• Tidak ada hasil yang ditemukan

RADIAL STYLOID TENOSYNOVITIS (SINDROM DE QUERVAIN) (KODE ICD X : M65.4)

RADIAL STYLOID TENOSYNOVITIS (SINDROM DE QUERVAIN) (KODE ICD X : M65.4)

1. Pengertian

De Quervain’s syndrome merupakan penyakit dengan nyeri pada daerah prosesus stiloideus akibat inflamasi kronik pembungkus tendon otot abduktor polisis longus dan ekstensor polisis brevis setinggi radius distal dan jepitan pada kedua tendon tersebut. De Quervain’s syndrome atau tenosinovitis stenosis ini merupakan tendovaginitis kronik yang disertai penyempitan sarung tendon. Sering juga ditemukan penebalan tendon. Lokasi de Quervain’s syndrome ini adalah pada kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan. Kompartemen dorsal pertama pada pergelangan tangan termasuk di dalamnya adalah tendon otot abduktor polisis longus (APL) dan tendon otot ekstensor polisis brevis (EPB).

2. Anamnesis

Pasien dengan kondisi yang seperti ini biasanya datang dengan nyeri pada aspek dorsolateral dari pergelangan tangannya dengan nyeri yang berasal dari arah ibu jari dan / atau lengan bawah bagian lateral. Nyeri pada ibu jari atau pergelangan tangan yang makin memburuk bila dilakukan gerakan berulang-ulang pada ibu jari atau memutar pergelangan tangan.

Dalam mendiagnosis perlu ditanyakan kepada pasien riwayat terjadinya nyeri. Sebagian pasien akan mengungkapkan riwayat terjadinya nyeri dengan trauma akut pada ibu jari mereka dan sebagian lainnya tidak menyadari keluhan ini sampai terjadi nyeri yang lambat laun makin menghebat. Untuk itu perlu ditanyakan kepada pasien apa pekerjaan mereka karena hal tersebut akan memberikan kontribusi sebagai onset dari gejala tersebut khususnya pada pekerjaan yang menggunakan jari-jari tangan. Riwayat penyakit lain seperti pada rheumatoid arthritis dapat menyebabkan pula deformitas dan kesulitan menggerakkan ibu jari. Pada kasus-kasus dini, nyeri ini belum disertai edema yang tampak secara nyata (inspeksi), tapi pada kasus-kasus lanjut tampak edema terutama pada sisi radial dari polluks.

Penyakit de Quervain klasik mempengaruhi mereka yang berada dalam usia 30-50 tahun. Insiden pada wanita mungkin sampai enam kali dari pada pria. Proses ini diperparah oleh aktivitas yang berulang-ulang dan deviasi ulnar simultan pada pergelangan tangan.

3. Pemeriksaan Fisik

Biasanya terdapat pembengkakan sekitar 1-2 cm proksimal dari stiloid radius. Karena pembengkakan dan nyeri mengakibatkan kesulitan menggerakkan ibu jari dan pergelangan tangan. Iritasi saraf oleh tendon sheath mengakibatkan rasa baal pada dorsal ibu jari dan telunjuk.

Pada pemeriksaan fisik, terdapat nyeri tekan pada daerah prosesus stiloideus radius, kadang-kadang dapat dilihat atau dapat teraba nodul akibat penebalan pembungkus fibrosa pada sedikit proksimal prosesus stiloideus radius, serta rasa nyeri pada aduksi pasif dari pergelangan tangan dan ibu jari. Dapat juga dilakukan pemeriksaan khusus yang disebut Finkelstein’s test yaitu dengan cara membengkokkan ibu jari ke arah telapak tangan kemudian pergelangan tangan ditekuk dalam posisi ulnar deviasi, positif bila terasa nyeri yang tajam pada pergelangan tangan.

Lakukan tes Finkelstien secara bilateral untuk membandingkan bagian yang tidak terkena. Selain dengan tes Finkelstein harus diperhatikan pula sensorik dari ibu jari, refleks otot-otot dan epikondilitis lateral pada tennis elbow untuk melihat sensasi nyeri apakah primer atau merupakan reffered pain.

4. Kriteria Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan dan pemeriksaan fisik.

Anamnesis yang mendukung adalah nyeri pada ibu jari atau pergelangan tangan

yang makin memburuk bila dilakukan gerakan berulang-ulang pada ibu jari atau memutar pergelangan tangan. Gejala makin lama makin berat dengan riwayat pekerjaan yang menggunakan jari tangan.

Pada pemeriksaan fisik, biasanya terdapat pembengkakan sekitar 1-2 cm proksimal dari stiloid radius. Hasil tes Finskelstien yang positif dapat menjadi acuan diagnosis.

5. Diagnosis Banding

Yang merupakan diagnosis banding dari de Quervain’s syndrome adalah sebagai berikut ;

Carpal tunnel syndrome, dimana pada penyakit ini dirasakan nyeri pada ibu jari tangan, yang juga dapat dirasakan pada seluruh pergelangan tangan bahkan dapat mencapai sampai ke lengan. Carpal tunnel syndrome adalah

kumpulan gejala yang disebabkan oleh kompresi pada nervus medianus akibat inflamasi pada pergelangan tangan. Penyebab inflamasi dapat karena suatu infeksi, trauma, atau penggunaan berlebihan pada pergelangan tangan. Gejala lain pada penyakit ini adalah adanya rasa panas dan kelemahan otot otot pergelangan tangan.

‐ Osteoartritis pada persendian di pergelangan tangan ‐ Kienbock disease yaitu osteonekrosis pada os lunate

Degenerative arthritis pada sendi radioskafoid, cervical radiculopathy trauma segmen C5 atau C6

‐ Sindroma intersection dimana tenosinovitis terjadi pada tendon dari

kompartemen dorsal pertama ( tendon otot ekstensor polisis brevis dan otot abduktor polisis longus ) sampai ke tendon kompartemen dorsal kedua ( otot ekstensor carpi radialis longus dan otot ekstensor karpi radialis brevis ), dengan gejala nyeri dan inflamasi pada bagian distal pada daerah dorsolateral dari lengan bawah. Nyeri pada penyakit ini lebih kurang di daerah lateral dibandingkan pada de Quarvain syndrome.

‐ Sindroma Wartenberg, disebabkan oleh kompresi pada cabang superfisial nervus radialis yang mempersarafi bangian dorsal ibu jari dan sebagian jari telunjuk. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan kronis pada saraf, aktivitas yang melakukan gerakan repetitif, maupun trauma. Pasien dengan sindroma Wartenberg mengeluh rasa nyeri pada bagian dorsal radial tangan. Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan Tinel’s sign yaitu dengan mengetuk ringan diatas nervus radialis dan pasien akan merasakan sensasi yang serupa dengan sengatan listrik ringan.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk menunjang diagnosis penyakit ini. Kadang dilakukan pemeriksaan serum untuk melihat adanya faktor rheumatoid untuk mengetahui penyebab penyakit ini, tetapi hal ini juga tidak spesifik karena beberapa penyakit lain juga menghasilkan faktor rheumatoid di dalam darahnya.

Pemeriksaan radiologik secara umum juga tidak ada yang secara spesifik menunjang untuk mendiagnosis penyakit ini. Akan tetapi, penemuan terbaru dalam delapan orang pasien yang dilakukan ultrasonografi dengan transduser 13 MHz resolusi tinggi diambil potongan aksial dan koronal didapatkan adanya penebalan dan edema pada tendon sheath.

7. Tatalaksana

Dapat diberikan analgesik atau injeksi lokal kortikosteroid. Kortikosteroid dapat digunakan sebagai anti inflamasi karena dapat mensupresi migrasi dari sel-sel polimorfonuklear dan mencegah peningkatan permeabilitas kapiler. Pada orang dewasa dapat diberikan dosis 20-40 mg metilprednisolon atau dapat juga diberikan hidrokortison yang dicampur dengan sedikit obat anestesi lokal misalnya lidokain. Campuran obat ini disuntikkan pada tendon sheath dari

kompartemen dorsal pertama yang terkena. Harus diperhatikan agar jangan sampai menyuntikkan campuran obat ini langsung pada tendonnya karena dapat menyebabkan kelemahan pada tendon dan potensial untuk terjadinya ruptur. Penyuntikan campuran obat ini juga hendaknya dicegah jangan sampai terlalu superfisial dari jaringan subkutan karena dapat menyebabkan depigmentasi pada kulit. Untuk pasien-pasien yang menderita diabetes melitus sebaiknya dilakukan pengontrolan glukosa darah karena pemberian kortikosteroid lokal dapat menyebabkan peningkatan glukosa darah sementara.

Intervensi bedah diperlukan jika terapi konservatif tidak efektif lagi terutama pada kasus-kasus lanjut di mana telah terjadi perlengketan pada tendon sheath. Tindakan operasi mungkin diperlukan jika gejala yang parah atau tidak membaik. Tujuan pembedahan adalah untuk membuka kompartemen (penutup) untuk membuat lebih banyak ruang untuk tendon.

8. Edukasi

Pada tahap awal pengobatan yang dilakukan adalah dengan terapi konservatif. Sebaiknya penderita menghindari pekerjaan yang menggunakan jari-jari mereka. Hal ini dapat membantu penderita dengan mengistirahatkan (immobilisasi) kompartemen dorsal pertama pada ibu jari (polluks) agar edema lebih lanjut dapat dicegah. Idealnya, immobilisasi ini dilakukan sekitar 4-6 minggu.

9. Prognosis

Ad vitam : bonam

Ad Sanationam : dubia ad bonam Ad Fungsionam : dubia ad bonam

10.Kewenangan berdasar Tingkat Pelayanan Kesehatan

Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (PPK 1)

- Skrining diagnostik

- Terapi pendahuluan dan merujuk ke dokter spesialis saraf untuk diagnosis dan terapi

- Rujukan ke Spesialis Bedah Ortopedi/ bedah saraf untuk tindakan bedah

-• PPK 2 (RS tipe B dan C) :

Talaksana medis dan intervensi invasif minimal sesuai dengan ketersediaan fasilitas

PPK 3 (RS tipe A) :

11.Kepustakaan

1. De Jong RN. The Neurologic Examination revised by AF.Haerer, 5th ed, JB Lippincott, Philadelphia

2. Huisstede BM, Coert JH, Fridén J, Hoogvliet P. 2014. Consensus on a multidisciplinary treatment guideline for de Quervain disease: results from the European HANDGUIDE study. American Physical Therapy Association  

EPIKONDILITIS LATERAL (TENNIS ELBOW)