Pada gambar di atas nampak bahwa sejak pertama kali dilaporkan pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2010, flu burung telah menyebar ke 13 provinsi d
JUMLAH KORBAN BERDASARKAN KEADAAN KORBAN TAHUN 2010
A. SARANA KESEHATAN
Sarana kesehatan yang disajikan dalam bab ini meliputi: puskesmas, rumah sakit rumah sakit umum dan rumah sakit khusus , sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM , sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan, serta institusi pendidikan tenaga kesehatan.
1. Puskesmas
Pusat Kesehatan Masyarakat atau yang biasa disebut Puskesmas merupakan salah satu unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama dan terdepan dalam sistem pelayanan kesehatan, harus melakukan upaya kesehatan wajib dan beberapa upaya kesehatan pilihan yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, tuntutan, kemampuan dan inovasi serta kebijakan pemerintah daerah setempat. Puskesmas memiliki fungsi sebagai : pusat pembangunan berwawasan kesehatan; pusat pemberdayaan masyarakat; pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer; dan pusat pelayanan kesehatan perorangan primer.
Jumlah puskesmas di )ndonesia yang tercatat sampai dengan akhir tahun
sebanyak . 5 unit, dengan rincian jumlah puskesmas perawatan . unit dan puskesmas non perawatan sebanyak . 5 unit. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keterjangkauan penduduk terhadap puskesmas adalah rasio
puskesmas per . penduduk. Dalam kurun waktu hingga , rasio ini
menunjukkan adanya peningkatan. Rasio puskesmas per . penduduk pada
tahun sebesar , , pada tahun meningkat menjadi , , seperti terlihat
pada Gambar 5. berikut ini.
GAMBAR 5.1
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 20062010
Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI
Rasio puskesmas per . penduduk menurut provinsi menunjukkan
bahwa rasio tertinggi pada tahun adalah di Provinsi Papua Barat, yaitu sebesar , , sedangkan rasio terendah di Provinsi Banten, yaitu sebesar , . Gambaran
rasio puskesmas menurut provinsi pada tahun terdapat pada Gambar 5. .
Sedangkan rincian jumlah dan rasio puskesmas per . penduduk menurut
provinsi pada tahun terdapat pada Lampiran 5. .
GAMBAR 5.2
RASIO PUSKESMAS PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2010
Sumber : Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI
Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas, beberapa puskesmas non perawatan telah ditingkatkan statusnya
menjadi puskesmas perawatan. Jumlah puskesmas perawatan pada tahun
sebanyak . unit meningkat menjadi . unit pada tahun . Perkembangan
dilihat pada Gambar 5. . Rincian mengenai jumlah puskesmas perawatan dan non perawatan menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5. .
GAMBAR 5.3
JUMLAH PUSKESMAS PERAWATAN DAN NON PERAWATAN
TAHUN 2006 – 2010
Sumber: Pusat Data dan Informasi, Kemenkes RI
Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan puskesmas terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas didukung oleh sarana pelayanan kesehatan berupa
puskesmas pembantu pustu . Jumlah pustu pada tahun dilaporkan sebanyak
. unit dengan rasio pustu terhadap puskesmas , . Rincian jumlah pustu per
provinsi tahun terdapat pada Lampiran 5. . 2. Rumah Sakit Ruang lingkup pembangunan kesehatan selain upaya promotif dan preventif, di dalamnya juga terdapat pembangunan kesehatan bersifat kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit merupakan pelayanan kesehatan pada masyarakat yang bergerak dalam kegiatan kuratif dan rehabilitatif. Rumah sakit juga berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan.
Pada tahun jumlah rumah sakit di )ndonesia sebanyak . unit, yang
terdiri atas rumah sakit umum RSU berjumlah . unit dan rumah sakit khusus
RSK berjumlah unit. Rumah sakit tersebut dikelola oleh Kementerian
Kesehatan, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, TN)/POLR), kementerian lain/BUMN serta sektor swasta.
Sejak tahun sampai dengan tahun terjadi peningkatan jumlah
rumah sakit, baik rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus. Selama 5 tahun terakhir, jumlah rumah sakit meningkat sebesar , % yaitu dari . unit pada
Tabel 5. berikut menampilkan perkembangan jumlah rumah sakit umum dan
khusus di )ndonesia tahun ‐ . Sedangkan jumlah seluruh rumah sakit pada
tahun menurut pengelola dan provinsi terdapat pada Lampiran 5. .
TABEL 5.1
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (UMUM & KHUSUS)
DI INDONESIA TAHUN 2006 – 2010 No Pengelola/Kepemilikan 2006 2007 2008 2009 2010 Kementerian Kesehatan dan Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota 5 55 5 5 TN)/POLR) 5 BUMN/Kementerian Lain Swasta 5 Jumlah 1.292 1.319 1.372 1.523 1.632
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Selama kurun waktu 5 tahun terakhir ‐ jumlah rumah sakit umum
baik yang dikelola oleh institusi pemerintah maupun sektor swasta mengalami
peningkatan, pada tahun terdapat . unit menjadi . unit pada tahun
. Jumlah rumah sakit umum di )ndonesia menurut pengelola dapat dilihat pada Lampiran 5. . Perkembangan RSU di )ndonesia selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5. berikut ini.
GAMBAR 5.4
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT UMUM
DI INDONESIA TAHUN 2006 – 2010
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Dari rumah sakit umum yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah menunjukkan bahwa sebagian besar tergolong RSU kelas C. Dari
jumlah 5 RSU, terdapat 5 unit , % kelas C, unit , % kelas D,
unit , % kelas B, dan unit . % kelas A. Gambar 5.5 berikut ini
menyajikan persentase RSU menurut kelas.
GAMBAR 5.5
PERSENTASE RUMAH SAKIT UMUM
MILIK KEMENTERIAN KESEHATAN DAN PEMERINTAH DAERAH MENURUT KELAS
TAHUN 2010
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Terdapat RSU milik Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah yang termasuk kelas A, yang terdapat di kota yaitu Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar dan Makassar. )nformasi lebih rinci mengenai jumlah RSU yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan dan pemerintah daerah menurut kelas rumah sakit dan provinsi terdapat pada Lampiran 5.5.
Jumlah rumah sakit khusus RSK baik milik pemerintah maupun swasta
dalam kurun waktu tahun ‐ menunjukkan adanya peningkatan. Pada tahun
terdapat unit rumah sakit khusus, meningkat menjadi unit pada tahun
. Perkembangan jumlah RSK selama 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Gambar 5. .
GAMBAR 5.6
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS
DI INDONESIA TAHUN 2006 – 2010
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Sebagian besar rumah sakit khusus tersebut adalah RS )bu dan Anak sebanyak unit, RS Bersalin sebanyak 5 unit, dan RS Jiwa sebanyak 5 unit, seperti dapat dilihat pada Gambar 5. . Jumlah rumah sakit khusus beserta jumlah tempat tidurnya
tahun ‐ terdapat pada Lampiran 5. .
GAMBAR 5.7
JUMLAH RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK) DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Jumlah dan rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan rumah sakit tersebut dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, termasuk sebagai sarana pelayanan kesehatan rujukan. Jumlah tempat tidur pada rumah sakit umum dan rumah sakit khusus dalam 5 tahun terakhir menunjukkan adanya peningkatan. Gambaran peningkatan tersebut dapat dilihat pada Gambar 5. di bawah ini.
5
GAMBAR 5.8
PERKEMBANGAN JUMLAH TEMPAT TIDUR
RUMAH SAKIT UMUM (RSU) DAN RUMAH SAKIT KHUSUS (RSK)
DI INDONESIA TAHUN 2006 – 2010
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk dari tahun ‐
juga mengalami peningkatan, rasio pada tahun sebesar , 5 naik menjadi
, per . penduduk pada tahun . Gambar 5. menyajikan jumlah
tempat tidur dan rasio tempat tidur per . penduduk di rumah sakit pada tahun
‐ .
GAMBAR 5.9
JUMLAH TEMPAT TIDUR RUMAH SAKIT DAN
RASIONYA PER 100.000 PENDUDUK TAHUN 2006 – 2009
Sumber: Ditjen Bina Upaya Kesehatan, Kemenkes RI
Proporsi tempat tidur di rumah sakit umum dan rumah sakit khusus menurut kelas perawatan menunjukkan gambaran bahwa sebagian besar adalah Kelas ))),
yaitu sebesar ,5%, diikuti oleh Kelas )) sebesar , % dan Kelas ) sebesar , %. Selain tiga jenis kelas perawatan tersebut, terdapat kelas V)P sebesar ,5% dan tanpa kelas sebesar , %. Rincian mengenai jumlah dan persentase tempat tidur di RSU dan RSK menurut jenis kelas perawatan dan provinsi terdapat pada Lampiran 5. .
3. Sarana Produksi dan Distribusi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak asasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Sebagai komoditi khusus, semua obat yang beredar harus terjamin keamanan, khasiat dan mutunya agar dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Oleh karena itu salah satu upaya yang dilakukan untuk menjamin mutu obat hingga ke tangan konsumen adalah menyediakan sarana penyimpanan obat dan alat kesehatan yang dapat menjaga keamanan secara fisik serta dapat mempertahankan kualitas obat di samping tenaga pengelola yang terlatih.
)nstalasi farmasi merupakan unit pengelola perbekalan kefarmasian dan alat kesehatan yang ada di tingkat provinsi dan kabupaten/kota, sebagai sarana pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanan kefarmasian. Sampai dengan
tahun jumlah instalasi farmasi secara nasional adalah unit, rincian menurut
provinsi dapat dilihat pada Gambar 5. .
GAMBAR 5.10
JUMLAH INSTALASI FARMASI TAHUN 2010
Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI
Salah satu kebijakan pelaksanaan dalam Program Obat dan Perbekalan Kesehatan adalah pengendalian obat dan perbekalan kesehatan diarahkan untuk menjamin keamanan, khasiat dan mutu sediaan farmasi dan alat kesehatan. (al ini
bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya yang disebabkan oleh penyalahgunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan atau penggunaan yang salah/tidak tepat serta tidak memenuhi mutu keamanan dan pemanfaatan yang dilakukan sejak proses produksi, distribusi hingga penggunaannya di masyarakat.
Jumlah sarana produksi dan distribusi yang tersebar di provinsi
menggambarkan variasi sarana di bidang farmasi dan alat kesehatan memiliki disparitas jumlah yang masih relatif tinggi antara wilayah )ndonesia bagian Barat, Tengah dan Timur. Kebanyakan sarana baik produksi maupun distribusi berlokasi di )ndonesia bagian Barat yaitu di Pulau Sumatera dan Jawa. Sebanyak , 5% sarana produksi dan 5, % sarana distribusi tersebar di Pulau Sumatera dan Jawa. Kenyataan ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam kebijakan untuk mengembangkan jumlah sarana produksi dan distribusi kefarmasian dan alat kesehatan terutama di )ndonesia bagian Timur sehingga terjadi pemerataan jumlah sarana tersebut di seluruh )ndonesia. Selain itu, hal ini bertujuan untuk membuka akses terhadap keterjangkauan masyarakat terhadap sarana kesehatan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan. Sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan yang dimaksud antara lain )ndustri Farmasi, )ndustri Obat Tradisional )OT , )ndustri Kecil Obat Tradisional )KOT , Produksi Alat Kesehatan, Perbekalan Kesehatan dan Rumah Tangga PKRT dan )ndustri Kosmetik. Selama kurun waktu 5 tahun terakhir,
sejak tahun hingga terlihat adanya kecenderungan peningkatan jumlah
sarana produksi kefarmasian dan alat kesehatan. (al tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5. . Jumlah sarana produksi di )ndonesia pada tahun dirinci menurut
provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5. .
GAMBAR 5.11
JUMLAH SARANA PRODUKSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
TAHUN 20062010
Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI
Sementara yang termasuk sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan antara lain Pedagang Besar Farmasi PBF , Apotek, Toko Obat, Penyalur Alat
Kesehatan PAK dan Sub serta Cabang Penyalur Alat Kesehatan Sub/Cab PAK . Jumlah sarana distribusi kefarmasian dan alat kesehatan selama lima tahun terakhir
‐ terdapat pada Gambar 5. . Jumlah sarana distribusi di )ndonesia pada
tahun dirinci menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5. .
GAMBAR 5.12
JUMLAH SARANA DISTRIBUSI KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN
TAHUN 20062010
Sumber: Ditjen. Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Kemenkes RI
4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat dilakukan dengan menerapkan berbagai pendekatan, termasuk di dalamnya dengan melibatkan potensi masyarakat. (al ini sejalan dengan konsep pemberdayaan pengembangan masyarakat. Langkah tersebut tercermin dalam pengembangan sarana Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat UKBM . UKBM di antaranya terdiri dari Pos Pelayanan Terpadu Posyandu , Pos Kesehatan Desa Poskesdes di Desa Siaga, Tanaman Obat Keluarga Toga , dan Pos Obat Desa POD .
Salah satu jenis UKBM yang telah lama dikembangkan dan mengakar di masyarakat adalah posyandu. Dalam menjalankan fungsinya, posyandu diharapkan dapat melaksanakan 5 program prioritas yaitu kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi, dan penanggulangan diare. Dalam rangka menilai kinerja dan perkembangannya, posyandu diklasifikasikan menjadi strata, yaitu Posyandu Pratama, Posyandu Madya, Posyandu Purnama dan Posyandu Mandiri. Pada
tahun terdapat . posyandu, dengan demikian maka rasio posyandu
terhadap desa/kelurahan sebesar ,55 posyandu per desa/kelurahan. )nformasi
selengkapnya mengenai rasio posyandu menurut provinsi pada tahun dapat
dilihat pada Gambar 5. berikut ini.
GAMBAR 5.13
RASIO POSYANDU TERHADAP JUMLAH DESA/KELURAHAN MENURUT PROVINSI
TAHUN 2009
Sumber: Ditjen. Bina Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI
Poskesdes merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan penyediaan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa, dengan kata lain sebagai salah satu wujud upaya untuk mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Kegiatan utama poskesdes yaitu pengamatan dan kewaspadaan dini surveilans perilaku berisiko, lingkungan dan masalah kesehatan lainnya , penanganan kegawatdaruratan kesehatan dan kesiapsiagaan terhadap bencana serta pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan poskesdes juga mencakup pertolongan persalinan dan pelayanan K)A. Adanya poskesdes merupakan salah satu indikator suatu desa disebut desa siaga. Data
menyebutkan bahwa pada tahun terdapat 5 . unit poskesdes/desa siaga.
Rasio poskesdes/desa siaga terhadap desa secara nasional pada tahun sebesar , . Jumlah desa siaga di Provinsi DK) Jakarta merupakan jumlah RW siaga dan jumlah desa siaga di Provinsi Sumatera Barat merupakan jumlah desa siaga ditambah nagari siaga. Gambar 5. berikut ini menyajikan rasio poskesdes terhadap jumlah
desa/kelurahan menurut provinsi pada tahun tidak termasuk Provinsi DK)
Jakarta dan Provinsi Sumatera Barat . Sedangkan data mengenai jumlah UKBM
5
GAMBAR 5.14
RASIO POSKESDES TERHADAP DESA/KELURAHAN DI INDONESIA TAHUN 2009
Sumber: Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat, Kemenkes RI
5. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan a. Jumlah, Jenis dan Persebaran Institusi Pembangunan kesehatan berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi jenis, jumlah maupun kualitas. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas tentu saja dibutuhkan proses pendidikan yang berkualitas pula. Kementerian Kesehatan merupakan institusi dari sektor pemerintah yang berperan di dalam penyediaan tenaga kesehatan yang berkualitas tersebut. Dalam penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan jenjang pendidikan menengah dan Diploma yang berada di bawah pembinaan Kementerian Kesehatan dikelompokkan dalam Politeknik Kesehatan milik Kemenkes dan Non Poltekkes
milik Swasta,TN)/POLR) dan Pemda .
Program pendidikan D‐))) institusi pendidikan tenaga kesehatan Diknakes saat ini berkembang dengan pesat, baik jenis maupun jumlah di masing‐masing
provinsi. Sampai dengan Desember jumlah institusi Diknakes sebanyak .
institusi, yang terdiri dari jurusan/program studi yang berada pada Poltekkes
dan institusi Non Poltekkes. Perkembangan jumlah program studi prodi pada
5
GAMBAR 5.15
PERKEMBANGAN JUMLAH PROGRAM STUDI INSTITUSI POLTEKKES
DAN NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 20052010
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Pada Gambar 5. 5 dapat dilihat adanya peningkatan jumlah jurusan/prodi Poltekkes setiap tahunnya, hal ini sesuai dengan kebutuhan jenis tenaga kesehatan
dan pemerataan produksi tenaga kesehatan. Tahun terjadi penambahan
prodi, dari prodi pada tahun menjadi prodi. Demikian juga dengan
jumlah institusi Non Poltekkes bertambah sebanyak institusi, dari institusi
pada tahun menjadi institusi pada tahun .
Gambar 5. menunjukkan jumlah program studi pada institusi Diknakes
Poltekkes. Jenis prodi yang terbanyak yaitu prodi Keperawatan , prodi Kebidanan
5 dan prodi Gizi . )nformasi per provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5. .
GAMBAR 5.16
JUMLAH PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
5
Gambar 5. menunjukkan jumlah jurusan/program studi pada institusi Diknakes Non Poltekkes; untuk jurusan/prodi keperawatan terdiri dari keperawatan, kebidanan dan kesehatan gigi; untuk jurusan/prodi keterapian fisik terdiri dari fisioterapi, okupasi terapi, terapi wicara dan akupunktur.
GAMBAR 5.17
JUMLAH JURUSAN/PROGRAM STUDI PADA INSTITUSI DIKNAKES NON POLTEKKES
DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
b. Akreditasi Institusi
Dengan banyaknya institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini, Kementerian Kesehatan berupaya untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan. Akreditasi merupakan salah satu upaya pembinaan yang dilakukan pemerintah terhadap institusi pendidikan kesehatan yang ada, selain itu juga untuk melihat kualitas dari masing‐masing institusi.
Akreditasi dilaksanakan bagi institusi baru yang telah menjalankan perkuliahan sampai dengan semester V lima , dan institusi lama yang telah habis
masa berlaku akreditasinya. Mulai tahun Pusdiknakes melakukan akreditasi
terhadap jurusan/program studi Poltekkes yang ada. Sampai tahun sebanyak prodi Poltekkes . % telah diakreditasi dan yang belum terakreditasi
sebanyak 5 prodi . % . Dari jumlah yang sudah terakreditasi, terdapat prodi
5. % dengan strata A, prodi 5 . % dengan strata B dan 5 prodi . %
dengan strata C. Gambar 5. berikut ini menunjukkan persentase akreditasi program studi pada institusi Poltekkes. )nformasi selengkapnya mengenai jumlah dan persentase program studi Poltekkes yang telah terakreditasi menurut provinsi dapat dilihat pada Lampiran 5. .
5
GAMBAR 5.18
PERSENTASE STRATA AKREDITASI
PROGRAM STUDI POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
Akreditasi juga dilakukan pada institusi Diknakes Non Poltekkes. Jumlah institusi yang telah terakreditasi sebanyak institusi . % dan yang belum
terakreditasi sebanyak institusi . % . Dari jumlah yang sudah terakreditasi,
terdapat institusi . % dengan strata A, institusi . % dengan strata
B dan 5 institusi .55% dengan strata C. Gambar 5. berikut ini menunjukkan persentase strata akreditasi institusi Diknakes Non Poltekkes pada tahun . Sedangkan informasi selengkapnya menurut provinsi terdapat pada Lampiran 5. .
GAMBAR 5.19
PERSENTASE STRATA AKREDITASI
INSTITUSI DIKNAKES NON POLTEKKES DI INDONESIA TAHUN 2010
Sumber : Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI
5
Jumlah institusi Diknakes Non Poltekkes menurut status kepemilikan menunjukkan sebagian besar institusi dimiliki oleh swasta, yaitu sebesar , %,
sedangkan kepemilikan oleh Pemerintah Daerah sebesar , 5% dan TN)/POLR)
sebesar , %. )nformasi lebih rinci mengenai jumlah dan persentase institusi Diknakes Non Poltekkes menurut kepemilikan dapat dilihat pada Lampiran 5. 5.
c. Peserta didik
Jumlah peserta didik institusi pendidikan tenaga kesehatan baik Poltekes
maupun Non Poltekkes jalur umum tahun ajaran / sebanyak .
orang dibanding tahun ajaran / . orang mengalami kenaikan
sebanyak . orang atau . %. (al ini selaras dengan jumlah institusi
pendidikan tenaga kesehatan yang juga mengalami kenaikan.
Dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, diperlukan tenaga kesehatan yang lebih berkualitas. Sehubungan dengan hal tersebut
sejak tahun , selain menyelenggarakan D‐))) Poltekkes juga menyelenggarakan
program D‐)V dan Kelas )nternasional. Pada tahun program D‐)V yang ada di
seluruh )ndonesia memiliki peserta didik sebanyak . orang.
Program D‐)V mempunyai jenis institusi pendidikan yang lebih khusus bidang keilmuannya yaitu untuk jenis institusi keperawatan, kebidanan dan kesehatan gigi. Jenis institusi keperawatan terdiri dari keperawatan medical bedah, keperawatan gawat darurat, keperawatan klinik kemahiran, keperawatan kardiovaskuler, keperawatan anestesi, keperawatan jiwa, keperawatan intensive dan keperawatan anestesi reanimasi. Jenis institusi kebidanan terdiri dari bidan pendidik dan kebidanan komunitas. Jenis institusi kesehatan gigi terdiri dari kesehatan gigi, kesehatan gigi komunitas, kesehatan gigi prothodansia, dental bedah mulut dan perawat gigi pendidik. )nformasi lebih rinci mengenai jumlah peserta didik menurut jenis institusi pendidikan dapat dilihat pada Lampiran 5. , Lampiran 5. dan Lampiran 5. .
d. Lulusan
Jumlah lulusan Poltekkes dan Non Poltekkes pada tahun adalah .
orang, yang terdiri dari lulusan Poltekkes adalah . orang ,5 % dan lulusan
Non Poltekkes sebanyak . orang , % . Jumlah lulusan Poltekkes dan Non
Poltekkes terbanyak pada jurusan keperawatan sebanyak . orang kemudian
155
TABEL 5.2
JUMLAH LULUSAN PROGRAM DIPLOMA III POLTEKKES DAN NON POLTEKKES