• Tidak ada hasil yang ditemukan

Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan

Jalan Jenderal A. Yani Km. 32,2 Loktabat Banjarbaru 70712 Kalsel Pos-el : [email protected]

ABSTRAK

Mantra yang berkembang dalam masyarakat memiliki fungsi sebagai pengungkap tata nilai sosial budaya dan sekaligus juga disebut tata kehidupan daerah Banjar. Bahkan lewat matra dapat digali nilai budaya yang lebih mendalam, yaitu kepercayaan atau religi serta kebergunaannya. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang difokuskan pada deskripsi tentang bentuk metafora dalam mantra Banjar. Penelitian ini tergolong jenis penelitian kualitatif. Sumber data penelitian ini berupa data utama dan data penunjang. Data utama penelitian ini diambil dari mantra Banjar yang ada dimasyarakat dan penunjang buka mantra Banjar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam mantra banjar diperoleh metafora yang berhubungan dengan manusia, hewan, tumbuhan, makhluk gaib, warna, dan keadaan alam.

Kata kunci: masyarakat Banjar, mantra, metafora

ABSTRACT

Spell which is developed in the sociaty has a function as disclosure of cultural social value and it can be said as Banjarese way of life. Through spell we can find deeper cultural value, such as faith or religion and its benefit in Banjar spell. This is a qualitative study. The data are main data and supported data. The main data is taken from Banjar spell book. The study shows that there are metaphors in Banjar spell that have relation with human, animals, plants, magical creature, color, and nature.

Keyword: Banjarese, spell, metaphor

1. Pendahuluan

Masyarakat Banjar memiliki budaya bertutur lisan. Tuturan ini merupakan bagian dari kesastraaan yang dapat berbentuk prosa maupun puisi lama. Salah satu bentuk puisi lama yang masih ada di masyarakat Banjar adalah mantra. Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan

gaib. Mantra Banjar adalah mantra yang lahir, tumbuh, dan berkembang di Provinsi Kalimantan Selatan.

Sebagai sebuah bentuk sastra lisan yang bersifat magis sudah tentu hanya dimiliki oleh orang-orang tertentu saja yang bergelut dengan hal-hal yang bersifat kebatinan, seperti tabib, dukun, dan pawang, akan

tetapi orang biasa juga mempunyai mantra yang diturunkan secara turun temurun. Mantra yang berkembang dalam masyarakat memiliki fungsi sebagai pengungkap tata nilai sosial budaya dan sekaligus juga disebut tata kehidupan daerah Banjar. Bahkan, lewat matra dapat digali nilai budaya yang lebih mendalam, yaitu kepercayaan atau religi serta kebergunaannya (Yayuk,2005:6)

Mantra Banjar merupakan salah satu bentuk kesusastraan lama sekaligus sebagai warisan kebudayaan lama. Sampai saat ini mantra Banjar masih tetap bertahan di tengah-tengah laju teknologi yang serba canggih. Mantra Banjar masih mampu mempertahankan dan menampakkan diri dalam masyarakat modern. Hal ini disebabkan keyakinan dan kepercayaan masyarakat itu sendiri untuk tetap mempergunakannya.

Masyarakat pada umumnya, khususnya masyarakat Banjar masih sangat percaya

bahwa dibalik mantra Banjar itu ada sesuatu

yang dianggap mendatangkan kekuatan gaib, yaitu pada upacara kelahiran anak. Mantra Banjar dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu pitua, pirunduk, tatamba, dan

tutulak.

Dilihat dari segi bentuk gaya pengung-kapan mantra Banjar kebanyakan meng-gunakana kata-kata metaforis. Mantra yang merupakan salah satu sastra lisan Banjar yang lebih menonjolkan ciri-ciri puisi atau prosa lama. Penelaah metafora yang terdapat dalam mantra Banjar terkait dengan cara berpikir orang Banjar yang bersifat metaforis. Sifat dan ciri alam dibandingkan ke sifat dan perilaku manusia.

Penelitian dan kajian mengenai mantra telah dilakukan oleh beberapa peneliti di

antaranya Fungsi Mantra dalam masyarakat

Banjar (1995) oleh Ismail. Penelitian ini

membahas fungsi yang terdapat dalam masyarakat Banjar. Penelitian lain, yaitu

Mantra Banjar ( 2005) oleh Yayuk. Penelitian

hanya membahas mengenai mantra secara umum, yaitu jenis mantra pitua, pirunduk, tatamba, dan tutulak. Mantra Banjar: Pada tahun 2008 Jauhari Ali juga menulis mengenai mantra dengan judul ”Bukti orang

Banjar Mahir Bersastra sejak dulu. penelitian

ini membahasmengenai jenis-jenis mantra, mantra banjar dulu dan sekarang, fungsi mantra, wujud pelestarian mantra Banjar. Mantra Banjar dan Maknanya (Jahdiah, 2008) Penelitian ini membahas mengenai jenis mantra Banjar, khusus pirunduk dalam penelitian ini diuraikan macam-macam

pirunduk yang merupakan salah satu dari

jenis mantra Banjar. Yulianto (2008) juga meneliti mengenai mantra dengan judul

Mantra Banjar: Suatu Kompromi Budaya.

Penelitian ini membahas mengenai jenis-jenis mantra Banjar, fungsi mantra Banjar, dan mantra Banjar saat ini. Sepengetahuan penulis belum pernah ada penelitian yang membahas mengenai metafora pada mantra secara khusus.

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah metafora dalam mantra Banjar dapat dirumuskan, yaitu bagaimana bentuk metafora dalam mantra Banjar, yang dimaksud dengan bentuk dalam penelitian ini, yaitu fokus pada aspek leksikal berupa kata/frasa dalam mantra Banjar.

Kerangka Teori

Matafora memiliki kedudukan yang agak berbeda dengan acuannya. Dengan

kata lain metafora memiliki persamaan atau persesuaian hubungan metafora dan acuannya lebih merupakan ikan, atau disebut dengan ikon metafora. Kemiripan dalam ikon metafora bukan tanda dan acuan, akan tetapi antara dua acuan (Sudjiman dan Zoest, 1992).

Dalam metafora terjadi proses substitusi. Substitusi merupakan proses pengantian unsur-unsur bahasa lain dalam satuan yang lebih besar, (Haliday dan Hasan, 1994:144-118). (Saragih , 2002:142) menyatakan bahwa pada substitusi bentuk linguistik yang hilang atau lesap itu diganti disubstitusikan dengan bentuk lain.

Friedrich (1987:22) menyatakan bahwa

metafora dalam karya sastra, khususnya mantra yang merupakan bentuk puisi lama berbeda dengan metafora dalam bahasa sehari-hari dan bahasa formal. Metafora dalam karya sastra menjelaskan suatu keadaan, peristiwa atau sesuatu yang tidak

tampak melalui suatu persamaan dengan

sesuatu yang belum dikenal atau yang baru diciptakan.

Manurut Lakoff (2003:7—9) metafora

tidak hanya mengungkap bahasa, tetapi

juga berhubungan dengan pemikiran. Berdasarkan hal tersebut, metafora

dikaitkan dengan kerangka berpikir,

tidak dalam tataran bahasa. Berdasarkan konsep competensi dan perfarmanse yang digunakan Chomsky, maka metafora berada pada tataran competence. Metafora juga melingkupi kehidupan manusia termasuk dalam kehidupan sehari-hari yang bercirikan metaforis. Metafora tidak hanya menyangkut bahasa saja, tetapi juga menyangkut budaya dan cara berpikir manusia atau pandangan

hidup manusia sebagai pribadi dan anggota satu kelompok masyarakat.

Selain itu, metafora juga dipahami sebagai kemampuan dalam menampilkan elemen pesan, tetapi sebaliknya, metafora juga menyembunyikan aspek yang lainnya (Halverson, 2003:5). Pendapat lainya menyatakan bahwa metafora dilihat sebagai alat bahasa yang mudah disesuaikan keperluan manusia (Faridah dan Emma, 2001:1) dan juga dapat dilihat sebagai satu kiasan yang khas digunakan dalam pembujukan.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kuantitatif, Artinya peneliti hanya mengambarkan sebuah situasi, temuan, masalah atau peristiwa dari variabel yang akan dianalisis (Kumar, 1996:10). Fenomena yang akan yang dideskripsikan dalam penelitian ini adalah khazanah metafora pada mantra Banjar. Yang menjadi data dalam penelitian ini adalah seluruh mantra Banjar yang mengandung metafora. Data yang diambil dari penelitian ini bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer penelitian ini diambil dari mantra Banjar yang ada dimasyarakat dan data sekunder mantra yang sudah dicetak untuk melengkapi data yang ada.

Ada beberapa tahapan prosedur yang ditempuh dalam pengumpulan data. Tahap pertama, peneliti menyimak/ mencatat mantra yang di dapat dari informan. Tahap kedua data yang dicatat dikumpulkan ke dalam korpus data untuk selanjutknya dipilah dan diklasifikasikan berdasarkan kategori masalah yang akan dibahas pada tahap ini, ada beberapa subtahapan yang dilalui,

seperti penyunting data, yaitu memeriksa kembali data yang dikumpulkan, selanjutnya data yang sudah disunting akan diberi kode berdasarkan kategori data, yaitu kode mentafora berdasarkan jenisnya.

Setelah tahapan pengumpulan data selesai, data dianalisis dengan menggunakan teknik analisis penelitian kuantitatif, yaitu sebuah penelitian yang hanya mendeskripsikan atas apa dan bagaimana mantra Banjar yang digolongkan mengandung makna metafora. 2. Hasil dan Pembahasan

Pembahasan mengenai metafora dalam mantra Banjar dibagi menjadi lima bagian, yaitu analisis metafora manusia dalam mantra Banjar, metafora hewan dalam mantra Banjar, metafora tumbuhan dalam mantra Banjar, metafora mahkluk gaib dalam mantra Banjar, dan mefaora warna dalam mantra Banjar. Berikut analisis masing-masing metafora yang ada dalam mantra Banjar.

Analisis Metafora Manusia dalam Mantra Banjar

Analisis metafora manusia dalam mantra Banjar dibagi menjadi tiga, yaitu bentuk pronomina persona dalam mantra Banjar, bentuk pronomina posesif dalam mantra Banjar, dan substitusi dalam diri dalam mantra Banjar. Berikut analisis masing-masing metafora manusia dalam mantra Banjar.

Bentuk Pronomina Persona dalam Mantra Banjar

Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Jika dilihat dari segi fungsinya dapat dikatakan bahwa

pronomina menduduki posisi yang umumnya diduduki oleh nomina. Seperti subjek, objek. Ciri lain yang dimiliki pronomina ialah bahwa acuannya dapat berpindah-pindah tergantung siapa yang menjadi pembicara atau penulis. Dalam bahasa Indonesia ada tiga macam pronomina, yakni 1) pronomina persona, 2) pronomina penunjuk, dan 3) pronomina penanya. Dalam analisis pronomina ini akan dibatasi pada pronomina persona saja, yakni orang pertama tunggal. Di antara promomina itu ada yang mengacu pada jumlah satu atau lebih dari satu. Ada bentuk yang bersifat eksklusif ada yang inklusif, dan ada yang bersifat netral (Alwi, 1998:249). Berikut ini akan diuraikan analisis pronomina metafora manusia dalam mantra Banjar.

Tabel 1 Metafora Pronomina Manusia dalam Mantra Banjar

Mantra Banjar Terjemahan 1. Ayu ruh barapa tahun

ikam madam Wahai anakku berapa tahun engkau merantau 2. Airku si landap kaca ‘Airku tanjam seperti

kaca’

3. Aku tahu asal ikam ‘Saya mengetahui asal kamu’

4. Insyaallah inya ilang

haritan ‘Dengan izin Allah dia hilang rasa’ 5. Biar saribu urang

bajalan, aku juga nang dipandang urang manis

‘Biar seribu orang berjalan, saya juga yang dipandang urang manis’ 6. Maka inya kada kawa

bapisah ‘Maka dia tidak dapat berpisah’ 7. Awak kita, akhirnya

kahada pang bahayanya ‘Badan kita, akhirnya ti-dak ada yang berbahaya’ Pada tabel 1 kutipan 1 terdapat pronomina persona kedua tunggal, yaitu pada kata ikam ‘kamu’ pada larik ayu ruh barapa

tahun ikam madam ‘ayo roh berapa tahun

kamu merantau’. Pronomina ikam tersebut merupakan metafora yang mengacu pada

yang dijadikan objek yang dimantrai. Mantra ini biasanya digunakan untuk memanggil anak yang merantau lama tidak pulang ke kampung halaman.

Kutipan 2 terdapat pronomina persona pertama tunggal, yaitu ku ‘ku’ pada larik airku

landap si kaca ‘airku tajam seperti kaca’.

Mantra ini biasa dipakai oleh perempuan. Pronomina ku mengacu pada si pemakai mantra. Kutipan 3 terdapat promonina persona aku ‘saya’ pada larikaku tahu asal

ikam ‘saya tahu asal kamu’ mengacu pada

yang memakai mantra.

Pada kutipan 4 terdapat pronomina persona orang ketiga tunggal, yaitu inya ‘dia’ pada larik insya allah inya hilang aritan ‘dengan izin Allah dia hilang rasa sakit. Pronimina persona inya ‘dia’ mengacu pada orang yang diobati. Mantra ini biasanya dibaca oleh dukun untuk membantu persalinan agar si pasien tidak merasa sakit sewaktu melahirkan.

Pada kutipan 5 terdapat pronomina persona pertama tunggal, yaitu aku ‘saya’ yang terdapat pada larikbiar saribu urang

bajalan, aku jua nang dilihati manis ‘biar

seribu orang berjalan saya juga yang di pandang cantik. Pronomina persona orang pertama tunggal tersebut mengacu pada orang yang memakai mantra. Mantra ini biasa dipakai oleh pria atau wanita untuk memikat lawan jenisnya.

Pada kutipan 6 terdapat pronomina persona orang kedua inya ‘dia’ pada larikmaka inya kada kawa bapisah lawan

diaku ‘maka dia tidak dapat berpisah dengan

saya’ pronomina persona tersebut mengacu pada memakai mantra. Mantra ini dibaca untuk memikat laki-laki agar jatuh cinta.

Pada kutipan 7 terdapat pronomina persona pertama jamak, yaitu kita ‘kita’ yang terdapat pada larik‘awak kita akhirnya

kadada pang bahayanya ‘badan kita

akhirnya tidak ada’ . Pronomina persona pertama jamak ‘kita’ mengacu pada objek yang yang dibacakan mantranya. Mantra ini dibaca oleh dukun ketika mengobati pasien yang kena racun ular.

Bentuk Pronomina Posesif dalam Mantra Banjar

Pronomina posesif merupakan pronomina yang menunjukkan milik. Dalam mantra Banjar mengacu pada orang kedua dan ketiga tunggal yang bersifat abstrak. Untuk menganalisis metafora mantra Banjar berupa pronomina posesif, digunakan data berikut.

Tabel 2 Metafora Pronomina Posesif dalam Mantra Banjar

Mantra Banjar Terjemahan

1. Hatinya sudah

karindangan ‘Hatinya sudah rindu’

2. Takunci dan tatup

samuahawa napsunya ‘Terkunci dan tertutup semua hawa napsunya’ 3. Lanah lunuh buku

matanya seperti banyu

49

‘luluh mencair biji matanya seperti air’ Pada tabel 2 kutipan 1 terdapat promomina posesif dalam mantra Banjar, terdapat promomina ketiga tunggal nya ‘inya’ mengacu pada metafora laki-laki yang dituju untuk dimantrai, seperti pada larik Hatinya sudah karindangan ‘Hatinya sudah rindu’. Mantra ini biasa dipakai oleh perempuan ketika memakai bedak yang tujuan memikat laki-laki tujuan agar laki-laki yang memandang kita rindu dan teringat wajah yang memakai mantra.

Kutipan 2 terdapat pronomina posisif – nya ‘nya’ yang mengacu pada metafora orang yang dibacakan mantranya. Takunci dan

tatup samuahawa napsunya ‘Terkunci dan

tertutup semua hawa napsunya’. Mantra ini biasanya ini dibacakan ketika menghadapi musuh, mantra ini biasanya dibaca berulang-ulang sebanyak tiga kali dan diusahan agar kita selalu menatap mata musuh. Tujuan yang diharapkan agar dapat meredam perbuatan jahat musuh kepada kita.

Kutipan 3 juga terdapat pronomina posisif –nya ‘nya’ yang , mengacu pada metafora musuh atau lawan kita. terdapat pada lariklanah lunuh buku batanta ‘luluh mencair biji matanya seperti air. Mantra ini biasanya dipakai untuk menundukkan musuh, dibaca dengan penuh keyakinan dengan harapan musuh dapat ditundukkan. Substitusi Nama Diri dalam Mantra Banjar

Substitusi merupakan proses penggantian unsur-unusr bahasa oleh unsur lain, baik berupa penghilangan maupun pelesapan bentuk linguistik. Berikut data dan analisis penggunaan metafora substitusi nama diri.

Tabel 3 Metafora Subtiitusi Nama Diri

Mantra Banjar Terjemahan 1. Umar Usman Abu

bakar Ali ‘Umar Usman Abu Bakar Ali’ 2. Rupaku Yusup,

Suaraku Daud ‘Wajahku Yusup’ 3. Panahku panah

Arjuna ‘Panahku panah arjuna’ 4. Hai bajauh ikam,

jangan parak anak Adam

‘Hai menjauh kamu, jangan dekat dengan anak Adam’

Tabel 3 kutipan 1 terdapat metafora

Umar Usman Abu bakar Ali yang mengacu

pada sahabat-sahabat Rasulllah. Mantra ini digunakan oleh seseorang yang ingin memiliki ilmu. Dengan mantra ini diharapkan dapat memiliki ilmu kekuatan atau menambah kekebalan pada diri masing-masing untuk menjaga keamanan diri.

Kutipan 2 terdapat metafora substitusi Yusup dan Daud yang mengacu pada Nabi Yusup dan Nabi Daud, pada larik rupaku

yusup, suaraku Daud ‘wajahku Yusup,

suaraku Daud’ mantra ini dibacakan pada saat hendak meninggalkan rumah agar kita selalu dihormati orang.

Kutipan 3 terdapat metafora Arjuna pada larik panahku panah Arjuna yang merupakan subtitusi pada Arjuna tokoh pewayangan yang terkenal dengan ketampanan. Mantra ini khusus digunakan oleh laki-laki untuk memikat lawan jenisnya. Dengan membaca mantra ini diharapkan agar perempuan yang dikehendaki jatuh cinta kepada yang memakai mantra.

Kutipan 4 terdapat metafora Adam yang merupakan substitusi kepada Nabi Adam, Nabi yang pertama diutus oleh Allah pada larik Hai bajauh ikam, jangan paraki anak

Adam ‘Hai menjauh kamu jangan dekati anak

Adam’ Mantra ini dibaca oleh orang yang ingin menolong seseorang yang termakan racun. Dengan mantra ini diharapkan orang yang terminum racun tidak berfungsi dalam tubuh.

Metafora Hewan dalam Mantra Banjar Berikut data dan analisis metafora hewan dalam mantra Banjar.

Tabel 4 Metafora Hewan dalam Mantra Banjar

Mantra Banjar Terjemahan 1. Kataku kata sikukang ‘Kata saya si kata

kukang’ 2. Bidawang biyuku ‘Bulus, biyuku’ 3. Undang galah

undang sapit ‘Undang galah undang sapit’ 4. Asal dari terjadi

wanyi ‘Asal terjadinya tawon’ 5. Hai iwak-iwak datanglah ke sungai ini ‘Hai ikan-ikan datanglah ke sungai ini’

Tabel 4 kutipan 1 terdapat kata kukang ‘kukang’ yang merupakan metafora untuk orang yang tidak dapat dipisahkan pada larik

kataku kata si kuakang ‘ katanya kata si

kukang ‘. Kukang dalam bahasa Indonesia sejenis monyet kecil yang tidak bisa dipisahkan dengan pasangannya sehingga jika ada sepasang suami istri atau kekasih yang tidap dapat dipisahkan sering disebut seperti kukang saja. Mantra ini biasa dipakai untuk menguna-gunai orang-orang.

Kutipan 2 terdapat metefora hewan, yaitu pada larik bidawang biyuku ‘bulus, kura-kura’ Binatang dikenal dengan sabarnya dan pelan jalannya. Mantra ini dipakai ketika menyemai tanaman sehingga diharapkan memperoleh hasil yang banyak.

Kutipan 3 terdapat metafora hewan, yaitu undang galah undang sapit ‘undang galah undang sapit ‘ Mantra ini dipakai ketika mengadu jangkrik. Metafora tersebut diasumsikan kuat menyepit sehingga lawannya kalah.

Kutipan 4 terdapat metafora hewan, yaitu wanyi ‘tawon pada larik asal kejadian wanyi ‘asal terjadi tawon. Matafora ini melambang binatang tawon yang suka mengiggit I oaring

yang menganggu sarangnyanya. Mantra ini dibaca oleh orang yang mencari madu. Dengan membaca ini diharapkan tawon tidak menggingit karena berasal dari dari hal yang sama.

Kutipan 5 terdapat metafora hewan, yaitu iwak ‘ikan’ pada larik hai iwak-iwak

datanglah ke sungai ini ‘Hai ikan-ikan

datanglah ke Sungai ini’ Mantra ini dibaca oleh nelayan dengan membaca mantra ini diharapkan mendapat ikan yang banyak. Metafora untuk Tumbuhan

Analisis metafora tumbuhan ini disesuaikan dengan jenis tumbuhan yang ada di Kalimatan Selatan. Kategori tumbuhan bermacam-macam, yaitu berakar tunggal. Serabut, tanaman air dan rawa tetapi karena kategori tumbuhan dalam metafora banjar terbatas atau sedikit untuk analisis langsung difokuskan pada tumbuhan saja. Berikut data dan analisi metafora tumbuhan dalam mantra Banjar.

Tabel 5 Metafora Tumbuhan dalam Mantra Banjar

Mantra Banjar Terjemahan 1. Kaya humbut awakku

mandi ‘Seperti umbut badanku mandi’ 2. Layu-layunya

bilaranku ‘Layu-layu bilaranku’

Pada tabel 5 kutipan 1 terdapat metafora tumbuhan, yaitu humbut pada larik kaya

humbut awakku mandi ‘seperti humbut

badanku mandi’. Humbut merupakan sebutan untuk bagian dari tanaman kelapa atau enau yang masih muda warnanya putih dan mulus. Mantra ini dibaca ketika mandi

agar badan bercahaya sehingga orang yang melihat menjadi tertarik atau menyukai, mantra ini dibaca oleh seorang wanita yang mengharapkan disukai orang banyak.

Kutipan 2 terdapat metafora tumbuhan, yaitubilaran pada larik layu-layu bilaraku ‘layulah bilaranku’ Bilaran merupakan tumbuhan merambat yang banyak ditemukan di jalan setapak. Mantra ini dibaca oleh seorang penjalan kaki dengan mantra ini diharapkan orang yang berjalan selamat sampai tujuan dan mampu menghadapi rintangan yang ada.

Mefatora Makhluk Gaib dalam Mantra Banjar

Makhluk gaib atau makhluk halus (super natural being) adalah makhluk yang dianggap hidup di alam gaib, yang berada di luar alam fisik (Koentjacaraningrat dkk, 2003:139). Makhluk yang dimaksud dalam mantra Banjar adalah malaikat, iblis, setan, dan jin. Untuk lebih jelasnya berikut data dan analisis metafora makhluk gaib dalam mantra Bajar.

Tabel 6 Metafora Makhluk Gaib dalam Mantra Banjar

Mantra Banjar Terjemahan 1. Pampadu-pambadu manyubarang, Picak mata hantu ‘pampadu-pampadu menyeberang, buta mata hantu’ 2. Ada salamatan seadanya. Jalangkung ikam datanglah ‘ada selamatan seadanya, jalangkung datang kamu’

3. Aku tahu asal kejadian ikam jin tarum

‘Saya tahu asal mula kejadian zin tarum’

Pada tabel 6 kutipan 1 terdapat metafora makhluk gaib, yaitu hantu pada lirik

Pampadu-pambadu manyubarang Picak mata hantu

‘pampadu-pampadu menyeberang’ ‘buta mata hantu’ . Hantu roh jahat yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu. Mantra ini dibaca untuk menghilangkan kelilipan.

Kutipan 2 terdapat metafora makhluk gaib, yaitu jalangkung pada larik Ada salamatan

seadanya jalangkung ikam datanglah ‘ada

selamatan seadanya, jalangkung datang kamu’. Jalangkung halus ada masuk ke permainan dengan memanggil roh yang sudah meninggal. Mantra ini dipakai untuk permainan jalangkung.

Kutipan 3 terdapat mefaora makhluk gaib, yaitu jin pada larik aku tahu asal

kajadian ikam jin tarum ‘saya tahu asal

mula terjadinya jin tarum. Jin adalah adalah makluk halus yang diciptakan dari api. Jin pada umumnya digambarkan memiliki peran dan kemampuan yang mirip manusia . Mantra ini dibaca untuk mengobati penyakit dengan harapan penyakit cepat sembuh.

Metafora Warna dalam Mantra Banjar Tabel 7 Metafora Warna dalam Mantra Banjar

Mantra Banjar Terjemahan 1. Putih karana kasih,

hirang karana sayang Kuning karena maras

‘Putih karena kasih, hitam karena sayang kuning karena kasihan 2. Minyakku salancar kuning Awakku si putih kuning

Miyakku yang licin berwarna kuning badanku si putih kuning

Pada tabel 7 kutipan 1 terdapat metafora