No.XXIV/JUNI/2010Mediakom
Reformasi
Kesehatan Masyarakat
Etalase
SuSunan REDaKSI
Penanggung Jawab
drg. Tritarayati,SH
Redaktur
Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Drs. Sumardi
Editor/Penyunting
Dra. Hikmandari A., M.Ed drg. Anitasari SM. Prawito, SKM, MM
Busroni S.IP Mety Setyowati, SKM Aji Muhawarman, ST
Desain Grafis dan Fotografer
Resty Kiantini, SKM, M.Kes Dewi Indah Sari, SE, MM
Sri Wahyuni, S.Sos, MM Giri Inayah, S.Sos.
R. Yanti Ruchiati Wayang Mas Jendra, S.Sn
Sekretariat
Agus Tarsono Waspodo Purwanto
Hambali Yan Zefrial
Alamat Redaksi
Pusat Komunikasi Publik Gedung Kementerian Kesehatan RI
Blok A, Ruang 107
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950
Telepon
021-5201590; 021-52907416-9
Fax
021- 5223002; 021-52960661
info@depkes.go.id kontak@depkes.go.id
Call Center
021-500567, 021-30413700
Media
kom
G
aung reformasi belum mati. Ia masih terus berkobar, menyebar dan membakar para pendekar perubahan. Tak kenal lelah, pasrah dan menyerah. Walau sudah puluhan tahun lalu reformasi di segala bidang itu dideklarasikan, tapi tujuan dari cita-citanya belum tercapai secara optimal.Menyadari hal tersebut, wajar bila semangat reformasi harus masih tetap dihidupkan, mendorong dan menggerakan ke arah yang lebih baik. Mulai dari gagasan, konsep, roadmap, renstra dan program kerja tahunan. Semuanya terus menggelinding, berubah menyesuaikan diri dengan keadaan. Tak terkecuali reformasi kesehatan masyarakat di Kementerian Kesehatan.
Prioritas reformasi kesehatan masyarakat meliputi; jaminan kesehatan masyarakat, pelayanan kesehatan di daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan (DTPK), ketersediaan obat dan alkes disetiap fasilitas kesehatan, reformasi birokrasi, bantuan operasional kesehatan, penanganan daerah bermasalah kesehatan dan rumah sakit Indonesia kelas dunia.
Sebenarnya, pembanguan kesehatan di DTPK sudah menjadi prioritas selama ini, tapi hasilnya belum optimal. Masih banyak kendala dan hambatan yang menghadang. Wilayah geograis yang sulit dijangkau, SDM kesehatan yang rendah, penduduk dengan status ekonomi yang lemah dan pendanaan pemerintah yang terbatas.
Mediakom edisi ini mengetengahkan secara lengkap problematika dan hasil pembangunan kesehatan di DTPK yang telah dicapai, serta langkah kebijakan ke depan yang akan ditempuh. Harapannya, masyarakat di DTPK akan menjadi lebih sehat dan tetap mencintai Indonesia.
Tak ketinggalan laporan kunjungan kerja bersama menteri kesehatan dari Yogyakarta, semarang, Sambas dan Tangerang. Semua terangkum secara rinci dengan keunggulan masing-masing daerah. Dengan demikian, pembaca dapat mengambil pelajaran dari success story yang telah dipersembahkan. Selamat membaca…! n
Redaksi
drg. Tritarayati, SH
Redaksi menerima naskah dari pembaca:
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Cover: Menteri Kesehatan, Mentan dan Gubernur Banten melepas peserta Sepeda Sehat pada Hari Kesehatan Sedunia 2010
Foto: Rifanny
Daftar Isi
3
Etalase
4
Daftar Isi
6
Surat Pembaca
7
Info Sehat
Tinggalkan Lift, Gunakan Tangga
Tes Pendengaran
6 Gram Coklat Per Hari untuk Jantung Sehat
Sinyal Tubuh Bila Kekurangan Vitamin
10 Ragam
Meningkatkan Pembinaan Kesehatan Haji
Dr. Wan alKadri, MSc:
Pelayanan Kesehatan Haji 2010 harus lebih baik
Seleksi
Menuju Jaminan Kesehatan Sosial nasional
Otak dan Pemilihan Sumber Daya Manusia
17 Media utama
Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat
Bangun Kota Berwawasan Kesehatan
Potret Pelayanan Kesehatan Diberbagai DTPK
Monev nakes di Beranda yang Masih Terabaikan
Suka Duka Pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil, Kepulauan dan Perbatasan
37 Stop Press
Bicara Rokok:
Siapa Buntung Dan Siapa untung?
Kanker Dapat Dicegah
7
10
12
27
36
37
No.XXIV/JUNI/2010Mediakom
42
Peristiwa
akhirnya Bilqis Pergi untuk Selamanya
Kota Yogyakarta Bangun Rumah Pemulihan Gizi
859 Dokter Baru Tempati Puskesmas di Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil
49
Potret
Dr. Ernita Mayasari:
Mengabdi atas Panggilan Hati
51
nasional
antara Sambas dan aruk
54
Daerah
Mengunjungi Pelayanan Kesehatan Di Halmahera Selatan
56
Siapa Dia
ade Rai
Elsa nasution
Olga Lidya
adrian Maulana
58
Lentera
Keterbukaan Informasi Publik
Reformasi Birokrasi
49
42
44
51
54
Mediakom No.XXIV/JUNI/2010
Surat Pembaca
Mohon Penjelasan
Mohon penjelasan proses usulan Bidan PTT dan siapakah yang mengangkat Bidan PTT menjadi CPNS, Pemerintah Daerah atau Kementerian Kesehatan, karena selama ini hanya isu dan berita simpang siur yang kami dapatkan. Terima kasih.
Ganda Suganda
Jawab
Proses usulan menjadi Bidan PTT, diusulkan oleh yang bersangkutan. Usulan dapat disampaikan kepada Badan Kepegawaian Daerah (BKD) atau kepada Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan.
Selanjutnya yang mengangkat Bidan PTT menjadi Calon Pegewai Negeri Sipil (CPNS) yakni institusi yang menyediakan formasi CPNS. Penyedian formasi CPNS dapat berasal dari pusat yaitu Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan dan daerah yaitu Badan Kepegawaian Daerah Provinsi, Kabupaten/Kota.
Obat Generik
Apakah obat generik dapat dibeli oleh perusahaan swasta untuk memenuhi kebutuhan obat perusahaan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada karyawan? Terima Kasih.
Rudi.K
Jawab
Masyarakat, termasuk perusahaan swasta boleh membeli obat generik , bahkan dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan pengobatan dan pelayanan kesehatan.
Visi dan Misi
Minta penjelasan visi, misi dan rencana strategis
Kementerian Kesehatan.
Fahrizal Ferdan” rizal_lalacomsel@yahoo.com
Jawab Visi
Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan.
Misi
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani.
2. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan.
3. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan.
4. Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Strategi
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat, swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif dan preventif.
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk mewujudkan jaminan sosial
kesehatan nasional.
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan SDM Kesehatan yang merata dan bermutu.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat kesehatan serta
menjamin keamanan/khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan.
Info Sehat
No.XXIII/APRIL/2010Mediakom
B
ukan pada Manula saja ketajaman pendengaran dapat menurun, pada orang-orang yang lebih muda juga dapat terkena gejala penurunan tajam pendengaran..! Nah hati-hati kalau begitu.Gejala penurunan tajam
pendengaran pada usia muda dapat terjadi antara lain pada orang-orang yang sehari-hari bekerja di lingkungan bising, seperti di pabrik, kawasan bandara, atau karena mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Pada anak-anak, dr. Damayanti
Soetjipto, Sp.THT dalam situs www. ketulian.com menyebutkan bising di tempat permainan anak-anak di mal sangat tinggi penyebab ketulian pada anak balita. Anak-anak hanya boleh berada di tempat tersebut sekitar 1-2 jam. Lebih dari itu akan terjadi kelelahan koklea yang akan menyebabkan gangguan pendengaran menetap.
Bila pada akhir-akhir ini Anda merasa ada yang kurang beres dengan pendengaran, jangan ragu untuk segera memeriksakan tajam pendengaran ke dokter.
Berikut ini adalah beberapa pertanyaan seputar pendengaran Anda
1. Apakah Anda suka meminta lawan bicara Anda untuk mengulang-ulang kata katanya ? 2. Anda sering kurang dapat
memahami pembicaraannya walaupun dapat
mendengarkannya? 3. Anda merasa akhir-akhir ini
pendengaran Anda tidak sebagus biasanya.
4. Anda kesulitan mendengar dalam lingkungan agak bising. 5. Anda kesulitan dalam mengikuti
percakapan kelompok. 6. Teman-teman bilang Anda
menyetel radio ,walkman, TV terlalu keras.
7. Teman-teman bilang bicara Anda selalu keras.
8. Anda mulai sulit memahami perkataan anak-anak
9. Anda mulai kesulitan mendengar di dalam gedung bioskop atau tempat yang luas.
10. Anda mulai suka memastikan ucapan orang melalui teman pembicaraan Anda.n
gi- dari berbagai sumber
T
inggalkan lift dan naik tangga paling tidak sampai lantai tiga setiap kaliberada dalam gedung, dapat menjadi alternatif bagi mereka yang tidak sempat berolahraga. Selain menghemat energi, kebiasaan itu menjadikan tubuh lebih bugar dan sehat.
Dalam tiap menitnya, aktivitas naik tangga diperkirakan akan membakar kalori sebanyak 8-11 kkal. Menurut penelitan yang dilakukan oleh American Council on Exercise aktivitas naik tangga yang dilakukan selama 30 menit sama dengan melakukan olahraga bersepeda pada kecepatan 19-22 km per jam.
Selain memberikan manfaat bagi kesehatan jantung, aktivitas naik tangga yang dilakukan secara rutin tiap harinya dapat menurunkan kadar ‘kolesterol jahat’ LDL (low density lipoprotein) yang berfungsi untuk membawa kolesterol dari dalam hati menuju sel-sel tubuh.
Jadi tinggalkan lift dan eskalator di kantor. Daripada lama menunggu naik lift untuk naik/turun satu-dua lantai, ada baiknya naik/turun menggunakan tangga, lebih cepat dan sehat.ngi-dari berbagai sumber
Tinggalkan Lift,
Gunakan Tangga
Info Sehat
Mediakom No.XXIII/APRIL/2010
S
etiap sajian coklat tidak hanya menghadirkan rasa nikmat yang disukai lidah, namun juga diyakini dapat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Bahkan, satu potong kecil coklat pun bisa berefek positif terhadap jantung dan tekanan darah. Tak heran jika coklat menjadi favorit setiap orang, anak-anak sampai orang tua.Hasil riset terbaru mengungkap, konsumsi coklat setiap hari mampu meminimalisir risiko jantung dan stroke sebesar 39%. Hal itu karena kokoa sebagai bahan dasar
pembuat coklat mengandung
flavanoid, satu zat yang mampu meningkatkan oksida
nitrat dalam darah dan mengoptimalkan fungsi pembuluh darah.
Untuk alasan yang sama, peneliti menemukan, coklat hitam jauh lebih bermanfaat ketimbang coklat susu
atau coklat putih untuk urusan kadar antioksidan.
Brian Buijsse, pakar nutrisi dari German Institute of Human Nutrition, Nuthetal, Germany, menyatakan sekalipun individu mengonsumsi satu potong kecil coklat, manfaat yang diperoleh tetaplah sama. Bahkan bila takarannya bertambah hingga 6 gram, terbukti hanya 85 individu dari 10.000 orang yang terkena serangan jantung dan stroke.
Walau demikian Brian menegaskan, konsumsi 100 gram coklat berarti memasukkan 500 kalori pada tubuh. Meskipun, coklat bermanfaat, namun jika dikonsumsi terlalu banyak justru dapat mengakibatkan kelebihan berat badan yang berisiko tinggi tekanan darah tinggi dan serangan jantung.
“Efek coklat untuk kesehatan memang sangat menjanjikan. Tetapi, kita harus mengonsumsi coklat sebagai bagian dari kesehatan dan keseimbangan diet,” katanya.
Ia menambahkan, kendati hanya mengkonsumsi sedikit coklat, asalkan tidak dibarengi dengan asupan makanan ringan, Anda bisa terhindarkan dari penyakit jantung.
Sebaiknya hindari mengonsumsi coklat secara berlebihan. n
gi- dari berbagai sumber
Info Sehat
No.XXIII/APRIL/2010Mediakom
Sinyal Tubuh Bila Kekurangan Vitamin
S
etiap orang pasti pernah mengalami kekurangan suatu vitamin atau zat tertentu yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita. Biasanya, saat seperti ini, tubuh memberikan sinyal-sinyal tertentu. Sayangnya, tidak semua orang peka terhadap sinyal tersebut, ada zat yang kurang.Berikut adalah beberapa sinyal yang menandakan tubuh kita kekurangan zat tertentu:
Kuku mudah patah
Kemungkinannya adalah akibat kekurangan zat besi, zink dan asam lemak esensial. Sebaiknya konsumsi daging, kacang-kacangan dan ikan. Jangan anggap remeh bila kuku Anda patah. Biasanya memang keadaan seperti ini disebabkan karena kuku dalam kondisi kering. Namun jangan terus menerus membiarkan keadaan ini karena bisa saja ini merupakan indikasi Anda terkena penyakit tiroid.
Mata terasa kering
Mata yang terasa kering kerap disebabkan oleh kondisi lingkungan sekitar kita. Ini disebabkan karena air mata tidak dapat melapisi mata dengan baik. Atasi ini dengan mengonsumsi vitamin A dan asam lemak esensial. Sebaiknya konsumsi sayuran atau buah yang berwarna hijau, kuning atau oranye.
Pecah-pecah di bagian
ujung mulut
Penyebabnya dapat terjadi dikarenakan kekurangan zat besi, vitamin B12, B6 dan asam folat. Sebaiknya Anda mengonsumsi daging, kacang-kacangan dan sayuran berwarna hijau.
Bibir pecah-pecah
Bibir pecah-pecah yang sering kita indikasikan sebagai tanda bahwa tubuh kita mengalami panas dalam, disebabkan karena kekurangan vitamin B2. Sebaiknya konsumsi daging dan produk susu.
Kulit memerah di wajah
berminyak
Kemungkinan kekurangan vitamin B2, B6, zink atau asam lemak esensial. Sebaiknya konsumsi daging, ikan, unggas dan kerang.
Jerawat
Timbulnya jerawat, selain bisa disebabkan karena kotoran yang menghambat di pori-pori kulit wajah kita, kemungkinan lainnya juga bisa karena kekurangan vitamin B kompleks, vitamin E dan asam lemak esensial. Sebaiknya konsumsi produk hewani, sereal, unggas dan makanan laut.
Rambut tipis
Kemungkinan kekurangan zat besi atau zink. Sebaiknya konsumsi daging, kacang-kacangan, produk susu dan kerang.
Ketombe
Kulit kepala yang berminyak serta kotoran yang menempel di rambut dapat menyebabkan ketombe. Tapi, ternyata selain itu ketombe juga dapat disebabkan karena Anda kekurangan vitamin C, B6, zink dan asam lemak esensial. Sebaiknya konsumsi buah-buahan seperti jeruk, daging, ikan, unggas dan produk susu.
Mata merah
Mata yang merah seringkali kita indikasikan karena kelelahan atau kemasukan debu. Namun, ternyata mata merah juga mengindikasikan Anda kemungkinan kekurangan vitamin A dan B2. Sebaiknya
konsumsi produk susu, daging, buah atau sayuran berwarna oranye dan hijau.
Luka lambat sembuh
Kemungkinan kekurangan zink. Sebaiknya konsumsi produk susu dan kerang.n
Ragam
10 Mediakom No.XXII/APRIL/2010
K
ementerian Kesehatan terus meningkatkan pembinaan dan pelayanan kesehatan bagi jamaah haji. Pembinaan dilaksanakan secara menyeluruh meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam pelaksanaannya memerlukan kerjasama berbagai pihak terkait, sektor dan pemerintah daerah. Mulai dari pelayanan kesehatan di tanah air sebelum keberangkatan jemaah sampai kembali ke tanah air kembali merupakan proses pelayanan berkesinambungan dan komprehensif.Hal ini disampaikan Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Wan Alkadri Sai Sohar, MSc dalam resume pertemuan rakon pasca operasional penyelenggaraan kesehatan haji tahun 2009/1430 di Jakarta.
Menurut dr. Wan Alkadri pelaksanaan pemeriksaan kesehatan pertama di Puskesmas meliputi pemeriksaan, pengobatan dan pemeliharaan kesehatan. Pemeriksaan kedua dilaksanakan di rumah sakit Kabupaten/ Kota oleh dokter spesialis pada jamaah haji lanjut usia, risiko tinggi dan hamil. Sementara Dinas kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Embarkasi/debarkasi agar melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Kepmenkes dan mencermati
Meningkatkan
Pembinaan
Kesehatan Haji
W
alau perbaikan terusdilakukan, masih ada saja kekurangan di sana-sini setiap tahunnya. Mulai
dari rekrutmen TKHI, pemberian vaksinasi, dan pelayanan kesehatan secara umum di tanah air maupun di Arab Saudi. Langkah apa saja yang akan dilakukan untuk memperbaiki,
sehingga pelayanan kesehatan jamaah haji tahun ini lebih baik dari tahun sebelumnya. Berikut ini wawancara
Mediakom dengan Kepala Pusat Kesehatan Haji dr. Wan Alkadri, MSc. kekurangan dan kelemahan pelaksanaan dilapangan.
Pelaksanaan pembinaan manasik haji agar disinkronkan antara Kantor Urusan Agama (KUA) dan Puskemas di tingkat Kecamatan. Pelaksanaan kegiatan terdapat materi penyuluhan kesehatan yang melibatkan Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota. Sehingga bimbingan dan penyuluhan kesehatan selama manasik haji menjadi media diskusi antar jamaah haji dan konsultasi berhaji sehat dan mandiri, ujar dr.Wan Alkadri.
Khusus isu vaksin Meningitis Meningokokus, tugas Kementerian Kesehatan memberikan vaksin kepada seluruh jamaah haji dan umroh. Sehingga mereka terlindung dari kemungkinan terjangkit penyakit meningitis. “Terkait dengan masalah halal dan haram status vaksin tetap mengacu kepada Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI)”, tegas dr.Wan. nPra
Dr. Wan alKadri, MSc:
Ragam
No.XXII/APRIL/2010Mediakom 11 Bagaimana hasil evaluasi
pelaksanaan kesehatan haji tahun 2009?
Untuk mengevaluasi pelayanan kesehatan haji 2009, harus
menggunakan indikator keberhasilan yang dapat dilihat dari segi input, proses dan output. Salah satu output keberhasilan yaitu angka kematian jemaah haji turun secara signiikan dibandingkan tahun sebelumnya. Kalau dilihat dari segi proses pelayanan kesehatan, petugas kesehatan di semua tempat, apakah di Mekkah, Jeddah, Madinah, sektor dan kloter sudah memberikan pelayanan yang cukup memadai. Berdasarkan hasil survey kepuasan yang ditanyakan kepada jemaah sebagian besar menyatakan bahwa pelayanan kesehatan sudah cukup memuaskan.
Dari segi input, seperti sarana-prasarana pelayanan kesehatan di Mekkah, sudah membangun dan memfungsikan Balai Pengobatan Haji Indonesia dengan kualiikasi rumah sakit kelas C. Termasuk melengkapi logistiknya, sehingga kualitas
pelayanan kesehatan sudah cukup memadai.
Namun demikian, masih menghadapi berbagai kekurangan yaitu petugas kesehatan, ketersediaan obat dan masalah koordinasi.
Koordinasi belum berjalan secara optimal, baik koordinasi dengan Kementerian Agama, Kementerian Luar Negeri dan koordinasi secara internal.
Terkait dengan koordinasi tahun kemarin masih lemah, upaya peningkatannya seperti apa?
Ya, koordinasi harus dilakukan khususnya dengan Kementerian Agama di semua kegiatan yang dianggap penting, seperti bidang perekrutan tenaga dan pelatihan tenaga. Demikian juga pada waktu menggunakan fasilitas, fasilitas mana yang akan digunakan bersama, harus ada koordinasi secara baik.
Sebagai contoh untuk mengakses data dari siskohat Kemenag tidak bisa cepat untuk publikasi. Ke depan bagaimana koordinasinya?
Koordinasi ini kan penting, umpamanya informasi harus menyediakan data yang sama dari orang yang sama, padahal sudah tersedia. Oleh karena itu harus dilakukan koordinasi. Koordinasi muncul karena mempunyai tujuan yang sama, mempunyai persepsi yang sama dan mempunyai suatu kegiatan yang sama.
Sehingga penugasan pemimpin yang ada di Arab Saudi harus memenuhi kriteria yang akan diatur, membuat kriteria yang menjadi koordinator. Dipilih orang yang terbaik di Kementerian Kesehatan maupun UPT-nya. Ini salah satu syarat melakukan koordinasi. Namanya saja koordinator. Jadi fungsi utamanya meningkatkan dan memperbaiki koordinasi.
Bagaimana langkah berikutnya?
Dari hasil evaluasi pelayanan kesehatan haji 2009, perlu merumuskan apa yang akan dilakukan tahun 2010. Bidang ketenagaan misalnya harus menjadikan rekrutmen Tenaga Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) menjadi bagian dari reformasi birokrasi. Sehingga dalam waktu singkat akan mendapat tenaga yang professional, handal, bertanggung jawab dan amanah. Sehingga mereka dapat melakukan tugas di Arab Saudi dengan baik.
Alhamdulillah dari proses rekrutment yang dilakukan secara transparan, menggunakan cara
planning system. Berikutnya dilakukan veriikasi, nominasi, seleksi dan pelatihan. Pelatihan merupakan suatu persyaratan yang menentukan untuk mencari petugas kesehatan yang diharapkan.
Sedang dalam bidang obat, sudah menyusun perencanaan terpadu dengan melibatkan semua pelaku lama yang sudah bertugas. Termasuk dengan unit struktural Pusat
Dr. Wan AlKadri, MSc
Ragam
1 Mediakom No.XXII/APRIL/2010
S
umber daya manusia (SDM) merupakan aset utama dan berperan penting bagi kelangsungan hidup suatu organisasi. Setiap organisasi dituntut membina kompetensi pegawainya sesuai dengan kompetisi jabatan-jabatan yang ada dalam struktur organisasi. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi setiap pegawai agar memiliki kecakapan, keterampilan, dan keahlian yang pada akhirnya tercipta profesionalisme yang diperlukan untuk menangkal berbagai ancaman, hambatan dan tantangan yang dihadapi saat ini dan di masa depan.Di lingkungan instansi pemerintah, untuk mengantisipasi situasi
tersebut, pemerintah melalui UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian telah mengubah paradigma di bidang kepegawaian, dari pendekatan yang berorientasi pada administrasi kepegawaian, ke pendekatan manajemen SDM. Sebagai tindak lanjut dari undang undang tersebut, pemerintah telah melakukan kajian dan mengeluarkan berbagai peraturan pelaksanaan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 yang kemudian di perbaruhi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural dan Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46 A tentang Pedoman Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan Struktural PNS dan Metode
Assessment Center.
Sebagaimana diuraikan oleh Tim Assessment Center Badan Kepegawaian Negara, metode
Assesment Center diharapkan dapat digunakan secara optimal untuk penelusuran potensi dan minat Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan di tempatkan dalam suatu jabatan dan sesuai dengan kehendak UU Nomor 43 Tahun 1999 Pasal 17 ayat (2) yang menyatakan “Pengangkatan PNS dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi, dan jenjang pangkat yang ditetapkan dalam jabatan itu serta syarat objektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan”.
Proses dan Tahapan Seleksi
Menurut Veithzal Proses seleksi adalah langkah-langkah yang harus dilalui oleh para pelamar sampai akhirnya memperoleh keputusan diterima atau ditolak sebagai pegawai baru.
Sistem Seleksi yang yang efektif pada dasarnya memiliki 3 sasaran yaitu:
1. Keakuratan, artinya kemampuan dari proses seleksi untuk secara tepat dapat memprediksi kinerja pelamar. Pertanyaan berikut ini mungkin dapat dipertimbangkan ketika melakukan seleksi, seperti apa kelemahan dari:
a. Instruktur yang kurang menguasai materi ?
b. Proses seleksi yang tidak dapat memprediksi kinerja pelamar di tempat kerja ?
Kesehatan Haji, P2PL, dan rumah sakit. Merumuskan kebutuhan obat dan jenis obat yang akan dipakai di tahun 2010, dengan memperbaiki formularium obat.
Disamping itu juga melakukan perbaikan sarana prasarana BPHI Madinah, dengan membuat kontrak baru, kemudian mendesain ulang sehingga menjadi rumah sakit kelas B.
Dalam pelayanan kesehatan yang tidak kalah penting adalah pemeriksaan dan pelaksanaan pembinaan di daerah asal. Saat ini sudah menetapkan 150 kabupaten / kota ( 30%) yang akan melaksanaan pemeriksaan pelayanan dan pembinaan jemaah haji secara standard. Mudah mudahan tahun depan akan meningkat 50%, tahun berikutnya 70%, sehingga pada akhir tahun 2014 akhir dari periode Kementerian Kesehatan 100% pemeriksaan dan pelayanan jemaah haji di daerah asal sudah standar.
Jadi diharapkan 210 ribu jemaah yang memenuhi
persyaratan sanggup dan mampu melaksanakan ibadah haji, maka dari segi kesehatan juga sudah memenuhi standar. Diharapkan dengan pelayanan kesehatan yang standar sewaktu di Arab Saudi semua jamaah dapat melaksanakan semua proses ibadahnya, bagi yang sakit setelah mendapat pertolongan dapat melakukan ibadah. Sehingga semua jamaah akan mendapatkan predikat haji, kecuali yang meninggal.
Harapan bapak untuk tahun 2010 kira-kira seperti apa sih pelayanan kesehatan haji Indonesia ini ?
Yang pasti 2010 harus lebih baik dari 2009. Oleh karena itu semua simpul yang ada di tanah air, embarkasi, perjalanan dan di Mekkah akan ditingkatkan. Sehingga tingkat kepuasan pelayanan kesehatan meningkat. n
Pra
Seleksi
Oleh Zaenal Abidin, S.AP, M.AP
Ragam
No.XXII/APRIL/2010Mediakom 1 c. Perhitungan dengan menggunakan komputer yang
menghasilkan jawaban yang salah.
2. Keadilan, artinya menjamin setiap pelamar yang memenuhi syarat untuk mendapat kesempatan yang sama di dalam sistem seleksi bila:
a. Didasarkan pada persyaratan-persyaratan yang dijalankan secara konsisten
b. Menggunakan standar penerimaan yang sama untuk semua pelamar.
3. Keyakinan, artinya taraf orang-orang yang terlibat dalam proses seleksi apabila :
a) Selama proses seleksi pelamar dan pewawancara menggunakan waktu dengan efektif dan baik. b) Setiap orang memperoleh manfaat dengan
mengikuti proses seleksi terlepas dari keputusan penerimaan karyawan yang diambil.
c) Citra perusahaan/situasi dan harga diri para pelamar tetap terjaga.
Dalam menangani penerimaan pegawai baru, seleksi calon pegawai harus diselenggarakan secara profesional, dalam arti tidak asal jadi. Kriteria yang harus dipenuhi bila pengolahan seleksi dapat disebut profesional, yaitu para
pengelola baik pimpinan maupun staf harus memiliki integritas diri yang tanpa kompromi, penyelenggara proses seleksi calon pegawai harus memiliki ilmu pengetahuan cara memproses pengadaan pegawai yang baik dan benar, agar proses seleksi calon pegawai menjadi bersih, transparan, dan profesional, diperlukan petugas yang memiliki komitmen yang tinggi dalam mengemban amanah sebagai panggilan jiwanya, proses seleksi calon pegawai akan bersih, transparan, dan profesional apabila para pimpinan dan staf pengelola proses tersebut memiliki kepedulian yang tinggi lepada para pelamar dan keluarganya untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya, seadil-adilnya, sejujur-jujurnya dan secepat-cepatnya, proses seleksi akan berlangsung secara profesional apabila para pengelolanya memiliki keterampilan yang tinggi dalam berinteraksi personal dengan orang lain,seleksi calon pegawai akan profesional bila ditangani oleh orang-orang yang memiliki sikap mental yang positif, dalam arti selalu menjaga norma dan etika yang selaras dan seimbang dalam kehidupannya sesuai akidah yang diyakininya, dan proses seleksi calon pegawai akan berhasil apabila ditangani oleh orang-orang yang memiliki keseimbangan dalam hidupnya.
Kesimpulan
Proses seleksi bukanlah kegiatan yang berdiri sendiri, artinya dalam melakukan kegiatan seleksi perlu mempertimbangkan berbagai masukan faktor misalnya informasi tentang analisis gambaran uraian pekerjaan yang akan dilakukan, persyaratan yang harus dipenuhi dan standar prestasi kerja yang harus dicapai. Kemudian yang perlu dipertimbangkan adalah rancangan SDM karena di dalamnya akan tergambar lowongan yang ada dan persyaratan apa yang harus diperhitungkan untuk menentukan berbagai langkah dalam menentukan proses seleksi.
Ragam
1 Mediakom No.XXII/APRIL/2010
D
isahkannya Undangundang Reformasi Kesehatan oleh Presiden Amerika Serikat Barack Obama, awal pekan ini, merupakan terobosan luar biasa bagi pelayanan kesehatan di negeri yang berideologi kapitalisme dan kebebasan individu ini.
Salah satu yang terpenting adalah
universal coverage, termasuk untuk 30 jutaan rakyat miskin yang selama ini tak mampu membeli asuransi kesehatan.
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia belum bisa segera mengikuti jejak AS walaupun selama ini sudah ada mekanisme untuk membantu layanan kesehatan bagi warga miskin. Target pencapaian
universal coverage di Indonesia perlu realistis dan bertahap mengingat kemampuan keuangan
negara serta kelayakan (feasibility)
mekanisme pengumpulan dana.
Untuk awalnya, full coverage mungkin
akan diutamakan untuk warga tak mampu dan coverage pelayanan kesehatan dasar untuk seluruh warga
masyarakat yang lain.
Sebenarnya jaminan negara bagi layanan kesehatan sudah memiliki payung hukum dengan adanya UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN adalah suatu tatanan atau tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial untuk menjamin agar setiap warga negara mempunyai perlindungan sosial yang dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak. Jaminan sosial dimaksud meliputi jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, dan jaminan kematian.
Setiap WNI berhak mempunyai jaminan kesehatan sosial, tanpa kecuali, tidak peduli kaya atau miskin, tinggal di kota atau di daerah terpencil, kaum elit ataupun rakyat biasa.
Bukan pengobatan gratis
Apa artinya “mempunyai jaminan kesehatan“? Istilah ini sering
disalahartikan atau disimpliikasi
sebagai “ memperoleh pengobatan
gratis “. Memang nantinya dalam praktiknya setiap orang yang menggunakan fasilitas kesehatan tidak mengeluarkan uang PADA SAAT menerima pelayanan kesehatan tersebut. Gratis? Tentu tidak. Pelayanan kesehatan itu mahal. Pelayanan kesehatan tersebut suatu waktu pasti harus dibayar oleh seseorang atau oleh suatu institusi. Jadi, kapan pembayaran dilakukan? Dan oleh siapa?
Indonesia sudah lama mengenal asa gotong royong. Saling
membantu, si kaya menolong si miskin, si kuat menolong si lemah. SJSN berasaskan gotong royong. Jaminan kesehatan tidak gratis, tetapi didanai bersama-sama secara bergotong royong melalui iuran. UU SJSN mengamanatkan bahwa setiap orang wajib menjadi peserta program Jaminan Kesehatan Sosial Nasional. Iuran bagi fakir miskin dan tidak mampu dibayar Pemerintah, masyarakat pekerja (formal/penerima upah) iurannya ditanggung bersama oleh pekerja dan pemberi kerja, sedangkan sektor informal (pekerja
rekrutmen atau seleksi adalah tidak tersedianya analisis jabatan padahal analisis jabatan merupakan input utama sebelum dilakukan proses seleksi. Analisis merupakan hal yang mendasar dalam proses seleksi, tanpa adanya data yang akurat tentang proil dari suatu jabatan, jenis keterampilan atau kemampuan yang dibutuhkan serta pengalaman dan pendidikan yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan tersebut maka proses seleksi akan menjadi tidak efektif sehingga tidak diperoleh hasil yang optimal dan bahkan tidak akan memberikan kepuasan kepada pegawai yang bersangkutan.
Proses seleksi dan penetapan yang tidak sesuai dengan prosedur dan syarat normatif akan sulit mencocokkan antara karakteristik individu (pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan lain-lain) dengan persyaratan jabatan yang harus dimiliki individu tersebut. Kegagalan dalam mencocokkan kedua hal tersebut dapat menyebabkan kinerja karyawan menjadi tidak optimal dan kepuasan kerja sangat rendah, tidak jarang hal ini membuat individu menjadi frustasi. n
Menuju Jaminan Kesehatan
Sosial nasional
Oleh dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH *)
Ragam
No.XXII/APRIL/2010Mediakom 1
P
emilihan Sumber Daya Manusia (SDM)bertujuan mencari kualitas, maka yang dipilih harus mampu menciptakan nilai komparatif, kompetitif–generatif–inovatif. Mampu mengerahkan seluruh energi optimal seperti penggunaan fungsi otak yaitu intelegensi, kreativitas dan imajinasi. Seluruh fungsi tersebut merupakan fungsi utama lobus frontalis (premotor dan prefrontal) dengan
cara melakukan organisasi otak sehingga terjadi optimalisasi seluruh fungsinya.
Sesuai dengan aktivitas otak maka lobus frontal mempunyai fungsi eksekutif yang berperan sebagai fungsi manajemen. Seorang individu, profesional, manajer dan pemimpin yang baik harus berupaya menguasai fungsi lobus frontalis ini, supaya mampu menggunakan dengan baik, sehingga dapat bersaing di era kompetisi antar otak dan kecerdasan di Millenium ke-3 ini.
Pengembangan dan penempatan SDM ke arah fungsi otak belum tersosialisasi dengan baik, sehingga arah pengembangan dan penempatan pegawai saat ini baru menggunakan standar kompetensi jabatan yang memuat antara lain latar belakang
pendidikan; ketrampilan yang harus dimiliki; jenis kelamin dan pengalaman kerja. Bahkan beberapa penempatan pegawai hanya berdasarkan pangkat dan mandiri/tidak menerima upah)
iurannya ditentukan khusus. Sesuai UU No. 40/2004, dana untuk menjamin kesehatan peserta dikumpulkan secara teratur oleh sebuah atau lebih Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Dana dikumpulkan tanpa menunggu kasus penyakit. Hal ini berbeda dengan mekanisme pengumpulan koin untuk ananda Bilqis yang dilakukan pada saat ia sudah mengalami musibah sakit (dan perlu biaya besar) sehingga menggerakkan rasa kemanusiaan dan solidaritas sosial masyarakat Indonesia.
Manfaat yang diperoleh peserta bersifat komprehensif berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, hingga rehabilitatif. Pembayaran kepada Pemberi Pelayanan Kesehatan
(PPK) bersifat prospective payment
system, suatu cara pembayaran yang kesepakatannya dilakukan di depan sebelum pelayanan diberikan.
Peta Jalan
Kementerian Kesehatan periode 2010-2014 bertekad untuk melakukan percepatan implementasi amanat UU
SJSN. Jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) yang telah dimulai sejak tahun 2005 (dulu Askeskin) sebagai bentuk pelaksanaan kewajiban pemerintah terhadap fakir miskin dan tidak mampu, tetap dijalankan dan diperbaiki mutunya sebagai langkah awal penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Sosial Nasional secara menyeluruh.
Sebuah tim yang melibatkan banyak akademisi, praktisi, kementerian terkait, dan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) tengah merancang peta jalan untuk pencapaian Jaminan Kesehatan Sosial Nasional bagi seluruh penduduk. Peta jalan ini mencakup aspek regulasi, kepesertaan, pelayanan kesehatan, paket manfaat, jaringan pelayanan, pendanaan, manajemen, dan sumber daya lainnya.
Saat ini baru 50,8 persen penduduk Indonesia yang mempunyai jaminan kesehatan: terdiri dari peserta Jamkesmas/ Jamkesda 37,5 persen, peserta Askes sosial 6,6 persen, peserta Askes komersial 1 persen. Jaminan kesehatan dalam Jamsostek 2 persen, Asabri 0,9 persen, dan asuransi lain
2,9 persen.
Untuk mencapai sistem Jaminan Kesehatan Sosial Nasional tidak cukup hanya memperluas cakupan kepesertaan, diperlukan kesiapan-kesiapan infrastruktur yang matang. Dalam hal kelembagaan, RUU Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kini sedang digodog di DPR. Badan tersebut nantinya bersifat nirlaba, dana amanah, bersifat nasional, akuntabel, transparan, dengan portabilitas.
Tiap-tiap sub sistem perlu ditata secara harmonis dengan sub sistem lainnya. Perlu dirancang secara baik ketersediaan Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) yang meliputi pelayanan kesehatan dasar/primer hingga tersier.
Selaku Menteri Kesehatan RI, saya mengajak seluruh komponen masyarakat untuk ikut serta menyukseskan upaya menuju pencapaian Jaminan Kesehatan Sosial Nasional bagi seluruh penduduk
sesuai amanah UU SJSN. n
(* Menteri Kesehatan)
Otak dan Pemilihan
Sumber Daya Manusia
Oleh dr. Joizal Jannis, Sp.S(K) dan
Ragam
1 Mediakom No.XXII/APRIL/2010
golongan. Kalau dilihat sejak awal pendidikan, maka tidak tampak gambaran pasti tentang pengembangan ke arah otak kiri otak kanan sehingga upaya
mencapai eisiensi kerja
masih tertinggal karena arah tidak sesuai dengan cara pengembangan SDM.
Kesenjangan terjadi antara posisi jabatan dan pendidikan menjadi tidak sesuai, karena yang bersangkutan hanya bekerja untuk menyelesaikan tugas rutin, tanpa melakukan
inovasi baru yang menyebarkan virus kreatif. Padahal yang diharapkan terbentuknya kemampuan imajinasi dan kreativitas yang mengarah pada kemajuan dan pengembangan, bukan hanya pada penyelesaian tugas saja.
Menempatkan seseorang pada posisi yang tepat akan membawa organisasi menjadi lebih hidup, akan terjadi hal hal baru untuk pengembangan organisasi dan pejabat itu sendiri. Menurut John Naisbit dalam bukunya
Mind Set “ budaya visual mengambil alih dunia karena visual ini merupakan fungsi otak kanan”.
Naisbit mengatakan, sejak dahulu menceritakan, menjelaskan, menyarankan, mengubah, memenangkan, membujuk, dan kata kata menyentuh selalu digunakan. Tapi kini, bahasa telah kalah oleh budaya visual, gambar langsung, ilm, video menggantikan penutur cerita dan buku. Budaya visual sukar dilupakan, sudah tertanam sejak masih kanak kanak. Budaya ini mengambil alih dunia dengan mengorbankan dunia tulis.
Novel yang merupakan ranah fantasi memang tidak mati, tapi mengalami perdarahan yang sangat parah. Situasi demikian telah berjalan sampai saat ini, arahnya adalah penggunaan otak kanan, bukan berarti melupakan otak kiri. Konsekuensi dari kenyataan yang telah digambarkan tadi menjadi tantangan dan peluang untuk mengembangkan SDM, memilih SDM berdasarkan kemampuan fungsi otak yang membagi atas otak kanan dan kiri.
Perangai otak Albert Einstein mengatakan, ada dua hal yang tidak terbatas. Yakni alam semesta dan otak manusia. Begitu hebatnya maka banyak tokoh otak menyampaikan keistimewaan otak manusia ini antara lain, Sir Charles Sherrington mengatakan bahwa otak manusia seperti alat tenun dengan berjuta pintalan mengikat, dengan menenun pola yang penuh arti.
Dalai Lhama menyebutkan bahwa otak bukanlah elemen tubuh yang statis, sehingga tidak bisa diubah. Potensi otak berubah tidak terbatas, bahkan boleh
dikatakan tidak terukur. Selain itu, Tony Buzan mengisyaratkan bahwa pada setiap otak manusia, ada sekitar satu trilyun (1,000,000,000,000) sel otak. Setiap sel otak (neuron) berisi satu elektrokimia besar kompleks dan kuat merupakan mikrodata yang memproses serta memancarkan sistem yang kompleks.
Manajemen perangkat otak Fungsi manajemen (planning, organizing, actuating/ motivating, dan controlling) sesuai dengan fungsi eksekutif yang ditopang mekanisme kerja otak, seorang profesional, pemimpin dan manajer harus berupaya menguasai fungsi lobus ini karena problem solving, kreativitas dan innovasi berada di bagian otak.
Otak merupakan organ yang mempunyai
kemampuan belajar, terdiri dari belahan kiri dan kanan yang mempunyai fungsi berbeda, sedangkan daya saing ditentukan oleh kecakapan menyerap pelajaran karena pikiran (mind), tubuh (body), emosi dan otak merupakan suatu kesatuan.
Mengapa seseorang hanya mampu menghafal pelajaran dalam jangka waktu pendek, sedangkan untuk menceritakan kisah detail tentang kehidupan pribadi 10 tahun yang lalu dapat diingat secara keseluruhan?
Pada prinsipnya dalam menggunakan otak untuk belajar dan mengingat harus sesuai dengan cara kerja otak dan menggunakan ke-dua belah otak. Setiap belahan dipisahkan oleh jembatan emas (golden bridge)
yang merupakan tempat penyeberangan kecerdasan dan kecerdikan seseorang. Setiap belahan menunjukkan pola pikir tertentu yang berbeda dan bertentangan. Gabungan ke-dua pola belahan tadi akan membentuk seseorang menjadi cerdas, cerdik berikir, berakal dan berakhlak.
Pelaksanaan manajemen perangkat otak terdapat ketimpangan fungsi, karena tidak dapat konsentrasi. Misal sewaktu mendengarkan ceramah menggunakan otak kiri, kemudian mencatat menggunakan otak kiri, berikir logis juga menggunakan otak kiri sehingga melimpah dan overloaded. Selain itu dalam melaksanakan fungsi manajemen tidak kreatif, tidak hafal mati, belajar dan bekerja tidak fun, sehingga mudah lupa.
Media Utama
No.XXIII/APRIL/2010Mediakom 1
Media
utama
S
etelah sukses melakukan reformasipendidikan pada masa jabatan pertama, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertekad melakukan reformasi kesehatan pada masa jabatan kedua (2009-2014). Hal itu disampaikan Presiden SBY ketika melantik 17 anggota Konsil Kedokteran Indonesia tahun lalu di Istana Negara.
Untuk menindaklanjuti tekad Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, telah membentuk Tim Penyusun Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat melalui SK Menkes No. 1067/Menkes/SK/ XI/2009. Tim terdiri dari 5 Kelompok Kerja (Pokja), yaitu Pokja Upaya Kesehatan (Pelayanan dan Pencapaian
MDGs), Pokja Pembiayaan Kesehatan (Jamkesmas), Pokja Manajemen Kesehatan, dan Good Governance, Pokja Kefarmasian dan Perbekalan Kesehatan, Pokja Sumber Daya Manusia.
Tim terdiri dari berbagai unsur yaitu Kementerian Kesehatan, BKKBN, Badan POM, Perguruan Tinggi dan Organisasi Profesi telah menyusun dokumen roadmap reformasi kesehatan masyarakat sebagai arah, dasar, dan strategi agar dapat dijadikan acuan bagi seluruh pelaku pembangunan kesehatan baik masyarakat, swasta maupun Pemerintah (Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota) serta pihak-pihak terkait dalam rangka melaksanakan reformasi kesehatan masyarakat tahun 2010-2014.
Media Utama
1 Mediakom No.XXIII/APRIL/2010
Pengarah
Dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH
Koordinator
Drg. Naydial Roesdal. MSc.PH
Sekretaris Umum
Dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes
Anggota Sekretariat
1. dr. Slamet, MHP
2. R.J. Sukowidodo, SKM, MPH
POKJA UPAYA KESEHATAN
(PELAYANAN dan PENCAPAIAN MDGs)
Ketua : dr. Budihardja, MPH, DTM&H
Ketua 1 : dr. Farid Wadjdi Husain, Sp.B(K)
Ketua 2 : dr. Sugiri (BKKBN)
Sekretaris : dr. T. Marwan Nusri, MPH
Anggota
1. Prof Umar Fahmi 2. Prof Azrul Azwar 3. dr. Nyoman Kandum, MPH 4. dr. Endang Anhari 5. dr. Edi Suranto, MPH
6. dr. Mulya A. Hasjmy, Sp.B, M,Kes 7. dr. Ina Hernawati, MPH 8. dr. Iwan M.Muljono, MPH 9. dr. Kuwat Sri Hudayo, MS 10. Dr. dr. Trihono, M.Kes 11. Drs. Purwadi, Apt, MM, ME 12. dr. Sri Hermiyati, MSc 13. dr. Abidinsyah Siregar, MPH 14. dr. M. Sholah Imari, MSc 15. drg. Tini Suryani Suhandi, M.Kes
POKJA PEMBIAYAAN KESEHATAN (JAMKESMAS)
Ketua : dr. Sjaii Ahmad, MPH
Ketua 1 : drg. Naydial Roesdal, M.ScPH
Ketua 2 : dr. Farid Hariyanto
Sekretaris : dr. Chalik Masulili, MSc
Anggota
1. Prof Habullah Thabrani 2. Dr. Prastuti Suwondo, SE
3. dr. Budi Hidayat 4. Dr. drg. Mardiati Najib 5. Prof Ascobat Gani, MPH, Dr.PH 6. Suhardjono, SE, MM
7. Harmen Mardjunin, SE, MM 8. dr. Donald Pardede, MPPM 9. Drs. Bayu Teja, Apt, M,Phar 10. drg. Usman Sumantri, MSc
POKJA MANAJEMEN KESEHATAN, GOOD GOVERNANCE
Ketua : dr. Faiq Bahfen, SH
Ketua 1 : dr. Ratna Rosita Hendardji, MPHM
Ketua 2 : dr. Krishnajaya, MS
Sekretaris : Prof. dr. Budi Sampurna, SH, DFM, Sp.F(K)
Anggota
1. Prof. Laksono 2. Prof. Amal C. Sjaaf 3. Prof. Purnawan Djunadi
4. dr. Guntur Budi Wanarto, MM, MSc 5. dr. Sandi Ilyanto
6. dr. Lily S. Sulistyowati, MM 7. dr. E. Jane Supardi, MPH, Dsc 8. dr. Abdul Rival, MSc 9. dr. Kirana Pritasari, MQIH 10. Burlian Mughni, SH 11. Arsil Rusli, SH, MH 12. Sukamto, SH 13. Dr. Dadi Sunjaya
POKJA KEFARMASIAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN
Ketua : Dra. Kustantinah, Apt, M, Appt, Sc
Ketua 1 : Dra. Lucky Oemar Said, Apt (BPOM)
Sekretaris : Drs. Purwadi, Apt, MM, ME
Anggota
1. Drs. Slamet Susilo
2. Drs. T. Bahdar J. Hamid, Apt, M. Pharm 3. Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt, PhD
4. Sukendar Adam, DIM, M.Kes 5. Dr. Ondri Dwi Sampurno, Msi, Apt 6. Dra. Sri Indrawaty, Apt, M.Kes 7. Dr. Delina Hasan (FKM-UI)
POKJA SUMBER DAYA MANUSIA
Ketua : dr. Bambang Giatno Raharjo, MPH
Ketua 1 : Prof. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K)
Ketua 2 : Dr. Triono Soendoro, Ph.D
Sekretaris : Drs. Abdurahman, MPH, SH, DFM, Sp.F(K)
Anggota
1. Dr. dr. Adang Bahtiar 2. dr. Sandi Ilyanto
3. dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes 4. Drs. Zulkarnain Kasim, SKM, MBA 5. dr. Asyikin Iman Dahlan, MHA 6. dr. Setiawan Soeparan, MPH 7. drg. S. R. Mustikowati, M.Kes 8. Dr. Ida Bagus Indra Gotama
TIM PERUMUS
Ketua : dr. Indriyono, MPH
Wakil Ketua : dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes
Sekretaris : dr. Trisa Wahyuni Putri, M.Kes
ANGGOTA
1. dr. T. Marwan Nusri, MPH
2. Prof. dr. Budi Sampurna, SH, DFM, Sp.F, (K) 3. Drs. Purwadi, Apt, MM, ME
4. dr. Ina Hernawati, MPH 5. Dr. dr. Trihono, M.Kes 6. dr. Sandi Ilyanto 7. Dr. dr. Adang Bahtiar 8. Dr. drg. Mardiati Najib 9. dr. Donald Pardede, MPPM
10. Drs. Bayu Teja Muliawan, Apt, M. Pharm 11. Drs. Abdurachman, MPH
12. Prof. Laksono Trisnantoro
Susunan Tim Penyusunan
Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat
tujuh bidang , yaitu : 1) jaminan kesehatan masyarakat; 2) pelayanan Kesehatan di Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK); 3) ketersediaan obat dan alat kesehatan di setiap fasilitas
kesehatan; 4) reformasi birokrasi pembangunan kesehatan; 5) Bantuan Operasional Kesehatan; 6) penanganan daerah bermasalah kesehatan; dan 7) pelayanan rumah sakit berstandar internasional.
Media Utama
No.XXIII/APRIL/2010Mediakom 1 ini sudah ada tapi belum berfungsi,
atau telah berfungsi namun masih terdapat berbagai disparitas ataupun belum ada sama sekali. Berbagai terobosan tersebut diupayakan dapat dilakukan pada upaya kesehatan, good governance, pembiayaan kesehatan, kefarmasian dan perbekalan kesehatan, serta sumber daya manusia kesehatan.
Dengan semangat “unity, together we can” yang bermakna pentingnya kebersamaan dan kerja sama yang baik untuk mencapai tujuan. Dengan spirit “tagline” itu, diharapkan terjadi peningkatan motivasi dan etos kerja seluruh abdi negara termasuk abdi kesehatan di semua jajaran kesehatan.
Roadmap Reformasi Kesehatan Masyarakat memperhatikan perencanaan dan arah jangka panjang pembangunan kesehatan (RPJPK), Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014,
kontrak kinerja Menteri Kesehatan, Program Prioritas dan Program Aksi Presiden dan isu ekternal lain seperti national summit.
Rumusan roadmap reformasi kesehatan masyarakat yang dia-manatkan Presiden disamping untuk menjawab tantangan perubahan lingkungan strategis dan tuntutan permasalahan yang ada di masyara-kat, juga berisi pemikiran-pemikiran kritis yang merupakan ekstraksi do-kumen Renstra namun dilaksanakan melalui langkah-langkah yang akseleratif dan reformatif yang akan mempercepat pelaksanaan pemba-ngunan kesehatan, dengan meletak-kan dasar yang kuat dan pencapaian yang cepat.
Reformasi juga perlu dilakukan di berbagai jenjang, baik di Pusat maupun Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) dengan melibatkan seluruh komponen bangsa, termasuk swasta dan masyarakat. Tetapi perlu
diingat, dalam mengupayakan reformasi kesehatan harus menjamin keamanan reformasi regulasi
dengan mengharmonisasikan semua peraturan yang ada di pusat dan daerah.
Misalnya PP No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan Pemerintah Pusat dan Daerah, yang belum dilengkapi dengan Norma Standar Prosedur dan Kriteria (NSPK) dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No.13 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
Penyelenggaraan Reformasi Kesehatan dilakukan dengan mengidentiikasi isu-isu strategis mutakhir di sektor kesehatan, strategi serta langkah-langkah yang akan dilakukan untuk mencapainya. Semua langkah kegiatan yang dilakukan perlu dijabarkan dalam tahapan pencapaiannya secara terukur dalam setiap tahun dengan jelas.
Tujuan Reformasi Kesehatan
Umum : tercapainya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Khusus :
1. Tersedianya pembiayaan untuk jaminan pelayanan medik dasar untuk seluruh penduduk Indonesia (re. Target Pencapaian Standar Pelayanan Minimal); 2. Tersedianya pembiayaan untuk pelayanan
kesehatan dasar promotif dan preventif (re. Target Pencapaian Standar Pelayanan Minimal);
3. Tersedianya obat/alkes untuk Program KIA/KB, Program Penanggulangan Penyakit Malaria, Tuberkulosis, dan HIV/AIDS (re. Target Pencapaian Millenium Development Goals);
4. Terbentuknya kelembagaan Kementerian Kesehatan yang tepat fungsi dan tepat ukuran serta tatakelola kesehatan yang baik;
5. Tersedianya sumber daya kesehatan untuk Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (re. Target Pencapaian Standar Pelayanan Minimal);
6. Tersedianya sumber daya kesehatan untuk Daerah Bermasalah Kesehatan dengan kategori Buruk/ Khusus (re. Target Pencapaian Standar Pelayanan Minimal);
7. Tersedianya sumber daya kesehatan dan peraturan perundang-undangan untuk mendukung
pengembangan rumah sakit yang terakreditasi internasional.
Tagline
Tujuan Reformasi Kesehatan Masyarakat, dicapai melalui penyelenggaraan sistem kesehatan yang mempunyai nilai-nilai sebagai berikut :
1. Pro Rakyat, yang maknanya semua program pembangunan kesehatan haruslah menghasilkan yang terbaik untuk rakyat;
2. Inklusif, yang maknanya semua program pembangunan kesehatan haruslah melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan saja.
3. Responsif, yang bermakna bahwa program kesehatan haruslah sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat.
4. Efektif, yang bermakna bahwa program kesehatan haruslah menghasilkan sesuatu yang signiikan. 5. Bersih, yang dimaknai bahwa program kesehatan
Media Utama
0 Mediakom No.XXIII/APRIL/2010
1. Jaminan Kesehatan Masyarakat
Saat ini cakupan kepesertaan jaminan kesehatan dengan berbagai cara penjaminan baru mencapai 50,8% dari seluruh penduduk dengan kontribusi terbesar dari peserta Jamkesmas untuk masyarakat miskin dan tidak mampu yang pembiayaannya ditanggung negara yang berjumlah 76,4 juta jiwa (+ 36 %). Setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya sehingga negara bertanggung jawab mengatur dan membuat skema agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.
Oleh karena itu, jaminan kesehatan yang merupakan sebuah sistem yang memungkinkan seseorang
terbebas dari beban biaya berobat yang mahal yang menyebabkan gangguan pemenuhan kebutuhan dasar hidup perlu diperluas kepesertaannya menjadi kepesertaan semesta, serta kualitas penyelenggaraannya melalui reformasi pembiayaan kesehatan agar pada waktunya mencakup semua penduduk sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).
Jaminan Kesehatan Semesta adalah suatu keadaan seluruh penduduk yang tinggal di Indonesia memiliki jaminan kesehatan dikembangkan dengan prinsip asuransi sosial yang meliputi : kepesertaan yang bersifat wajib dan non diskriminatif bagi kelompok formal (penerima upah), informal (tidak menerima upah) dan masyarakat miskin (penerima bantuan iuran) dengan manfaat pelayanan medis yang sama (prinsip ekuitas), dan pelayanan dapat diakses secara nasional (prinsip portabilitas), bersifat komprehensif, dengan manfaat pelayanan kesehatanyang komprehensif.
Kepesertaan dalam program Jaminan Kesehatan sesuai UU No. 40 tahun 2004 bersifat wajib. Kepesertaan yang bersifat wajib dimaksudkan agar seluruh
rakyat menjadi peserta Jaminan Kesehatan sehingga masyarakat dapat terlindungi kesehatannya. Makna
isiologis dari kepesertaan wajib adalah agar terjadi subsidi silang antara yang kaya dan miskin, yang sehat dan sakit, yang tua dan muda serta yang berisiko sakit tinggi dan berisiko sakit rendah. Penerapan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah serta kelayakan penyelenggaraan program Jaminan Kesehatan.
Sasaran kepesertaan wajib dalam Jaminan Kesehatan mencakup seluruh penduduk Indonesia, termasuk orang asing yang bekerja dan tinggal di Indonesia paling sedikit 6 (enam) bulan berturut-turut.
Strategi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan meningkatkan cakupan/ perluasan kepesertaan jaminan kesehatan agar mencakup 100% penduduk (universal coverage)
dengan cara mempertahankan kesinambungan jaminan kesehatan masyarakat miskin (penerima bantuan iuran), mengakselerasi jaminan kesehatan pada sektor formal (penerima upah), pengembangan jaminan kesehatan kelompok informal (tidak menerima upah) dengan pemberian subsidi pada kelompok informal.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan secara terstruktur yakni : analisis potensi kepesertaan, sosialisasi dan advokasi, implementasi dengan penyiapan regulasi serta badan penyelenggara jaminan kesehatan tersebut. Tahapan perluasan kepesertaan tersebut dilakukan sebagai berikut; yakni tahap 2010 : pengembangan kepesertaan Jamkesmas pada kelompok informal sebagai tambahan Penerimaan Bantuan Iuran (PBI), pengembangan pada penerima bantuan iuran Pemerintah Daerah dan pengembangan kepesertaan pada kelompok formal.
Tahap 2011 : pemantapan pada kepesertaan Jamkesmas pengembangan pada PBI Pemda,
pengembangan kepesertaan pada kelompok formal dan pada kelompok informal mampu.
Tahap 2012 : pemantapan pada kepesertaan
Jamkesmas, pemantapan pada penerima bantuan iuran Pemerintah Daerah, pengembangan kepesertaan pada kelompok formal dan kelompok informal mampu.
Tahap 2013 : pemantapan pada kepesertaan
Jamkesmas, pemantapan pada penerima bantuan iuran Pemerintah Daerah, pengembangan kepesertaan pada kelompok formal dan kelompok informal mampu.
Tahap 2014 : pemantapan pada kepesertaan
Jamkesmas, pemantapan pada penerima bantuan iuran Pemerintah Daerah, pengembangan kepesertaan pada kelompok formal dan pengembangan serta monitoring dan evaluasi.
Media Utama
No.XXIII/APRIL/2010Mediakom 1 Perpres jaminan kesehatan yang juga diharapakan
selesai tahun 2010, Perpres mengenai penyaluran, pemanfaatan dan pertanggungjawaban dana jaminan kesehatan di PPK yang diharapkan selesai pada 2010. Permenkes mengenai NSPK pembiayaan kesehatan yang akan diselesaikan pada 2010, serta regulasi Pembentukan UPT Badan Pengelola Jamkesmas dengan BLU yang juga akan diselesaikan pada tahun 2010.
Perluasan cakupan kepesertaan jaminan kesehatan dilakukan sejalan dengan penyediaan pelayanan melalui pengembangan pemberi pelayanan kesehatan. Pengembangan PPK sebagai jaringan pelayanan tersebut diproyeksikan sebagai berikut : RS, Balai Kesehatan, Klinik spesialis dll; pada tahun 2010 berjumlah 1200, tahun 2011 berjumlah 1350, tahun 2012 berjumlah 1500, tahun 2013 berjumlah 1550 dan tahun 2014 berjumlah berjumlah 1600.
Demikian pula pengembangan pemberi pelayanan kesehatan tingkat dasar (Puskesmas, Dokter Keluarga, dll) juga akan dilakukan secara bertahap yakni; pada tahun 2010 berjumlah 9000, tahun 2011 berjumlah 12.000, tahun 1012 berjumlah 16.000, tahun 2013 akan berjumlah 18.000 serta pada tahun 2014 akan berjumlah 20.000.
Sejalan dengan itu, untuk pengelolaan program, perlu dikembangkan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Pengembangan Badan Penyelenggara tersebut
dilakukan dengan mempertimbangkan masa transisi sambil terbentuknya BPJS menurut UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN yang diproyeksikan akan selesai paling lambat tahun 2012.
Tahapan pengembangan ini dilakukan sebagai berikut: tahun 2010 badan penyelenggara terdiri dari Jamkesmas, PT Askes (Persero), PT (Persero) Jamsostek, PT Asabri, Asuransi komersial lainnya. Dalam tahun 2010 juga diharapkan terjadi perubahan dari bentuk TP Jamkesmas saat ini menjadi UPT Badan Pengelola Jamkesmas (BLU).
Tahun 2011 : Penyelenggara jaminan kesehatan terdiri dari UPT Badan Pengelola Jamkesmas (BLU, PT Askes (Persero), PT (Persero) Jamsostek, PT Asabri, Asuransi komersial lainnya. Seterusnya tahun 2012 diharapkan telah terbentuk BPJS menurut UU Pembentukan BPJS sebagaimana amanat UU No 40 tahun 2004 tentang SJSN yang seterusnya akan berperan sebagai penyelenggarajaminan kesehatan.
Perluasan cakupan kepesertaan (termasuk
kesinambungan jaminan kesehatan masyarakat miskin) yang diharapkan pada implementasi pencapaian
kepesertaan jaminan kesehatan semesta tersebut adalah: : pada tahun 2010 sebanyak 148,26 juta, tahun 2011 sebanyak 178,81 juta, tahun 2012 sebanyak 201,18 juta, tahun 2013 sebanyak 229,87 juta serta pada tahun 2014 mencapai 245,3 juta penduduk (100% penduduk).
2. Pelayanan Kesehatan di DTPK
Dalam rangka memberikan pemerataan akses pada pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka pemerintah sudah seharusnya memberikan perhatian khusus bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan. Merujuk pada Visi Pembangunan Kesehatan di dalam perencanaan strategis tahun 2010-2014, yaitu masyarakat mandiri yang sehat dan berkeadilan, maka dalam batasan ini berkeadilan dimaknai sebagai tidak memberikan dalam jumlah yang sama terhadap permasalahan yang berbeda, seperti misalnya : pelayanan kesehatan yang diperlukan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan (DTPK).
Masyarakat di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan menghadapi berbagai permasalahan yang sangat spesiik. Isu strategis terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) adalah sebagai berikut : 1) Kondisi geograi yang sulit dan iklim/cuaca yang sering berubah; 2) Status kesehatan masyarakat yamg masih rendah; 3) Beban ganda penyakit; 4) Terbatasnya sarana (terutama jalan, listrik dan air) dan prasarana pelayanan kesehatan di DTPK; 5)
Terbatasnya jumlah, jenis, dan mutu SDM kesehatan; 6) Pembiayaan kesehatan yang belum fokus dan sinkron; 7) Belum terpadunya perencanaan program dan pelaksanaan kesehatan lapangan; serta 8) Lemahnya pengendalian program.
Media Utama
Mediakom No.XXIII/APRIL/2010
daerah lainnya, terutama pendekatan yang berkaitan dengan kedaulatan (souvereignity approach) dan pendekatan ekonomi (prosperity approach).
Pembangunan yang dilaksanakan di daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan harus dilaksanakan secara terpadu, sinergis dan berkesinambungan oleh seluruh sektor. Perumusan dan pengembangan kebijakan ketenagaan kesehatan perlu mempertimbangkan berbagai faktor lingkungan strategis seperti keadaan goegrais suatu wilayah, kemampuan iskal daerah, dan harus disesuaikan dalam rangka desentralisasi. Pertimbangan berbagai konteks kebijakan dalam perumusan dan pengembangan kebijakan kesehatan sangat penting dalam menjamin efektivitas
implementasi dari kebijakan tersebut.
Sasaran yang ingin dicapai dalam pelayanan kesehatan di DTPK antara lain sebagai berikut : 1) Pemenuhan SDM Kesehatan di DTPK melalui
peningkatan penempatan tenaga kesehatan di DTPK dan mengembangkan mekanisme rekrutmen penerima bantuan biaya pendidikan tenaga kesehatan yang berasal dari DTPK; 2) Peningkatan kemampuan SDM Kesehatan di DTPK melalui pelatihan pelatihan; 3) Penyediaan, pemerataan dan menjamin keterjangkauan sediaan farmasi dan alat kesehatan di seluruh fasilitas kesehatan di DTPK; 4) Peningkatan akses transportasi untuk pelayanan kesehatan yang bermutu di DTPK; 5) pemenuhan pembiayaan operasional kesehatan melalui Bantuan Operasional Kesehatan (BOK); 6) Pengembangan kebijakan-kebijakan tentang standar pelayanan kesehatan yang spesiik untuk DTPK, kebijakan tentang standar tenaga kesehatan strategis sebagai kelengkapan pelaksanaan PP 38 tahun 2007 (Bidang Kesehatan), dan kebijakan tentang standar kompetensi spesiik bagi tenaga kesehatan yang dibutuhkan di DTPK.
3. Ketersediaan Obat dan alat
Kesehatan di Setiap Fasilitas
Kesehatan Serta Pengembangan
Obat Tradisional (Jamu).
Capaian MDGs harus didukung oleh akses obat yang aman, berkhasiat dan bermutu serta terjamin dalam jenis dan jumlah sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan, khususnya program KIA,Malaria, TB dan HIV/AIDS. Namun data di lapangan menunjukkan rata-rata ketersediaan obat tahun 2008 masih belum mencukupi, yaitu sebesar 78% dari kebutuhan riil pengobatan dasar.
Disamping disparitas ketersediaan obat nasional, terjadi disparitas berdasarkan wilayah, yaitu antara wilayah Barat dan Tengah (88%) dan wilayah Timur (58%). Berdasarkan kelas terapi, juga terlihat kekurangan ketersediaan obat program TB (7,9 bulan/tahun) dan antibiotik (10,1 bulan/tahun).
Bedasarkan anggaran, sampai dengan tahun 2008 pembiayaan pemerintah pusat dan daerah utnuk belanja obat pelayanan kesehatan dasar baru mencapai Rp. 13.000,-/kapita/tahun. Sedangkan WHO merekomendasikan minimal 2 USD/kapita/tahun (setara Rp.18.000,- s/d Rp. 20.000,-).
Pelayanan kefarmasian belum sesuai standar, karena terbatasnya tenaga Apoteker di Puskesmas dan Belum optimalnya peran Apoteker di rumah sakit, yang pada akhirnya mempengaruhi pencapaian mutu pelayanan kesehatan. Sementara itu masih ditemukan penggunaan obat yang belum rasional, antara lain pengobatan sub terapetik, pengobatan yang tidak sesuai dengan standar terapi dan ketidakpatuhan pemakaian obat sesuai dosisnya. Penerapan penggunaan obat yang rasional
merupakan faktor kunci untuk mencapai efektivitas dan eisiensi biaya pengobatan, utamanya program KIA, Malaria, TB dan HIV/AIDS.
Peran bidang kefarmasian dalam reformasi kesehatan masyarakat sangat penting dalam penentuan strategi
“health-seeking” yang memadai, termasuk penggunaan obat yang rasional dan eisiensi pembiayaan obat serta akses dan informasi obat.
Pelayanan kefarmasian merupakan salah satu pilar dari 3 (tiga) pilar pelayanan kesehatan, yaitu pelayanan medik, pelayanan keperawatan dan pelayanan
kefarmasian, sehingga pelayanan kefarmasian yang efektif dan eisien sangat diperlukan dalam peningkatan akses dan mutu pelayanan kesehatan.
Media Utama
No.XXIII/APRIL/2010Mediakom pelayanan farmasi klinik di rumah sakit dan komunitas,
yang berfungsi dan bersifat inklusif dan responsif. Disamping itu perlu dilakukan perubahan kebijakan mendasar dalam menempatkan dan meningkatkan peran Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian di rumah sakit dan puskesmas yang akan dievaluasi melalui sistem akreditasi rumah sakit dan puskesmas.
Mempertimbangkan disparitas dan berbagai kelemahan di atas, reformasi di bidang ketersedian obat dan alat kesehatan di setiap fasilitas kesehatan menjadi sangat penting, relevan dan kontekstual. Sasaran yang ingin dicapai dari prioritas ini adalah sebagai berikut : 1) Peningkatan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat, terutama obat esensial
untuk program KIA, Malaria, TB, HIV/AIDS serta eisiensi pembiayaan obat melalui penerapan “health/medicine account” dan prinsip farmakoekonomi; 2) Peningkatan pelayanan kefarmasian yang efektif dan eisien, termasuk penggunaan obat yang rasional, sebagai salah satu pilar palayanan kesehatan untuk mencapai target MDGs; 3) Peningkatan keamanan, khasiat dan mutu ketersediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan yang beredar serta melindungi masyarakat dari penggunaan yang salah dan penyalahgunaan obat; dan 4) Upaya kemandirian di bidang obat bahan baku obat dan obat tradisional Indonesia melalui pemanfaatan keanekaragaman hayati.
4. Reformasi Birokrasi Pembangunan
Kesehatan
Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaruan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut aspek-aspek berikut : kelembagaan (organisasi), ketatalaksanaan (business process), dan sumber daya manusia aparatur.
Reformasi Birokrasi Bidang Kesehatan diharapkan mampu menjawab berbagai permasalahan termasuk perubahan pada perbaikan dalam manajemen Perencanaan, Pelaksanaan, dan Pengawasan yang cost effective, mampu menampilkan Postur Organisasi/ Kelembagaan ke depan dengan prinsip organisasi yang modern “Ramping Struktur dan Kaya Fungsi”, mampu diukur melalui kinerja dan terwujudnya peningkatan pengawasan yang pada akhirnya mampu mewujudkan pengelolaan keuangan dengan kinerja yang baik (Wajar Tanpa Pengecualian). Sasaran yang ingin dicapai dalam perubahan penyelenggaraan pembangunan kesehatan dilakukan dengan 2 (dua) upaya pokok, yaitu :
PERTAMA, redeinisi fungsi unit utama di lingkungan Kementerian Kesehatan sehingga terjadi pemilahan dan sekaligus perumpunan fungsi baru yang lebih sesuai dengan tuntutan perubahan yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal organisasi. Redeinisi fungsi dari unit utama Kementerian Kesehatan dilakukan melalui kegiatan pokok, yaitu :
a. Redeinisi visi, misi dan strategi Kementerian Kesehatan untuk periode waktu 2010-2014 dengan langkah-langkah : (1) Melakukan review arahan Presiden pada Rapat I Kabinet Indonesia Bersatu 2, hasil National Summit 2009, RPJMN Kesehatan 2010-2014, Renstra Kementerian Kesehatan 2010-2010-2014, UU No. 36/2009 tentang Kesehatan, UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, UU No. 25/2009 tentang
Pelayanan Publik, PP No. 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, PP No. 41/2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah; (2) Menyelenggarakan semiloka Visi, Misi dan Strategi Kementerian
Kesehatan2010-2014; dan (3) Melakukan sosialisasi visi, misi, dan strategi Kementerian Kesehatan 2010-2014.
b. Restrukturisasi Kementerian Kesehatan
untuk mewujudkan postur organisasi/kelembagaan kedepan dengan prinsip organisasi yang modern “Ramping Struktur dan Kaya Fungsi”, maka akan dilakukan langkah-langkah : (1) Melakukan analisis kebutuhan fungsi baru Kementerian Kesehatan; (2) Menyelenggarakan semiloka fungsi baru Kementerian Kesehatan; (3) Melakukan analisis fungsi jabatan struktur baru unit utama Kementerian Kesehatan; dan (4) Sosialisasi struktur baru unit utama Kementerian Kesehatan.
Media Utama
Mediakom No.XXIII/APRIL/2010
kerja potensial untuk pengembangan struktur baru Kementerian Kesehatan; dan (4) Penyiapan kelengkapan persyaratan administrasi struktur baru Kementerian Kesehatan.
KEDUA, Penajaman implementasi desentralisasi kewenangan dalam bidang kesehatan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi serta
pemerintah daerah kabupaten/kota (Re. PP No. 38/2007). Hal ini dilakukan melalui :
a. Penyusunan tatalaksana (business process) yang menghasilkan standar prosedur operasional untuk setiap proses kerja dalam pengelolaan dan penyelenggaraanupaya kesehatan, dengan
langkah-langkah, yaitu : (1) Identiikasi proses kerja didalam organisasi; (2) Identiikasi prosedur untuk setiap proses kerja di dalam organisasi; (3) Pengembangan alur kerja; (4) Penetapan standar prosedur kerja; dan (5) Sosialisasi standar prosedur kerja.
b. Elektronisasi dokumentasi/kearsipan untuk semua kegiatan pengelolaan dan penyelenggaraan upaya kesehatan, dengan langkah-langkah yaitu : (1) Penyusunan kerangka acuan kerja dan proposal kegiatan elektronisasi dokumentasi; (2) Identiikasi kebutuhan elektronisasi dokumentasi; (3) Perencanaan pengadaan elektronisasi dokumentasi; (4) Proses pengadaan elektronisasi dokumentasi; (5) Pelaksanaan elektronisasi dokumentasi.
5. Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK)
Pembangunan kesehatan pada kurun waktu 2010-2014 memberi perhatian khusus untuk tercapainya tujuan Millennium Development Goals (MDGs). Sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan dasar baik upaya kuratif-rehabilitatif maupun promotif-preventif, Puskesmas dan jaringannya berperan penting dalam pencapaian indikator yang terkait dengan MDGs tersebut, yaitu penurunan angka kematian ibu,
penurunan angka kematian anak, penurunan gizi buruk dan penanggulangan penyakit yang berpotensi wabah. Saat ini indikator impact/output menunjukkan bahwa tujuan tersebut belum tercapai, asumsinya terutama disebabkan oleh masalah rendahnya biaya operasional yang membuat kinerja Puskesmas menjadi tidak optimal, khususnya pada kinerja yang menunjang upaya promotif dan preventif. Sampai saat ini besaran biaya operasional di Puskesmas relatif kecil, sangat bervariasi antar daerah dan masih terfragmentasi dari berbagai sumber (program teknis, proyek, daerah).
Padahal kebutuhan dana untuk melaksanakan kegiatan tersebut, misalnya kunjungan luar gedung ke lapangan, penyuluhan, imunisasi, kunjungan ke Posyandu, Ante Natal Care (ANC), dll, memerlukan biaya yang tidak sedikit yang tidak sepenuhnya dapat ditampung dalam struktur dana yang ada di Puskesmas saat ini. Begitu pula variasi kondisi Puskesmas yang begitu luas membuat variasi yang luas dari pencapaian target tersebut.
Oleh karena itu perlu dilakukan terobosan yakni reformasi pembiayaan kesehatan melalui penyaluran langsung dalam bentuk biaya operasional untuk memperlancar kinerja Puskesmas guna mendukung pencapaian target-target MDGs. Hal tersebut merupakan terobosan baru yakni memberikan dukungan
biaya operasional non gaji dan non investasi dalam
bentuk Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang peruntukkannya ditentukan untuk kegiatan operasional pelaksanaan kegiatan di Puskesmas dan jaringannya dan manajemen penunjangnya, yang harus dibedakan peruntukkannya dengan pembiayaan Puskesmas yang non BOK.
Pemberian BOK dimaksudkan agar kinerja Puskesmas dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar terutama promotif dan preventif dapat meningkat sehingga mempercepat pencapaian MDGs. BOK adalah bantuan operasional kesehatan untuk meningkatkan kinerja Puskesmas di bidang pelayanan kesehatan preventif dan promotif meliputi : KIA-KB, imunisasi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pembinaan upaya kesehatan berbasis masyarakat seperti Posyandu, Polindes, Poskesdes. BOK merupakan bantuan sosial yang dipergunakan untuk kegiatan pelayanan kesehatan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas dan jaringannya disediakan oleh Pemerintah.
Media Utama
No.XXIII/APRIL/2010Mediakom yang ingin dicapai dalam BOK adalah : 1) Tersedianya
bantuan biaya operasional (non gaji, non investasi) untuk mendukung pelaksanaan kegiatan di puskesmas dan jejaring pelayanan kesehatan dasar lainnya; dan 2) Terselenggaranya kegiatan promotif dan preventif terakit dengan program KIA/KB, Imunisasi, Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, Pencegahan Penyakit, serta pembinaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Penghitungan alokasi BOK didasarkan pada klasiikasi Puskesmas berdasarkan : regionalisasi, IPKM, indeks kemahalan, tingkat kesulitan (geograis), jumlah penduduk, jumlah petugas kesehatan, Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).
Penetapan alokasi dana BOK Puskesmas dilakukan bertingkat dengan cara : Kepala Puskesmas menyusun kebutuhan dana BOK melalui mini lokakarya , dan mengusulkan kebutuhan dana BOK kepada Dinkes Kab/Kota. Tim Manajemen BOK Kab/Kota menilai dan merekapitulasi usulan BOK Puskesmas di wilayahnya dan mengajukan besaran alokasi anggaran BOK kepada Tim Manajemen BOK Provinsi.
Tim Manajemen BOK Kab/Kota menetapkan besaran usulan alokasi anggaran masing-masing Puskesmas melalui SK yang ditandatangani oleh Kepala Dinkes Kab/Kota. Tim Manajemen BOK Provinsi melakukan veriikasi dan rekapitulasi atas usulan BOK Kab/Kota dan mengusulkan alokasi anggaran BOK Provinsi ke Kementerian Kesehatan. Kementerian Kesehatan c.q. Ditjen Upaya Pelayanan Kesehatan menetapkan alokasi anggaran BOK per provinsi berdasarkan (penilaian usulan dari tim manajemen BOK provinsi) kriteria BOK (indeks IPKM dan IPM, jumlah penduduk dan sasaran, kemampuan iskal daerah, kemiskinan, indeks kemahalan) dengan memperhatikan ketersediaan anggaran.
Dana BOK merupakan belanja mengikat bantuan sosial yang penggunaannya untuk operasional dan
manajemen penunjang operasional bersifat leksibel sesuai kebutuhan lapangan dan dalam jangka panjang memerlukan sharing Pusat, Provinsi dan Kab/Kota dalam rentang kendali pengawasan penggunaan serta pertanggung-jawabannya.
Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah : Perumusan konsep, implementasi dan langkah-langkah BOK (Januari 2010), disain Pilot Project (Januari 2010), pengusulan anggaran 2010 (Januari 2010), implementasi (Feb sd Des 2010), perbaikan desain atas dasar uji coba (Mei sd Juni 2010), penyusunan Juklak/Juknis, termasuk governance manual (Feb sd Sep 2010), diseminasi (Okt sd Des 2010) dan usulan anggaran 2011 (Maret 2010), dan tahun 2011 sd 2014 : implementasi seluruh Puskesmas.
Untuk mendukung pelaksanaan BOK maka dilakukan perumusan Perpres serta Kepmenke