Kelompok Pulau
Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Jumlah (juta) % Jumlah (juta) % Jumlah (juta) % Sumatera , , 5, , , , Jawa , 5 , , 5 , , 55, Kalimantan , , , , , , Bali dan Nusa Tenggara , ,5 , , , , Sulawesi , ,5 ,5 , , , Maluku dan Papua ,5 , ,5 , ,5 , Total 34,9 100,0 32,5 100,0 31,0 100,0
Berdasarkan data jumlah penduduk miskin menurut provinsi dari BPS
Lampiran . terdapat persebaran penduduk miskin antar pulau yang nyata
perbedaannya. Jumlah dan proporsi penduduk miskin menurut pulau dapat dilihat pada Tabel . . Lebih dari separuh penduduk miskin di )ndonesia berada di Pulau
Jawa yaitu 5 , % pada tahun dan menjadi 55, % pada tahun . Selebihnya
tersebar di Sumatera , %, Sulawesi , %, Kalimantan , %, Bali dan Kepulauan
Nusa Tenggara , %, Maluku dan Papua , % tahun . Persentase penduduk
miskin menurut provinsi tahun dipetakan pada Gambar . di bawah ini.
Sumber: BPS, Analisis dan Penghitungan Tingkat Kemiskinan Tahun
22
GAMBAR 2.10
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber: Badan Pusat Statistik,
Dalam roadmap reformasi kesehatan masyarakat Kementerian Kesehatan ada
prioritas yang harus dikerjakan untuk mencapai sasaran strategis pembangunan kesehatan. Salah satu di antaranya adalah mengatasi permasalahan pelayanan kesehatan di Daerah yang Bermasalah Kesehatan DBK dengan pendekatan spesifik yang tidak dapat disamakan dengan daerah lainnya. Penanggulangan Daerah Bermasalah Kesehatan PDBK adalah upaya kesehatan terfokus, terintegrasi, berbasis bukti, dilakukan secara bertahap di daerah yang menjadi prioritas bersama kementerian terkait, dalam jangka waktu tertentu, sampai mampu mandiri dalam menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang kesehatan seluas‐luasnya.
Menurut definisi, Daerah Bermasalah Kesehatan DBK adalah
keadaan/derajat kesehatan wilayah kabupaten/kota yang digambarkan melalui hasil Riskesdas/SUSENAS dengan )ndeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat )PKM , wilayah menurut Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal, )ndeks Pembangunan Manusia )PM dan )ndeks Kemiskinan Pendataan Sosial Ekonomi/PSE BPS .
(asil Riskesdas tahun menghasilkan instrumen pengukuran )ndeks
Pembangunan Kesehatan Masyarakat )PKM . Dengan )PKM, dapat diketahui dimana daerah‐daerah bermasalah tersebut dapat dipetakan berdasarkan peringkat
kabupaten/kota. Daerah yang mempunyai )PKM < , merupakan Daerah
Bermasalah Kesehatan DBK . Besaran )PKM setiap kabupaten/kota dirumuskan berdasarkan indikator kesehatan.
23
TABEL 2.5
JUMLAH KABUPATEN/KOTA DAERAH BERMASALAH KESEHATAN
DI INDONESIA TAHUN 2010
Kab/Kota Berat Berat, Perbatasan Berat, Tertinggal Berat, Tertinggal dan Kepulauan Terluar Berat, Tertinggal dan Perbatasan Jumlah Kabupaten 14 1 71 7 5 98 Kota 18 1 0 0 0 19 Total 32 2 71 7 5 117 Jumlah Penduduk 37.741.501
Sumber: Ditjen Binkesmas, Kemenkes, 2010
Berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditetapkan di atas, dari
kabupaten/kota yang menjadi daerah pelaksanaan Riskesdas , terdapat DBK
yang berada di provinsi. Tiga provinsi mempunyai jumlah kabupaten/kota DBK
terbanyak yaitu Aceh kab/kota , Papua 5 kab/kota dan Nusa Tenggara Timur
kab/kota . Kabupaten/kota bermasalah meliputi DBK, DBK dan Perbatasan, DBK Berat dan Tertinggal, DBK Berat, Tertinggal dan Kepulauan Terluar dan 5 DBK Berat, Tertinggal dan Perbatasan seperti terlihat pada Tabel .5.
C. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya derajat kesehatan masyarakat.
Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator‐ indikator seperti : akses terhadap air bersih dan air minum yang aman, akses terhadap sanitasi dasar, dan rumah sehat.
1. Sarana Air Bersih yang Digunakan dan Akses Air Minum Berkualitas
Secara nasional, % kualitas fisik air minum di )ndonesia termasuk dalam kategori baik tidak keruh, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau . Akan tetapi, masih terdapat rumah tangga dengan kualitas air minum keruh , % , berwarna , % , berasa , % , berbusa , % , dan berbau , % .
24
GAMBAR 2.11
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KUALITAS FISIK AIR MINUM
DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010
Gambar . memperlihatkan persentase rumah tangga dengan kualitas fisik air minum baik. Provinsi dengan persentase rumah tangga dengan kualitas fisik air minum baik tertinggi adalah di Bali 5, % . Sedangkan yang terendah di Provinsi
Papua , % . Secara lengkap menurut provinsi disajikan dalam Lampiran . .
(asil Riset Kesehatan Dasar R)SKESDAS tahun menunjukkan
persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan untuk keperluan air minum. Secara nasional, persentase tertinggi jenis sarana air bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga adalah air
sumur gali terlindung , % , sumur bor/pompa , % , dan air ledeng/PAM
,5% . Sedangkan pertase tertinggi jenis sarana air bersih yang dipergunakan untuk air minum adalah sumur gali terlindungi , % , air ledeng/PAM , % ,
dan sumur bor/pompa % . Rincian persentase keluarga menurut jenis sarana air
bersih yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan air minum dapat dilihat dalam Lampiran . dan Lampiran . .
Gambaran persentase rumah tangga yang memiliki akses yang baik terhadap air minum berkualitas menurut provinsi dapat dilihat dalam Gambar . . Secara nasional, sebesar ,5% rumah tangga telah mempunyai akses yang baik terhadap air minum yang berkualitas.
25
GAMBAR 2.12
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT AKSES YANG BAIK
TERHADAP AIR MINUM YANG BERKUALITAS
DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010
Sebagian besar rumah tangga di )ndonesia telah dapat mengakses air minum dengan mudah. Persentase rumah tangga yang mengaku mudah untuk mendapatkan air bersih sebesar , %, sebesar , % rumah tangga sulit mendapatkan air bersih di saat kemarau, dan hanya ,5% rumah tangga yang sulit sepanjang tahun untuk mendapatkan air bersih. Kemudahan rumah tangga dalam mendapatkan air bersih dirinci menurut propinsi dapat dilihat secara lengkap di Lampiran . 5.
2. Sarana dan Akses terhadap Sanitasi Dasar
Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Riset Kesehatan Tahun
menghasilkan data persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar. Secara nasional, persentase tertinggi akses keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar adalah kepemilikan terhadap fasilitas buang air besar sendiri , % , persentase rumah tangga menurut akses terhadap pembuangan tinja layak sesuai MDGs 55,5 % , serta persentase rumah tangga yang menangani sampah dengan baik
, % .
Gambar . memperlihatkan persentase rumah tangga dengan fasilitas buang air besar milik sendiri menurut provinsi.
26
GAMBAR 2.13
PERSENTASE RUMAH TANGGA