• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Jejaring Sosial untuk Rekomendasi Personal pada Komunitas Online

MENINGKATKAN KREATIVITAS PENGGALIAN DATA DAN PENEMUAN PENGETAHUAN

Budi Sutedjo Dharma Oetomo

Prodi Sistem Informasi Universitas Kristen Duta Wacana

Jl. Dr. Wahidin 5-19 Yogyakarta, Telp. 0274-563929, e-mail: budi@staff.ukdw.ac.id

ABSTRAK. Dewasa ini, perusahaan sudah semakin menyadari tentang arti penting dari penggalian data dan penemuan pengetahuan dari tumpukan atau gudang data yang dimilikinya. Namun, usaha-usaha penggalian data itu sangat bergantung pada kreativitas dari para penggali data. Oleh karena itu, diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kreativitas mereka, agar proses penggalian data dan penemuan pengetahuan itu memberikan manfaat yang besar bagi perusahaan.

Kata kunci: kreativitas penggalian data, inovasi penemuan pengetahuan.

1. PENDAHULUAN

Dalam satu dekade terakhir ini, persaingan dunia usaha semakin kompetitif. Perusahaan- perusahaan bersaing untuk merebut pasar dan mendominasi perdagangan. Hal itu ditandai dengan hadirnya pemain-pemain baru dalam usaha sejenis dan produk-produk substitusi, diferensiasi produk, perang merek dan harga, pengembangan strategi-strategi bisnis yang baru dan penyerapan teknologi secara besar-besaran oleh perusahaan (Porter, 2008).

Pimpinan-pimpinan perusahaan pun berusaha keras untuk menambah modal kerja guna pengembangan infrastruktur, maupun penyediaan mesin-mesin untuk meningkatkan kualitas dan mempercepat produksi. Mereka juga berusaha untuk mengimplementasi perangkat keras dan lunak teknologi informasi untuk meningkatkan kualitas layanan administrasi dan pengambilan keputusan. Di samping itu, mereka juga semakin selektif dalam perekrutan tenaga kerja dan pembelian bahan baku, serta semakin teliti dalam merancang proses kerja dan menyusun anggaran.

Kata ―efisien‖ dan ―efektif‖ seakan menjadi mantera untuk meningkatkan produktivitas dan

memangkas pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu. Menurut Usman (2014, 3), perusahaan

akan ―efisien‖, bila para pimpinan dan karyawan dapat melakukan pekerjaan dengan benar. Oleh

karena itu, pimpinan perusahaan harus berusaha untuk menyusun Standard Operating Procedur

(SOP) untuk setiap proses bisnisnya, agar para karyawan dapat dipastikan melakukan proses bisnis dan tugasnya dengan benar.

Selain itu, Usman (2014, 3) juga berpendapat bahwa perusahaan akan ―efektif‖, jika para

pimpinan dan karyawan dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang benar. Jadi, pimpinan perusahaan harus terus berusaha untuk melakukan kontrol dan audit terhadap seluruh proses bisnisnya, agar mereka dapat mengurangi bahkan menghindari proses yang tidak seharusnya dikerjakan, mengurai dan menata ulang struktur organisasi dan sistem birokrasi yang rumit, medeskripsikan pekerjaan yang sesuai dengan kompetensi para karyawan, menetapkan target dan pasar sasaran yang tepat.

Oleh karena itu, pimpinan perusahaan mulai memaksimalkan fungsi basis data yang dimilikinya. Jika di masa lalu, basis data yang dimiliki perusahaan belum banyak digunakan untuk dasar peningkatan kualitas dan pengambilan keputusan, maka kini, para pimpinan berusaha melakukan penggalian data atau data mining atau yang kerap disebut analisis data eksploratif (Olson, 2008, 6) atau penambangan data (McLeod, 2010, 232).

Mereka mulai menyediakan waktu untuk membuka kembali timbunan data transaksi penjualan, data-data konsumen, berkas-berkas karyawan, kartu-kartu persediaan barang, laporan- laporan produksi, rekening bank, laporan rugi laba dan neraca. Mereka menelaah dan menganalisis data itu dengan bantuan para ahli dan aplikasi sistem informasi untuk mencari hubungan antara data yang tidak dikenal dengan pemakainya (McLeod, 2010, 232).

Penggalian data itu dilakukan untuk menemukan informasi-informasi atau pengetahuan- pengetahuan tentang bahan baku, proses produksi, kinerja peralatan yang digunakan, perilaku konsumen, staf dan pemasok, maupun pengaruh program pemasaran yang tersembunyi. Lewat kegiatan itu, diharapkan mereka mampu menemukan informasi-informasi penting untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas proses bisnisnya.

Usaha-usaha penggalian data itu tentu sangat bergantung pada kreativitas para penggali data. Mereka harus memiliki kreasi dan inovasi dalam menggali timbunan data dalam jumlah yang sangat besar. Tanpa kreasi dan inovasi, maka mereka hanya akan menghabiskan waktu untuk membaca tumpukan data semata. Lambat laun, mereka pun akan jenuh, frustrasi dan merasa terjebak di tengah gudang data atau datawarehouse (Laudon, 2013, 252-253).

Namun, tidak semua penggali data dapat terus kreatif dan inovatif di tengah pekerjaan yang sifatnya rutin. Oleh karena itu, perlu dirumuskan langkah-langkah untuk terus meningkatkan kreasi dan inovasi semua pihak yang terkait dengan proses penggalian data tersebut, agar proses itu dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi perusahaan.

Prosiding ISBN 978-602-18580-3-5

Seminar Nasional Matematika, Sains dan Informatika 2015 497

2. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sering kali, kata ―kreatif‖ dan ―inovatif‖ seakan-akan hanya monopoli orang-orang yang menjadi wirausahawan atau entrepreneur. Padahal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2008), kata ―kreatif‖ dipahami sebagai kemampuan untuk mencipta dan kata ―inovasi‖

dipahami sebagai penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya yang dapat dikembangkan oleh siapa saja yang ingin terus maju dan berkembang dalam profesinya. Hendro (2011, 105) berpendapat, bahwa pemikiran kreatif itu penting, karena hal itu berguna untuk:

1. Menemukan gagasan, ide, peluang dan inspirasi baru.

2. Mengubah masalah atau kesulitan dan kegagalan menjadi sebuah pemikiran yang cemerlang untuk langkah selanjutnya.

3. Menemukan solusi yang inovatif.

4. Menemukan suatu kejadian yang belum pernah dialami atau yang pernah ada hingga menjadi sebuah penemuan baru.

5. Menemukan teknologi baru.

6. Mengubah keterbatasan yang ada sebelumnya mejadi sebuah kekuatan atau keunggulan. Banyak orang merasa bahwa dirinya tidak dapat berpikir kreatif atau kreativitas itu hanya miliki orang-orang tertentu saja. Ungkapan-ungkapan itu timbul, karena gambaran tentang kreativitas yang dimiliki seseorang seringkali tidak lengkap. Hendro (2011, 107) menggambarkan kreativitas sebagai: 1. Bukan semata-mata pemecahan masalah, tetapi penciptaan sesuatu yang lebih baik, orisinil

dan unik.

2. Cara mengoptimalkan dan menggunakan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk mengatasi masalah yang belum ada jawaban yang pasti.

3. Cara untuk memunculkan sebuah inspirasi yang brilian.

4. Tidak bisa ditiru, dicangkok atau dipaksakan kepada orang lain, tetapi kreativitas dapat dipelajari dan dilatih.

5. Menggunakan cara yang berbeda dan lain dari yang orang lain lakukan. 6. Kunci untuk merancang desain produk baru dan munculnya teknologi baru. 7. Tanpa kreativitas tidak akan ada inovasi atau penemuan baru.

Jika para penggali data dapat terus menciptakan sasaran, kriteria dan sudut pandang baru, serta melakukan penemuan-penemuan metode penggalian data, hubungan-hubungan antar data yang baru, maka proses penggalian data menjadi menarik bagi dirinya, sehingga ia dapat bertekun dan secara teliti melakukan pengamatan dari setiap data dan kemungkinan relasi yang terbentuk di antaranya. Penggalian data pun dapat berkembang dengan cepat dan mendatangkan banyak manfaat bagi perusahaan (Olson, 2008, 7).

Untuk membangun kemampuan kreativitas dalam diri para penggali data itu, maka diperlukan sejumlah sikap dasar yang harus ditumbuhkan dalam diri mereka yang meliputi: 1. Rasa ingin tahu yang tinggi. Dimana, rasa ingin tahu itu akan menumbuhkan pertanyaan-

pertanyaan dalam benak para penggali data untuk mengenali perilaku data dan hubungan- hubungan antar data yang mungkin terjadi.

2. Semangat berkompetisi yang positif. Di mana, semangat itu akan menciptakan daya juang

dan kemampuan para penggali data untuk menemukan rahasia-rahasia atau pengetahuan yang baru atau relasi-relasi unik yang terdapat dalam tumpukan data dengan cepat, sebelum kompetitor menemukannya. Namun, langkah-langkah yang ditempuhnya didasarkan pada metode-metode yang ilmiah atau penelitian, bukan didasarkan pada hal-hal yang bersifat supranatural atau kecurangan-kecurangan.

3. Keinginan bekerja secara efektif. Dimana, para penggali data tidak asal-asalan dalam

melakukan proses-proses penggalian. Apalagi, Olson (2008, 9) juga menekankan bahwa kunci efektivitas dalam penggalian data adalah ditemukannya informasi yang dapat ditindaklanjuti atau actionable. Oleh karena itu, mereka perlu memvalidasi data, agar diperoleh data-data yang benar untuk diteliti. Mereka juga harus menempuh prosedur yang benar dan memastikan semua tindakan yang dilakukannya itu benar.

Untuk membangkitkan kemampuan kreatif dalam diri penggali data, maka dapat ditempuh langkah sebagai berikut (diubah suai dari Hendro, 2011, 108-109):

1. Mulailah dan terus berimajinasi. Di mana, seorang penggali data perlu memiliki dan

memelihara imajinasinya dalam usaha menemukan rahasia-rahasia atau pengetahuan- pengetahuan yang terpendam dalam gudang data, seperti hubungan usia dengan pemilihan produk, latar belakang demografi seseorang dengan keputusan pembelian, harga dengan kualitas dan relasi lainnya. Selain itu, penggali data juga dapat menemukan pasangan-

Prosiding ISBN 978-602-18580-3-5

Seminar Nasional Matematika, Sains dan Informatika 2015 499

pasangan barang dalam keranjang belanja konsumen, misalnya roti tawar – mentega – meses, sikat gigi - pasta gigi – sabun mandi.

2. Keberanian untuk berpikir berbeda dari orang lain bahkan berlawanan. Seorang

penggali data perlu memiliki keberanian untuk melihat perilaku data dari sudut pandang yang berlawanan dengan kaidah yang sudah. Namun, perbedaan itu bukan dilandasi oleh sikap apriori, melainkan keinginan untuk mendapatkan informasi-informasi penting dari sudut pandang yang berbeda, misalnya: secara umum orang menghubungkan antar cuaca dingin dengan minuman hangat, seperti sekoteng, wedang jahe, atau ronde, tetapi penggali data harus terbuka pada fakta baru bahwa toko-toko di daerah wisata yang berhawa dingin justru banyak menyediakan es.

3. Belajar berpikir optimis, sehingga para penggali data selalu memiliki harapan dalam

setiap usaha untuk mencermati data dan mencari relasi-relasi yang mungkin terbentuk. Selama data-data itu masih dapat dibaca dan dipelajari, maka penggali data dapat terus optimis dalam menemukan hal-hal baru.

4. Berpikir lebih rinci dengan memperhatikan hal-hal yang dianggap remeh atau tidak sesuai

dengan kaidah umum oleh kompetitor. Seorang penggali data perlu mencermati secara terinci, agar tidak ada informasi yang terlewatkan untuk dipertimbangkan.

5. Amati kejadian-kejadian yang terjadi di seputar data, agar penggali data dapat

menemukan dampak positif dan negatif yang timbul, maupun relasi-relasi unik yang terjadi, misalnya kejadian kenaikan atau penurunan penjualan saat harga jual dinaikkan atau promosi dilakukan lewat media televisi.

6. Terus belajar untuk meningkatkan wawasan dan keterampilan, serta menambah

pengalaman dalam menangani kasus-kasus yang terjadi.

7. Rayakan keberhasilan dan berilah penghargaan para penggali data yang mampu

menemukan relasi antar data yang sangat bermanfaat dan fenomena-fenomena yang semula tidak pernah diperhitungkan oleh perusahaan.

3. KESIMPULAN

Dewasa ini, proses penggalian data sudah disadari sebagai kebutuhan ―primer‖ baru yang

sangat penting bagi perusahaan di masa kini. Lewat penggalian data itu, para pemimpin dan staf perusahaan dapat semakin mengenal dan memahami perilaku dari para pemasok, SDM

perusahaan, bahan baku, proses produksi, pemasaran, penjualan, keuangan, ekspedisi dan berbagai departemen lainnya.

Namun, proses penggalian data itu membutuhkan kreativitas dari para penggali, agar mereka dapat menemukan rahasia-rahasia dan pengetahuan-pengetahuan baru yang terkandung dalam tumpukan data tersebut. Para penggali yang kreatif sangat berjasa dalam menemukan bentuk dan pola-pola relasi yang terjadi antar data, agar pola-pola yang ditemukannya itu dapat segera ditindaklanjuti.

Kreativitas bukan merupakan bakat atau warisan leluhur atau sifat keturunan, tetapi kreatifitas itu sejatinya dapat dipelajari. Oleh karena itu, para penggali data dapat dan perlu terus berlatih, agar mereka semakin kreatif dan inovatif dalam menemukan pengetahuan dibalik proses penggalian data tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hendro (2011), Dasar-dasar Kewirausahaan, Penerbit Erlangga.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi keempat). (2008), Balai Pustaka,

Laudon, Kenneth C & Laudon, Jane P (2013), Management Information Systems: Managing the Digital Firm, Pearson.

McLeod, Raymond Jr & Schell, George P (2010), Sistem Informasi Manajemen, Indeks.

Olson, David & Shi, Yong (2008), Pengantar Ilmu Penggalian Data Bisnis, Penerbit Salemba Empat.

Porter, Michael E (2008), Keunggulan Bersaing, Karisma Publishing.

Usman, Husaini, Prof, Dr, M.Pd., MT (2014), Manajemen: Teori, PRaktik dan Riset Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara.

Seminar Nasional Matematika, Sains dan Informatika 2015 501

EVALUASI PENGARUH AVATAR TERHADAP KEMUDAHAN IDENTIFIKASI