• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGITIS BAKTERIAL (Kode ICD X : G00.9)

Spinal Stenosis Lumbalis M48.0

MENINGITIS BAKTERIAL (Kode ICD X : G00.9)

1. Pengertian

Meningitis bakterialis akut adalah infeksi meningitis yang terjadi dalam waktu kurang dari 3 hari dan umumnya disebabkan oleh bakteri banal.

2. Anamnesis • Demam • Nyeri kepala • Fotofobia • Penurunan kesadaran • Kejang • Kelemahan 1 sisi

• Pada stadium lanjut dapat dijumpai tanda hidrosefalus: nyeri kepala berat, muntah-muntah, kejang.

• Pada orang dewasa biasanya diawali dengan infeksi saluran pernapasan atas yang ditandai dengan demam dan keluhan-keluhan pernapasan, kemudian diikuti gejala-gejala SSP.

• Pada Meningitis Mengingokokus seringkali diawali dengan gejala septikemia

dan syok septik, seperti demam, nyeri pada lengan dan/atau tungkai. Perlu diketahui riwayat berpergian haji atau ada orang lain yang mengalami hal yang sama karena penyakit ini dapat menyebabkan epidemi meningitis.

3. Pemeriksaan Fisik

• Pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan fisik menyeluruh.

• Pemeriksaan neurologis: pemeriksaan GCS (penurunan kesadaran),

pemeriksaan kaku kuduk positif, pemeriksaan kekuatan motorik (hemiparesis).

• Pada stadium lanjut dapat dijumpai tanda hidrosefalus seperti papiledema. • Pada Meningitis Meningokokus sering diawali dengan tanda septicemia

dan syok septik, seperti kulit teraba dingin atau kebiruan pada bibir, terdapat papul sampai ekimosis pada ekstremitas.

4. Kriteria Diagnosis

Tanda dan gejala klinis meningitis Plus

• Parameter cairan serebrespinal (CSS) abnormal: predominansi PMN, rasio

glukosa CSS:darah < 0,4 Plus

• Didapatkannya bakteri penyebab di dalam CSS secara mikroskopis

ATAU

Gejala dan tanda klinis meningitis Plus

• Parameter CSS abnormal: predominansi PMN, rasio glukosa CSS:darah < 0,4

Plus

• Kultur CSS negatif Plus

• Satu dari hal berikut:

 Kultur darah positif

 Tes antigen atau PCR dari CSS menunjukan hasil positif Dengan atau tanpa

• Riwayat infeksi saluran pernapasan atas yang baru

• Riwayat faktor predisposisi, seperti pneumonia, sinusitis, otitis media, gangguan imunologi tubuh, alkoholisme, dan DM.

5. Diagnosis Banding

Meningitis Viral, Meningitis TB

6. Pemeriksaan Penunjang

• Darah lengkap, Kimia klinik (SE, SGOT, SGPT, BUN, SK,Albumin),

kadar elektrolite urine bila di curigai komplikasi SIADH pada penderita meningitis.

• Lumbal punksi( pleositosis dominan sel polimorfonuklear, peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa, rasio glukosa LCS: Darah < 0.4)

o Kontra indikasi lumbal punksi:

 Papil edema

 Penurunan keasadaran yang dalam dan progressif

 Kecurigaan lesi desak ruang

 Deficit neurologis fokal o Kontraindikasi relative:

 Infeksi pada daerah tusukan

 Syok

 Koagulopathy

 Trombosit < 50.000 g/dL

Pada kasus tersebut perlu dilakukan pemeriksaan imaging sebelum dilakukan lumbal punksi

• Pemeriksaan latex aglutinasi atau PCR untuk 3 kuman penyebab, Kultur darah dan likuor serta tes kepekaan antibiotika

• Pengecatan gram pada darah dan likuor.

• CT scan kepala + kontras

• MRI kepala + Kontras

• Kriteria diagnosis:

o Gejala dan tanda meningitis

o + LCS abnormal; predominan PMN. Rasio glukosa LCS: darah<0.4

o + didapatkan bakteri penyebab dalam LCS atau hasil kultur +

o Dapat pula kultur LCS -, namun kultur darah + dantes antigen, atau PCR LCS +

o dengan/ tanpa riwayat infeksi saluran nafas baru, factor predisposisi misalnya pneumonia, sinusitis, otitis media, gangguan imunologi tubuh, alkoholisme, dan DM

7. Tatalaksana

• Terapi antibiotic empiric:

o Neonatus, bakteri penyebab streptokokkus group B, listeria

monocytogenes, E Coli; antibiotika: Ampicillin + cefotaxime

o 2 bulan - 18 tahun, bakteri penyebab N. meningitides, S. pneumonia, H. Influenza; antibiotika Ceftriaxon atau cefotaxime, dapat ditambahkan vankomisin

o 18-50 tahun, bakteri penyebab S, Pneumonia, N. Meningitidis;

antibiotika Ceftriaxone dapat ditambahkan Vancomicyn

o > 50 tgh, bakteri penyebab S. Pneumonia, L. Monocytogenes, bakteri gram negative; Antibiotika Vancomicyn + ampicillin, + Ceftriaxone • Pemberian antibiotika Spesifik sesuai dengan hasil kultur

• Dexamethasone 0.15 mg/KgBB (10 mg pada dewasa) setiap 6 jam selama

2-4 hari. Diberikan pertama 30 menit sebelum diberikan antibiotika

• Pemberian antipyretika (paracetamol, metamizole) sesuai dengan

kebutuhan penderita

• H2 bloker injeksi setiap 12 jam

• Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi

• Penatalaksanaan kejang dengan anti konvulsan sesuai dengan protocol status epileptikus

• Pada kondisi Status epilepsy Refrakter pasien dirawat di ICU dengan menggunakan ventilator dan obat – obatan astesi

• Sedative dapat diberikan bila pasien gelisah dengan clobazam 2x10 mg

• Apabila didapatkan tanda-tanda tekanan intracranial yang meningkat maka

dapat diberikan manitol 20%, diberikan dengan dosis awal 1-1,5 g/kg berat badan selama 20 menit, dilanjutkan dosis 0,25-0,5 g/kg berat badan setiap 4-6 jam atau dengan menggunakan cairan hypertonic saline NaCl 3% 2 ml/KgBB selama 30 menit atau Natrium - laktat 1.2 ml/kgBB selama 15 menit

• Hemikraniektomi dekompresi, pemasangan EVD atau VP shunt dapat

• Pemasangan lumbal drain dapat dilakukan sebagai alternative yang kurang invasive dibandingkan dengan EVD

8. Edukasi

• Penjelasan Sebelum MRS (rencana rawat, biaya, pengobatan, prosedur, masa dan tindakan pemulihan dan latihan, manajemen nyeri, risiko dan komplikasi)

• Penjelasan mengenai Meningitis Bakterialis, risiko dan komplikasi selama perawatan

• Penjelasan mengenai faktor risiko dan pencegahan rekurensi

• Penjelasan program pemulangan pasien (Discharge Planning)

• Penjelasan mengenai gejala Meningitis Bakterialis, dan apa yang harus dilakukan sebelum dibawa ke RS

9. Prognosis

Ad vitam : dubia ad bonam Ad Sanationam : dubia ad bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonam

10.Kewenangan berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

Tatalaksana ABC dan Resusitasi  rujuk • PPK 2 (RS tipe B dan C) :

− Tatalaksana medis komprehensif sesuai ketersediaan fasilitas

− Rujuk bila pasien tidak mengalami perbaikan setelah diberi terapi empiric selama 3-7 hari, mengalami Status epilepsy refrakter, memerlukan tindakan definitive untuk menurunkan TIK dan atau tidak memiliki fasilitas seperti pada PPK 3

PPK 3 (RS tipe A) :

Tatalaksana medis komprehensif 11.Kepustakaan

1. Durand ML, Calderwood SB, Weber DJ, Miller SI, Southwick FS,

Caviness VS, Jr. et al. Acute bacterial meningitis in adults. A review of 493 episodes. N.Engl.J.Med. 1993;328(1):21-8.

2. Kaplan SL, Smith EO, Wills C, Feigin RD. Association between

preadmission oral antibiotic therapy and cerebrospinal fluid findings and sequelae caused by Haemophilus influenzae type b meningitis. Pediatr.Infect.Dis. 1986;5(6):626-32.

3. Kashyap RS, Kainthlal RP, Satputel RM, Agarwall NP, Chandakl NH, Purohit HJ et al. Differential diagnosis of tuberculous meningitis from partially-treated pyogenic meningitis by cell ELISA. BMC Neurol. 2006.

4. Roos KL, Tunkel AR, Scheld WM. Acute Bacterial Meningitis. In: Scheld

WM, Whitley RJ, Marra CM, editors. Infections of the Central Nervous System. 3 ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2004. p. 347-422.

5. Samuels MA. Manual of Neurologic Therapeutic, 7th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

6. Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL, Kaufman BA, Roos KL, Scheld WM, Whitley RJ. Practice Guidelines for the Management of Bacterial Meningitis. Clinical Infectious Diseases 2004; 39:1267–84.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

MENINGITIS TUBERKULOSA