• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

3 Sebagai ajang pamer terhadap marga lain bahwa marga

4.2.4 Mengajarkan sikap saling menghormati dan menghargi perbedaan Tabel 21

Distribusi jawaban responden tentang ada tidaknya pengelompokan-pengelompokan berdasarkan status sosial, golongan, dan kesamaan daerah

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Ya, ada 6 6 %

2 Tidak ada 90 94 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Hasil jawaban responden

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa tidak ada terjadi pengelompokan-pengelompokan berdasarkan status sosial, golongan, dan kesamaan daerah diantara keturunan raja Silahisabungan memiliki persentase sebesar 96 %. .

“kami semua berbaur, tidak peduli dia kaya atau miskin, sekolahnya tinggi atau gag bersekolah, pokoknya kami saompu. Apalagi pesan ompu i yang berkata bahwa kami ikkon marsihahologi (saling mengasihi) satu sama lain”.(hasil wawancara dengan Bapak Aldi Sitanggang)

Gambar 11

Keterangan gambar : Terlihat para keturunan Raja Silahisabungan sedang makan bersama, dudduk disebuah tenda berbaur satu sama lain

Gamabar 12

Keterangan gambar: Pada gambar diatas Ibu Boru Sidebang sedang menceritakan kepada yang lain tentang perjuangan Raja Silahisabungan mempersatukan keturunan mereka.

Tabel diatas dengan persentase 4 %, juga menunjukkan bahwa ternyata masih ada responden yang mengatakan masih ada pengelompokkan berdasarkan status sosial .

“ada memang pengelompokkan. Biasanya kelompok-kelompok ini berdasarkan kesaamaan tempat tinggal mereka didaerah rantau kayak di Jakarta, Medan dan orang-orang kayalah. Tapi itu pun isteri-isteri dari marga-marga Silahisabungan itunya yang kurang mau bergaul dengan yang lain dan membuat kelompok-kelompoknya, maklum lah orang kaya. Tapi kalo kami dari anak/boru Raja Silahisabungan ini dipesta itu gag maunya membuat kelompok-kelompok, kami semua kompak gag adalah pokoknya kelompok-kelompok.”(hasil wawancara dengan Bapak Aldi Sitanggang)

Tabel 22

Distribusi jawaban responden tentang apakah pesta tugu mampu membuat pomparan Raja Silahisabungan berbaur tanpa melihat latar belakang, status

sosial, agama

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Mampu 21 22 %

2 Sangat mampu 69 72 %

3 Kurang mampu 6 6 %

4 Tidak mampu - -

Jumlah 96 100 %

Sumber : Hasil jawaban responden

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa pesta tugu dianggap sangat mampu menjadikan setiap pomparan/keturunan Raja Silahisabungan berbaur satu sama lain tanpa melihat perbedaan latar belakang status sosial, agama dan hal lain dengan persentase sebanyak 72 %. Adanya anggapan bahwa mereka adalah satu keturunan/ satu nenek moyang , satu marga yang saling bersaudara lebih intim sehingga membuat mereka sangat mudah berbaur berinteraksi antar individu yang satu dengan yang lain. Hal ini ditemukan peneliti disaat pesta tugu berlangsung,

kedai kopi bernostalgia, bercengkrama membahas sejarah dan perjuangan Raja Silahisabungan, nenek moyang mereka. Sementara responden yang menjawab

tidak mampu merupakan persentase yang rendah sebanyak 0%. Adapun responden yang menjawab kurang mampu dengan persentase 6% karena adanya

anggapan rasa enggan/ segan, minder untuk mendekati mereka yang mempunyai status sosial yang lebih tinggi dari mereka.

“tidak ada anggota yang boleh besikap sok eksklusif, yang hanya mau berinteraksi atau berbaur kalau dia berasal dari daerah perantauan yang sama, atau karena mereka sama-sama pejabat atau karena mereka sama sama orang kaya. Sesuai dengan tema kali ini semua harus bersatu karena kasih, karena kita saling bersaudara, karena kita satu ompung”.(hasil wawancara dengan Bapak Maristella Sidabariba)

Tabel 23

Distribusi jawaban responden tentang apakah perbedaan agama mempengaruhi jalannya proses integrasi sosial dalam pesta tugu

No Jawaban Responden Jumlah Persentase

1 Sangat mempengaruhi - -

2 Mempengaruhi - -

3 Kurang mempengaruhi - -

4 Tidak mempengaruhi 96 100 %

Jumlah 96 100 %

Sumber : Hasil jawaban responden

Tabel diatas menunjukkan 100% responden menjawab perbedaan agama tidak menjadi penghalang proses integrasi dalam pesta Tugu. Keturunan raja Silalahisabungan memang terdiri dari 3 agama yang berbeda yaitu protestan, khatolik, dan islam. Namun perbedaan agama ini tidak menjadi alasan untuk menjadi pemicu terjadinya perpecahan didalam kelompok marga ini. Para keturunan Raja Silahisabungan ini mampu mentoleransi perbedaan agama yang

disediakan pada saat pesta berlangsung. Biasanya orang batak toba akan menyediakan saksang (makanan dari olahan daging babi) saat pesta . Meskipun dalam pesta ada tamu yang beragama muslim, mereka akan menyediakan 2 menu makanan yakni isaksang dan daging kerbau. Namun dalam pesta tugu raja Silalahi ini tidak ada yang namanya saksang, yang ada hanya makanan dari olahan daging kerbau. Sekalipun daging babi lebih mahal daripada daging kerbau namun para keturunan Raja Silalahi ini tampaknya rela mengeluarkan biaya yang besar . Hal ini bertujuan agar mereka yang bergama muslim mau makan bersama dengan mereka yang non muslim tanpa harus terpisah tempat saat acara makan berlangsung dan memakan menu makanan yang sama. Karena bagi mereka nilai dari makan bersama ini sangat penting. Kedua, sekalipun keturunan Raja Silahisabungan mayoritas bergama Kristen, namun pada saat pesta tugu berlangsung ibadah sholat jumat tetap dimasukkan dalam acara pesta . Dan saat ibadah sholat jumat berlangsung, tidak ada kegiatan lain yang berlangsung, dan di hari minggu ibadah bagi umat kristen protestan dan khatolik dijadikan satu. Mereka memadukan gaya ibadah khatolik dan protestan saat ibadah. Ada saat saat dimana pastor membawakan doa dalam ibadah tersebut sekalipun dalam ibadah tersebut bukan hanya agama khatolik yang ada, dan saat ceramah atau kotbah pendeta yang membawakan. Hal ini menunjukkan sikap toleransi bergama yang baik yang diciptakan oleh ketrunan raja Silahisabungan.

Dalam pesta luhutan bolon tugu makam Raja Silahisabungan, setiap keturunan Raja Silahisabungan dianjurkan untuk memiliki sikap tenggang rasa yang tinggi, mengingat keturunan raja Silahisabungan yang terdiri dari 3 (tiga )

agama pada umumnya yaitu kristen protestan, muslim, katholik. Perbedaan agama ini sangat mudah sekali memicu konflik maka pada saat pesta, keturunan Raja Silahisabungan yang beragama khatolik maupun protestan harus mengesampingkan nafsu mereka untuk tidak memakan atau menyajikan “saksang” yaitu olahan makanan dari babi. Maka saat pesta luhutan bolon tugu makam raja Silahisabungan selama 3 (tiga) hari 2 (dua) malam makanan yang disajikan untuk disantap dipilih daging kerbau. Walaupun kerbau sangat mahal namun para keturnan Raja Silahisabungan rela mengeluarkan biaya yang besar untuk tidak menimbulkan konflik antar agama.

Sikap untuk menghormati dan mengahrgai kerabat mereka yang beragam muslim ini tampak pada acara pemotongan kerbau untuk sajian makananan mereka selama pesta. Pada saat pemotongan kerbau, diserahkan kepada pihak kerabat mereka yang bergama muslim sebagai simbol penghormatan mereka kepada saudara mereka yang berbeda keyakinan. Bapak Esra Silalahi mengatkan saat wawancara:

“kami sangat menghargai saudara kami yang muslim. Kami sepakat untuk menunjuk mereka dalam pemotongan kerbau untuk sajian makanan kami selama pesta, selain itu mereka juga mempunyai doa khusus sebelum penyembelihan dimulai”.

Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa adanya sikap saling percaya, saling menghargai perbedaan yang ada diantara mereka. Selain itu meskipun mayoritas keturnan Raja Silahisabungan beragama Kristen, namun mereka tetap memuat ibadah sholat jumat bagi umat muslim dalam rentetan acara. Kemudian bagi merka yang bergama kristen protestan dan khatolik akan melakukan ibadah Raya di minggu pagi dengan tata ibadah yang terintegrasi dari

dua agama yang berbeda. Sebagai panitia yang bolahan amak, Morgan sidebang menjelaskan bahwa:

“kami membuat ibadah kristen protestan dan katolik menjadi satu. Meskipun gaya tata ibadah kedua agama ini berbeda, kami membuatnya jadi satu. Misalnya saja doa permohonan yang tidak ada di agama Protestan dibuat ke dalam tata ibadah minggu raya dan doa permohonan ini dipimpimpin oleh beberapa orang pastor dan mereka yang beragama muslim maupun protestan wajib mengikuti doa permohonan ini, sementara kotbah akan dipimpin oleh seorang pendeta dan mereka yang beragama kristen protestan maupun muslim wajib menyimak kotbah tersebut”.

4.2.5 Menjaga Ketahanan/ Keutuhan keturunan raja Silahisabungan dari