Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah terdiri dari 4 jenis yang saling dilakukan secara bertahap. Metode analisis tersebut yakni analisis LQ, analisis MRP, analisis Overlay, dan analisis Shift-Share. Adapun penjelasan detail terkait metode analisis tersebut yakni sebagai berikut.
1. Metode Location Quotient (LQ)
Metode analisis LQ berguna untuk mengidentifikasi basis ekonomi (sector basis) suatu wilayah. Metoda LQ ini dipergunakan untuk melihat dominasi dan peran suatu kegiatan dalam lingkup luas wilayah tertentu atau dapat menentukan skala pengembangan kegiatan di tingkat lokal dan regional, sehingga mampu merumuskan pengembangan produk unggulan yang memenuhi skala ekonomis (ekspor). Adapun model ini adalah sebagai berikut:
di mana:
Si = besaran kegiatan tertentu yang akan diukur di wilayah perencanaan Ni = besaran total untuk kegiatan tertentu dalam wilayah yang lebih luas S = besaran total untuk seluruh kegiatan di wilayah perencanaan
N = besaran total untuk seluruh kegiatan di wilayah yang lebih luas
∆Y1n / Y1n (t)
∆Yn/ Yn (t)
=
∆Y / Y
Ukuran/besaran yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat dominasi suatu kegiatan (LQ) antara lain adalah tenaga kerja atau hasil produk. Hasil dari analisis LQ ini terdiri dari tiga kemungkinan yaitu:
LQi > 1, Menyatakan bahwa kegiatan I di wilayah perencanaan memiliki potensi sebagai sektor basis di wilayah perencanaan.
LQi = 1, Menyatakan bahwa wilayah perencanaan telah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri pada sektor i.
LQi < 1, Menyatakan bahwa wilayah perencanaan memiliki kecenderungan untuk mengimpor pada sektor kegiatan i atau sektor ini bukan basis bagi wilayah perencanaan.
Dengan analisis ini dapat diketahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan (leading sector) di suatu wilayah. Data yang digunakan adalah data PDRB. Analisis LQ mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam suatu daerah dengan cara membandingkan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peranan kegiatan ekonomi sejenis pada lingkup yang lebih luas (regional atau nasional).
2. Metode Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Analisis Model Rasio Pertumbuhan merupakan alat analisis yang digunakan untuk melihat suatu sektor eknomi yang potensial berdasarkan kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah, baik eksternal maupun internal (Yusuf,1999 dalam Andika, 2015). Analisis MRP merupakan turunan dari persamaan awal komponen utama dalam analisis Shift and Share yaitu Proportionality Shift. Analisis MRP ini dibagi lagi ke dalam dua kriteria, yaitu Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr).
Rumus untuk menghitung MRP (Buhana dan Masyuri, 2006) adalah sebagai berikut.
a. Rasio Pertumbuhan Referensi (RPr)
b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)
Keterangan:
∆Yn = Yin (t+1) – Yin(t) adalah perubahan PDRB wilayah referensi di sektor i
Yin(t) = PDRB wilayah referensi di sektor i pada awal periode penelitian
∆Yn = Yij (t+1) – Yn(t) adalah perubahan PDRB wilayah referensi Yn(t) = PDRB wilayah referensi pada awal periode penelitian
∆Yij = Yij (t+1) – Yij(t) adaah perubahan PDRB wilayah studi di sektor i
Yij(t) = PDRB wilayah studi di sektor i pada awal periode penelitian
∆Yj = Yj(t+1) – Yj(t) adalah perubahan PDRB wilayah studi Yj(t) = PDRB wilayah studi pada awal periode penelitian
Dari hasil analisis MRP dapat diketahui nilai riil dan nilai nominal yang kemudian hasil kombinasi keduanya dapat diperoleh deskripsi sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan di daerah kabuaten atau kota di provinsi yang dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian yaitu:
a. Klasifikasi 1, yaitu nilai RPr (+) dan Rps (+) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang tinggi baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten atau kota. Sektor ini disebut sebagai dominan pertumbuhan;
b. Klasifikasi 2, yaitu nilai RPr (+) dan RPs (-) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang tinggi di tingkat provinsi, namun masih rendah di tingkat kabupaten atau kota;
c. Klasifikasi 3, yaitu nilai RPr (-) dan RPs (+) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang rendah di tingkat provinsi, sementara di tingkat kabupaten atau kota termasuk tinggi;
d. Klasifikasi 4, yaitu nilai RPr (-) dan RPs (-) berarti sektor tersebut memiliki pertumbuhan yang rendah baik di tingkat provinsi maupn di tingkat kabupaten kota.
3. Metode Analisis Overlay
Analisis Overlay berdasarkan Basuki dan Gayatri (2009) adalah alat yang digunakan untuk menentukan sektor potensial berdasarkan penggabungan metode
LQ dan metode MRP. Setelah melakukan analisis Location Quontient (LQ) dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis dilanjutkan dengan menggunakan analisis Overlay. Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi sektor unggul baik dari segi kontribusi maupun pertumbuhannya dengan menggabungkan hasil dari analisis LQ dan Analisis MRP. Sehingga analisis ini terdiri dari tiga kompenen yaitu Location Quotient (LQ), Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) dan Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs). Setiap komponen kemudian disamakan satuannya dengan diberi notasi postif (+) atau notasi negatif (-). Jika koefisien komponen bernilai lebih dari satu diberi notasi positif (+) dan jika koefisien komponen bernilai kurang dari satu diberi notasi negatif (-). Metode ini mempunyai empat kemungkinan, yaitu:
a. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (+) menunjukkan sektor tersebut merupakan sektor yang sangat dominan, baik dalam pertumbuhan maupun dan kontribusinya.
b. Pertumbuhan (+) dan kontribusi (-) menunjukkan sektor tersebut merupakan sektor yang pertumbuhannya besar, tetapi kontribusnya kecil
c. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (+) menunjukkan sektor tersebut merupakan sektor yang pertumbuhannya kecil, tetapi kontribusnya besar.
d. Pertumbuhan (-) dan kontribusi (-) menunjukkan sektor tersebut merupakan sektor yang tidak potensial, baik dalam pertumbuhan maupun dan kontribusinya.
4. Metode Analisis Shift Share
Analisis Shift Share merupakan suatu teknik yang diguakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi daera dibandingkan dengan perekonomian nasional. . Untuk mengetahui sumber atau komponen pertumbuhan wilayah digunakan analisis Shift Share. Selain itu juga tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dengan daerah yang lebih besar (Arsyad, 2002).
Pertumbuhan suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah lain yang disebabkan oleh adanya perbedaan struktur industri dan sektor ekonomi. Untuk mengetahui sumber atau komponen pertumbuhan wilayah digunakan analisis Shift Share. Analisis shift share menganalisis perubahan berbagai indikator kegiatan
ekonomi seperti produksi dan kesempatan kerja pada dua titik waktu di suatu wilayah.
Pada penelitian ini, analisis shift share digunakan untuk mengidentifikasi sektor yang berdaya saing baik, pertumbuhannya cepat, dan merupakan sektor yang termasuk kelompok progresif atau maju. Adapun formula yang digunakan dalam analisis shift share adalah :
PPW = ri (ri’/ri – nt’/nt) PP = ri (nt’/nt – Nt’/Nt) PB = PP + PPW Dimana :
ri = Nilai produksi komoditas i kecamatan tahun awal ri’ = Nilai produksi komoditas i kecamatan tahun akhir nt = Nilai produksi komoditas i kabupaten tahun awal nt’ = Nilai produksi komoditas i kabupaten tahun akhir Nt =Nilai produksi total kabupaten tahun awal
Nt’ = Nilai produksi total kabupaten tahun akhir Dengan penilaian:
PP>0 = komoditas i pada region j pertumbuhannya cepat PP<0 = komoditas i pada region j pertumbuhannya lambat
PPW>0 = region j memiliki daya saing yang baik di komoditas i dibandingkan dengan wilayah lain atau region j memiliki comparative advantage untuk komoditas i dibandingkan dengan wilayah lain
PPW<0 = komoditas i pada region j tidak dapat bersaing dengan baik apabila dibandingkan dengan wilayah lain
PB≥0 = pertumbuhan komoditas i pada wilayah j termasuk kelompok progresif (maju)
PB<0 = pertumbuhan komoditas i pada wilayah j termasuk lamban