• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA

UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK

PANGAN DAN PERTANIAN

KOMISI SUMBER DAYA

GENETIK UNTUK PANGAN DAN PERTANIAN

(2)

RANCANG TINDAK GLOBAL KEDUA

UNTUK SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN UNTUK

PANGAN DAN PERTANIAN

D I A D O P S I O L E H D E W A N F A O, R O M A, I T A L I A, 2 9 N O V E M B E R 2 0 1 1

Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa

(3)

Judul yang dipergunakan dan penyajian materi dalam produk informasi ini bukan merupakan pernyataan opini apapun dari pihak

Organisasi Pangan dan Pertanian, Perserikatan Bangsa-Bangsa (Food and Agriculture Organization of the United Nations/FAO) yang berkenaan dengan status hukum dan pengembangan negara, teritori, kota atau wilayah atau kekuasaannya, atau

berkenaan dengan penetapan batas-batas wilayahnya. Penyebutan perusahaan atau produk dari produsen tertentu, baik yang telah dipatenkan ataupun tidak,

bukan berarti bahwa perusahaan atau produk tersebut didukung atau direkomendasikan oleh FAO dalam hal preferensi kepada orang lain, yang sifatnya serupa namun tidak disebutkan.

Pandangan yang dinyatakan dalam produk informasi ini adalah berasal dari penulis dan tidak mencerminkan pandangan dari FAO.

ISBN 978-92-5-107163-2

All rights reserved. FAO mendorong reproduksi dan diseminasi materi dalam produk informasi ini. Penggunaan non-komersial akan diberi wewenang secara gratis,

berdasarkan permintaan. Reproduksi untuk penjualan kembali atau tujuan komersial lainnya, mencakup tujuan pendidikan, mungkin dikenakan biaya. Permohonan untuk ijin reproduksi atau

mendiseminasikan materi hak cipta FAO, dan seluruh pertanyaan mengenai hak dan lisensi, dapat ditujukan melalui email kepada

copyright@fao.org atau kepada the Chief, Publishing Policy and Support Branch, Office of Knowledge Exchange, Research and Extension, FAO,

Viale delle Terme di Caracalla, 00153 Rome, Italy. © FAO 2012

(4)

KATA PENGANTAR

Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, yang disiapkan di bawah pengawasan Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian, diadopsi oleh Dewan FAO pada tanggal 29 November 2011. Dokumen ini merupakan pemutakhiran dari Rancang Tindak Global untuk Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian yang Berkelanjutan, yang diadopsi pada tahun 1996 pada Konferensi Teknis Internasional Ke-4 mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman.

Rancang Tindak Global Kedua ini merupakan respon terhadap kebutuhan dan prioritas yang diidentifikasi dari the Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food

and Agriculture, suatu penilaian tingkat global yang dipublikasikan oleh FAO pada tahun 2010.

Dokumen ini disiapkan melalui serangkaian konsultasi regional, dengan partisipasi 131 negara dan perwakilan dari kelompok penelitian internasional, sektor swasta dan masyarakat umum.

Kebutuhan untuk mengkonservasi dan memanfaatkan secara berkelanjutan keanekaragaman tanaman dunia merupakan hal yang semakin penting. Keanekaragaman tanaman merupakan pondasi dari ketahanan pangan, di dunia yang menghadapi banyak tantangan ini. Lebih dari satu milyar orang menderita kelaparan kronis dan kekurangan gizi, sementara populasi dunia diperkirakan mencapai 9.2 milyar pada tahun 2050. Untuk memenuhi kecukupan pangan, dibutuhkan peningkatan produksi pertanian sebesar 60%. Pada waktu yang sama, sumber daya utama juga diancam oleh pemanasan global dan perubahan iklim, alih fungsi lahan pertanian dan sumber daya air, dan degradasi lingkungan. Hilangnya dan berkurangnya keanekaragaman genetik tanaman secara terus-menerus, membuat kita dan generasi mendatang mengalami keterbatasan dalam beradaptasi terhadap perubahan tersebut dan dalam menjamin ketahanan pangan, pertumbuhan ekonomi dan perdamaian dunia.

Rancang Tindak Global Kedua menjabarkan serangkaian rancang dan tindak prioritas yang disepakati yang dapat melindungi portofolio kekayaan keanekaragaman sumber daya genetik, juga menjamin aliran varietas unggul yang berkelanjutan, dengan memanfaatkan sifat yang telah diperbaiki untuk menghasilkan pangan yang lebih berkualitas, dalam jumlah yang cukup. Hanya dengan cara demikian, kita dapat menghilangkan kerawanan pangan dan kemiskinan. Kerjasama internasional menjadi semakin penting dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Sangat penting bagi kita bersama-sama memperluas dan memperdalam upaya dalam mengkonservasi dan memanfaatkan keanekaragaman tanaman secara berkelanjutan.

Adopsi Rancang Tindak Global Kedua merupakan cerminan dari konsensus internasional, dan merupakan saksi dari kemauan politik untuk mengidentifikasi dan melaksanakan prioritas yang disepakati untuk mencapai tujuan tersebut. Rancang Tindak ini berperan penting dalam kerangka kebijakan ketahanan pangan global, sebagai komponen pendukung dari Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, sebagai kontribusi penting untuk mencapai Tujuan Pembangunan Milenium, dan implementasi dari Rencana Strategis Keanekaragaman Hayati 2011-2020.

Kesulitan dalam situasi ekonomi dunia saat ini, mau tidak mau kita harus melanjutkan dan meningkatkan investasi nasional dan internasional dalam prioritas dan program-program yang telah disepakati Pemerintah dalam Rancang Tindak Global Kedua. Hal ini mengharuskan adanya peningkatan substansi dari aktivitas yang tengah berlangsung, dan keterlibatan aktif dari organisasi regional dan internasional, penyandang dana, peneliti, petani, komunitas lokal dan adat, sektor swasta dan publik, masyarakat umum, dan lembaga pendidikan dan penelitian. Implementasi menyeluruh dari Rancang Tindak Global Kedua akan memerlukan kerjasama antar negara dan regional, dan dukungan yang saling menguntungkan antar sektor pertanian, lingkungan dan pangan.

Hal ini bukanlah sesuatu yang dapat kita tunda, atau hanya sebagian saja kita terima, tanpa menempatkan lingkungan bumi dalam resiko, terutama dengan pesatnya perubahan iklim, dan tanpa menggadaikan masa depan anak-anak kita. Sejauh ini, terutama sejak Rancang Tindak Global Pertama diadopsi, beberapa strategi terbukti dapat mengatasi banyak hambatan, saat didukung oleh kemauan politik dan sumber daya keuangan yang mencukupi. Sumber daya genetik tanaman merupakan

(5)

perhatian utama dalam kemanusiaan, dan ditinjau dari segi pengelolaan ekonomi maupun moral, perlu untuk mengkonservasi sumber daya baik yang telah melalui proses evolusi selama milyaran tahun ataupun yang telah dikembangkan oleh petani selama ribuan generasi, serta memanfaatkan sumber daya tersebut secara berkelanjutan dan menguntungkan, sehingga menjamin ketercukupan pangan generasi mendatang.

FAO berkomitmen dalam implementasi Rancang Tindak Global Kedua. Saya menyerukan kepada seluruh negara, secara bersama-sama, untuk menggunakan waktu saat ini, dan memperkuat investasi kita dalam pengelolaan sumber daya genetik tanaman warisan dunia, dengan melaksanakan Rancang Tindak Global dengan realistis, kebulatan tekad dan komitmen.

José Graziano da Silva

Direktur Jenderal

Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa

(6)

Ringkasan Eksekutif

1. Sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian merupakan dasar biologis bagi produksi pertanian dan ketahanan pangan dunia. Sumber daya ini merupakan bahan mentah paling penting bagi petani, yang memeliharanya, dan untuk para pemulia tanaman. Keanekaragaman genetik dalam sumber daya ini memungkinkan tanaman dan varietas dapat beradaptasi dalam kondisi yang selalu berubah dan mengatasi masalah yang disebabkan oleh hama, penyakit dan cekaman abiotik. Sumber daya genetik tanaman merupakan hal yang penting bagi keberlanjutan produksi pertanian. Tidak ada inkompatibilitas yang melekat antara konservasi dan pemanfaatan dari sumber daya ini. Pada kenyataannya, akan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa kedua kegiatan ini saling melengkapi satu sama lain. Konservasi, pemanfaatan yang berkelanjutan dan pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya genetik merupakan perhatian utama di tingkat internasional. Hal ini merupakan tujuan dari Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, yang juga sejalan dengan Konvensi Keanekaragaman Hayati. Dalam konteks adanya hak kedaulatan suatu negara terhadap sumber daya hayatinya dan

ketergantungan antar negara dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian merupakan manifestasi yang sesuai bagi masyarakat internasional untuk terus peduli dan bertanggung jawab terhadap bidang ini.

2. Selama 15 tahun terakhir, Rancang Tindak Global merupakan dokumen referensi utama bagi upaya di tingkat nasional, regional dan global untuk mengkonservasi dan memanfaatkan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara berkelanjutan dan untuk berbagi keuntungan secara adil dan merata dari pemanfaatan sumber daya tersebut. Sebagai bagian dari Sistem Global FAO untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, Rancang Tindak Global telah menjadi kunci utama bagi Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian FAO untuk memenuhi mandat terhadap sumber daya genetik tanaman. Rancang Tindak Global juga menyediakan referensi penting bagi sektor sumber daya genetik lainnya. Rancang Tindak Global telah membantu pemerintah dalam memformulasikan strategi dan kebijakan nasional dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Rancang Tindak Global juga telah digunakan oleh komunitas internasional untuk menentukan prioritas di tingkat global, untuk meningkatkan upaya koordinasi dan untuk menjalin sinergi antar pemangku kepentingan dalam sumber daya genetik. Rancang Tindak Global telah terbukti dapat menjadi perangkat dalam reorientasi dan penentuan prioritas kegiatan penelitian dan pengembangan bagi organisasi

internasional yang bergerak dalam bidang sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. 3. Adopsi Rancang Tindak Global oleh 150 negara pada tahun 1996 di Liepzig merupakan tonggak dalam pengembangan pengaturan internasional bagi sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Hal tersebut merupakan kesuksesan dalam negosisasi bagi Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian di bawah Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian FAO.

4. Sejak diadopsi, telah berkembang beberapa hal utama berkenaan dengan konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, yang disebut dengan pemutakhiran dari Rancang Tindak Global. Publikasi terkini the Second Report on the State of the

World’s Plant Genetic Resources for Food and Agriculture telah menjadi pondasi yang kuat bagi

proses pemutakhiran ini. Dunia sedang menghadapi kerawanan pangan yang meningkat, tercermin antara lain dari harga pangan yang tinggi dan mudah berubah. Perubahan iklim, peningkatan urbanisasi, kebutuhan dalam pertanian yang lebih berkelanjutan serta kebutuhan untuk menjaga keanekaragaman genetik tanaman dan meminimalisasi erosi genetik, yang semua itu memerlukan perhatian lebih besar dalam konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian. Pada waktu yang sama, ada beberapa kesempatan baru yang penting yang dapat meningkatkan pengelolaan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian, termasuk

(7)

ketersediaan komunikasi dan teknologi informasi yang canggih dan luas, seperti halnya adanya kemajuan bioteknologi yang pesat dan pengembangan bioproduk yang berasal dari pertanian. Selanjutnya, kebijakan lingkungan telah berubah pesat selama 15 tahun terakhir, terutama dengan masuknya Traktat Internasional mengenai Sumber daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian, dan yang lain diantaranya Protokol Kartagena dalam Keamanan Hayati serta adopsi

Rencana Strategis Keanekaragaman Hayati 2011-2020 dan Protokol Nagoya mengenai Akses terhadap Sumber daya Genetik serta Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari Pemanfaatannya. Dunia juga telah melihat adanya komitmen baru dalam pertanian dan termasuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Pemutakhiran Rancang Tindak Global diperlukan sebagai respon dan cerminan dari perkembangan yang ada.

5. Rancang Tindak Global Kedua membahas tantangan dan peluang baru dalam 18 Kegiatan Prioritas. The Second Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and

Agriculture, serangkaian pertemuan konsultasi regional, dan masukan dari para ahli dunia merupakan

masukan yang diperlukan untuk membuat Rancang Tindak Global saat ini, masa depan dan yang relevan dengan sudut pandang dan prioritas di tingkat global, regional dan nasional. Pemutakhiran Rancang Tindak Global juga memperkuat perannya sebagai komponen pendukung bagi Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian.

6. Berdasarkan berbagai masukan di atas, memungkinkan untuk meringkas jumlah Kegiatan Prioritas, dari 20 menjadi 18. Peringkasan tersebut meliputi penggabungan Kegiatan Prioritas 5 dan 8 yang lama (Mempertahankan koleksi ex situ yang ada dan Memperluas kegiatan konservasi ex situ) menjadi Kegiatan Prioritas 6 yang baru, Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma

nutfah. Kegiatan prioritas 12 yang lama (Mempromosikan pengembangan dan komersialisasi tanaman dan spesies yang kurang dimanfaatkan) dan 14 yang lama (Pengembangan pasar baru untuk varietas lokal dan produk kaya-diversitas) digabung menjadi Kegiatan Prioritas 11 yang baru, Mempromosikan pengembangan dan komersialisasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan.

7. Sebagai tambahan, fokus dari sejumlah Kegiatan Prioritas juga telah disesuaikan sehingga dapat mengakomodasi definisi prioritas baru. Rancang Tindak Global Kedua memberikan penekanan dan visibilitas lebih untuk pemuliaan, seperti yang tercermin dalam Kegiatan Prioritas 9, Mendukung

pemuliaan tanaman, pengkayaan genetik dan upaya perluasan latar belakang genetik. Suatu upaya

juga telah dilakukan, berdasarkan panduan dari konsultasi regional, untuk menyederhanakan dan memperjelas dokumen ini.

(8)

DAFTAR ISI

Rancang Tindak Global Kedua untuk Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian

Paragraf

Pendahuluan 1–23

Perlunya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang berkelanjutan

Sejarah Rancang Tindak Global Implementasi Rancang Tindak Global Rasional Rancang Tindak Global

Tujuan dan strategi Rancang Tindak Global Kedua Struktur dan organisasi Rancang Tindak Global Kedua

Kegiatan Prioritas

Konservasi In Situ dan Pengelolaannya 24–89

1. Survai dan inventori sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian

2. Mendukung pengelolaan dan perbaikan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara lekat-lahan

3. Membantu petani dalam situasi bencana untuk memulihkan sistem pertanian

4. Mempromosikan konservasi dan pengelolaan secara in situ kerabat liar tanaman dan tanaman pangan liar

Konservasi Ex Situ 90–141

5. Mendukung target pengkoleksian sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian

6. Mempertahankan dan memperluas konservasi ex situ plasma nutfah

7. Meregenerasikan dan memperbanyak aksesi secara ex situ

Pemanfaatan yang Berkelanjutan 142–212

8. Memperluas karakterisasi, evaluasi, dan pengembangan kelompok koleksi khusus untuk memfasilitasi pemanfaatannya

(9)

perluasan latar belakang genetik

10. Mempromosikan diversifikasi produksi pertanian dan perluasan keanekaragaman tanaman untuk pertanian berkelanjutan

11. Mempromosikan pengembangan dan komersialiasi semua varietas, terutama varietas petani/landrace dan spesies yang kurang dimanfaatkan 12. Mendukung produksi dan distribusi benih

Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang Berkelanjutan

213–312

13. Membangun dan memperkuat program nasional

14. Mempromosikan dan memperkuat jejaring kerja sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian

15. Membangun dan memperkuat sistem informasi yang komprehensif untuk sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian 16. Mengembangkan dan memperkuat sistem pengawasan dan pemeliharaan keanekaragaman genetik dan pengurangan erosi genetik sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian

17. Membangun dan memperkuat kapasitas sumber daya manusia 18. Mempromosikan dan memperkuat kesadaran masyarakat tentang pentingnya sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian

Implementasi dan Pendanaan Rancang Tindak Global Kedua 313–322 Daftar akronim dan singkatan

(10)

Pendahuluan

Perlunya konservasi dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian yang berkelanjutan

1. Pertanian di abad 20 akan menghadapi banyak tantangan baru. Produksi dan pangan serat harus ditingkatkan secara drastis untuk dapat memenuhi kebutuhan populasi yang terus tumbuh dan modern dengan proporsi makin sedikit tenaga pedesaan. Perubahan kebiasaan dan pola makan juga akan merubah sistem produksi tanaman dan ternak. Dihadapkan dengan ketahanan pangan global, energi dan kebutuhan pembangunan yang berkelanjutan, negara harus dapat menjawab tantangan dan kesempatan dalam produksi dan pemanfaatan biofuel. Di beberapa tempat di dunia, pengaruh perubahan iklim juga memerlukan perubahan dalam kemampuan adaptasi dari banyak jenis tanaman dan hijauan pakan, juga peningkatan ketergantungan antar negara dalam sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian (SDGTPP)/plant genetic resources for food and agriculture (PGRFA). Perubahan iklim juga menyebabkan perubahan praktek dan areal produksi dan kemunculan hama dan penyakit pada tanaman dan ternak. Pertanian perlu terus mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan dan keanekaragaman hayati serta untuk dapat mengadopsi praktek produksi yang efisien dan berkelanjutan. Alih fungsi lahan akan membatasi area yang tersedia untuk pertanian dan

meningkatkan tekanan pada populasi kerabat liar tanaman (KLT)/crop wild relatives (CWR) dan tanaman pangan liar.

2. SDGTPP mendukung kemampuan pertanian untuk mengatasi perubahan, baik lingkungan maupun sosial ekonomi. Oleh karenanya SDGTPP harus berperan makin penting dalam menjamin perbaikan secara berkelanjutan dalam produksi dan produktivitas pertanian, tidak hanya dengan menyediakan gen baru untuk perbaikan varietas tanaman, namun juga berkontribusi dalam fungsi agro ekosistem yang efektif dan pengembangan bioproduk. Di banyak wilayah pedesaan di dunia, SDGTPP merupakan komponen penting sebagai strategi mata pencaharian masyarakat adat dan lokal.

Sejarah Rancang Tindak Global

3. Rancang Tindak Global (RTG)/Global Plan of Action (GPA) untuk Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan SDGTPP diadopsi secara resmi pada tahun 1996 oleh perwakilan dari 150 negara selama Konferensi Teknis Internasional Keempat mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman di Liepzig, Jerman. Dalam konferensi tersebut juga diadopsi Deklarasi Liepzig, yang menggarisbawahi pentingnya SDGTPP untuk ketahanan pangan dunia dan komitmen seluruh negara untuk

mengimplementasikan RTG. Lebih dari 150 negara, juga sektor publik dan swasta, berpartisipasi aktif dalam menyiapkan RTG. FAO sendiri berkomitmen untuk memfasilitasi dan memantau implementasi RTG, di bawah bimbingan Komisi Sumber Daya Genetik untuk Pangan dan Pertanian (Komisi)/the

Commission on Genetic Resources for Food and Agriculture (the Commission) antar negara sebagai

bagian dari Sistem Global FAO untuk Konservasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Tanaman. 4. Pada Sesi Reguler Kedelapan di tahun 1999, Komisi tersebut menegaskan kembali bahwa FAO seyogyanya menilai secara periodik status SDGTPP dunia untuk memfasilitasi analisis perubahan dalam gap dan kebutuhan serta untuk berkontribusi dalam proses pemutakhiran RTG yang sedang bergulir. Pada Sesi Reguler Kesepuluh di tahun 2004, Komisi sepakat untuk menerapkan pendekatan baru dalam pemantauan implementasi RTG berdasarkan indikator-indikator yang disepakati secara internasional, yang menyebabkan pembentukan Mekanisme Berbagi Informasi Nasional

(MBIN)/National Information Sharing Mechanisms (NISMs). Pada Sesi Reguler Keduabelas di tahun 2009, Komisi sebagai otoritas penilai dari sektor tersebut mendukung the Second Report on the State

of the World’s PGRFA (Second Report) dan meminta FAO untuk melakukan pemutakhiran RTG,

terutama berdasarkan Second Report, dan, khususnya, untuk gap dan kebutuhan yang teridentifikasi, mempertimbangkan kontribusi lebih lanjut dari para pemerintah dan juga masukan yang diperoleh dari pertemuan dan konsultasi regional. Komisi memutuskan bahwa RTG Kedua akan dipertimbangkan dalam Sesi Reguler Ketigabelas.

(11)

5. Pada tahun 2001, Konferensi FAO mengadopsi Traktat Internasional mengenai Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (Traktat Internasional)/the International Treaty on

Plant Genetic Resources for Food and Agriculture (the International Treaty), yang pada Pasal 14

mengakui RTG sebagai komponen pendukung. Pada tahun 2006, Badan Pengatur Traktat Internasional memutuskan bahwa prioritas dalam RTG juga merupakan prioritas dalam Strategi Pendanaan Traktat Internasional. Pada tahun 2009, Badan Pengatur memperhatikan kebutuhan untuk meyakinkan kerjasama yang erat antara dirinya sendiri dan Komisi berkenaan dengan RTG dan meminta Komisi, untuk memperbaiki RTG, dan mempertimbangkan isu khusus yang relevan dengan Traktat Internasional dan untuk menunjukkan secara memadai ketentuan dari Traktat Internasional dalam RTG Kedua.

Implementasi Rancang Tindak Global

6. Sejak formulasi RTG pertama, yang berdasarkan banyak informasi yang diperoleh selama proses penyiapan the First Report on the State of the World’s Plant Genetic Resources for Food and

Agriculture pada awal tahun 1990-an, kemajuan yang cukup besar telah dihasilkan dari implementasi

RTG di seluruh dunia. Hampir 20 persen lebih aksesi dikonservasi dalam bank gen yang tersebar di dunia dibandingkan pada tahun 1996, dan mencapai 7.4 milyar di tahun 2010. Lebih dari 240 000 sampel baru telah dikoleksi dan ditambahkan dalam koleksi ex situ. Ada sebanyak 1 750 bank gen diidentifikasi pada tahun 2010 dibandingkan pada tahun 1996 yang hanya sekitar 1 450. Jumlah kebun raya juga meningkat dari 1 500 pada tahun 1996 menjadi lebih dari 2 500 di tahun 2010. Jumlah program SDGTPP nasional juga meningkat, seringkali dengan partisipasi pemangku kepentingan yang lebih luas. Banyak negara sekarang telah mengadopsi atau merevisi peraturan nasional berkenaan dengan SDGTPP dan sistem perbenihan. Aplikasi bioteknologi tanaman modern dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP juga terus tumbuh. Petani juga meningkat partisipasinya dalam program pemuliaan, dan konservasi serta pemanfaatan KLT dan landrace juga meningkat. Peran penting informasi dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP serta kemajuan teknologi di bidang ini dicerminkan pada upaya perbaikan pengelolaan informasi di tingkat nasional, regional dan global. 7. Secara keseluruhan, kegiatan internasional dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP telah meningkat. Traktat Internasional telah menyusun Strategi Pendanaan dengan kegiatan RTG yang sedang bergulir sebagai prioritas. Banyak program dan jejaring kerja tanaman regional baru yang terbentuk, yang sebagian besar merupakan respon terhadap kegiatan prioritas dalam RTG. Jejaring kerja memegang peranan penting dalam mempromosikan kerjasama, berbagi pengetahuan, informasi dan ide-ide, pertukaran plasma nutfah dan kolaborasi penelitian dan kegiatan lainnya. Inisiatif, seperti the Global Crop Diversity Trust (the Trust), yang mempromosikan dan mendukung konservasi ex situ secara lebih rasional khususnya untuk tanaman-tanaman yang termasuk dalam Sistem Multilateral dalam Akses dan Pembagian Keuntungan (Sistem Multilateral)/Multilateral

System of Access and Benefit Sharing (Multilateral System) dari Traktat Internasional (Lampiran I),

dibangun atas dasar tipe jejaring kerja tersebut. Jejaring kerja internasional dalam koleksi ex situ tanaman utama memegang peran penting dalam negoisasi dalam Traktat Internasional. Koleksi-koleksi ini terus memperkuat tulang punggung Sistem Global FAO dalam Konservasi dan Pemanfaatan Berkelanjutan SDGTPP. The Svalbard Global Seed Vault sekarang menyediakan pengamanan tambahan bagi koleksi ex situ yang telah ada. selanjutnya, pengembangan portal global mengenai data tingkat aksesi dan peluncuran sistem pengelolaan informasi bank gen yang canggih merupakan tahap tambahan yang penting menuju penguatan dan pengoperasian yang lebih efektif dari sistem global konservasi ex situ. Untuk melengkapi ini semua adalah pembentukan MBIN di lebih dari 65 negara untuk memfasilitasi akses terhadap informasi yang revelan, memonitor implementasi RTG dan memperkuat proses pengambilan keputusan nasional serta kolaborasi antar pemangku

kepentingan. The Global Partnership Initiative on Plant Breeding Capacity Building (GIPB) merupakan perwujudan dari upaya untuk mengisi gap yang penting dalam program nasional dengan mengkaitkan konservasi SDGTPP dengan pemanfaatannya dalam perbaikan tanaman. Sebagai tambahan, Mekanisme Fasilitatif RTG mengidentifikasi dan menyebarkan informasi mengenai peluang pendanaan untuk semua kegiatan prioritas.

(12)

8. Sejak RTG diformulasikan dan diadopsi, sejumlah perubahan mendasar telah terjadi dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP, menyebabkan adanya tantangan dan kesempatan baru. Pengembangan ini, yang telah diperhatikan dalam Second Report dan menonjol dalam diskusi di konsultasi dan pertemuan regional, memberikan justifikasi dan rasional untuk pemutakhiran RTG. 9. Diantisipasi bahwa beberapa perkembangan dan kecenderungan dalam pertanian berikut ini akan berdampak signifikan bagi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP:

a) Di banyak negara maju di dunia, sebagian besar pangan dipasok oleh sistem produksi pangan yang terindustrialisasi, yang dikendalikan oleh permintaan kuat dari konsumen akan pangan murah yang seragam dan berkualitas. Varietas tanaman dimuliakan untuk memenuhi permintaan sistem tersebut dengan standar pasar yang ketat, yang seringkali berasal dari tanaman sejenis dan sistem produksi monokultur, namun juga harus memiliki ketahanan biotik, berkualitas nutrisinya dan stabil hasilnya. Pengembangan ini telah mempercepat penurunan keanekaragaman genetik dan spesies di lahan petani.

b) Di negara berkembang, sebagian pangan masih diproduksi dengan sedikit, input kimia dan kelebihan produksi pangan dari pertanian subsisten atau pekarangan dijual secara lokal. Jutaan petani gurem di dunia tergantung pada SDGTPP lokal yang tersedia untuk mata pencaharian dan kesejahteraannya.

c) Urbanisasi terus meningkat dan diperkirakan akan ada lebih dari 70 persen populasi dunia yang hidup di kota pada tahun 2050 dibandingkan dengan saat ini yang hanya 50 persen. Tingkat pendapatan diperkirakan terus naik sampai beberapa kali dari sekarang.1 Meskipun

demikian, kesenjangan pendapatan antara kaya dan miskin akan tetap sangat tinggi. d) Telah ada peningkatan besar dalam perdagangan benih internasional, yang didominasi oleh

sedikit perusahaan benih multinasional yang besar.

e) Produksi dan pemasaran yang terus meningkat dari varietas produk rekayasa genetika untuk beberapa tanaman yang terus bertambah, erat terkait dengan poin sebelumnya dan

memerlukan pemantauan yang ketat oleh komunitas sumber daya genetik.

f) Sesuai dengan kebutuhan dan kebijakan nasional, akan ada peningkatan implementasi dari Pasal 9 Traktat Internasional yaitu tentang Hak Petani dan pentingnya peran petani dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari SDGTPP.

10. Perubahan Iklim adalah ancaman tiba-tiba dan tidak terprediksi sebelumnya bagi mata pencaharian dan ketahanan pangan dan akan menjadi penghalang utama untuk mencapai 70 persen peningkatan produksi pangan global yang diperlukan di tahun 2050. Beberapa elemen strategis berikut diperlukan untuk menjaga SDGTPP dan memanfaatkannya secara optimal untuk membantu mengatasi perubahan iklim:

Perhatian lebih besar pada konservasi in situ dari populasi yang secara genetik sangat

beragam, khususnya KLT, sehingga evolusi tetap berjalan dan menjadikan generasi berikutnya bersifat adaptif;

Program perluasan yang signifikan pada konservasi ex situ, khususnya KLT, untuk memastikan pemeliharaan keanekaragaman spesies, populasi dan varietas, termasuk di dalamnya yang adaptif terhadap kondisi ekstrem dan yang berasal dari daerah yang diperkirakan sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim;

 Peningkatan penelitian dan perbaikan ketersediaan informasi tentang karakteristik material yang dikonservasi secara ex situ yang akan bermanfaat bagi kondisi iklim baru;

1

FAO. 2009. How to feed the world in 2050.

(13)

 Peningkatan dukungan untuk akses dan perpindahan SDGTPP untuk memenuhi

ketergantungan yang makin besar antar negara akibat adanya kondisi lingkungan yang baru;

 Dukungan yang lebih untuk pembangunan kapasitas dalam pemuliaan tanaman dan pengelolaan sistem perbenihan yang akan membuat pemanfaatan SDGTPP menjadi efektif dan berkelanjutan;

 Peningkatan keterlibatan yang terencana dari petani dan kelompok tani di tingkat nasional dan kegiatan perbaikan tanaman lokal, termasuk dukungan untuk penelitian dan pemuliaan

tanaman secara partisipatif.

11. Selama 15 tahun terakhir, telah tersedia banyak informasi mengenai tingkat dan sifat dari erosi dan kerapuhan genetik SDGTPP. Erosi genetik dilaporkan terus berlanjut di banyak wilayah di dunia dan kerapuhan genetik dari beberapa tanaman terus bertambah. Penyebab utama erosi diantaranya adalah penggantian varietas petani/landrace, pembukaan lahan, eksploitasi yang berlebihan, berkurangnya ketersediaan air, tekanan populasi, perubahan pola makan, degradasi lingkungan, perubahan sistem pertanian, penggembalaan ternak yang berlebihan, kebijakan dan perundang-undangan, hama, penyakit dan gulma. Perubahan dalam sektor perbenihan dan metode produksi juga berdampak pada kerapuhan tanaman. Kerapuhan ini terjadi khususnya pada spesies yang kurang termanfaatkan yang tidak banyak didukung penelitiannya, pemuliaannya dan/atau pengembangan pasarnya, dan juga secara signifikan terus diabaikan oleh petani. Padahal spesies ini memiliki potensi yang besar dalam konteks perubahan iklim, eko-pertanian, keanekaragaman pangan dan keberlanjutan sistem produksi pertanian.

12. Banyak kemajuan dalam beberapa bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi selama 15 tahun terakhir yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Kemajuan paling penting adalah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)/Information and

Communication Technologies (ICT), mencakup Internet dan telepon seluler, pengelolaan dan analisis

informasi dan perkembangan dalam biologi molekuler.

a) Pengelolaan informasi dan pertukaran teknologi telah berkembang pesat selama 15 tahun

terakhir. Akses terhadap informasi terbuka lebih besar sama halnya dengan meningkatnya kemampuan analisis bagi para pekerja sumber daya genetik. Perkembangan selanjutnya mencakup sistem informasi geografis (SIG)/Geographic Information System (GIS) dan metode berbasis satelit seperti Global Positioning System (GPS) dan pengideraan jauh, yang

memungkinkan data SDGTPP dapat digabungkan dengan berbagai data lainnya dalam rangka untuk menentukan lokasi spesifik dari keanekaragaman atau untuk mengidentifikasi materi dari habitat tertentu.

b) Kemajuan terkini dalam molekuler dan metode genomik saat ini telah memiliki dampak

besar pada bidang utama implementasi RTG. Metode ini memungkinkan diperolehnya informasi tambahan dan jauh lebih detail mengenai tingkat dan distribusi keanekaragaman genetik, yang dapat digunakan dalam pengembangan strategi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Di samping itu, teknologi yang telah diperbaiki untuk identifikasi dan transfer gen antara yang terkait maupun tidak terkait spesiesnya, membuka cakrawala baru dalam

eksploitasi keragaman genetik.

c) Sementara selama dekade terakhir, perkembangan yang relatif sedikit terjadi pada praktek dan prosedur konservasi ex situ, informasi dan perangkat molekuler baru berpotensi dalam menjadikan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP lebih efektif dan efisien. Banyak kegiatan

konservasi telah dilakukan secara in situ, baik untuk KLT dan tanaman pangan liar, dan pada

tingkat yang lebih besar, konservasi lekat-lahan. Pengalaman yang terkumpul dan pengetahuan yang tercipta menghasilkan pengakuan pentingnya integrasi, pendekatan multidisiplin, di mana petani dan masyarakat lokal dan adat menjadi bagian utamanya dan mata pencaharian serta prespektif kesejahteraan tercermin penuh.

13. Telah ada pengembangan kebijakan utama terkait dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP. Hal ini mencakup diadopsinya Program Kerja Keanekaragaman Pertanian oleh Konferensi

(14)

Pihak-pihak Konvensi Keanekaragaman Hayati (KKH)/the Convention on Biological Diversity (CBD) di tahun 2000, adopsi Tujuan Pembangunan Milenium di tahun 2000, pembentukan Strategi Global untuk Konservasi Tanaman di tahun 2002, pembentukan the Global Crop Diversity Trust di tahun 2004 dan adopsi oleh Komisi dalam Multi-Year Programme of Work (MYPOW), yang mencakup kegiatan substansial dalam SDGTPP, di tahun 2007.

(15)

14. Tidak diragukan, perkembangan paling penting adalah berlakunya Traktat Internasional di tahun 2004. Pasal 14 dari Traktat mengakui pentingnya RTG yang sedang berjalan dan komitmen Para Pihak untuk mempromosikan implementasi yang efektif, mencakup aksi secara nasional dan bila sesuai, kerjasama internasional untuk menyediakan kerangka kerja yang koheren, antara satu dengan yang lainnya, dalam pembangunan kapasitas, transfer teknologi dan pertukaran informasi, dengan mempertimbangkan ketentuan dalam pembagian-keuntungan dalam Sistem Multilateral. Para Pihak juga mengakui bahwa kemampuan - khususnya oleh negara berkembang dan negara yang bertransisi ekonomi – untuk mengimplementasikan kegiatan prioritas, rencana dan program dalam SDGTPP, melaksanakan RTG, akan sangat tergantung pada implementasi yang efektif dari Pasal 6 (Pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP) dan 13 (Pembagian-keuntungan dalam Sistem Multilateral) dan Strategi Pendanaan dalam Pasal 18. Kerangka kerja RTG telah digunakan oleh Badan Pengatur dari Traktat Internasional dalam menyusun prioritas dari Sumber dana Pembagian-keuntungan untuk memungkinkan pemanfaatan strategi tersebut dalam mengkatalisasi konservasi dan pemanfaatan keberlanjutan SDGTPP. RTG Kedua akan menjadi sumber penting untuk mengidentifikasi prioritas di masa yang akan datang.

15. Pada pertemuan kesepuluh di tahun 2010, Konferensi dari Pihak-pihak KKH mengadopsi Rencana Strategis untuk Keanekaragaman Hayati selama periode 2011-2010, dengan 20 Target. Target 13 “Target Keanekaragaman Hayati Aichi” adalah tujuan utama berkaitan dengan keanekaragaman genetik: “Di tahun 2020, keanekaragaman genetik dari tanaman yang dibudidayakan dan hewan yang diternakkan beserta kerabat liarnya, termasuk sosial-ekonomi lainnya seperti spesies yang bernilai secara adat, dipelihara, dan strategi telah dikembangkan dan diimplementasikan untuk meminimalisasi erosi genetik dan menjaga keanekaragaman genetiknya.” Sejumlah target lainnya juga terkait dengan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari sumber daya genetik tanaman.2 RTG Kedua memiliki

tujuan untuk berkontribusi secara signifikan terhadap pencapaian target-target ini. Kegiatan telah diinisiasi pada indikator internasional terkait dengan target-target ini. Protokol Nagoya mengenai Akses terhadap Sumber Daya Genetik dan Pembagian Keuntungan yang Adil dan Merata dari Pemanfaatannya, yang diadopsi di tahun 2010, jika iya, dan bila berlaku, juga memiliki implikasi terhadap akses dan pemanfaatan sumber daya genetik tanaman tertentu.

16. RTG memberi mandat kepada Komisi untuk mengembangkan prosedur dalam meninjau kembali RTG. Peninjauan kembali tersebut harus mengikuti kemajuan yang tercapai di tingkat nasional, regional, dan internasional dalam implementasi, elaborasi dan penyesuaian yang diperlukan, dari RTG, sehingga menjadikannya rencana “berjalan” seperti yang direkomendasikan dalam Agenda 21.

2

Termasuk Target 2 (Di tahun 2020, selambat-lambatnya, nilai keanekaragaman hayati telah diintegrasikan ke dalam pembangunan lokal dan nasional dan strategi pengurangan kelaparan dan proses perencanaan diinkorporasikan ke dalam akunting nasional yang sesuai, dan sistem pelaporan), Target 5 (Di tahun 2020, tingkat kehilangan seluruh habitat alami , termasuk hutan, berkurang setidaknya separuhnya dan jika memungkinkan mendekati nol, dan degradasi serta fragmentasi berkurang secara signifikan), Target 6 (Di tahun 2020 seluruh ikan dan invertebrata serta tanaman perairan dikelola dan dipanen secara berkelanjutan, secara legal dan menggunakan pendekatan berbasis ekosistem, sehingga penangkapan ikan yang berlebihan terhindari, pemulihan tanaman untuk semua spesies yang punah, perikanan tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap spesies yang terancam dan ekosistem yang rapuh dan dampak perikanan terhadap stocks, spesies dan ekosistem masih dalam batas ekologi yang aman), Target 7 (Di tahun 2020 wilayah di bawah pertanian, akuakultur dan kehutanan dikelola secara berkelanjutan, yang menjamin konservasi dari keanekaragaman hayatinya), Target 11 (Di tahun 2020, setidaknya 17 persen daratan dan perairan darat, dan 10 persen wilayah perairan dan lautan, khususnya wilayah yang penting bagi keanekaragaman hayati dan ekosistem, dikonservasi secara efektif dan dikelola secara adil, representatif secara ekologi dan memiliki hubungan sistem yang baik dengan kawasan lindung dan wilayah berbasis konservasi lainnya, serta terintegrasi ke dalam landskap dan bentang laut yang lebih luas), Target 12 (Di tahun 2020 kepunahan dari spesies terancam yang dikenali telah dicegah dan status konservasinya, khususnya yang paling banyak menurun, telah diperbaiki dan

diteruskan), Target 18 (Di tahun 2020, pengetahuan tradisional, inovasi dan praktik dari komunitas lokal dan adat yang relevan dengan konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan dari keanekaragaman hayati, dan penggunaan mereka terhadap sumber daya hayati, dihormati, tunduk pada perundang-undangan nasional dan relevan dengan kewajiban internasional, dan terintegrasi penuh serta tercermin dalam implementasi Konvensi dengan partisipasi aktif dan penuh dari masyarakat lokal dan adat di semua tingkat).

(16)

Tujuan dan Strategi Rancang Tindak Global Kedua

17. Pada Sesi Reguler Keduabelas di tahun 2009, Komisi merekomendasikan bahwa RTG Kedua harus fokus, untuk membantu penentuan prioritas, termasuk identifikasi prioritas untuk Strategi Pendanaan dari Traktat Internasional. RTG Kedua didasarkan pada tujuan dan prinsip yang dinyatakan secara ringkas dan jelas termasuk strategi dan informasi dari setiap kegiatan prioritas.

18. Tujuan utama dari RTG Kedua, seperti yang disepakati oleh Komisi pada Sesi Reguler Ketigabelas dan diterima oleh Dewan FAO pada Sesi ke-143 di tahun 2011, yaitu:

a) untuk memperkuat implementasi Traktat Internasional;

b) untuk menjamin konservasi SDGTPP sebagai dasar ketahanan pangan, keberlanjutan pertanian dan pengurangan kemiskinan dengan menyediakan pondasi bagi pemanfaatan di masa kini dan yang akan datang;

c) untuk mempromosikan pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP, dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi dan untuk mengurangi kelaparan dan kemiskinan, khususnya di negara berkembang, juga untuk menyediakan pilihan bagi adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, menjawab perubahan global dan respon terhadap pangan, pakan, dan kebutuhan lainnya;

d) untuk mempromosikan pertukaran SDGTPP dan pembagian keuntungan yang adil dan merata dari pemanfaatannya;

e) untuk membantu negara-negara, jika sesuai dan tunduk pada perundang-undangan

nasionalnya, untuk mengambil tindakan dalam melindungi dan mempromosikan Hak Petani, seperti yang tercantum dalam Pasal 9 dari Traktat Internasional;

f) untuk membantu negara-negara, region-region, Badan Pengatur dari Traktat Internasional dan lembaga lainnya yang bertanggung jawab kepada konservasi dan pemanfaatan SDGTPP untuk mengidentifikasi aksi prioritas;

g) untuk menyusun dan memperkuat program nasional, untuk meningkatkan kerjasama regional dan internasional, termasuk penelitian, pendidikan dan pelatihan dalam konservasi dan pemanfaatan SDGTPP dan untuk memperkuat kapasitas lembaga;

h) untuk mempromosikan berbagi informasi mengenai SDGTPP antar dan di dalam region dan negara;

i) untuk menyusun dasar konseptual untuk pembangunan dan adopsi kebijakan dan legislasi nasional, yang sesuai, untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP; j) untuk mengurangi duplikasi aksi yang tidak diinginkan dan tidak diperlukan dalam rangka

mempromosikan efisiensi dan efektivitas biaya pada upaya global untuk konservasi dan pemanfaatan yang berkelanjutan dari SDGTPP.

19. RTG didasarkan pada kenyataan bahwa antar negara saling tergantung akan SDGTPP dan oleh karenanya kerjasama regional dan internasional diperlukan untuk mencapai tujuan RTG secara efektif dan efisien. Dalam konteks ini, RTG telah mengembangkan suatu strategi kerangka kerja yang luas yang terdiri dari tujuh aspek dasar yang saling terkait:

a) Sejumlah SDGTPP yang besar dan penting, yang vital bagi ketahanan pangan dunia, disimpan secara ex situ. Walaupun penanganan sumber daya genetik di dalam bank gen dan jejaringnya mengikuti prosedur yang mapan di banyak negara, banyak dari koleksi yang ada memerlukan pengembangan lebih lanjut dan penguatan. Mengamankan kondisi penyimpanan untuk materi genetik yang telah dikoleksi dan melaksanakan regenerasi serta pengamanan duplikatnya adalah kunci strategis elemen dari RTG. Secara umum, diperlukan penyusunan prosedur operasional standar untuk seluruh operasional rutin dari bank gen.

b) Mengaitkan konservasi dengan pemanfaatan dan mengidentifikasi serta mengatasi hambatan-hambatan dalam penerapan lebih luas dari konservasi SDGTPP adalah penting jika

(17)

keuntungan maksimal ingin diperoleh dari upaya konservasi. Pengelolaan informasi yang efektif, termasuk berbagi informasi yang relevan secara luas dengan pengguna dengan mengambil keuntungan penuh dari adanya kemajuan teknologi informasi, akan menjadi prasyarat penting untuk mencapai tujuan ini. Hal ini akan meningkat termasuk informasi molekuler dan genomik yang mana perlu untuk dikaitkan, dan dianalisis bersama dengan data karakterisasi dan evaluasi dari karakter morfologi dan agronomi yang dikelola di dalam database bank gen.

c) Memperkuat kapasitas di semua tingkat adalah kunci strategis dalam mendukung kegiatan individual dalam RTG. RTG berusaha untuk mempromosikan pemanfaatan yang pragmatis dan efisien dan pengembangan lembaga, kerjasama sumber daya manusia, dan mekanisme pendanaan antara lain dengan memperkuat mobilitas sumber daya manusia dan finansial sebagai kontribusi kepada pembentukan sistem global sesungguhnya dari SDGTPP. Lebih lanjut, diperlukan penguatan hubungan antara ilmu pengetahuan dan teknologi inovasi dan aplikasinya untuk konservasi dan pemanfaatan SDGTPP.

d) Memperkuat upaya, dan kerjasama antara, pemulia sektor publik dan swasta untuk

mengkonservasi dan memanfaatkan SDGTPP adalah hal yang penting. Sebagai tambahan, seleksi dan pemuliaan partisipatif, juga penelitian partisipatif secara umum, dengan petani dan komunitas petani, perlu untuk diperkuat dan diakui secara luas sebagai suatu cara yang sesuai untuk mencapai keberlanjutan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP dalam jangka waktu yang panjang.

e) Konservasi in situ dan pengembangan SDGTPP terjadi dalam dua konteks: lekat-lahan dan secara alami. Petani dan komunitas lokal dan adat berperan utama dalam dua hal ini.

Memperkuat kapasitas mereka dengan menghubungkannya pada agen penyuluh, sektor publik dan swasta, lembaga swadaya masyarakat dan koperasi milik petani, juga melalui penyediaan insentif bagi konservasi in situ, akan membantu mempromosikan ketahanan pangan,

adaptabilitas dan ketahanan, khususnya antar komunitas yang hidup di daerah dengan potensi pertanian yang rendah.

f) Mengingat pentingnya KLT untuk perbaikan tanaman dan kenyataan bahwa mereka tidak mendapat perhatian yang memadai, konservasi khusus dan kegiatan pengelolaannya akan diperlukan, termasuk perlindungan yang lebih baik melalui peningkatan praktek pemanfaatan lahan, konservasi alam dan memperkuat keterlibatan komunitas lokal dan adat.

g) Strategi konservasi dan pemanfaatan komunitas, nasional, regional dan tingkat internasional adalah yang paling efektif ketika mereka saling melengkapi dan terkoordinasi dengan baik. Konservasi in situ, konservasi ex situ dan pemanfaatan berkelanjutan perlu sepenuhnya terintegrasi pada semua tingkat.

20. Mobilisasi sumber daya yang memungkinkan implementasi elemen strategi di atas secara tepat waktu dan memadai akan memerlukan perhatian dan upaya di semua tingkatan, termasuk koordinasi dengan banyak inisiatif yang berlangsung di dalam negeri, regional dan global (KKH, the UN

Framework, Konvensi Perubahan Iklim, dll.).

Struktur dan Organisasi Rancang Tindak Global Kedua

21. RTG Kedua memiliki 18 kegiatan prioritas. Untuk tujuan pragmatis dan presentatif, kegiatan prioritas tersebut dibagi ke dalam empat grup utama. Grup pertama adalah Konservasi In Situ dan

Pengelolaannya; yang kedua adalah Konservasi Ex Situ; yang ketiga adalah Pemanfaatan yang Berkelanjutan; dan yang keempat adalah Pembangunan Kapasitas Lembaga dan Sumber Daya Manusia yang Berkelanjutan. RTG adalah suatu set yang saling terintegrasi dan terkait satu sama

lain, penempatan aktivitas-aktivitas tersebut ke dalam empat grup dimaksudkan hanya untuk mempermudah urutan penyajian dan memandu pembaca ke bidang minat tertentu. Banyak kegiatan prioritas yang terkait dan relevan ke lebih dari satu grup.

22. Untuk setiap kegiatan prioritas, ada set dasar untuk bab atau bagian, dimaksudkan untuk membantu peyajian dari bidang yang diusulkan. Dalam beberapa kasus, rekomendasi yang ada di

(18)

bawah satu bab mungkin lebih tepat ditempatkan di bawah bab yang lain. Meskipun tidak ada definisi bagian yang baku yang diperlukan, beberapa catatan penjelasan berikut mungkin berguna:

a) Bagian Pendahuluan memaparkan rasional dari kegiatan prioritas dan ringkasan pencapaian sejak tahun 1996, utamanya berdasarkan yang dilaporkan di Second Report

b) Bagian Tujuan menjabarkan tujuan akhir dan menengah yang harus dicapai dalam setiap kegiatan prioritas. Artikulasi eksplisit dari tujuan dapat membantu masyarakat internasional dalam menilai sejauh mana implementasi kegiatan prioritas dari waktu ke waktu.

c) Bagian Kebijakan/strategi menyarankan pendekatan strategi dan kebijakan nasional dan internasional untuk mengimplementasikan tujuan dari kegiatan prioritas. Dalam beberapa kasus, ada beberapa rekomendasi untuk kebijakan internasional yang baru; di kasus lainnya ada usulan untuk merubah pendekatan, prioritas dan visi.

d) Bagian Kapasitas mengindikasikan kemampuan sumber daya manusia dan lembaga yang seharusnya dikembangkan atau disediakan melalui implementasi kegiatan prioritas. e) Bagian Penelitian/teknologi, yang mencakup transfer dan pengembangan teknologi,

mengidentifikasi bidang ilmu pengetahuan, metodologi atau penelitian atau aksi teknologi yang relevan dengan implementasi kegiatan prioritas.

f) Bagian Koordinasi/administrasi menjawab bagaimana isu-isu yang dapat didekati sebagai kegiatan prioritas, direncanakan dan diimplementasikan. Fokus dari bagian ini utamanya terbatas pada tingkat nasional untuk menghindari pengulangan, sebagai kebutuhan lebih lanjut untuk memperkuat kolaborasi dengan organisasi internasional yang relevan dan pusat penelitian pertanian dan untuk meningkatkan berbagi informasi antar seluruh organisasi dan pemangku kepentingan yang ada di seluruh kegiatan prioritas. Kolaborasi internasional sangat penting untuk mendapatkan keuntungan maksimal di bawah instrumen kebijakan resmi seperti KKH dan Traktat Internasional dan untuk memenuhi kewajiban yang terkait. 23. Kadang kala, lembaga atau konstituen diidentifikasi secara spesifik dalam tubuh dari kegiatan prioritas tertentu. Hal ini tidak berarti untuk menyiratkan pengecualiannya dari kegiatan di mana tidak disebut. Referensi serupa digunakan untuk menyoroti suatu peranan yang secara khusus sangat penting atau dalam kata lain harus dilihat lebih dalam, atau keduanya.

Konservasi In Situ dan Pengelolaannya

1. Survai dan inventori sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian

24. Latar Belakang: Rasional konservasi SDGTPP (in situ dan ex situ) dimulai dengan kegiatan survai dan inventori, seperti yang dimuat dalam Pasal 5 Traktat Internasional. Dalam rangka mengelaborasi kebijakan dan strategi konservasi dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan, program nasional perlu mengetahui sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing negara, distribusi sumber daya tersebut serta sejauh mana SDGTPP tersebut telah atau sedang dilestarikan. Negara-negara yang telah meratifikasi KKH telah menyadari tanggung jawab khusus dalam hal ini (misalnya dalam Program Kerja Keanekaragaman Pertanian). Aksesibilitas yang lebih luas terhadap prasarana georeferensi telah memfasilitasi kegiatan survai, dan pengembangan serta penerapan teknik biologi molekuler modern telah membantu dalam penilaian tingkat keanekaragaman genetik dan, di beberapa kasus erosi genetik. Selama dekade terakhir, mayoritas survai terbatas hanya pada tanaman tertentu atau luasan area tertentu, meskipun di sisi lain terdapat beberapa kemajuan dalam inventori KLT serta telah berhasil didirikannya situs khusus konservasi in situ. Meskipun demikian, upaya yang dilakukan dalam rangka survai, inventori maupun konservasi SDGTPP ini tergolong sangat terbatas apabila dibandingkan dengan yang telah dilakukan komponen lain dari keanekaragaman hayati. Beberapa organisasi internasional telah memberikan kontribusi untuk memantau status konservasi tanaman liar pertanian yang relevan secara regional maupun global, tetapi kemitraan yang lebih kuat dengan organisasi di sektor lingkungan perlu lebih ditingkatkan, terutama di tingkat nasional.

(19)

25. Tujuan: Memfasilitasi pengembangan, implementasi dan pemantauan strategi konservasi yang komplementer dan kebijakan nasional yang berkaitan dengan konservasi dan pemanfaatan SDGTPP secara berkelanjutan. Untuk memperkuat hubungan antara kementerian pertanian dan lingkungan, dan mempromosikan pemantauan status dan kecenderungan dalam SDGTPP serta menjamin konservasi yang lebih memadai.

26. Untuk mengembangkan dan menerapkan metodologi survai dan inventori SDGTPP in situ dan ex

situ, termasuk SIG, metode berbasis satelit (misalnya GPS dan penginderaan jauh) dan penanda

molekuler. Untuk mengidentifikasi, melokalisasi, menginventori dan menduga ancaman terhadap SDGTPP, terutama terhadap pemanfaatan-lahan dan perubahan iklim.

27. Kebijakan/strategi: Kemampuan untuk mengidentifikasi spesies, merupakan elemen kunci kegiatan prioritas. Kegiatan survai dan inventori SDGTPP, sesuai kebutuhan, harus dijadikan langkah awal dalam proses konservasi dan mengurangi laju kehilangan keanekaragaman hayati. Tanpa kapasitas untuk melestarikan dan/atau menggunakan keanekaragaman hayati, maka seluruh kegiatan akan menjadi tidak berarti. Dengan demikian, kegiatan survai dan inventori harus dikaitkan dengan tujuan khusus dan rencana untuk konservasi in situ, koleksi, konservasi ex situ dan pemanfaatannya. Standar definisi dan metode perlu dikembangkan untuk menilai secara langsung kerapuhan genetik dan erosi genetik. Ada juga kebutuhan mendesak untuk mengembangkan indikator yang telah

ditingkatkan, termasuk indikator perwakilan, dari keanekaragaman, erosi dan kerapuhan genetik yang dapat digunakan untuk menetapkan acuan dasar nasional, regional maupun global. Indikator-indikator ini harus obyektif dan seimbang, dengan mempertimbangkan sistem yang digunakan di tingkat nasional. Indikator tersebut tidak harus menetapkan tindakan hukum, juga tidak mempengaruhi kedaulatan negara atas sumber daya genetik, maupun menerapkan sistem informasi tertentu. Kesepakatan umum perlu ditelusuri pada desain dan pemanfaatan indikator tersebut.

28. Pengetahuan lokal dan masyarakat adat harus diakui sebagai komponen penting dari survai dan inventori, dan harus dipertimbangkan serta didokumentasikan secara tepat dan dengan persetujuan terlebih dahulu dari masyarakat adat dan lokal yang bersangkutan.

29. Kapasitas: Negara harus menyediakan, dan dapat mengambil manfaat dukungan keuangan dan teknis terhadap survai dan inventori SDGTPP. Ada banyak halangan untuk survai dan inventori SDGTPP, termasuk kurangnya staf yang cukup terlatih. Pelatihan dan peningkatan kapasitas harus dilakukan di beberapa lokasi penelitian, termasuk identifikasi tanaman, biologi populasi, etnobotani, pemanfaatan SIG dan GPS, dan perangkat molekuler. Kapasitas untuk mengukur dampak perubahan iklim dan menilai adaptasi juga semakin relevan, terutama jika keanekaragaman genetik yang dilestarikan secara in situ dipertahankan secara berkelanjutan dalam jangka panjang.

30. Penelitian/teknologi: Dukungan yang memadai harus diberikan untuk mengembangkan

metodologi yang lebih baik untuk mensurvai dan mengkaji keanekaragaman antar-dan intra-spesifik di sistem agro-ekologi. Ada juga kebutuhan yang kuat untuk mengembangkan indikator ilmiah dan mudah diimplementasikan untuk memantau status dan kecenderungan SDGTPP, terutama pada tingkat genetik.

31. Ada penelitian spesifik yang diperlukan terkait dengan konservasi in situ SDGTPP. Inventori yang lebih lengkap diperlukan untuk memungkinkan penargetan yang lebih baik dalam kegiatan konservasi

in situ. Jika inventori tersebut dikaitkan dengan data aktual atau perkiraan terhadap karakter/sifat

tertentu yang diinginkan, maka inventori tersebut akan memiliki nilai tambah dan akan memberikan hubungan yang bermanfaat bagi konservasi ex situ dan pemanfaatannya. Sumber informasi yang ada harus digunakan untuk menentukan sejauh mana eksistensi KLT di kawasan lindung.

32. Satu bidang penelitian yang sangat penting adalah pengembangan indikator yang dapat digunakan untuk memantau perubahan tingkat dan distribusi keanekaragaman pada skala yang berbeda dan untuk menggabungkan informasi pada spesies individu dan populasi. Penelitian ini secara material akan memperkuat perencanaan konservasi nasional dan pengambilan keputusan.

33. Koordinasi/administrasi: Koordinasi harus dilakukan di dalam negeri antara departemen yang berhubungan dengan pertanian, lingkungan, penelitian, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan regional,

(20)

mengingat bahwa spesies melintasi batas nasional. Koordinasi tingkat regional dan global dibutuhkan untuk memperkuat hubungan antara konservasi ex situ dan in situ yang telah ada.

34. Hubungan yang kuat dengan jejaring nasional, regional dan jejaring tanaman serta dengan pengguna SDGTPP (pemulia, peneliti dan petani) perlu ditetapkan dalam rangka menginformasikan, mengarahkan dan memprioritaskan proses konservasi keseluruhan. Negara harus berkolaborasi dalam kegiatan survai dan inventori dalam rangka pembangunan kapasitas.

2. Mendukung pengelolaan dan perbaikan sumber daya genetik tanaman untuk pangan dan pertanian secara lekat-lahan

35. Latar Belakang: Pemuliaan tanaman terbukti membantu meningkatkan hasil panen, ketahanan terhadap hama dan penyakit dan keanekaragaman dari kualitas produk pertanian dan makanan, terutama di lingkungan yang menguntungkan. Petani memilih untuk menanam varietas unggul dengan berbagai alasan, diantaranya karena permintaan pasar, keamanan pangan keluarga dan kelestarian lingkungan. Meskipun kondisi tersebut mengakibatkan terjadinya erosi genetik yang signifikan, pada dua dekade terakhir ini telah terdapat bukti-bukti nyata yang menunjukkan bahwa banyak petani di negara berkembang dan negara maju yang terus mempertahankan keanekaragaman genetik tanaman di bidang mereka. Keanekaragaman ini merupakan elemen penting dalam strategi penghidupan petani karena kemampuannya untuk beradaptasi dengan lingkungan marjinal atau heterogen.

Keanekaragaman tanaman juga dipertahankan untuk memenuhi perubahan kebutuhan pasar, ketersediaan tenaga kerja dan faktor sosial ekonomi, serta untuk alasan budaya dan agama.

36. Berbagai bentuk inisiatif maupun pelatihan/praktek tersedia untuk membantu komunitas petani dalam memperoleh keuntungan dari memelihara dan memanfaatkan keanekaragaman tanaman lokal dalam sistem produksi mereka. Peningkatan kapasitas dan kepemimpinan dalam komunitas dan lembaga lokal merupakan prasyarat untuk menerapkan berbagai inisiatif berbasis masyarakat. Mempromosikan dan mendukung pengelolaan sumber daya genetik secara lekat-lahan telah menjadi komponen kunci bagi mapannya strategi konservasi tanaman. Oleh karenanya, pengelolaan SDGTPP lekat-lahan merupakan salah satu dari tiga prioritas pertama dari Pembagian Keuntungan dalam Traktat Internasional.

37. Terlepas dari berbagai kemajuan yang dicapai, terdapat pertanyaan teknis dan metodologis yang signifikan. Secara khusus, terdapat kesempatan untuk meningkatkan koordinasi antara pengelolaan lekat-lahan dengan konservasi ex situ dan pemanfaatannya. Dalam rangka mewujudkan potensi maksimal dari perbaikan lekat-lahan, praktek-praktek ini perlu sepenuhnya terintegrasi ke dalam kebijakan pembangunan pedesaan.

38. Kekhawatiran tentang dampak perubahan iklim terhadap pertanian telah berkembang selama dekade terakhir ini. Petani mungkin tidak lagi dapat menanam varietas tradisional maupun landrace milik mereka sendiri pada kondisi perubahan iklim, oleh karena itu mereka akan memerlukan akses ke plasma nutfah baru. Lebih jauh lagi, pertanian dapat dikatakan sebagai penghasil maupun pengurai utama karbon di atmosfer. SDGTPP karenanya menjadi sangat penting untuk pengembangan sistem pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim, mampu menangkap lebih banyak karbon dan

menghasilkan gas rumah kaca lebih sedikit. Petani akan mendukung pemuliaan varietas tanaman baru yang beradaptasi dan yang akan dibutuhkan untuk pertanian untuk mengatasi kondisi lingkungan di masa depan. Akan ada peningkatan kebutuhan untuk keterkaitan antara sistem benih lokal dan bank gen serta jaringan untuk mengamankan plasma nutfah baru yang akan beradaptasi dengan perubahan iklim.

39. Tujuan: Untuk memanfaatkan pengetahuan yang telah dihasilkan selama dua dekade terakhir dalam rangka mempromosikan dan meningkatkan efektivitas dari konservasi lekat-lahan, pengelolaan, perbaikan dan pemanfaatan SDGTPP. Untuk mencapai keseimbangan dan pengintegrasian yang lebih baik antara konservasi ex situ dan in situ. Untuk mewujudkan Hak-hak Petani sebagaimana tercantum dalam Pasal 9 Traktat Internasional di tingkat nasional dan daerah dan sesuai dengan legislasi dan prioritas nasional. Untuk mempromosikan pembagian keuntungan yang adil dari hasil pemanfaatan SDGTPP seperti yang disebut dalam Pasal 13 dari Traktat Internasional. Untuk mendorong masa

(21)

depan yang lebih baik bagi perusahaan benih publik dan swasta, serta perusahaan swasta yang kooperatif khususnya yang memfasilitasi kebutuhan lokal sebagai ‘penampung’ hasil seleksi lekat-lahan maupun pemuliaan tanaman. Untuk mempertahankan pertukaran benih tradisional dan sistem pasokan, termasuk bank gen masyarakat, dan memperkuat pasar produk lokal, terutama bagi petani skala kecil dan subsisten di negara berkembang serta dengan memperhatikan adanya kendala fitosanitari. Untuk memperhitungkan peran perempuan dalam produksi pertanian di berbagai negara berkembang, khususnya mengenai pengelolaan SDGTPP lekat-lahan. Untuk mendorong keberhasilan seleksi dan pemuliaan terutama pada kondisi perubahan iklim.

40. Untuk mengatasi kesenjangan pengetahuan tentang dinamika, metodologi, efek dan potensi konservasi lekat-lahan dan perbaikan tanaman. Untuk membangun atau memperkuat program dan jejaring bagi pengelolaan lekat-lahan terhadap varietas petani/landrace, KLT, tanaman liar maupun kawasan sumber daya genetik, serta untuk mengintegrasikannya ke dalam kebijakan dan aktivitas pembangunan pedesaan. Untuk memperpanjang peran bank gen nasional, regional dan internasional serta jejaringnya dalam rangka menyertakan dukungan dan penyediaan bahan bagi program

peningkatan lekat-lahan secara lebih terintegrasi. Untuk membangun program lekat-lahan berdasarkan sistem pengetahuan, kelembagaan dan pengelolaan yang bersifat lokal dan tradisional, dalam rangka memastikan partisipasi lokal dalam perencanaan, pengelolaan maupun evaluasi. Untuk lebih

memfokuskan perhatian publik dan kalangan ilmiah yang lebih besar terhadap peranan yang beragam, dimana jenis kelamin dan usia berperan dalam produksi dan pengelolaan sumber daya dalam rumah tangga pedesaan.

41. Kebijakan/strategi: Meskipun kegiatan pengelolaan lekat-lahan sekarang telah mulai

dikembangkan dalam riset skala kecil melalui proyek-proyek metodologis, kegiatan ini masih perlu diintegrasikan secara penuh ke dalam program konservasi yang lebih luas maupun strategi

pengembangan dan/atau rencana-rencana aksi. Kegiatan lekat-lahan melengkapi pengembangan varietas tanaman yang lebih formal dan memperkuat sistem pasokan benih. Fleksibilitas kelembagaan akan diperlukan ketika bekerja dengan masyarakat petani. Strategi khusus perlu dikembangkan untuk konservasi SDGTPP in situ serta untuk mengelola keanekaragaman tanaman lekat-lahan maupun yang ada di kawasan lindung. Perhatian khusus harus diberikan terhadap strategi pelestarian KLT di pusat asal usul, pusat keanekaragaman dan hotspot keanekaragaman hayati. Praktek terbaik dalam

konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan SDGTPP harus disosialisasikan, agar mendukung dan memelihara nilai-nilai sosial, ekonomi dan budaya masyarakat lokal dan adat serta meningkatkan kualitas hidup. Hal ini akan tercapai dengan baik dengan cara melibatkan masyarakat di semua aspek pengelolaan dan perbaikan SDGTPP lekat-lahan.

42. Pemerintah harus mempertimbangkan bagaimana agar produksi, insentif ekonomi dan kebijakan lainnya, serta penyuluhan pertanian dan layanan penelitian dapat memfasilitasi dan mendorong pengelolaan lekat-lahan dan perbaikan SDGTPP. Lebih jauh lagi, nilai konservasi perlu

didemonstrasikan dalam bentuk penyediaan fungsi layanan ekosistem yang berkelanjutan. Pentingnya SDGTPP sebagai salah satu layanan ekosistem, hanya merupakan awal dari pengakuan dan untuk mendokumentasikan ‘berharganya’ KLT maupun keanekaragaman landrace yang dalam hal ini harus tetap berlanjut dan ditingkatkan upaya sepenuhnya.

43. Akan ada kebutuhan khusus untuk mengintegrasikan konservasi KLT dan landrace ke dalam strategi konservasi yang telah ada dalam rangka memastikan bahwa keanekaragaman hayati pertanian dan keanekaragaman hayati secara umum tidak ditujukan sebagai entitas yang terpisah. Hal ini akan diperlukan dimana konservasi keanekaragaman hayati pertanian menjadi fitur inisiatif dan program konservasi keanekaragaman hayati yang lebih luas di tingkat nasional, regional dan internasional. 44. Apabila diperlukan, kebijakan nasional harus ditujukan untuk memperkuat kapasitas masyarakat adat dan lokal untuk berpartisipasi dalam upaya perbaikan tanaman. Desentralisasi, pendekatan partisipatif dan pendekatan sensitifitas gender untuk perbaikan tanaman perlu diperkuat dalam rangka menghasilkan varietas yang mampu beradaptasi secara khusus di lingkungan yang secara sosial-ekonomi kurang menguntungkan. Ini mungkin memerlukan kebijakan dan perundang-undangan baru - termasuk perlindungan yang tepat, pelepasan varietas dan prosedur sertifikasi benih bagi multiplikasi varietas melalui pemuliaan tanaman partisipatif - dalam rangka mempromosikan dan memperkuat

(22)

pemanfaatannya serta jaminan bahwa kebijakan/perundang-undangan tersebut telah termasuk dalam strategi nasional pembangunan pertanian.

45. Perhatian yang lebih besar perlu diberikan terhadap konservasi lekat-lahan dan pemanfaatan spesies yang kurang termanfaatkan, karena banyak yang dapat memberikan kontribusi yang berharga dalam hal pangan dan pendapatan. Dalam rangka menjangkau potensi pasar bagi tanaman tersebut, harus ada kerjasama yang lebih besar di berbagai tahap rantai produksi: mulai dari pengembangan dan pengujian varietas baru, hingga kegiatan untuk memberikan nilai tambah produk, dalam rangka membuka peluang pasar baru.

46. Kapasitas: Dukungan yang memadai harus diberikan kepada organisasi berbasis masyarakat dan kelompok pengguna yang menyediakan bantuan praktis bagi konservasi lekat-lahan dan kegiatan perbaikan. Kemampuan petani, masyarakat adat dan lokal serta organisasi mereka, perlu diperkuat sebagaimana halnya pada penyuluh dan pemangku kepentingan lainnya dalam hal mengelola keanekaragaman hayati pertanian lekat-lahan yang berkelanjutan.

47. Untuk mendukung kegiatan perbaikan lekat-lahan, bank gen, jejaring dan organisasi nasional maupun internasional, perlu dipertimbangkan upaya identifikasi varietas petani/landrace yang tepat bagi kegiatan multiplikasi, dan/atau pengembangan populasi pemuliaan baru yang menggabungkan sifat-sifat tertentu ke bahan lokal yang teradaptasi.

48. Program pelatihan interdisipliner harus dikembangkan bagi para penyuluh, organisasi non-pemerintah dan lainnya untuk memfasilitasi dan mengkatalisis kegiatan lekat-lahan, termasuk teknik seleksi dan pemuliaan yang tepat guna melengkapi dan meningkatkan teknik yang sudah digunakan oleh petani.

49. Program pelatihan harus difokuskan pada upaya membantu petani memperoleh pengetahuan dan teknologi baru dan mengeksplorasi pasar-pasar baru bagi produk mereka serta membantu peneliti menjadi fasilitator dan pendukung petani yang lebih baik. Pelatihan tersebut harus diarahkan pada empat kelompok: para ilmuwan (termasuk para petani, peneliti dan ekonom pertanian), staf teknis pendukung, penyuluh (termasuk organisasi non-pemerintah) dan petani. Dukungan untuk memperoleh gelar maupun pekerjaan yang lebih tinggi harus mencakup pelatihan yang relevan dalam ilmu biologi dan sosial. Pelatihan bagi penyuluh harus bertujuan meningkatkan keterampilan mereka dalam etnobotani, seleksi dan pemuliaan partisipatif, pemeliharaan benih dan pemanfaatan alat-alat TIK. 50. Pelatihan petani harus dilakukan dalam konteks rantai produksi secara keseluruhan, terutama fokus pada identifikasi sifat tanaman, seleksi/pemuliaan, pemanfaatan dan pemeliharaan tanaman lokal, serta promosi penjualan produk. Hal ini penting untuk mengembangkan keterampilan petani dalam seleksi tanaman pada tahap vegetatif dan bukan hanya pasca panen.

51. Program pelatihan harus dirancang dalam kerjasama yang erat dengan the National Agricultural

Research System (NARS), petani, organisasi petani dan pemangku kepentingan lainnya, dan harus

didasarkan pada kebutuhan mitra. Program tersebut tidak boleh mengabaikan peran sentral

wanita/perempuan dalam turut mempengaruhi dan mengarahkan evolusi tanaman. Program pelatihan harus mempertimbangkan aspek perbedaan dalam hal pemanfaatan sumber daya hayati oleh

perempuan dan laki-laki, termasuk terhadap kecenderungan perempuan dalam memanfaatkan dan mengolah tanaman secara berulang-ulang.

52. Penelitian/teknologi: Delapan kriteria penelitian ilmiah yang bersifat multidisiplin yang diperlukan, antara lain:

a) penelitian lanjut tentang etnobotani dan sosial-ekonomi/sosiobudaya untuk memahami dan menganalisis pengetahuan petani, seleksi/pemuliaan, pemanfaatan dan pengelolaan SDGTPP, sesuai dengan persetujuan petani yang terlibat serta dengan persyaratan yang berlaku bagi perlindungan pengetahuan dan teknologi;

b) populasi dan konservasi biologi dalam rangka memahami struktur dan dinamika

keanekaragaman genetik pada varietas petani/landrace lokal, termasuk diferensiasi populasi, aliran gen introgresi, termasuk derajat perkawinan sedarah dan tekanan seleksi;

(23)

c) penelitian pemuliaan tanaman, termasuk pemuliaan partisipatif, sebagai cara untuk

meningkatkan hasil panen dan kehandalan tanpa menghilangkan keanekaragaman hayati lokal; d) penelitian dan studi penyuluhan mengenai tanaman yang kurang dimanfaatkan, termasuk

produksi, pemasaran dan distribusi benih dan multiplikasi materi tanaman vegetatif; e) studi tentang cara paling efektif untuk mengintegrasikan konservasi lekat-lahan dan ex situ,

dengan mempertimbangkan komplementaritas sistem perbenihan yang berbeda-beda;

f) studi tentang tingkat dan sifat ancaman yang mungkin terjadi terhadap keanekaragaman lekat-lahan dan in situ, khususnya iklim dan alih fungsi lekat-lahan, termasuk pengaruhnya terhadap organisme penyerbuk;

g) analisis spasial untuk mengidentifikasi varietas yang cenderung memiliki karakter beradaptasi dengan iklim sebagai bantuan bagi pemuliaan tanaman;

h) penelitian untuk mengukur erosi genetik.

53. Penelitian ilmiah bila memungkinkan harus dikombinasikan dengan kegiatan lekat-lahan sehingga konteks dan tujuan kegiatan yang dilakukan dapat sepenuhnya dievaluasi. Teknik fenotipe dapat digunakan untuk mengkarakterisasi varietas petani/landrace dalam kaitannya dengan sifat khusus dan kemampuan beradaptasi terhadap berbagai kondisi lapangan. Penelitian harus membantu kegiatan pemantauan, evaluasi dan perbaikan lekat-lahan. Penelitian harus dilakukan secara partisipatif dan kolaboratif untuk memperkuat interaksi dan kerjasama antar pemangku kepentingan, termasuk petani, pemulia dan staf dari lembaga nasional. Lembaga lainnya harus dilibatkan bila diperlukan.

54. Metode harus dikembangkan dan bantuan diberikan untuk mengintegrasikan pengelolaan in situ dan lekat-lahan serta konservasi SDGTPP dengan jejaring kerja bank gen nasional dan regional dan lembaga penelitian.

55. Koordinasi/administrasi: Koordinasi harus mendorong inisiatif di tingkat masyarakat untuk mendukung pengelolaan lekat-lahan dan perbaikan SDGTPP. Proyek-proyek kecil, atau yang bersifat menjangkau hingga ke lapisan masyarakat bawah harus diprioritaskan untuk menerima dana dan layanan pendukung. Pendanaan dan dukungan diutamakan diberikan untuk proyek-proyek teknis yang diprakarsai petani yang mempromosikan keanekaragaman tanaman dan kolaborasi antara masyarakat petani dan lembaga penelitian. Proyek-proyek tersebut harus berjangka cukup panjang (10 tahun atau lebih) untuk menjamin hasil yang signifikan.

56. Hubungan antar organisasi terutama yang terkait dengan konservasi SDGTPP dan

pemanfaatannya di berbagai negara seringkali bersifat lemah atau bahkan tidak ada; dan karenanya harus diperkuat.

3. Membantu petani dalam situasi bencana untuk memulihkan sistem pertanian

57. Latar Belakang: Bencana alam dan perselisihan sipil sering mengancam sistem ketahanan tanaman, hal ini terutama mempengaruhi petani skala kecil dan subsisten di negara berkembang. Keamanan benih adalah komponen kunci dari ketahanan. Dalam hal ini, bantuan benih dapat segera membantu petani yang mengalami bencana, oleh karena itu, pendekatan yang lebih sistematis untuk menegakkan kembali ketahanan benih dan sistem tanaman diperlukan dalam kasus bencana yang parah. Secara khusus, telah muncul pengakuan adanya ancaman yang ditimbulkan oleh perubahan iklim terhadap ketahanan benih dan makanan; dan peran potensial SDGTPP dapat dwujudkan dalam membantu pertanian agar tetap produktif dan kuat meskipun terjadi perubahan kondisi. Ketika terjadi ‘kehilangan‘ varietas tanaman dari ladang petani, re-introduksi seringkali mudah dilakukan kembali kepada petani melalui dukungan maupun kegiatan tukar-menukar varietas antar petani dari waktu ke waktu dengan petani yg berada disekitarnya maupun melalui pasar-pasar lokal. Mereka juga dapat diperkenalkan kembali melalui jejaring kerja bank gen nasional, regional atau internasional. Namun, aktivitas bank gen sendiri terkadang terganggu oleh adanya bencana alam dan ulah manusia, dalam hal ini, kemampuan bank gen untuk mendukung pemulihan sistem pertanaman juga bergantung pada kemampuan dalam mengakses materi yang dimiliki bank gen lainnya. Pasal 12 Traktat Internasional

Referensi

Dokumen terkait

Agar provider kesehatan mampu memberikan konseling laktasi secara optimal, maka institusi pendidikan harus dapat membekali maha- siswa dengan kompetensi tesebut sehingga dapat mem-

Dari hasil analisis data parameter diameter tongkol, berat tongkol pertanaman dan berat tongkol per plot menunjukkan pengaruh nyata, tetapi pada parameter tersebut

Di samping itu tujuan pengajaran bahasa Arab adalah untuk memperkenalkan berbagai bentuk ilmu bahasa kepada peserta didik yang dapat membantu memperoleh kemahiran berbahasa,

Untuk menentukan tata letak parkir pesawat Boeing 737-800NG pada hangar PT. Batam Aero Technic divisi base maintenance Surabaya dengan menentukan luas area hangar

pada tahap ini yang dilakukan guru adalah menyampaikan topic materi yang diajarkan pada awal pembelajaran, Guru mengelompokkan siswa secara berpasangan, Guru

Angket digunakan sebagai data penunjang untuk mengetahui respon siswa terhadap komunikasi lisan dan tulisan serta gaya belajar masing-masing siswa.. Wawancara

karena telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian hingga penulisan tesis berjudul Produksi Inokulum Pupuk Hayati Cendawan Aspergillus niger Skala