• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Mamuju Tengah, Tim Penyusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Mamuju Tengah, Tim Penyusun"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Pujisyukur Kami panjatkankepada Allah SWT

atasterselesaikannyaLaporanAkhir Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Kabupaten Mamuju Tengah. Secarasistematis,

LaporanAkhirinimembahasmengenaipendahuluan, tinjauankebijakan, metodologi, gambaran umum, dan analisis sektor unggulan dalam Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah.

DalampenyusunanLaporanAkhirini, Kami

menyadarikemungkinanmasihadanyakekuranganataukesalahan. Untukitu, diharapkankritikdanmasukandariberbagaipihakterkaituntukmenghasilkan output yang benar-benarsesuaidengantujuandansasarankegiatan. Padaakhirnya kami

mengucapkanterimakasihkepadapihak-pihak yang

telahmembantudalampenyusunanlaporanini.

Mamuju Tengah, 2017

Tim Penyusun

(3)

DAFTAR ISI

HalamanJudul...i

Kata Pengantar...ii

Daftar Isi...iii

DaftarTabel ... vi

DaftarGambar ...viii Bab I Pendahuluan

A. LatarBelakang... I-1 B. Maksud dan Tujuan ... I-3 C. Sasaran ... I-4 D. Dasar Hukum ... I-4 E. Keluaran/Output ... I-5 F. Ruang Lingkup Pekerjaan ... I-6 G. SistematikaLaporan ... I-6 Bab II TinjauanTeori dan Kebijakan

A. Tinjauan Kebijakan

1. Kerangka Pikir Tinjauan Kebijakan ... II-1 2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang... II-1 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional ... II-3 4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025

... II-5 5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019... II-9 6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Mamuju Tengah Periode 2013-

2025 ... II-11 7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Mamuju Tengah Tahun 2016-2021

... II-15 8. Perpres Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional ... II-16 9. Tinjauan RTRW Provinsi Sulawesi Barat ... II-18 10. Tinjauan RTRW Kabupaten Mamuju Tengah ... II-19 B. Tinjauan Teori

1. Potensi Pembangunan Ekonomi Daerah... II-23

(4)

2. Sektor Unggulan... II-24 3. Kriteria Penentuan Sektro Unggulan ... II-26 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)... II-27 5. TipologiPertumbuhan Ekonomi Daerah ... II-29 6. Teori Pertumbuhan Wilayah ... II-30 BAB III Metodologi

A. Kerangka Konseptual ... III-1 B. Metode Pendekatan ... III-2 C. Metode Pengumpulan Data ... III-2 1. Pengumpulan Data Sekunder ... III-2 2. Pengumpulan Data Primer ... III-3 D. Metode Analisis Data ... III-3 1. Metode Location Quontient (LQ)... III-3 2. Metode Model Rasio Pertumbuhan (MRP)... III-4 3. Metode Analisis Overlay... III-5 4. Metode Analisis Shift Share... III-6 E. Tahapan Penyusunan... III-7 1. Tahap Persiapan ... III-8 2. Tahap Pengumpulan Data ... III-9 3. Tahap Analisis Data... III-11 Bab IV Gambaran Umum

A. Gambaran Umum Kabupaten Mamuju Tengah... IV-1 1. Kondisi Geografis dan Administrasi ... IV-1 2. Kondisi Geomorfologi dan Hidrologi ... IV-5 a. Topografi Wilayah... IV-5 b. Kemiringan Lereng... IV-5 c. Iklim dan Curah Hujan... IV-7 d. Kondisi Tanah... IV-10 e. Daerah Aliran Sungai... IV-11 f. Penggunaan Lahan ... IV-11 3. Prasarana Transportasi... IV-13 4. Kependudukan ... IV-19 a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk... IV-19 b. Kepadatan Penduduk ... IV-20 c. Tenaga Kerja... IV-20 5. Kondisi Perekonomian... IV-24

(5)

a. Sektor Pertanian ... IV-24 b. Sektor Peternakan ... IV-26 c. Sektor Perkebunan ... IV-27 d. Sektor Perikanan... IV-29 e. Sektor Industri dan Pergudangan... IV-29 f. Sektor Perdagangan dan Jasa... IV-30 6. ProdukDomestik Regional BrutoKab. Mamuju Tengah ... IV-31 Bab V Analisis Sektor Unggulan

A. Kerangka Analisis Sektor Unggulan... V-1 B. Pertumbuhan Ekonomi ... V-4 1. Provinsi Sulawesi Barat... V-4 2. Kabupaten Mamuju Tengah ... V-5 C. Analisis Location Quontient (LQ)... V-7 D. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)... V-9 E. Analisis Overlay ... V-10 F. Analisis Shift Share ... V-10 1. Komponen Pertumbuhan Nasional... V-10 2. Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)... V-15 3. Pertumbuhan Proporsional (PP)... V-17 4. Progresivitas Perkembangan Sektor Perekonomian... V-19 G. Kompilasi Hasil Analisis LQ,MRP, dan Shift Share ... V-20

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kebutuhan Data Untuk Penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kab. Mamuju Tengah ... III-10 Tabel 4.1 Luas Daerah di KabupatenMamuju Tengah MenurutDesadanKecamatan

...IV-1 Tabel 4.2 Luas Wilayah BerdasarkanKemiringanLahan di Masing-masingKecamatandi

KabupatenMamuju Tengah ... IV-6 Tabel 4.3 Jenis Tanah di Kabupaten Mamuju Tengah ... IV-7 Tabel 4.4 Nama Sungai di KabupatenMamuju Tengah... IV-11 Tabel 4.5 Luas KawasanHutan di KabupatenMamujuTengah Tahun 2009...IV-12 Tabel 4.6 RuasJalan di diKabupatenMamujuTengahTahun 2012...IV-13 Tabel 4.7 PertumbuhanPendudukdi KabupatenMamuju Tengah Tahun2007-2012

...IV-19 Tabel 4.8 KepadatanPendudukKab. MamujuTengah Tahun2007-2012 ...IV-20 Tabel 4.9 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Jenis Kegiatan dan

Jenis Kelamin di Kab. Mamuju Tengah Tahun 2015...IV-21 Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Lapangan Pekerjaan dan Jenis Kelamin di Kab. Mamuju Tengah Tahun 2015 ...IV-21 Tabel 4.11 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Berkerja Menurut Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin ...IV-23 Tabel 4.12 Luas LahanSawahMenurutKecamatandanJenisPengairanKab. Mamuju

Tengah Tahun 2015...IV-25 Tabel 4.13 Luas LahanPanenTanamanHortikulturaMenurutKecamatanKab. Mamuju

Tengah Tahun 2015...IV-25 Tabel 4.14 JumlahTernakKab. Mamuju Tengah Tahun 2015...IV-26 Tabel 4.15 Jumlah Plot danPohonKelapaSawitKab. Mamuju Tengah Tahun 2016

...IV-27 Tabel 4.16 Jumlah Perusahaan MenurutBentukBadanHukum di Kab. Mamuju Tengah

Tahun 2015...IV-30 Tabel 4.17 Nilai PDRB AtasDasarHargaBerlakuMenurutLapangan Usaha Kab.

Mamuju Tengah Tahun 2012-2015...IV-32

(7)

Tabel 5.1 PDRB Provinsi Sulawesi Barat AtasDasarHargaKonstanMenurutLapangan Usaha (miliar rupiah) Tahun 2012-2015...V-4 Tabel 5.2 PDRB KabupatenMamuju Tengah

AtasDasarHargaKonstanMenurutLapangan Usaha (miliar rupiah) Tahun 2012-2015...V-6 Tabel 5.3 HasilPerhitunganLocation Quontient(LQ) KabupatenMamuju Tengah Tahun

2012 danTahun 2015 ...V-7 Tabel 5.4 HasilAnalisis Model RasioPertumbuhan (MRP) SektorPerekonomianKab.

Mamuju Tengah...V-9 Tabel 5.5 HasilAnalisisOverlay Nilai LQ danNilaiModel RasioPertumbuhan (MRP)

SektorPerekonomianKab. Mamuju Tengah...V-11 Tabel 5.6 Pertumbuhan PDRB SektoralProvinsi Sulawesi Barat...V-12 Tabel 5.7 Pertumbuhan PDRB SektoralKabupatenMamuju Tengah...V-13 Tabel 5.8 HasilAnalisisKomponenPertumbuhan Nasional (KPN)

SektorPerekonomianKab. Mamuju Tengah...V-14 Tabel 5.9 HasilAnalisisPertumbuhanPangsa Wilayah (PKW) SektorPerekonomianKab.

Mamuju Tengah...V-16 Tabel 5.10 HasilAnalisisPertumbuhanProporsionalSektorPerekonomianKab. Mamuju

Tengah ...V-18 Tabel 5.11 HasilAnalisisPerkembanganProgresivitas (PB) SektorPerekonomianKab.

Mamuju Tengah...V-20 Tabel 5.12 KlasifikasiSektorUnggulan ...V-21 Tabel 5.13 KlasifikasiSektorPerekonomianKab. Mamuju Tengah...V-21

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Tinjauan Kebijakan ...II-1 Gambar 3.1 KerangkaKonseptualPenyusunan Kajian PotensiPertumbuhanEkonomi

Daerah KabupatenMamuju Tengah ... III-1 Gambar 3.2 TahapanPenyusunan Kajian PotensiPertumbuhanEkonomi Daerah

KabupatenMamuju Tengah ... III-8 Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Mamuju Tengah ... IV-4 Gambar 4.2 Rata-rata Curah Hujandan Hari HujanBulanan... IV-7 Gambar 4.4 Peta Kemiringan Lereng Kabupaten Mamuju Tengah... IV-8 Gambar 4.5 Peta Curah Hujan Kabupaten Mamuju Tengah... IV-9 Gambar 4.6 Peta Jenis Tanah Kabupaten Mamuju Tengah ... IV-10 Gambar 4.7 Peta Daerah Aliran Sungai Mamuju Tengah ... IV-16 Gambar 4.8 Peta Tutupan Lahan Kabupaten Mamuju Tengah... IV-17 Gambar 4.9 Peta Jaringan Jalan Mamuju Tengah... IV-18 Gambar 4.10 Grafik Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan di Kab. Mamuju

tengah... IV-22 Gambar 4.11 GrafikJumlahPendudukMenurut Status Pekerjaan di KabupatenMamuju

Tengah... IV-23 Gambar 4.12 a. Penjemuranjagung di KecamatanPangalle... IV-26 b. Produksijagung di KecamatanTopoyo ... IV-25 Gambar 4.13 a.PeternakanSapi di KecamatanPangalle ... IV-27 b. PeternakanAyam di KecamatanTopoyo... IV-27 Gambar 4.14 Plot kelapasawitKec. Tobadak ...IV-27 Gambar 4.15 Plot kelapasawitKec. Topoyo ...IV-28 Gambar 4.16 Plot kelapasawitKec. Budong-Budong...IV-28 Gambar 4.17 Pabrikpengolahankelapasawit di KecamatanKarossa ...IV-28 Gambar 4.18 a.Perikanan air tawar di KecamatanKarossa ...IV-29 b.Perikanan air tawar di KecamatanBudong-Budong...IV-29 Gambar 4.19 a.PabrikPenggilinganPadi di KecamatanKarossa ...IV-30

b. Obat herbal hasilindustrirumahtangga di KecamatanKarossa ...IV-30

(9)

Gambar4.20 a.Usaha warung di KecamatanKarossa ...IV-31 b.Pasartradisional di KecamatanTobadak...IV-31 Gambar 5.1 KerangkaPemikiranAnalisisSektorUnggulanKab. Mamuju Tengah...V-3

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan nasional di negara-negara yang sedang berkembang pada umumnya terfokus pada pembangunan ekonomi dengan memprioritaskana upaya pembangunan dan peningkatan kesejahteraan yang menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas dan standar hidup yang diukur antara lain melalui Produk Domestik Bruto (PDB) pada tingkat nasional dan Produk Domestik Regional Bruto pada tingkat daerah baik provinsi, kabupaten maupun kota.

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 2002:108). Masalah pokok dalam pembangunan daerah terletak pada penekanan terhadap kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya fisik secara lokal (daerah). Dengan perencanaan yang baik dan kebijakan yang tepat akan mempengaruhi keberhasilan pembangunan ekonomi daerah tersebut. Todaro mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu berkembangnya kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, meningkatkan rasa harga diri, dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memilih. Namun begitu harus diperhatikan bahwa pembangunan ekonomi tanpa pembangunan moral masyarakatnya dari sisi agama akan menjadi salah satu penyebab tidak berkembangnya pembangunan tersebut.

Sudah dua belas tahun Indonesia menghadapi perubahan kondisi pembangunan secara keseluruhan. Pemerintahan dan pembangunan diseluruh Indonesia sudah memasuki otonomi daerah yang memiliki hakikat bahwa pengelolaan pembangunan diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah

(11)

daerah. Perubahan sistem pemerintahan dan pengelolaan pembangunan daerah serta terjadinya globalisasi kegiaatan ekonomi tersebut tentunya akan menimbulkan perubahan yang cukup drastis dalam pengelolaan 3 pembangunan daerah. Pola pembangunan daerah yang selama ini cenderung seragam mulai berubah dan bervariasi. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi daerah tergantung pada potensi dan permasalahan pokok yang dialami oleh daerah yang bersangkutan (Sjafrizal, 2008:229).

Arsyad (2002) mengatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan menciptakan peluang kerja (job creation). Jika dilihat dari kemakmuran suatu daerah, maka daerah satu tidak akan sama dengan daerah yang lainnya walaupun dalam satu provinsi. Kaum klasik berpandangan bahwa daerah yang memiliki atau kaya SDA akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan daerah yang miskin SDA (Emilia, 2006). Perbedaan SDA tersebut merupakan modal awal dalam pembangunan yang selanjutnya harus terus dikembangkan. Selain mengandalkan SDA yang ada dibutuhkan juga sinergi dengan faktor-faktor lain sepeti SDM yang mengelola SDA, teknologi sebagai alat “tools” untuk mengelola SDA. Sehingga akan dihasilkan barang dan jasa yang baik dan berkualitas, yang akhirnya berdampak pada pendapatan daerah tersebut. Seketika tejadi multiplier effect dalam kegiatan perekonomian dan perputaran uang akan terjadi.

Kabupaten Mamuju Tengah juga sebagai salah satu wilayah kabupaten di Indonesia yang masih berkembang merupakan wilayah pemekaran dari kabupaten mamuju yang sangat berpotensi dalam aspek pengembangan perekonomian wilayahnya. Potensi ekonomi yang dimiliki daerah Kabupaten Mamuju Tengah saat ini tergolong dapat menjadi nilai tambah untuk kemajuan daerah kedepannya. Akan tetapi, pemanfaatan potensi ekonomi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya pada sektor unggulan daerah.

Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, Kabupaten Mamuju Tengah memiliki kewenangan

(12)

luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi wilayah secara optimal. Pengoptimalan pengembangan ekonomi wilayah dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya dengan tetap memerhatikan dan bekerjasama dengan kabupaten sekitarnya demi menciptakan pertumbuhan ekonomi daerah skala provinsi.

Sehingga, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi daerah yang optimal maka kebijakan utama yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah mengusahakan agar prioritas pembangunan dilaksanakan sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Dengan demikian pengembangan potensi ekonomi sektor unggulan yang memberikan kontribusi terbesar terhadap kemajuan ekonomi daerah merupakan prioritas kebijakan yang harus dilaksanakan. Oleh karna itu, perlunya dilakukan kajian terkait potensi pertumbuhan ekonomi daerah di Kabupaten Mamuju Tengah untuk mengetahui sektor basis ekonomi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah, dan sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi.

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Maksud dari penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah adalah untuk menganalisa pertumbuhan ekonomi daerah untuk masing-masing sektor yang ada, baik dalam keterkaitan ke luar (Provinsi Sulawesi Barat) maupun ke dalam (Kabupaten Mamuju Tengah). Selain itu, kajian ini juga bermaksud untuk untuk meningkatkan nilai pertumbuhan ekonomi daerah serta meningkatkan produksi-produksi produk unggulan yang ada di Kabupaten Mamuju Tengah.

2. Tujuan

Tujuan penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui sektor basis ekonomi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Mamuju Tengah;

b. Mengetahui sektor-sektor ekonomi yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mamuju Tengah;

(13)

c. Mewujudkan pemanfaatan sumber daya alam secara optimal, terutama penggunaan lahan yang ada disesuaikan dengan ketersediaan sumber daya manusia dan potensi pasar.

d. Menunjang keseimbangan produksi antar wilayah dan antar daerah, guna menumbuhkan persaingan sehat (perfect competition) serta mewujudkan pemerataan pembangunan.

e. Memberikan gambaran dan arah pengembangan kawasan yang akan dipakai sebagai pedoman dan strategi pengembangan wilayah serta meningkatkan kegiatan perekonomian daerah Kabupaten Mamuju Tengah C. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai melalui penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah mencakup:

1. Teridentifikasinya potensi daerah untuk pengembangan wilayah secara terpadu dan terintegrasi.

2. Tersedianya informasi peluang-peluang dan kendala-kendala pengembangan potensi wilayah yang meliputi berbagai peluang pasar pengembangan jenis komoditas. Informasi ini selanjutnya dapat digunakan untuk menemu-kenali peluang investasi.

3. Data dan informasi ini diharapkan dapat digunakan untuk melakukan identifikasi permasalahan pembangunan, menilai potensi dan kondisi sumberdaya wilayah (sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan sumberdaya manusia) saat ini, melakukan peramalan kondisi dimasa mendatang, menyusun perencanaan dan melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan pembangunan di berbagai sektor dan bagian wilayah Kabupaten, baik berkaitan dengan volume (luas) maupun lokasi, sehingga dapat dijadikan masukan dalam menyusun kebijakan dan strategi pembangunan dimasa mendatang.

D. Dasar Hukum

Penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah dilandasi dengan ketentuan hukum yang berlaku. Adapun dasar hukum yang menjadi pedoman adalah:

(14)

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan dan Pembangunan Nasional

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Otonomi Daerah 3. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2013 Tentang Pembentukan Kabupaten Mamuju Tengah di Provinsi Sulawesi Barat

5. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang

7. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2015-2019

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

9. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah

E. Keluaran/Output

Keluaran yang dihasilkan dari penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah ini adalah sebagai berikut:

1. Teridentifikasinya sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Mamuju Tengah;

2. Teridentifikasinya sektor ekonomi yang mempunyai potensi daya saing kompetitif dan komparatif di Kabupaten Mamuju Tengah;

3. Teridentifikasinya sektor ekonomi yang mempunyai potensi daya saing kompetitif dan spesialisasi di Kabupaten Mamuju Tengah;

4. Menentukan prioritas sektor basis guna pengembangan pembangunan di Kabupaten Mamuju Tengah.

(15)

F. Ruang Lingkup Pekerjaan 1. Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dari penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Mamuju Tengah menackup 5 (lima) Kecamatan yaitu Kecamatan Tobadak, Kecamatan Topoyo, Kecamatan Budong-Budong, Kecamatan Karossa, dan Kecamatan Pangale.

2. Lingkup Substansi

Lingkup substansi dalam penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi sektor basis ekonomi yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Mamuju Tengah;

b. Identifikasisektor ekonomi yang mempunyai potensi daya saing kompetitif dan komparatif di Kabupaten Mamuju Tengah;

c. Identifikasi sektor ekonomi yang mempunyai potensi daya saing kompetitif dan spesialisasi di Kabupaten Mamuju Tengah;

d. Analisis penentuan prioritas sektor basis guna pengembangan pembangunan di Kabupaten Mamuju Tengah.

G. Sistematika Laporan

Pada sub bahasan ini dirincikan sistematika laporan terkait bagian-bagian pembahasan yang termuat pada bab-bab bahasan, sehingga secara garis besar memberikan pemahaman singkat tentang isi pada setiap bab pembahasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian berikut:

Bab I Pendahuluan menguraikan secara umum tentang hal-hal yang mendasari penyusunan laporan pendahuluan. Susunan Sub-bab terbagi atas latar belakan, maksud dan tujuan, sasaran, dasar hukum, ruang lingkup, serta sistematika laporan.

Bab II Tinjauan Teori dan Kebijakan ini menguraikan tentang kompilasi literatur dan teori terkait sektor unggulan, potensi pembangunan ekonomi daerah, teori perkembangan wilayah serta yang relevan dengan pengembangan potensi ekonomi daerah. Selain itu diuraikan

(16)

pula kebijakan terkait pengelolaan potensi ekonomi daerah baik kebijakan nasional, provinsi, dan kabupaten.

Bab III Metodologi menguraikan tahapan dan metode/teknik yang digunakan dalam penyusunan dokumen Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah.

Bab IV Gambaran Umum menguraikan tentang kondisi wilayah Kabupaten Mamuju Tengah secara umum dari aspek geografis, administrasi, kependudukan, perekonomian, dan aspek lainnya yang terkait dalam perencanaan ini.

Bab V Analisis Sektor Unggulan menguraikan terkait pertumbuhan ekonomi berdasarkan PDRB di Prov. Sulawesi Barat dan Kab. Mamuju Tengah, hasil analisis LQ, hasil analisis MRP, hasil analisis overlay, hasil analisis shift share, dan kompilasi seluruh analisis untuk mengidentifikasi sektor- sektor unggulan yang ada di Mamuju Tengah.

(17)

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KEBIJAKAN

A. Tinjauan Kebijakan

1. Kerangka Pikir Tinjauan Kebijakan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Tinjauan Kebijakan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kab. Mamuju Tengah

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang

Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Dalam penyelenggaran penataan ruang meliputi pengaturan, pembinaan, pelaksanaan, dan pengawasan penataan ruang. Dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasarkan asas:

a. Keterpaduan;

b. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan;

c. Keberlanjutan;

d. Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan;

(18)

e. Keterbukaan;

f. Kebersamaan dan kemitraan;

g. Pelindungan kepentingan umum;

h. Kepastian hukum dan keadilan; dan i. Akuntabilitas.

Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:

a. Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;

b. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia; dan

c. Terwujudnya pelindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.

Penataan ruang diselenggarakan dengan memperhatikan beberapa aspek antara lain sebagai berikut:

a. Kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana

b. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan, kondisi ekonomi, sosial, budaya, politik, hokum, pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai kesatuan, dan c. Geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.

Tugas dari penataan ruang yaitu Negara menyelenggarakan penataan ruang untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Wewenang Pemerintah dalam penyelenggaraan penataan ruang meliputi:

a. Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional, provinsi, dan kabupaten/kota, serta terhadap pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional, provinsi, dan kabupaten/kota;

b. Pelaksanaan penataan ruang wilayah nasional;

c. Pelaksanaan penataan ruang kawasan strategis nasional; dan

d. Kerja sama penataan ruang antarnegara dan pemfasilitasan kerja sama penataan ruang antarprovinsi

Dalam pelaksanaan penataan ruang, wewenang pemerintah meliputi:

(19)

a. Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota b. Pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan

c. Pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota.

Dalam UU no. 26 Tahun 2007 dijelaskan tentang pembagian kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah sebagai berikut.

a. Kawasan peruntukan hutan produksi b. Kawasan peruntukan hutan rakyat c. Kawasan peruntukan pertanian d. Kawasan peruntukan perikanan e. Kawasan peruntukan pertambangan f. Kawasan peruntukan permukiman g. Kawasan peruntukan industri h. Kawasan peruntukan pariwisata i. Kawasan tempat beribadah j. Kawasan pendidikan, dan k. Kawasan pertahanan keamanan.

Kawasan peruntukan pariwisata termasuk dalam kawasan budidaya. Kawasan pariwisata juga termasuk kawasan budidaya yang memilii nilai strategis, baik provinsi, kabupaten maupun daerah.

3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional memuat tentang dasar pemikiran, ruang lingkup, proses perencanaan dan sistematika dari sistem perencanaan pembangunan nasional. Dalam UU ini , dimuat tentang asas dan tujuan dari perencanaan pembangunan. Sistem perencanaan pembangunan nasional diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan negara. Sedangkan tujuan dari sistem perencanaan pembangunan nasional adalah : (1) mendukung koordinasi antarperilaku pembangunan; (2) mengoptimalkan partisipasi masyarakat; (3) menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,penganggaran,pelaksanaan,dan pengawasan dan lainnya.

(20)

Undang-undang ini juga mempunyai ruang lingkup dalam pelaksanaannya.

Ruang lingkupnya mencakup penyelenggaraan perencanaan makro semua fungsi .UU ini mencakup tentang landasan hukum di bidang perencanaan pembangunan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Sistem perencanaan pembangunan nasional adalah satu kesatuan tatacara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan RMJP, RPJM, dan tahunan yang dilaksanakan dengan melibatkan rakyat dan diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan daerah.

Dalam aturan ini disebutkan bahwa sistem perencanaan pembangunan terdapat empat tahapan dalam melaksanakan proses perencanaan. Tahapan- tahapan tersebut adalah : penyusunan rencana, penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana, dan evaluasi pelaksanaan rencana. Keempat tahapan tersebut berjalan secara berkelanjutan sehingga membentuk suatu siklus perencanaan yang utuh. Dalam tahap penyusunan rencana, dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan.

Rencana tersebut terbagi menjadi 4 langkah. Langkah pertama adalah penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat menyeluruh, teknoktatik, dan terukur. Kedua adalah masing-masing instansi pemerintahan mempersiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Langkah ketiga adalah melibatkan masyarakat dan menyelaraskan rencana pembangunan melalui musyawarah.

Langkah terakhir adalah penyusunan rencana akhir.

Tahap selanjutnya adalah tahap penetapan rencana menjadi produk hukum sehingga semua pihak terikat untuk melaksanakannya. Menurut UU ini, RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) Nasional ditetapkan sebagai UU/Peraturan daerah. Sedangkan RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) telah ditetapkan sebagai Peraturan Presiden / Kepala daerah. Serta rencana pembangunan tahunan nasional ditetapkan sebagai peraturan presiden/kepala daerah. Tahap setelah tahap penetapan rencana pembangunan adalah tahap pengendalian pelaksanaan. Pengendalian pelaksanaan rencana tersebut bertujuan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yg termuat dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan selama pelaksanaannya dipimpin oleh pimpinan kementerian. Selanjutnya, tugas menteri

(21)

atau kepala Bappeda untuk menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing pimpinan Kementrian sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Tahap terakhir adalah tahapan evaluasi pelaksanaan rencana. Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis dengan mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan. Evaluasi dilaksanana berdasarkan indikator dan sasaran kerja yang mencakup masukan, keluaran, hasil, manfaat , dan dampak.

4. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005- 2025

Arah pembangunan jangka panjang nasional tahun 2005-2025, seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) Tahun 2005-2025, yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan di daerah adalah:

1) Mewujudkan Bangsa yang Berdaya Saing

Kemampuan bangsa untuk berdaya saing adalah kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Daya saing yang tinggi, akan menjadikan Indonesia siap menghadapi tantangan-tantangan globalisasi dan mampu memanfaatkan peluang yang ada. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional dalam jangka panjang yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan diarahkan untuk:

a) Memperkuat Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan Berdaya Saing Global

Memperkuat perekonomian domestik dengan orientasi dan berdaya saing global yang dimaksud adalah memperkuat perekonomian domestik berbasis keunggulan di setiap wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan di dalam negeri.

 Perekonomian dikembangkan dengan memperkuat perekonomian domestik serta berorientasi dan berdaya saing global. Untuk itu dilakukan transformasi bertahap dari perekonomian berbasis keunggulan komparatif sumber daya

(22)

alam menjadi perekonomian yang berkeunggulan kompetitif. Interaksi antardaerah didorong dengan membangun keterkaitan sistem produksi, distribusi, dan pelayanan antardaerah yang kokoh. Upaya tersebut dilakukan dengan prinsip prinsip dasar: mengelola peningkatan produktivitas nasional melalui inovasi, penguasaan, penelitian, pengembangan dan penerapan iptek menuju ekonomi berbasis pengetahuan serta kemandirian dan ketahanan bangsa secara berkelanjutan; mengelola kelembagaan ekonomi yang melaksanakan praktik terbaik dan kepemerintahan yang baik secara berkelanjutan, dan mengelola sumber daya alam secara berkelanjutan.

 Perekonomian dikembangkan berlandaskan prinsip demokrasi ekonomi yang memperhatikan kepentingan nasional sehingga terjamin kesempatan berusaha dan bekerja bagi seluruh masyarakat dan mendorong tercapainya penanggulangan kemiskinan. Pengelolaan kebijakan perekonomian perlu memperhatikan secara cermat dinamika globalisasi, komitmen nasional di berbagai fora perjanjian ekonomi internasional, dan kepentingan nasional dengan mengutamakan kelompok masyarakat yang masih lemah, serta menjaga kemandirian dan kedaulatan ekonomi bangsa.

 Kelembagaan ekonomi dikembangkan sesuai dinamika kemajuan ekonomi dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah yang baik di dalam menyusun kerangka regulasi dan perizinan yang efisien, efektif, dan non-diskriminatif; menjaga, mengembangkan, dan melaksanakan iklim persaingan usaha secara sehat serta melindungi konsumen; mendorong pengembangan standardisasi produk dan jasa untuk meningkatkan daya saing; merumuskan strategi dan kebijakan pengembangan teknologi sesuai dengan pengembangan ekonomi nasional; dan meningkatkan daya saing usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai wilayah Indonesia sehingga menjadi bagian integral dari keseluruhan kegiatan ekonomi dan memperkuat basis ekonomi dalam negeri.

 Peranan pemerintah yang efektif dan optimal diwujudkan sebagai fasilitator, regulator, sekaligus sebagai katalisator pembangunan di berbagai tingkat guna efisiensi dan efektivitas pelayanan publik, terciptanya lingkungan usaha

(23)

yang kondusif dan berdaya saing, dan terjaganya keberlangsungan mekanisme pasar.

 Perdagangan dalam negeri diarahkan untuk memperkokoh sistem distribusi nasional yang efisien dan efektif yang menjamin kepastian berusaha untuk mewujudkan: (a) berkembangnya lembaga perdagangan yang efektif dalam perlindungan konsumen dan persaingan usaha secara sehat, (b) terintegrasinya aktivitas perekonomian nasional dan terbangunnya kesadaran penggunaan produksi dalam negeri, (c) meningkatnya perdagangan antar wilayah/daerah, dan (d) terjaminnya ketersediaan bahan pokok dan barang strategis lainnya dengan harga yang terjangkau.

b) Membangun Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju

Peran pemerintah akan lebih difokuskan pada perumusan kebijakan pembangunan sarana dan prasarana, sementara peran swasta dalam penyediaan sarana dan prasarana akan makin ditingkatkan terutama untuk proyek-proyek yang bersifat komersial. Kerja sama dengan swasta dalam pembangunan sarana dan prasarana diarahkan untuk:

 Menyediakan sarana dan prasarana transportasi untuk pelayanan distribusi komoditi perdagangan dan industri serta pergerakan penumpang dan barang, baik dalam lingkup nasional maupun internasional

 Menghilangkan kesenjangan antara pasokan dan kebutuhan serta efektivitas dan efisiensi tenaga listrik;

 Meningkatkan teledensitas pelayanan telematika masyarakat pengguna jasa;

 Memenuhi kebutuhan hunian bagi masyarakat dan mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

2) Mewujudkan Pembangunan yang Lebih Merata dan Berkeadilan

Pembangunan yang merata dan dapat dinikmati oleh seluruh komponen bangsa di berbagai wilayah Indonesia akan meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan, mengurangi gangguan keamanan, serta menghapuskan potensi konflik sosial untuk tercapainya Indonesia yang maju, mandiri dan adil. Untuk mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, pembangunan nasional dalam jangka panjang, yang terkait dengan pengembangan komoditas unggulan, diarahkan untuk:

(24)

a) Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memperhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.

Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang.

Rencana pembangunan dijabarkan dan disinkronisasikan ke dalam rencana tata ruang yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.

b) Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industri dan distribusi. Upaya itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah.

c) Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah- wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui skema pemberian dana alokasi khusus, termasuk jaminan pelayanan publik dan keperintisan, perlu pula dilakukan penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’.

d) Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah ditingkatkan, terutama di luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya maupun dalam melayani kebutuhan warga kotanya. Pendekatan

(25)

pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota masing-masing.

e) Peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan dengan kegiatan ekonomi di wilayah perdesaan didorong secara sinergis (hasil produksi wilayah perdesaan merupakan backward linkages dari kegiatan ekonomi di wilayah perkotaan) dalam suatu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’. Peningkatan keterkaitan tersebut memerlukan adanya perluasan dan diversifikasi aktivitas ekonomi dan perdagangan (non-pertanian) di pedesaan yang terkait dengan pasar di perkotaan.

f) Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang perlu ditingkatkan:

 kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang penataan ruang,

 kualitas rencana tata ruang, dan

 efektivitas penerapan dan penegakan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 - 2019 Rancangan RPJMN ini mencakup Agenda Pembangunan periode 2015-2019 dengan mempertimbangkan arahan kebijakan RPJPN 2005-2025. Dalam rancangan RPJM 2015-2019 ini memuat beberapa agenda pembangunan terkait dengan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan sektor dan komoditas unggulan sebagai upaya pembangunan suatu wilayah. Salah satu agenda pembangunan yang tertuang dalam RPJM 2015-2019 yaitu Pembangunan Sektor Ekonomi yang dilakukan melalui penguatan sektor primer wilayah yang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi komoditi primer, dan menyiapkan komoditi primer sebagai bahan baku industri pengolahan, yang mencakup:

peningkatan agroindustri, peningkatan hasil perikanan. Untuk itu, strategi yang

(26)

akan dilakukan terkait pengembangan dan pemanfaatan komoditas ungulan wilayah meliputi:

1) Revitalisasi perkebunan dan hortikultura rakyat. Peningkatan produktivitas merupakan upaya penting dalam revitalisasi perkebunan dan hortikultura.

Peningkatan produktivitas tersebut terutama dilakukan melalui peremajaan tanaman perkebunan dan hortikultura rakyat komoditi andalan ekspor dan memiliki potensi ekspor. Upaya peremajaan tersebut ditujukan untuk tanaman perkebunan dan hortikultura yang umurnya relatif sudah tua dan sudah menunjukkan penurunan produktivitas, yang akan dilakukan dengan menggantikan tanaman-tanaman yang sudah tua dan rendah produktivitasnya dengan tanaman baru yang memiliki bibit unggul. Selain peremajaan dilakukan juga dengan melakukan upaya intensifikasi dengan pemeliharaan dan pemupukan secara intensif dan sesuai kebutuhan.

2) Peningkatan mutu, pengembangan standarisasi mutu hasil pertanian, dan peningkatan kualitas pelayanan karantina dan pengawasan keamanan hayati, melalui: (1) penguatan dan perbaikan teknologi produksi dari hulu sampai hilir; (2) pengembangan/penerapan standar jaminan mutu komoditas pertanian dan standar jaminan mutu pada penanganan produk segar dan produk olahan pertanian, serta pada komoditas prospektif ekspor; (3) Pembinaan dan Pengawasan Mutu Produk Pertanian; (4) Peningkatan jumlah dan peran lembaga sertifikasi, dan (5) Peningkatan kualitas layanan pengawasan perkarantinaan.

3) Peningkatan aksesibilitas petani terhadap teknologi, sumber-sumber pembiayaan, serta informasi pasar dan akses pasar termasuk pengembangan infrastruktur pengolahan dan pemasaran melalui: (1) diseminasi informasi teknologi melalui penyuluhan dan media informasi; (2) penyediaan skim kredit yang mudah diakses oleh petani dan pelaku usaha pertanian; (3) pengembangan jaringan pasar, dan pelayanan informasi pasar, pasar lelang komoditi, dan market intelligence; serta (4) fasilitasi infrastruktur ekspor.

4) Akselerasi ekspor untuk komoditas-komoditas unggulan serta komoditas prospektif melalui: (1) identifikasi daerah-daerah potensial untuk pengembangan komoditi ekspor; (2) harmonisasi standar mutu; (3) optimalisasi negosiasi dan diplomasi perdagangan hasil pertanian; (4) advokasi, pameran,

(27)

dan pencitraan produk dalam rangka promosi produk pertanian; serta (5) promosi investasi agroindustri dan permodalan.

5) Peningkatan Mutu, Nilai Tambah dan Inovasi Teknologi Perikanan, melalui: (1) pengembangan kapasitas, produktifitas dan daya saing UKMK pengolahan hasil perikanan; (2) revitalisasi dan pembangunan pabrik es, cold storage dan rantai dingin di lokasi-lokasi yang tepat; (3) pengembangan manajemen logistik dan sistem distribusi untuk menjaga kesinambungan pasokan; (4) penguatan pengendalian, pengawasan dan advokasi mutu dan keamanan produk perikanan, sertifikasi dan standarisasi mutu dalam negeri (SNI) serta pengembangan dan penerapan sertifikasi eco labelling dan ketelusuran produk (product traceability), serta penanganan ikan yang baik (CPIB) dan penerapan sertifikasi hasil tangkapan ikan (SHTI); (5) perlindungan pasar domestik dari serbuan produk luar yang tidak terkendali; (6) pengembangan diversifikasi produk olahan berbasis sumber daya ikan setempat; (7) pengembangan inovasi riset dan intermediasi teknologi perikanan; (8) peningkatan kemampuan daya saing industri pengolahan produk perikanan;

(9) pengembangan jaringan pasar global untuk produk unggulan dan (10) peningkatan efektivitas dan peran karantina ikan dalam pengendalian ancaman penyakit, jaminan mutu produksi, dan keamanan pangan.

6. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Mamuju Tengah Periode 2013-2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mamuju Tengah Periode 2013-2025 merupakan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dengan memperhatikan Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

RPJPD ini disusun dengan maksud menyediakan sebuah dokumen Perencanaan komprehensif hingga Tahun 2025 mengikuti akhir periode RPJP Nasional, sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), mengamanatkan semua RPJPD dalam wilayah NKRI harus mengikuti periode berlakunya RPJPN. Hal ini penting, karena RPJPD akan menjadi acuan utama stakeholder pembangunan di daerah

(28)

ini, terutama akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RPJMD untuk setiap jangka waktu lima tahun oleh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih setiap periode bersangkutan.

RPJPD Kabupaten Mamuju Tengah Periode 2013-2025 ini memuat rumusan arah pembangunan, serta tahapan dan prioritas pembangunan daerah dalam jangka panjang, sehingga mampu menjadi pedoman pembangunan daerah untuk jangka waktu hingga tahun 2025 yang akan datang. Dokumen RPJPD ini hanya memuat hal-hal pokok dan menjadi dasar untuk penjabaran dalam perencanaan pembangunan daerah pada tingkat yang lebih operasional, seperti Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) setiap periode kepemimpinan kepala daerah, dan penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) untuk implementasi rencana pembangunan daerah setiap tahunnya

a. Mendorong Pertumbuhan Agribisnis yang Bernilai Tambah

1) Meningkatnya volume produksi dan nilai produksi pertanian tanaman pangan dan hortikultura serta kesejahteraan petani

2) Terpeliharanya ketersediaan, keterjangkauan dan konsumsi pangan yang memenuhi pola pangan harapan secara berkelanjutan

3) Terlindunginya lahan pertanian pangan berkelanjutan dari konversi lahan dan degradasi kesuburan lahan

4) Meningkatnya populasi ternak dan nilai produksi hasil-hasil peternakan serta kesejahteraan peternak

5) Meningkatnya volume produksi dan nilai produksi tanaman perkebunan serta kesejahteraan petani perkebunan

6) Meningkatnya volume produksi dan nilai produksi perikanan serta kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan

7) Meningkatnya keterkaitan fungsional antar subsistem agribisnis dan dukungan fasilitas/jasa dalam kawasan agropolitan

b. Mendorong kemakmuran ekonomi dan kesejahteraan sosial berbasis kerakyatan

1) Meningkatnya kemampuan sosial-ekonomi penduduk miskin

2) Meluasnya jangkauan penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial

3) Meningkatnya produktivitas dan pendapatan masyarakat

(29)

4) Berkembangnya lapangan kerja, lapangan usaha, dan daya saing tenaga kerja pada berbagai aspek kompetensi

5) Meningkatnya aktivitas koperasi, usaha kecil, usaha menengah dan Badan Usaha Milik Desa

6) Berkembangnya kegiatan industri rumah tangga dan industry kecil serta perdagangan

c. Memelihara stabilitas daerah, ketertiban umum, kerukunan beragama, serta persatuan masyarakat

1) Terbangunnya kepastian batas wilayah secara administratif antar desa/kecamatan di dalam kabupaten serta antar kabupaten

2) Terpeliharanya ketertiban umum, ketenteraman hidup serta perlindungan masyarakat

3) Terpeliharanya hubungan harmonis dan kerukunan antar ummat beragama dalam daerah yang tangguh menangani konflik

d. Meningkatkan kualitas manusia dan keberdayaan masyarakat

1) Meningkatnya derajat pembangunan manusia sebagai dampak dari seluruh upaya pembangunan

2) Meningkatnya akses masyarakat secara merata antar wilayah dan antar kelompok masyarakat atas kemampuan literasi dan layanan pendidikan berkualitas

3) Meningkatnya akses masyarakat secara merata antar wilayah dan antar kelompok atas layanan kesehatan berkualitas

4) Meningkatnya keberdayaan masyarakat, resposivitas gender dan perlindungan anak dalam pembangunan

e. Mengembangkan kapasitas infrastruktur wilayah bagi kemandirian dan daya saing daerah

1) Terpenuhinya kebutuhan infra-struktur transportasi daerah dalam interkoneksitas pusat pemukiman dan kegiatan ekonomi dari desa ke kecamatan dan kecamatan ke ibu kota kabupaten

2) Terpenuhinya sarana dan prasarana perhubungan darat dan laut dalam mendukung pergerakan manusia dan barang di dalam wilayah kabupaten dan keluar wilayah kabupaten

3) Terpenuhinya kapasitas infra-struktur perumahan dan pemukiman bersanitasi

(30)

4) Terpenuhinya kapasitas infrastruktur penyediaan air bersih 5) Terpenuhinya kapasitas infrastruktur energi

f. Mewujudkan kepemerintahan yang baik

1) Terbangunnya system perencanaan pembangunan daerah yang terpadu antar urusan, dengan basis data yang valid, akuntabel, transparan dan partisipatif sesuai kalender perencanaan

2) Berkembangnya system pengelolaan administrasi pemerintahan dan keuangan daerah yang akurat, akuntabel dan transparan

3) Meningkatnya kompetensi dan profesionalisme SDM aparat sipil negara dalam menjalankan fungsi kelembagaan birokrasi secara efektif dan efisien serta adaptif terhadap dinamika perubahan

4) Meningkatnya kepuasan masyarakat atas penyelenggaraan pelayanan pelayanan dasar

5) Meningkatnya kapasitas dan kinerja pemerintahan kecamatan dalam mengkordinasikan dan memfasilitasi penyelenggaraan pembangunan dan pelayanan

6) Meningkatnya kapasitas pemerintahandan masyarakat desa dalam pemecahan masalah dan pemenuhan kebutuhan local

g. Mengoptimalkan Keberlanjutan Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Kelestarian Lingkungan Hidup

1) Terlindunginya kualitas lingkungan hidup, keanekaragaman hayati dan flora/fauna langka karena tekanan ekstensifikasi pertanian dan per-kebunan, perkembangan pemukim-an, eksploitasi pertambangan dan kerusakan hutan 2) Meningkatnya kapasitas dan kinerja pelayanan dalam penanganan sampah

dan limbah, bahan beracun dan berbahaya, pencemaran tanah, air dan udara serta kebersihan dan keindahan kota

3) Berkembangnya kapasitas penanganan sumberdaya air dan kawasan pesisir (rawa, sungai, waduk, irigasi, drainase, embung, lahan gambut, lahan pasang surut dan pesisir) dalam mencegah kejadian bencana yang bersumber dari alam

4) Berkembangnya kapasitas penanganan bencana dalam pengelolaan kawasan rawan banjir, kawasan rawan longsor, kawaasan rawan banjir

(31)

bandang, kawasan rawan kebakaran lahan, kawasan rawan gelombang besar dan tsunami, serta kawasan rawan gempa bumi

5) Berkembangnya kapasitas pengurangan emisi gas rumah kaca dan kemampuan adaptasi/mitigasi terhadap perubahan iklim pada berbagai aspek kehidupan

7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Mamuju Tengah Tahun 2016- 2021

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Mamuju Tengah Tahun 2016-2021 ini merupakan penjabaran dari Visi-Misi kepala daerah terpilih. RPJMD merupakan dokumen strategis dan langkah awal untuk merealisasikan komitmen politik yang telah disampaikan kepala publik sebelum pemilihan oleh pasangan terpilih. Melalui RPJMD, Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Mamuju Tengah akan lebih terarah dan disesuaikan dengan Visi dan Misi kepala daerah terpilih. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2015-2019 telah dicanangkan penetapan target Indikator Pembangunan Bidang Aparatur Negara dan Pengarusutamaan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik, yang meliputi:

a. Kinerja keuangan berupa opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) Badan Pemeriksaan Keuangan untuk Pemerintah Daerah Tahun 2019 sebesar 85%;

b. Implementasi penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) berupa tingkat maturitas SPIP berada pada level 3 dalam tahun 2019 sebesar 85%; dan

c. Tingkat Kapabilitas Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) berada pada level 3 Tahun 2019 sebesar 85%.

Selanjutnya RPJMD ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi dan Pengawasan Pencapaian Kinerja. Hal ini sejalan dengan perubahan paradigma tata pemerintah yang baik (good governance) yang menekankan pada aspek transparansi, konsistensi, akuntabilitas dan partisipatif. Adapun strategi yang pembangunan daerah di Kabupaten Mamuju Tengah terkait peningkatan perekonomian daerah yakni sebagai berikut.

(32)

a. Intensifikasi dan ekstensifikasi produksi pangan serta perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan.

b. Intensifikasi produksi perkebunan masyarakat secara ramah lingkungan.

c. Pengembangan kawasan agribisnis dan agropolitan yang bertumpu pada life-scape (mikro spasial) dan land-sacape (makro spasial) dalam mendorong pola nafkah dan pertumbuhan sektoral secara berkelanjutan.

d. Pemeliharaan kelestarian dan daya dukung lingkungan secara proporsional dengan penataan ruang dalam kerangka adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

e. Penataan dan penguatan organisasi dan manajemen SDM aparatur secara paralel dengan penerapan kordinasi, harmonisasi dan pencegahan korupsi dalam kerangka perwujudan kepemerintahan yang baik.

f. Mengefektifkan pemanfaatan dana desa dalam meningkatkan kapasitas pemerintahan dan masyarakat desa untuk mendorong desa membangun.

g. Kemitraan pemerintah, masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan dalam apresiasi kebudayaan dan pengembangan wisata daerah.

8. Perpres Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Kebijakan Industri Nasional

Dalam rangka mendorong industri nasional agar memiliki daya saing yang kuat baik di tingkat nasional maupun tingkat global, maka Pemerintah kemudian mengeluarkan peraturan mengenai Kebijakan Industri nasional seperti tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional. Seperti diketahui bahwa era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak pada ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan usaha. Produk-produk hasil manufaktur di dalam negeri saat ini begitu keluar dari pabrik langsung berkompetisi dengan produk luar negeri, dan dunia usaha pun harus menerima kenyataan bahwa pesatnya perkembangan teknologi telah mengakibatkan cepat usangnya fasilitas produksi, semakin singkatnya masa edar produk, serta semakin rendahnya margin keuntungan.

Dalam melaksanakan proses pembangunan industri, keadaan tersebut merupakan kenyataan yang harus dihadapi serta harus menjadi pertimbangan yang menentukan dalam setiap kebijakan yang akan dikeluarkan, dan sekaligus

(33)

merupakan paradigma baru yang harus dihadapi oleh negara manapun dalam melaksanakan proses industrialisasi negaranya. Atas dasar pemikiran tersebut kebijakan dalam pembangunan industri Indonesia harus dapat menjawab tantangan globalisasi ekonomi dunia dan mampu mengantisipasi perkembangan perubahan lingkungan yang cepat. Persaingan internasional merupakan suatu perspektif baru bagi semua negara, sehingga fokus strategi pembangunan industri di masa depan adalah membangun daya saing sektor industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional.

Untuk membangun daya saing yang berkelanjutan, upaya pemanfaatan seluruh potensi sumber daya yang dimiliki bangsa dan kemampuan untuk memanfaatkan peluang-peluang yang ada di luar maupun di dalam negeri harus dilakukan secara optimal. Oleh karena esensi daya saing yang berkelanjutan tersebut terletak pada cara menggerakkan dan mengorganisasikan seluruh potensi sumber daya produktif, dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan permintaan pasar.

Kebijakan pembangunan industri pada periode rehabilitasi dan stabilisasi (tahun 1967–1972) dan periode terjadinya boom minyak (tahun 1973–1981), menitikberatkan pada industri substitusi impor. Dengan meningkatnya harga minyak (boom minyak), kebijakan tersebut dilanjutkan bahkan lebih diintensifkan.

Dengan melemahnya harga minyak, pada era tahun 1982-1996, kebijakan pembangunan industri disesuaikan dengan ditambah misi baru yaitu pengembangan industri berorientasi ekspor, serta pendalaman dan perkuatan struktur industri. Dengan terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998 sampai dengan sekarang kebijakan yang ditempuh adalah penyelamatan industri agar mampu bertahan melalui program revitalisasi industri.

Strategi pengembangan industri Indonesia ke depan, mengadaptasi pemikiran-pemikiran terbaru yang berkembang saat ini, sehubungan dengan era globalisasi dan perkembangan teknologi abad 21, yaitu pendekatan pengembangan industri melalui konsep klaster dalam konteks membangun daya saing industri yang berkelanjutan. Pada dasarnya klaster industri adalah upaya pengelompokan industri inti yang saling berhubungan, baik dengan industri pendukung (supporting industries), industri terkait (related industries), jasa penunjang, infrastruktur ekonomi, dan lembaga terkait. Manfaat klaster ini selain

(34)

untuk mengurangi biaya transportasi dan transaksi, juga untuk meningkatkan efisiensi, menciptakan asset secara kolektif, dan mendorong terciptanya inovasi.

Untuk menentukan industri yang prospektif dilakukan pengukuran daya saing, baik dari sisi penawaran maupun sisi permintaan. Hasil analisis daya saing terhadap industri yang sudah berkembang di Indonesia, dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu produksi orientasi ekspor dan produksi orientasi dalam negeri, yang selanjutnya dibedakan atas 4 (empat) kategori yaitu: industri padat sumber daya alam, industri padat tenaga kerja, industri padat modal, dan industri padat teknologi.

Dalam menentukan bangun industri yang dicita-citakan, industri-industri terpilih tersebut, yang didasarkan atas industri yang sudah ada, dilengkapi lagi dengan industri-industri lainnya yang dipilih berdasarkan pertimbangan atas besarnya potensi Indonesia, yaitu luas bentang wilayah, besarnya jumlah penduduk dan ketersediaan sumber daya alam, yang bisa didayagunakan untuk kepentingan pembangunan sektor industri dan peningkatan perekonomian wilayah.

9. Tinjauan RTRW Provinsi Sulawesi Barat

Berdasarkan kebijakan yang tertuang dalam RTRW dan berdasarkan hasil analisis dan kecenderungan perkembangan pusat-pusat kegiatan di wilayah Provinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Malauku Tengah sebagai Pusat Kegiatan Lokal. Strategi pengembangan penataan ruang dengan memperhatikan apa yang dituangkan dalam kebijakan penataan ruang yaitu

a. Mengembangkan Pusat-Pusat Kegiatan Lokal (PKL) meliputi Tobadak (Ibukota Kabupaten Mamuju Tengah) sebagai pusat pengembangan Kota Terpadu Mandiri, agropolitan, dan Wonomulyo sebagai sentra lumbung beras;

b. Kawasan yang berpotensi budidaya komoditi unggulan tanaman pangan alternatif padi sawah dan palawija di Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Tengah, Kabupaten Mamuju Utara, dan Kabupaten Majene;

c. Kawasan potensil budidaya komoditi unggulan perkebunan sawit di Kabupaten Mamuju, Kabupaten Mamuju Tengah, dan Kabupaten Mamuju Utara;

(35)

d. Kawasan industri skala menengah berupa agroindustri pengolahan hasil-hasil perkebunan kakao direncanakan pengembangannya di Kabupaten Polewali Mandar, Kabupaten Mamuju Tengah, dan Kabupaten Mamuju;

e. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi kawasan pengembangan Kota Terpadu Mandiri (KTM) Tobadak di Kabupaten Mamuju Tengah;

f. Pelabuhan pengumpan regional, meliputi Pelabuhan Majene di Kabupaten Majene, Pelabuhan Palipi di Kabupaten Majene, Pelabuhan Budong –Budong di Kabupaten Mamuju Tengah dan Pelabuhan Pulau Ambo.

10. Tinjauan RTRW Kabupaten Mamuju Tengah

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Mamuju Tengah terdiri atas:

a. Rencana Strategis

1) Kawasan strategis ekonomi, yaitu

 kawasan pertanian berkelanjutan berupa sawah irigasi teknis yang dipaduselaraskan dengan perencanaan dan manajemen DAS terutama S.

S. Karosa, S. Budong-Budong, S. Karama,

 kawasan-kawasan perkebunan kelapa sawit, dan perkebunan kakao di Kabupaten Mamuju Tengah;

 kawasan pertanian pangan berkelanjutan terdapat di Kabupaten Mamuju Tengah terutama di KTM Tobadak di Kecamatan Tobadak;

 kawasan perkebunan kelapa sawit terdapat di Kecamatan Pangale, Kecamatan Budong – Budong, Kecamatan Topoyo, Kecamatan Tobadak, dan Kecamatan Karossa.

 Kawasan pengembangan kota terpadu mandiri (KTM) Tobadak

2) Kawasan strategis pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi, yaitu:

 Blok minyak karama dan budong-budong

 PLTA Karama di Kecamatan Budong-Budong

3) Kawasan strategis fungsi daya dukung lingkungan hidup, yaitu ;

 Kawasan Taman Nasional Ganda Dewata di Kecamatan Tobadak, Topoyo dan Karossa;

(36)

 Kawasan hutan lindung yang terutama difungsikan sebagai pelindung tatanan ekohidrolika daerah-daerah aliran sungai yang mengairi persawahan, tambak dan/atau memenuhi kebutuhan air perkebunan di Kecamatan Karossa, Tobadak, dan Kecamatan Topoyo.

b. Rencana Struktur Ruang

1) Rencana Pengembangan Sistem Perkotaan

Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Mamuju Tengah merupakan simpul pelayanan sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang terdiri atas:

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Tobadak, sebagai pusat pengembangan kota terpadu mandiri/KTM berdasarkan RTRW Provinsi Sulawesi Barat tahun 2014-2034;

Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Topoyo berdasarkan RTRW Kabupaten Mamuju (induk) 2012-2032;

Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Babana Kecamatan Budong Budong dan Pangale di Kecamatan Pangale, Karossa di Kecamatan Karossa dan Mahahe di kecamatan Tobadakyang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL)di Desa Salogata dan Desa Pontanakayang Kecamatan Budong Budong dan Desa Kuo dan desa Pulolereng di Kecamatan Pangale, Desa Banggaulu dan Desa Kadaila di Kecamatan Karossadan Desa Batuparigi dan desa Sulobaja di kecamatan Tobadak, Desa Salupangkang dan desa Waipute di Kecamaatan Topoyomerupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar lingkungan.

2) Rencana Pengembangan Sistem Agropolitan

Guna mewujudkan Kabupaten Mamuju Tengah sebagai kabupaten yang berbasis agribisnis, maka struktur ruang Kabupaten Mamuju Tengah dikembangkan berdasarkan konsep kawasan agropolitan, dengan struktur hirarki sistem kota-kota agropolitan, terdiri dari:

(37)

Kota orde pertama, sesuai dengan struktur ruang dari RTRW, maka kota orde pertama ditempatkan di Kota Tobadak(pusat KTM) dan Topoyo yang merupakan kota tertinggi dalam lingkup wilayah agropolitan yang berfungsi sebagai kota perdagangan yang berorientasi eksport, pusat berbagai kegiatan final manufacturing, Pusat berbagai kegiatan tertier agro-bisnis dan Pusat berbagai pelayanan

Kota orde kedua, sesuai dengan struktur ruang dari RTRW, maka kota orde pertama ditempatkan di masing-masing ibu kota kecamatan yaitu di di Babana Kecamatan Budong-Budong, dan Karossa di Kecamatan karossa dan Mahahe di Kecamatan Tobaadak yang merupakan pusat distrik agropolitan yang berfungsi sebagai Pusat perdagangan wilayah, Pusat kegiatan agro- industri, Pusat pelayanan agro-industri khusus,

Kota orde ketiga ditempatkan di pusat desa yang paling maju selain ibu kota kecamatan (Untuk Pangale fungsi diturunkan hanya menjadi kota orde ke tiga) yang merupakan pusat kawasan pertanian, dengan fungsi sebagai pusat perdagangan lokal, pusat koleksi komoditas pertanian, pusat penelitina, pusat pelayanan kebutuhan permukiman dan pusat koperasi dan informasi pasar.

c. Rencana Pola Ruang 1) Kawasan Lindung

Kawasan lindung di Kabupaten Mamuju Tengah terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan di bawahnya, kawasan suaka alam, kawasan rawan bencana alam, serta kawasan perlindungan setempat.

2) Kawasan Budidaya a) Kawasan Pertanian

Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Mamuju Tengah mencakup areal seluas 5.037,20 Ha (1,67%), terdapat di Kecamatan:

 Kecamatan Budong - Budong seluas 478,39 Ha;

 Kecamatan Pangale seluas 4.349,44 Ha;

 Kecamatan Karossa, seluas 209,38 Ha

(38)

Kawasan pertanian lahan basah di Kabupaten Mamuju Tengah mencakup areal seluas 5.341,46 Ha (1,77 %), terdapat di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Mamuju Tengah, meliputi :

 Kecamatan Budong - Budong seluas 1.149,89 Ha;

 Kecamatan Pangale seluas 3.822,66 Ha;

 Kecamatan Karossa, seluas 368,91 Ha.

b) Kawasan Perkebunan

Kawasan yang diperuntukan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan dan bahan baku industri. Kawasan perkebunan di Kabupaten Mamuju Tengah seluas 69.040,72 Ha (22,90%) berupa kawasan perkebunan sawit terdapat di Kecamatan Budongbudong, Karossa, Tobadak dan Topoyo. Kawasan perkebunan kelapa yang ditumpangsarikan dengan kakao terdapat di Kecamatan Budongbudong, Karossa, Tobadak dan Topoyo.

c) Kawasan Peternakan

Di Kabupaten Mamuju Tengah, kawasan peternakan (ternak besar, ternak kecil, dan ternak unggas) pada dasarnya mengikuti arahan untuk pengembangan kawasan permukiman. Untuk itu kawasan peternakan berada di seluruh kecamatan di Kabupaten Mamuju Tengah.

d) Kawasan Perikanan

Kawasan perikanan tambak di Kabupaten Mamuju Tengah mencakup areal seluas 3.736,19 Ha (1,24%), terdapat di Kecamatan Budongbudong, Karossa, Pangale, dan Topoyo.

e) Kawasan Pertambangan

Kawasan potensi pertambangan pertambangan minyak dan gas bumi Kabupaten Mamuju Tengah, terdapat di Blok Kuma berada di Kecamatan Karossa dan kawasan potensi pertambangan batuan meliputi tanah urug atau timbunan, jenis-jenis batuan, pasir dan batu, serta pasir kwarsa di Sungai Karossa Kecamatan Karossa.

f) Kawasan Industri

Kawasan peruntukan industri sedang terdapat di Kecamatan Budong-Budong, dan kawasan peruntukan industri kecil dan rumah tanggatersebar di seluruh kecamatan di wilayah kecamatan di Kabupaten Mamuju Tengah.

g) Kawasan Pariwisata

(39)

Kawasan peruntukan wisata agro (perkebunan jeruk) terletak di Kecamatan Pangale dan Kecamatan Topoyo dan Kawasan peruntukan wisata buatan, berupa Kolam permandian terletak di Kecamatan Karossa.

h) Kawasan Permukiman

Kawasan permukiman perdesaan di Kabupaten Mamuju Tengah mencakup areal seluas 2.578,44 Ha (0,86 %) dan Kawasan permukiman perkotaan mencakup areal seluas 922,82 Ha (0,31 %), terdapat di setiap ibukota ke kecamatan yang ada dan Ibukota Kabupaten Mamuju Tengah.

B. Tinjauan Teori

1. Potensi Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah4 dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut (Arsyad 1999). Para ahli ekonomi regional mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan daerah dalam kaitannya dengan pengembangan kawasan industri yaitu lokasi. Hal ini dapat dipahami bahwa dengan menentukan lokasi yang tepat maka biaya transportasi akan dapat diminimumkan baik untuk mengumpulkan faktor produksi (input) maupun untuk memasarkan hasil-hasil produksi (output).

Pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama yaitu meningkatkan dan memperluas peluang kerja bagi masyarakat yang ada di daerah. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus bersama- sama mengambil inisiatif memanfaatkan seluruh potensi yang ada secara optimal dalam membangun daerah untuk kesejahteraan masyarakat.

a. Potensi Sumber Daya Wilayah

Potensi sumber daya dalam suatu wilayah merupakan potensi yang menjadi sumber penghasilan daerah. Sumber daya wilayah terdiri atas sumber daya alam dan sumber daya buatan.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Tinjauan Kebijakan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kab
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah
Gambar 3.2 Tahapan Penyusunan Kajian Potensi Pertumbuhan Ekonomi Daerah Kabupaten Mamuju Tengah
Tabel 4.1 Luas Daerah di Kabupaten Mamuju Tengah Menurut Desa dan Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola semua sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Sedangkan pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana peme Rintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya 2 yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Sedangkan pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

· Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola semua sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara