• Tidak ada hasil yang ditemukan

Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank

Dalam dokumen BUKU HUKUM PERBANKAN SYARIAH Baru (Halaman 66-76)

DAFTAR PUSTAKA

C. Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank

Kata merger berasal dari bahasa

inggris “merger” yang berarti

menggabungkan. Merger dapat diartikan sebagai penyatuan atau penggabungan dua perseroan atau lebih dengan cara mendirikan perseroan baru dan membubarkan perseroan lainnya.36

Sedangkan menurut pasal 1 ayat 22 Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

Tentng Perbankan mendefinisikan

bahwasanya merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya dengan atau tanpa melikuidasi.37

Sedangkan kata konsolidasi berasal dari bahasa inggris “consolidation” yang berarti peleburan. Secara sederhana konsolidasi diartikan penggabungan dua perseroan atau lebih dengan cara 36 Ibid., hlm 85

37 Ali Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 152

membentuk perseroan baru dan membubarkan perseroan yang bergabunng tadi. Jadi beberapa perseroan yang ada bergabung atau menyatukan diri menjadi perseroan baru, dimana hak dan kewajjiban perseroan yang ada diambil oleh perseroan baru yang telah dibentuk.38 Sedangkan

menurut pasal 1 ayat 22 Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentng Perbankan mendefinisikan bahwasanya konsolidasi adalah penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan cara mendirikan bank baru dan membubarkan bank-bank tersebut dengan atau tanpa likuidasi.39

Secara terminologi “akuisisi” biasanya digunakan untuk mencakup transaksi yang terjadi antara dua pihak atau lebih, dimana pihak yang satu, pembeli pada akhirnya mendapatkan dan menjadi pemilik dari 38 Usman Rahmasi, Op, cit., hlm 86

sebagian atau seluruh aset pihak lain, penjual. Akuisisi suatu usaha bank oleh bank lain diatur didalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1999. Di sana disebutkan yang dimaksud dengan akuisisi itu adalah pengambilalihan kepemilikan suatu bank

yang mengakibatkan beralihnya

pengendalian terhadap bank.40

Dari definisi-definisi diatas dapat di ambil kesimpulan bahwasannya kepemilikan dapat beralih kepada pihak lain melalui penyatuan usaha (combination atau

business amalgamation) bank dalam rangka

memperkuat dirinya guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, efisien, dan mampu bersaing dalam era globalisasi dan perdagangan bebas. Kinerja antara dua bank atau lebih dapat terjadi karena merger dan konsolidasi, sehingga diharapkan 40 Pasal 1 ayat 4 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

muncul bank kuat dengan kinerja yang lebih baik. Demikian juga, akuisisi bank-bank dapat menunjang terciptanya sistem perbankan yang sehat dan efisien melalui masuknya investor yang mempunyai modal kuat. Dengan demikian, penyatuan usaha bank adalah dimaksudkan untuk mengatasi

kesulitan yang membahayakan

kelangsungan usaha bank yang

bersangkutan atau perluasan usaha bank yang bersangkutan, sehingga bank dapat menjadi kuat.41

Syarat-syarat dan Prosedur Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank

Dalam pasal 28 Undang-Undang Perbankan menetapkan bahwasannya merger, konsolidasi dan akuisisi bank wajib terlebih dahulu mendapat izin dari Pimpinan Bank Indonesia. Dalam memberikan izizn tersebut, Bank Indonesia akan menilai 41 Ibid., hlm 84

apakah pelaksanaan merger, konsolidasi dan akuisisi bank tersebut:

a. Dapat mendorong kinerja dan sistem perbankan nasional;

b. Tidak menimbulkan pemusatan kekuatan ekonomi pada satu orang atau suatu kelompok dalam bentuk monopoli yang merugikan masyarakat;

c. Tidak merugikan kepentingan nasabah. Selain itu, merger, konsolidasi dan akuisisi bank juga dilakukan dengan memperhatikan banyak kepentingan-

kepentingan, diantaranya adalah

kepentingan bank, kepentingan kreditor, kepentingan pemegang saham minoritas, kepentingan karyawan bank dan kepentingan rakyat banyak. 42

Dalam PP Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Merger, Konsolidasi dan Akuisisi Bank menetapkan sebagai berikut:

Pasal 3

Merger, Kosolidasi dan Akuisisi Bank dapat dilakukan atas:

a. inisiatif Bank yang bersangkutan; atau b. permintaan Bank Indonesia; atau

c. inisiatif badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan.

Syarat-syarat Merger daan

Konsolidasi BPR

Pasal 2 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/KEP/DIR menetapkan bahwa merger, konsolidasi dan akuisisi BPR dapat dilakukan atas:

a. Inisiatif BPR yang bersangkutan, yang wajib terlebih dahulu memperoleh izin dari Direksi Bank Indonesia;

b. Permintaan Bank Indonesia.

Marger dan konsolidasi hanya dapat dilakukan: a. Antar BPR yang:

i. Berkedudukan dalam wilayah provinsi yang sama; atau

ii. Berkedudukan dalam wilayah provinsi yang berbeda sepanjang kantor-kantor BPR hasil merger atau konsolidasi

berlokasi dalam wilayah provinsi yang sama;

b. Antara BPR konvensional dan BPRS apabila BPR hasil merger dan konsolidasi dimaksud menjadi BPRS.

Salah satu faktor BPR hasil merger atau konsolidasi dijadikan sebagai kantor pusat, dan kantor BPR lainnya dapat menjadi kantor cabang.

Izin merger atau konsolidasi atas inisiatif BPR dapat diberikan apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Telah memperoleh persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota;

b. Permodalan BPR hasil merger atau konsolidasi memenuhi ketentuan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia;

c. Calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi BPR hasil merger atau konsolidasi memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam surat Keputusan Direksi Bank

Indonesia tentang BPR yang mengatur kepengurusan BPR;

d. Apabila BPR hasil merger atau konsolidasi akan menjadikan kantor BPR lainnya sebagai kantor cabang, BPR hasil merger wajib memenuhi persyaratan modal disetor untuk pembukaan kantor cabang BPR sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia yang mengatur tentang pembukaan kantor cabang BPR.

Syarat-syarat Akuisisi Bank Umum

Akuisisi Bank Umum dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum, baik melalui pembelian saham secara langsung maupun pembelian saham melalui bursa efek, dengan membeli seluruh atau sebagian jumlah saham Bank Umum yang mengakibatkan beralihnya pengendalian Bank Umum kepada pihak yang mengakuisisi.

Izin akuisisi bank umum atas inisiatif bank yang bersangkutan dapat diberikan

apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota dari Bank Umum yang akan diakuisisi;

b. Pihak yang melakukan akuisisi memenuhi persyaratan sebagai pemilik bank umum sebagaimana dimaksud dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia yang mengatur kepemilikan bank umum;

c. Apabila bank umum yang diakuisisi terdaftar dipasar mmodal, maka wajib dipenuhi ketentuan pasar modal mengenai penawaran tender dan keterbukaan informasi pemegang saham tertentu;

d. Dalam hal akuisisi dilaukan oleh bank, maka bank wajib memenuhi ketentuan mengenai penyertaan modal oleh bank yang diatur oleh Bank Indonesia.

Syarat-syarat Akuisisi BPR

Akuisisi BPR dapat dilakukan oleh perorangan atau badan hukum melalui pengambilalihan seluruh atau sebagian

jumlah saham BPR yang mengakibatkan pihak yang mengakuisisi memegang pengendalian BPR.

Izin akuisisi BPR atas inisiatif bank yang bersangkutan dpat diberikan apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Telah memperoleh persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham atau Rapat Anggota BPR yang akan diakuisisi

b. Pihak yang melakkukan akuisisi memenuhi persyaratan sebagai pemilik BPR sebagaimana diatur dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indomesia tentang BPR yang mengatur kepemilikan dan permodalan BPR.43

Dalam dokumen BUKU HUKUM PERBANKAN SYARIAH Baru (Halaman 66-76)