DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun 2010
Provinsi dengan persentase tertinggi rumah tangga yang menggunakan fasilitas buang air besar milik sendiri adalah Riau sebesar , % , Lampung
, % . dan Kepulauan Bangka Belitung % . Sedangkan yang terendah di
Provinsi Gorontalo , % , Kalimantan Tengah , % , dan Maluku Utara , % .
Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran . .
Menurut jenis kloset yang digunakan, sebagian besar rumah tangga di
)ndonesia menggunakan kloset berjenis leher angsa sebesar ,5 %,
cemplung/cubluk sebesar , %, dan plengsengan sebesar , %. Sebesar 5 , % rumah tangga di )ndonesia menggunakan tangki septik sebagai tempat pembuangan akhir tinja, sebesar , % tempat pembuangan di sungai/kolam, dan sebesar , % di buang di lubang tanah. Rincian persentase rumah tangga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar dan sehat menurut provinsi dapat dilihat dalam Lampiran . , Lampiran . , Lampiran . , dan Lampiran . .
3. Rumah Sehat
Rumah pada dasarnya merupakan tempat hunian yang sangat penting bagi kehidupan setiap orang. Rumah tidak hanya berfungsi sebagai tempat untuk melepas lelah setelah bekerja seharian, tetapi juga mempunyai fungsi yang penting sebagai tempat untuk membangun kehidupan keluarga yang sehat dan sejahtera. Kriteria
27
rumah sehat berdasarkan Riskesdas adalah apabila memenuhi tujuh kriteria, yaitu atap berplafon, dinding permanen, jenis lantai bukan tanah, tersedia jendela, ventilasi cukup, pencahayaan alami cukup, dan tidak padat huni >= m /orang .
GAMBAR 2.14
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KRITERIA RUMAH SEHAT
DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun
(asil Riskesdas tahun menyatakan bahwa persentase rumah tangga
secara nasional yang mempunyai rumah sehat hanya , %. Gambar .
menunjukkan provinsi dengan persentase rumah sehat tertinggi adalah Kalimantan
Timur , % , Kepulauan Riau , % dan Riau , % . Provinsi dengan
persentase rumah sehat yang terendah adalah Nusa Tenggara Timur ,5% ,
Lampung , % dan Sulawesi Tengah , % . Persentase rumah sehat menurut
provinsi disajikan pada Lampiran . .
D. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh terhadap kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yaitu perilaku merokok, penanganan sampah, usia wanita perkawinan pertama dan jumlah anak yang pernah dilahirkan. 1. Perilaku Merokok Merokok merupakan masalah yang belum dapat terselesaikan hingga saat ini. Merokok sudah melanda berbagai kalangan masyarakat di )ndonesia, baik anak‐anak sampai orang tua, laki‐laki maupun perempuan. Salah satu sasaran program perilaku sehat dan pemberdayaan masyarakat adalah menurunnya prevalensi perokok serta
28
meningkatnya lingkungan sehat bebas rokok di sekolah, tempat kerja dan tempat umum.
GAMBAR 2.15
PERSENTASE PENDUDUK UMUR ≥ 15 TAHUN YANG MEROKOK
DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun
Gambar . 5 menunjukkan hasil Riskesdas tahun tentang perilaku
merokok penduduk. Secara nasional persentase penduduk usia > 5 tahun yang
merokok adalah , %, yang terdiri atas , % perokok setiap hari dan ,5%
perokok kadang‐kadang. Persentase tertinggi penduduk > 5 tahun yang merokok
setiap hari dan kadang‐kadang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah , % ,
Nusa Tenggara Timur , % , dan Maluku Utara , % . Sedangkan yang terendah
di Provinsi Sulawesi Tenggara , % , Kalimantan Selatan ,5 % , dan DK) Jakarta
, % . Persentase penduduk > 5 tahun yang merokok menurut provinsi disajikan pada Lampiran . .
Secara nasional, berdasarkan hasil Riskesdas , persentase terbesar
menurut kelompok umur pertama kali merokok adalah pada umur 5‐ tahun, yaitu
sebesar , %, kemudian kelompok umur ‐ tahun ,5% , dan kelompok umur
‐ tahun , % . Di antara para perokok, sebanyak , % yang pertama kali merokok pada umur 5‐ tahun. Kondisi ini menunjukkan bahwa rata‐rata penduduk )ndonesia telah mengisap rokok/mengunyah tembakau pada usia muda. (al ini juga didukung dengan mudahnya akses penduduk )ndonesia untuk mendapatkan rokok atau tembakau. Rincian menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran .
2. Penanganan Sampah
Riskesdas juga mengumpulkan data tentang pengelolaan sampah.
29
petugas, dibuat kompos, atau dikubur dalam tanah. Kategori kurang baik apabila rumah tangga dalam mengelola sampah dibakar, dibuang ke sungai, atau sembarangan. Persentase rumah tangga yang mengelola sampah dengan kriteria baik dapat dilihat pada Gambar . berikut ini.
GAMBAR 2.16
PERSENTASE RUMAH TANGGA MENURUT KRITERIA PENANGANAN SAMPAH
DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun
Secara nasional, rumah tangga dalam mengelola sampah dengan kriteria baik masih rendah, yaitu hanya , %. Provinsi dengan persentase tertinggi adalah DK)
Jakarta, yaitu sebesar , %, kemudian Kepulauan Riau , %, dan Kalimantan
Timur , %. Persentase terendah di Provinsi Gorontalo sebesar , %, Kalimantan Barat ,5%, dan Nusa Tenggara Timur , %.
3. Umur Perkawinan Pertama
Umur perkawinan pertama adalah umur pada saat wanita melakukan perkawinan secara hukum dan biologis yang pertama kali. Wanita yang kawin pada usia yang sangat muda mempunyai risiko yang lebih besar bagi keselamatan ibu maupun anak. (al ini dikarenakan belum matangnya rahim wanita usia muda untuk melahirkan anak.
Secara nasional seperti yang ditunjukkan Gambar . , dari perempuan umur ‐5 tahun yang pernah kawin, sebesar , % di antaranya yang menikah/kawin
yang pertama kali pada umur 5‐ tahun, kemudian pada umur ‐ sebesar
, %. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya umur perkawinan pertama perempuan di )ndonesia. Rata‐rata umur perkawinan pertama perempuan terjadi pada umur tahun. Rata‐rata umur pertama perempuan menikah tertinggi terdapat
30
di Provinsi Kepulauan Riau, yaitu umur , tahun dan umur perkawinan pertama perempuan terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan, yaitu umur tahun.
GAMBAR 2.17
PERSENTASE PEREMPUAN UMUR 1059 TAHUN YANG PERNAH KAWIN
MENURUT UMUR PERKAWINAN PERTAMA
DI INDONESIA TAHUN 2010
Persentase perempuan umur ‐5 tahun yang pernah kawin menurut umur perkawinan pertama per provinsi dapat dilihat pada Lampiran . .
4. Jumlah Anak yang Pernah Dilahirkan
Salah satu faktor utama dalam pertumbuhan penduduk adalah kelahiran. Semakin besar jumlah kelahiran maka pertumbuhan penduduk akan semakin besar.
Gambar . memperlihatkan hasil Riskesdas tentang persentase perempuan
yang pernah kawin menurut jumlah anak yang pernah dilahirkan. Sebesar 5 , % dengan anak yang pernah dilahirkan berjumlah ‐ orang dan sebesar , % dengan anak yang pernah dilahirkan berjumlah anak ‐ orang. Masih didapatkan sebesar , % dengan anak yang pernah dilahirkan berjumlah orang atau lebih. Sedangkan yang belum/tidak punya anak persentasenya sangat kecil, yaitu hanya sebesar , %. Sumber: Riskesdas, Balitbangkes, Tahun
31
GAMBAR 2.18