• Tidak ada hasil yang ditemukan

Speaking Ability of BIPA Students Through Riga Technique Krishandini

7. Mulutnya tebal, kulitnya kuning

A : karena saya sibuk belajar, belum belajar bahasa Indonesia

B : kalau begitu, kamu acara

apa selama liburan Idul Fitri

A : saya masih belum tahu, kalau kamu ada acara apa?

B : saya.. mungkin saya mau jalan-jalan ke Pulau seratus (teman yang lain tertawa mendengarnya)—maksudnya Pulau Seribu-- kamu mau ikut tidak?

c) Penggunaan Kosa Kata

(Vocabulary)

Rendahnya kemampuan berbi-cara mahasiswa, seperti yang tampak pada hasil tes awal, salah satu penyebabnya adalah minimnya kosa kata yang dimiliki mahasiswa BIPA. Akibatnya, untuk menuturkan dialog sesuai dengan peranan, mahasiswa BIPA masih menggunakan kosa kata yang sederhana dan kata nonbaku dalam bahasa Indonesia.

Penggunaan pilihan kata dan kata tanya yang kurang tepat sering

dituturkan oleh mahasiswa BIPA ini. Berikut transkrip hasil pengamatan peneliti:

1. Kamu sudah hidup di sini berapa bulan?

2. Kamu sudah jalan di

mana-mana?

3. saya tinggal di asrama putra TPB

tingkat dua.

4. ya udah...

5. Alhamdulillah baik saja, selama liburan kamu pulang ke Bali

gak?

6. enak bang[a]t sih...aku tidak bisa

pulang lebaran ini.

7. Mulutnya tebal, kulitnya kuning.

Dia memakai baju puti[h] dan

j[c]elana jeans.

Untuk meningkatkan kemampuan penggunaan kosa kata ini, peneliti mendata kesalahan kosa kata yang mereka tuturkan. Mahasiswa diajak untuk membuka kamus terjemahan. d) Kefasihan (Fluency)

Pada bagian aspek kefasihan, mahasiswa belum dengan lancar menuturkan tuturan dengan baik. Hal tersebut terjadi, baik pada saat dilakukan tindakan maupun ketika tes berbicara dilakukan. Ketidaklancaran tersebut akibat beberapa faktor, yaitu kurangnya pemahaman mahasiswa dengan pertanyaan yang diajukan temannya, kosa kata yang kurang memadai, kesulitan dalam melafalkan, ketridakpahaman akan tata bahasa yang tepat. Di bawah ini contoh transkrip dialog yang dituturkan mahasiswa.

C : ya,...saya...kamu belajar fakultas apa?

A : oh... saya belajar di fakultas

ecology manusia dan jurusan gizi

B : saya belajar fakultas kehutanan

dan jurusan saya adalah manajemen hutan, kalau kamu A?

C : saya fakultas il..komputer.... matematika...(dialog ini terhenti karena mereka bingung)

B : berapa lama kamu tinggal di

sini?

C : e..saya tinggal di sini empat tahun [x], kamu?

e) Pemahaman (Comprehension)

Hal lain yang perlu ditingkatkan dalam kemampuan berbicara mahasiswa BIPA adalah pemahaman terhadap isi pembicaraan. Terkadang mahasiswa tidak memahami pertanyaan yang diajukan oleh teman tuturnya atau sebaliknya mahasiswa bingung dalam mengajukan pertanyaan kepada teman tuturnya, di bawah ini contoh berdasarkan pengamatan peneliti.

A : Alhamdulillah baik.terima kasih.

kamu mau kemana?

B : saya mau pergi pulang ke asrama A : e..Kamu sudah makan siang? B : Belum...ee...kalau kamu sudah

makan

A : ...e...saya belum juga, saya

ingin ke warung untuk makan siang, kamu mau ikut?

B : warung di mana?jauh dari sini? A : tidak, di Bara aja

B : dimana...ehm....makan.... kamu

makan apa?

f) Komunikatif

Mahasiswa pada awalnya tampak masih ragu dalam menuturkan dialog di depan kelas. Hal tersebut disebabkan karena kosa kata mereka yang masih terbatas sehingga seringkali dalam berinteraksi ada jeda atau kevakuman sebelum dilanjutkan dengan tuturan berikutnya. Pada awal siklus pertama mahasiswa masih tampak khawatir dan ragu mengikuti kegiatan ice breaking yang peneliti lakukan, seperti menjawab salam dengan jawaban “bulan Ramadan penuh semangat” mahasiswa BIPA masih tampak malu-malu, namun pada akhirnya rasa malu itu pecah dan berganti dengan semangat mengikuti kegiatan pembelajaran. Mereka terlihat antusias ketika diberi games tebak kata dengan cara menyusun huruf demi huruf yang pada akhirnya membentuk kata

wawancara dan juga kata potret.

Perubahan ini menurut peneliti sangat menggembirakan karena minat mereka terlihat meningkat seiring dengan meningkatnya kemampuan berbicaranya.

Peningkatan Kemampuan Berbicara Tes Awal, Siklus 1,2,dan 3

Pada siklus pertama mahasiswa BIPA mendapat rata-rata 69,66 sedangkan pada siklus kedua mahasiswa BIPA mendapat rata-rata 78. Dengan demikian mengalami peningkatan rata-rata 8 poin. Rata-rata perolehan mahasiswa BIPA pada siklus ketiga sebesar 85,32. Hal itu berarti

mengalami peningkatan sebesar 7 poin. Peningkatan tersebut sangat berarti apabila dibandingkan dengan nilai rata-rata yang diperoleh mahasiswa BIPA pada tes awal yang hanya mencapai 52,3. Peningkatan rata-rata mahasiswa BIPA sebelum dan sesudah mendapat perlakuan di akhir siklus mencapai 33 poin. Hal ini dapat disimpulkan bahwa

teknik role play, interview, dan games (RIGA) dapat meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa BIPA. Peningkatan kemampuan berbicara mahasiswa BIPA ini dilihat secara keseluruhan dari hasil tes awal sampai dengan siklus ketiga disajikan melalui grafik di bawah ini.

Grafik 1 Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa BIPA

Grafik 1 menunjukkan bahwa setiap akhir siklus mahasiswa BIPA mengalami peningkatan kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Siklus pertama menunjukkan bahwa kemampuan berbicara mahasiswa lebih rendah dibandingkan dengan siklus kedua dan ketiga. Demikian pula pada siklus kedua kemampuan berbicara mahasiswa BIPA terlihat lebih rendah daripada siklus ketiga. Hal ini dapat disimpulkan bahwa teknik Riga efektif untuk meningkatkan kemampuan berbicara mahasiswa BIPA. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan saat sebelum dan selama penelitian terhadapat peningkatan kemampuan berbicara

maha-siswa BIPA melalui teknik Riga hasil temuan yang dapat peneliti paparkan sebagai berikut: 1. Pada mulanya mahasiswa BIPA masih

mengalami kesulitan berbicara dalam bahasa Indonesia karena belum dilatih berbicara dengan teknik Riga. Setelah di-perkenalkan dan dilatih berbicara dengan teknik tersebut, kemampuan berbicara mahasiswa BIPA secara keseluruhan, yaitu dalam aspek kefasihan, kosa kata, pelafalan,tata bahasa, pemahaman, dan komunikatif meningkat.

2. Sebelum dilatih berbicara dengan teknik

Riga, mahasiswa kerap melakukan

kesalahan tata bahasa, penggunaan kata nonbaku dalam bahasa Indonesia, terutama bahasa sehari-hari ke dalam

bahasa Indonesia. Namun, setelah dilatih struktur kalimat yang dituturkan mahasiswa BIPA mulai berpola baku. 3. Teknik Riga dapat digunakan untuk

meningkatkan minat mahasiswa BIPA dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehingga suasana pembelajaran menjadi menyenangkan.

4. Memperkenalkan mahasiswa BIPA pada pembelajaran sesuai konteks situasi sebenarnya membuat mahasiswa BIPA ingin mengenal lebih jauh mengenai budaya Indonesia.

5. Ada hal yang menarik yang peneliti temui dalam kegiatan ini, yaitu mahasiswa mulai paham dengan budaya Indonesia yang masuk ke dalam percakapan mereka. Berikut contoh transkrip percakapan:

A : iyalah...itu saja...asalamualaikum B : waalaikum salam

C : selamat liburan. Hati-hati di jalan ya A : Makasih, selamat liburan.

6. Pada awalnya mahasiswa terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok laki-laki dan wanita. Akan tetapi setelah peneliti acak pembagian kelompoknya, mahasiswa dapat berkerja sama dengan teman yang berbeda jenis kelamin. Dengan teknik Riga pembelajaran menjadi menyenangkan.

7. Mahasiswa juga cepat menemukan kosa kata baru yang ‘’trend” di kalangan mahasiswa IPB, seperti kata Bara –nama tempat nongkrong mahasiswa.