• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengabdi atas Panggilan Hat

Dalam dokumen Mediakom Edisi 23 April 2010 - [MAJALAH] (Halaman 49-51)

Potret

0 Mediakom No.XXIII/APRIL/2010

Dalam menolong persalinan sering didampingi oleh dukun beranak (dukun bayi/kampung). Dalam situasi yang tepat Ernita memberi masukan kepada dukun tentang persalinan yang baik dan benar sesuai sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran. Hal ini dilakukan agar para dukun tidak merasa tersinggung.

Di daerah Sajingan, secara umum dalam menangani persalinan, dokter harus didampingi dukun bayi dengan melakukan acara tradisi ritual tertentu. Mereka melakukan ini untuk menyambut kelahiran si jabang bayi sesuai adat istiadat mereka. Jadi dokter harus memahami apa yang dilakukan oleh dukun. Dokter dan dukun berkolaborasi untuk menyelamatkan ibu dan bayi.

Selain berobat ke tenaga medis/ kesehatan, masyarakat sering berobat ke dukun atau paranormal, walau hanya masuk angin biasa. Hal ini disebabkan karena kepercayaan mereka terhadap pengobatan paranormal lebih tinggi dari pada ke tenaga medis/kesehatan. Masyarakat menganggap pengobatan paranormal lebih mampu dan lebih mahir

dibanding tenaga medis/kesehatan. Ada satu yang membuat Ernita terkadang kesal terhadap paranormal. Jika mereka tidak dapat menangani pasien, maka mereka merujuk ke pelayan kesehatan, setelah kondisi pasien sudah parah dan biasanya hampir tidak tertolong. Ernita sering di panggil untuk menangani penyakit aneh misalnya kesurupan. Ketika datang, sudah ada dukun atau paranormal lengkap dengan mantra/ jampi-jampian dan aroma mistis yang menusuk hidung, awalnya terasa serem, katanya.

Setelah beberapa kali, akhirnya Ernita memberanikan diri bekerjasama dengan dukun untuk menyembuhkan penyakit tersebut. Memang sedikit aneh, tapi berusaha santai mengobati penyakit pasien sesuai dengan profesi kedokteran. Bahkan pernah ada yang kesurupan, kemudian dibacakan ayat-ayat Al-qur’an dengan izin Allah

sembuh. Tapi saya “tidak ikut-ikutan komat-kamit loh” selorohnya.

Pernah ada kesulitan dalam persalinan, Ernita memutuskan membawa ke negara tetangga Malaysia karena lebih mudah

dibanding harus dirujuk ke Puskesmas ataupun ibukota kabupaten. Sebab medan yang dihadapi berat, sulit dan sangat jauh. Hal ini disebabkan kondisi jalan yang tidak memungkinkan dan beresiko jika dilewati. Apalagi membawa pasien dengan kondisi darurat.

Sedangkan jika pasien dibawa kenegara tetangga hanya

memakan waktu 20 menit dengan menggunakan kendaraan. Tapi saat itu kendaraan sulit dicari, sehingga pasien hanya dibawa menggunakan tandu. Setelah sampai keklinik desa Biawak (daerah bagian Malaysia) tengah malam. Pintu tertutup dan diminta pulang, padahal sedang membawa pasien kritis. Akhirnya Ernita memperkenalkan diri sebagai dokter dari Indonesia yang bertugas di Puskesmas Sajingan Besar, baru dipersilahkan masuk.

Sampai disini, kesulitan belum berakhir. Mereka meminta uang muka tunai dimuka. Tapi permintaan ini ditolak, ” Selamatkan pasien dulu, masalah biaya nanti saya bayar”, tegas Ernita.

Awal perubahan

Sewaktu mengadakan pendekatan ke pimpinan klinik biawak sambil ingin tahu berapa banyak pasien dari Indonesia yang berobat ke Klinik Biawak, terenyuh juga mendengarnya. Ternyata setiap hari lebih banyak pasien Indonesia yang berobat disana. Selain sering mendapat kata-kata yang kurang sopan dari tenaga medis, membayar jasa pengobatan yang lebih mahal.

Ernita berusaha mengadakan pendekatan terhadap masyarakat dengan mengadakan pengobatan gratis, penyuluhan kedesa-desa untuk memotivasi mereka agar mereka kalau sakit mau memeriksakan diri

ke puskesmas. Jangan menunggu penyakit menjadi fatal baru mau di bawa ke puskesmas. Dengan menggunakan sarana yang ada, biaya, waktu dan energi seoptimal mungkin, diharapkan memberi manfaat dan mampu memberikan parameter klinis yang jelas dari tata laksana pasien.

Sedikit demi sedikit berkurang warga negara Indonesia yang

berobat ke klinik tetangga. Hubungan kerjasama dengan Klinik Biawak tetap terbina dengan baik. Akhirnya Pimpinan Biawak mengeluarkan suatu Notis, yang intinya ”Setiap warga Negara Indonesia yang ingin berobat ke Klinik Biawak harus membawa surat rujukan dari Puskesmas Sajingan Besar.

Disinilah kesempatan Ernita merangkul masyarakat sambil memberi pengertian masyarakat agar mereka mau berobat ke Puskesmas. Kalaupun mereka ingin minta rujukan ke Klinik Biawak berusaha tidak memberi rujukan, namun memberikan surat rujukkan ke Rumah Sakit yang ada di Kabupaten. Sebab jika tidak memberi rujukan ke Klinik Biawak, mereka tidak akan dilayani oleh pihak klinik tersebut.

Kondisi ini menjadi kesempatan untuk menunjukan kepada masyarakat, pelayanan kesehatan di tanah air lebih baik dengan biaya yang terjangkau tanpa adanya kata yang tidak mengenakan. Seiring perkembangan pembangunan dan akses jalan, hampir tidak ada warga Indonesia yang berobat ke klinik tetangga. Semua itu berkat bantuan teman-teman yang ada di puskesmas agar mereka mencintai NKRI.

Ernita dan masyarakat tidak menduga dengan terbukanya akses transportasi kabupaten ke kecamatan sajingan–aruk yang membawa dampak yang lebih baik terhadap pelayanan kesehatan masyarakat. Apalagi dengan kunjungan beberapa pejabat penting dari pusat, provinsi dan kabupaten seperti Menkes dr.Endang Rahayu Setyaningsih,MPH,Dr.PH dan Menteri PDT Ir. Helmi Faisal ke Puskesmas

Nasional

No.XXIII/APRIL/2010Mediakom 1

K

abupaten Sambas menyimpan banyak

potensi berupa sumber daya alam yaitu potensi perikanan laut, tambang dan gas. Sedangkan potensi pertanian berupa padi, jeruk, karet dan kelapa sawit. Semua potensi itu sangat mendukung untuk membangun sambas lebih baik menuju visi Kabupaten Sambas “Terwujudnya Sambas yang mandiri, berprestasi, madani dan sejahtera melalui TERPIKAT”. Pembangunan yang memfokuskan pada ekonomi kerakyatan, religius, pendidikan dan kesehatan masyarakat, terutama dikawasan perbatasan.

Sambas mempunyai dua kawasan perbatasan yaitu Kecamatan Sajingan Besar dan Kecamatan Paloh. Kedua kecamatan tersebut berbatasan dengan Serawak Malaysia tersebut mempunyai pelayanan kesehatan yaitu Puskesmas Sajingan dan Puskesmas Paloh.

Untuk membangun wilayah perbatasan

menggunakan tiga pendekatan yaitu kesejahteraan, keamanan dan lingkungan. Melalui tiga pendekatan ini diharapkan masyarakat merasakan dampak

pembangunan dan mempunyai motivasi beperan serta membangun negeri.

Hal ini disampaikan oleh Bupati Sambas Ir

Burhanudin A Rasyid di hadapan Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,Dr, PH, Menteri PDT Ir. H. Ahmad Helmy Faisal Zaini dan rombongan saat melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Sambas, 20 Maret 2010 di Pendopo Bupati Sambas.

Kedepan jalan yang menghubungkan Pontianak – Sambas – Aruk diproyeksikan menjadi jalan

nasional. Dengan adanya jalan nasional ini diharapkan transportasi menjadi lancar, distribusi hasil pertanian tidak terhambat dan mobilisasi tenaga kesehatan yang bertugas diwilayah tertinggal dan perbatasan lebih mudah. Sehingga tenaga kesehatan yang mendapat tugas di wilayah daerah tertinggal dan perbatasan dapat bertahan lebih lama.

Burhanudin memulai pembangunan dari wilayah desa terlebih dahulu, seperti mengutamakan membangun desa Sajingan Besar dan Aruk yang berbatasan dengan Biawak Malaysia. Berikutnya baru dilanjutkan membangun wilayah perkotaan. Filosoi membangun

Dalam dokumen Mediakom Edisi 23 April 2010 - [MAJALAH] (Halaman 49-51)

Dokumen terkait