menjaga dan membuat varietas lokal dan bagi pemulia untuk perbaikannya. Alokasi pendanaan tertentu harus dialokasikan untuk program-program SDGTP dalam proses anggaran pemerintah. Dalam hal ini, kesadaran di kalangan pembuat kebijakan dan penyandang dana tentang nilai SDGTPP terhadap pembangunan nasional harus ditonjolkan.

225. Komitmen pemerintah untuk menyediakan dana yang memadai dan berkelanjutan untuk program-program nasional dan proyek-proyek sangat penting; Namun, dukungan regional atau internasional diperlukan untuk melengkapi sumber daya domestik.

226. Tujuan dan prioritas yang jelas dalam program nasional harus ditetapkan dengan baik, termasuk prioritas bantuan regional dan internasional untuk program pembangunan pertanian. Program-program nasional harus memiliki kemampuan untuk menilai dan menentukan SDGTPP apa yang diperlukan untuk memenuhi keperluan konservasi dan pembangunan nasional dan terkait dengan kewajiban internasional. Program nasional juga seharusnya mendukung kebijakan dan strategi konservasi, akses dan pemanfaatan SDGTPP, sebagaimana halnya pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatannya. Program nasional harus menyediakan kebijakan dan strategi yang diperlukan yang disesuaikan secara berkala. Program itu harus mengatur ketersediaan koleksi SDGTPP selengkap mungkin untuk memenuhi kebutuhan para petani, pemulia dan pengguna lain untuk perbaikan varietas, termasuk varietas petani/landrace. Pemerintah yang bekerjasama dengan lembaga-lembaga nasional, regional dan internasional, harus memantau perkembangan teknologi baru yang terkait dengan konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP. Selain itu, adopsi dan implementasi yang sesuai, tidak bertentangan dan saling melengkapi dengan perundang-undangan nasional yang terkait dengan konservasi, pertukaran dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP, harus dipelihara, dengan mempertimbangkan kebutuhan dan perhatian semua pemangku kepentingan. 227. Program-program nasional harus menjalin atau memperkuat koordinasi dan hubungan di antara semua individu yang relevan dan organisasi-organisasi yang terlibat dalam konservasi, perbaikan tanaman, produksi benih dan distribusi benih. Program nasional harus terhubung dengan kegiatan regional dan internasional, sedapat mungkin mencari sinergi dan kemungkinan untuk pembagian tenaga kerja. Strategi nasional harus mencakup konservasi, pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk sistem benih, dan harus berkoordinasi dengan organisasi-organisasi di sektor lingkungan dan pertanian. Komite Nasional yang berbasis pemangku kepentingan yang luas akan membantu

organisasi dan koordinasi di sebagian besar negara.

228. Struktur dan organisasi dari sebuah program nasional akan bergantung pada ketersediaan infrastruktur dan kapasitas di negara tersebut. Keputusan kebijakan akan menentukan strategi dan modus operasi, khususnya yang berkaitan dengan kolaborasi internasional dan regional. Di negara-negara dengan kapasitas terbatas, strategi mungkin termasuk pemanfaatan fasilitas dan tenaga ahli dari luar negeri.

229. Program-program yang ada harus mempertimbangkan pembentukan atau penguatan kemitraan dengan usaha swasta, lembaga swadaya masyarakat, desa, masyarakat adat dan lokal, organisasi pemulia dan petani, dan lembaga riset dan pendidikan. Hubungan lintas-sektoral harus dijalin dengan badan-badan yang terlibat dalam perencanaan nasional dan program lain yang terlibat dalam pertanian, reformasi lahan, dan perlindungan lingkungan.

230. Penciptaan atau penguatan hubungan harus dilakukan di antara lembaga-lembaga nasional dan badan khusus dalam transfer teknologi, dalam rangka membantu badan nasional bernegosiasi mengenai akuisisi teknologi yang diperlukan untuk melestarikan, mengkarakterisasi dan

menggunakan SDGTPP dan informasi yang terkait, yang sesuai dengan Traktat Internasional, KKH dan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI)/Intelectual Property Rights (IPR).

231. Kapasitas: Bantuan dari lembaga internasional dan regional harus diberikan berdasarkan permintaan untuk memfasilitasi perencanaan nasional, penetapan prioritas dan koordinasi

penggalangan dana. Prioritas tinggi harus diberikan pada penilaian dan peningkatan praktek-praktek pengelolaan dalam bank gen dan stasiun penelitian. Kapasitas petani, masyarakat adat dan lokal, pemulia, penyuluh dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk pengusaha dan usaha skala kecil, untuk mengelola dan menggunakan SDGTPP secara lestari harus diperkuat.

232. Penelitian/teknologi: Program nasional perlu melakukan penelitian mengenai pengelolaan lekat-lahan, konservasi in situ dan ex situ, pemuliaan tanaman, termasuk pemuliaan tanaman partisipatif, dan perbaikan tanaman. Juga diperlukan penelitian dalam pengelolaan program nasional SDGTPP,

termasuk pengujian kerangka kerja lembaga, evaluasi kebutuhan yang diperlukan, pengelolaan database, efisiensi secara ekonomi dengan pendekatan yang berbeda untuk konservasi dan

pemanfaatannya, nilai SDGTPP, penguatan sistem informasi pasar pertanian, dan mengembangkan tindakan yang tepat dan dapat diandalkan, standar, indikator dan database untuk pemantauan dan penilaian peran tertentu SDGTPP dalam ketahanan pangan dan produksi pertanian yang berkelanjutan. 233. Kebijakan khusus, isu hukum dan kelembagaan serta yang terkait dengan kepemilikan, HAKI, termasuk hak pemulia tanaman, akses dan pembagian keuntungan, Hak Petani, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas nasional, pengetahuan tradisional, pertukaran, transfer, keamanan hayati, perdagangan dan kegiatan penyadaran, termasuk sistem perbenihan, semakin penting untuk program nasional. Bantuan dari lembaga dunia seperti FAO dan Traktat Internasional untuk mengembangkan kebijakan, strategi, perundang-undangan, peraturan dan langkah-langkah praktis di bidang ini sangat dibutuhkan. Diperlukan koordinasi dalam menyediakan program-program nasional dengan informasi tentang isu-isu tersebut, untuk menilai dampak perkembangan internasional dalam konservasi dan pertukaran SDGTPP, dan untuk memasukkan perkembangan penelitian baru ke dalam sistem nasional dan prakteknya.

234. Koordinasi/administrasi: Mekanisme koordinasi nasional harus dibentuk untuk menetapkan prioritas dalam mengalokasikan keuangan dan sumber daya lainnya. Hubungan kuat harus dibentuk di antara semua pemangku kepentingan yang relevan di suatu negara yang terlibat dalam konservasi, pengembangan dan pemanfaatan SDGTPP, termasuk sistem perbenihan, serta antara sektor pertanian dan lingkungan, dalam rangka memastikan sinergi dalam mengembangkan dan melaksanakan kebijakan, strategi, perundang-undangan, peraturan dan kegiatan untuk mewujudkan potensi penuh dari SDGTPP. Pemerintah harus secara berkala meninjau kebijakan untuk mengevaluasi efektivitas dan menyesuaikan sebagaimana mestinya. Tindakan yang terkoordinasi dan terprioritas di tingkat nasional harus dilengkapi dengan sistem internasional yang juga terkoordinasi dan terprioritas. Organisasi internasional yang terlibat dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, produksi

pertanian, keberlanjutan dan ketahanan pangan, serta di bidang-bidang terkait seperti lingkungan dan kesehatan, harus mengkoordinasikan usaha dan kegiatan mereka. Kolaborasi internasional diperlukan di dunia di mana negara saling bergantung dan di mana ada kebutuhan untuk membangun secara praktis, rasional dan ekonomis dalam arti untuk melestarikan SDGTPP, meningkatkan

pemanfaatannya, dan mendorong akses dan pembagian keuntungan. Jejaring kerja SDGTPP dan forum internasional dan regional memberikan mekanisme berguna di mana negara melalui jejaring kerja itu dapat mengkoordinasikan kegiatan dan menyetujui kebijakan umum, yang sesuai.

14. Mempromosikan dan memperkuat jejaring kerja sumber daya genetik tanaman untuk