• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA LAPORAN AKHIR i

KATA PENGANTAR

Assalamua’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga Laporan Akhir pekerjaan Penyusunan Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara dapat terselesaikan dengan baik.

Laporan Akhir ini merupakan tindak lanjut dari laporan awal yang memuat pendahuluan, tinjauan pustaka , gambaran umum wilayah kabupaten Jepara, analisis dan strategi dalam rangka pembangunan ekonomi .

Laporan Akhir ini muatan utamanya adalah analisis dan penentuan strategi dalam rangka Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara.

Kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu proses penyusunan Laporan Akhir ini sehingga Laporan Akhir ini dapat terselesaikan dan tersusun dengan baik.

(3)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA LAPORAN AKHIR ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... ii Daftar Tabel ... v

Daftar Gambar ... viii

BAB I PENDAHULUAN... I - 1

1.1. LATAR BELAKANG ... I - 1 1.2. KONSEP ... I - 2 1.3. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN ... I - 3 1.3.1. Maksud ... I - 3 1.3.2. Tujuan ... I - 3 1.3.3. Sasaran... I - 3 1.4. DASAR HUKUM ... I - 4 1.5. RUANG LINGKUP ... I - 5 1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah ... I - 5 1.5.2. Ruang Lingkup Materi ... I - 5 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN ... I - 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II - 1

2.1. TINJAUAN PUSTAKA ... II - 1 2.1.1. Pembangunan Ekonomi ... II - 1 2.1.2. Pembangunan Ekonomi Daerah ... II - 2 2.1.3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... II - 5 2.1.4. Pertumbuhan Ekonomi ... II - 6 2.1.5. Produk Domestik Regional Bruto ... II - 8 2.1.6. Investasi ... II - 12 2.1.6. Sumber Pembiayaan Investasi ... II - 12 2.2. PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI ... II - 17 2.2.1. Pengertian, Unsur, dan Fungsi Perencanaan ... II - 17 2.2.3. Sifat dan Peranan Perencanaan Ekonomi ... II - 19

(4)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR iii

BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN JEPARA ... III - 1

3.1. KONDISI GEOGRAFIS ... III - 1 3.1.1. Topografi ... III - 6 3.1.2. Jenis Tanah ... III - 6 3.1.3. Hidrologi dan Hidrogeologi ... III - 7 3.2. PENGGUNAAN LAHAN ... III - 8 3.3. KEPENDUDUKAN ... III - 11

3.3.1. Perkembangan Jumlah Penduduk ... III - 11 3.3.2. Kepadatan Penduduk ... III - 12 3.3.3. Penduduk Menurut Kelompok Umur ... III - 13 3.3.4. Tenaga Kerja ... III - 14 3.4. POTENSI SUMBERDAYA ALAM ... III - 15 3.4.1. Sektor Pertanian, Peternakan, Kelautan dan Perikanan ... III - 15 3.4.2. Sektor Industri Pengolahan ... III - 31 3.4.3. Sektor Pariwisata ... III - 38 3.4.4. Sektor Perdagangan ... III - 40 3.5. PRASARANA ... III - 44 3.5.1. Jaringan Jalan, Terminal dan Pelabuhan ... III - 44 3.5.2. Jaringan Telekomunikasi ... III - 46 3.5.3. Jaringan Listrik ... III - 47 3.6. PEREKONOMIAN ... III - 47

BAB IV ANALISIS ... IV - 1

4.1. ANALISIS LQ ... IV - 1 4.2. ANALISIS INVESTASI ... IV - 5 4.2.1. Perkembangan ICOR Kabupaten Jepara ... IV – 6 4.3. ANALISIS KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN ... IV - 9

4.3.1. Analisis Ketenagakerjaan ... IV - 10 4.3.2. Derajat Kepekaan Penyerapan Tenaga Kerja ... IV - 11 4.3.3. Daya Serap terhadap tenaga Kerja ... IV - 12 4.3.4. Intensitas Penggunaan Faktor Produksi ... IV - 12 4.3.5. Analisis Laju Pertumbuhan Penduduk... IV - 13 4.4. ANALISIS TINGKAT PENDIDIKAN ... IV - 16 4.5. ANALISIS INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ... IV - 20 4.6. ANALISIS PENGEMBANGAN POTENSI DAERAH ... IV - 20 4.6.1. Sektor Pertanian ... IV - 21 4.6.2. Sektor Kehutanan ... IV - 27

(5)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR iv 4.6.3. Sektor Kelautan dan Perikanan ... IV - 30 4.7. ANALISIS PRASARANA WILAYAH ... IV - 41 4.7.1. Sektor Transportasi ... IV - 41 4.7.2. Sektor Energi Listrik ... IV - 42 4.7.3. Sektor Telekomunikasi ... IV - 45 4.7.4. Sektor Sumber Daya Air ... IV - 46 4.8. ANALISIS PEMBIAYAAN ... IV - 50

BAB V STRATEGI ... V - 1

(6)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Luas Wilayah ... III - 4 Tabel 3.2. Ketinggian Wilayah dari Permukaan Air Laut per Kecamatan .. III - 6 Tabel 3.3. Luas Penggunaan Lahan Di Kabupaten Jepara ( ha) ... III - 9 Tabel 3.4. Penggunaan Lahan Bukan Sawah di Kabupaten Jepara (ha) . III - 10 Tabel 3.5. Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2008-2011 ... III - 11 Tabel 3.6. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... III - 12 Tabel 3.7. Kepadatan Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2011 ... III - 13 Tabel 3.8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2011 ... III - 14 Tabel 3.9. Jumlah Tenaga Kerja di Kabupaten Jepara ... III - 15 Tabel 3.10. Luas Panen dan Produksi Ketela Pohon/Ubi Kayu di Kab. Jepara III - 16 Tabel 3.11. Luas Panen dan Produksi Kacang Tanah di Kabupaten Jepara III - 16 Tabel 3.12. Luas Panen dan Produksi Buah-buahan di Kabupaten Jepara . III - 18 Tabel 3.13. Luas Panen dan Produksi Cengkeh di Kabupaten Jepara ... III - 19 Tabel 3.14. Luas Panen dan Produksi Kopi di Kabupaten Jepara ... III - 20 Tabel 3.15. Luas Panen dan Produksi Kapuk di Kabupaten Jepara ... III - 20 Tabel 3.16. Luas Panen dan Produksi Cokelat di Kabupaten Jepara ... III - 21 Tabel 3.17. Luas Panen dan Produksi Lada di Kabupaten Jepara ... III - 22 Tabel 3.18. Luas Hutan ... III - 23 Tabel 3.19. Produksi Kayu ... III - 23 Tabel 3.20. Luas Produksi Hutan Rakyat ... III - 24 Tabel 3.21. Produksi Kayu Tiap kecamatan ... III - 26 Tabel 3.22. Luas Penebangan dan Reboisasi di Kabupaten Jepara ... III - 27 Tabel 3.23. Banyaknya Ternak di Kabupaten Jepara Tahun 2011 ... III - 28 Tabel 3.24. Potensi Luas Kawasan Budidaya Perikanan ... III - 29 Tabel 3.25. Komoditas Perikanan ... III - 30 Tabel 3.26. Komoditas Perikanan Berdasarkan Jenis Ikan dan Daerah

Penghasil ... III - 31 Tabel 3.27. Banyaknya Volume dan Nilai Produksi Menurut Jenis IKM ... III - 32 Tabel 3.28. Banyaknya Unit Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Jenis Industri III - 32 Tabel 3.29. Potensi Sentra Industri di Kabupaten Jepara Tahun 2011 ... III - 34 Tabel 3.30. Obyek Wisata di Kabupaten Jepara... III - 38 Tabel 3.31. Hasil Penjualan Karcis Obyek Wisata Kabupaten Jepara (000 Rp) III - 39

(7)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR vi Tabel 3.32. Sarana Perdagangan di Kabupaten Jepara... III - 41 Tabel 3.33. Koperasi di Kabupaten Jepara ... III - 41 Tabel 3.34. Ekspor di Kabupaten Jepara ... III - 42 Tabel 3.35. Keadaan Jalan di Kabupaten Jepara ... III - 45 Tabel 3.36. Jumlah Sambungan Telepon di Kabupaten Jepara ... III - 46 Tabel 3.37. Jumlah Pelanggan Listrik di Kabupaten Jepara ... III - 47 Tabel 3.38. PDRB Atas Harga Berlaku Kabupaten Jepara Tahun 2006-2011 III - 48 Tabel 3.39. PDRB Atas Harga Konstan Kabupaten Jepara Tahun 2006-2011 III - 49 Tabel 3.40. Perkembangan Nilai Investasi Kabupaten Jepara (dalam Rp.000) III - 50 Tabel 4.1. Analisis LQ (Sektor Basis) Kabupaten Jepara Tahun 2009 - 2011 IV - 3 Tabel 4.2. Perkembangan Nilai Investasi Kabupaten Jepara (dalam Rp.000) IV - 6 Tabel 4.3. Perkembangan ICOR Kabupaten Jepara 2009-2011 ... IV - 8 Tabel 4.4. Perhitungan Intensitas Penggunaan Faktor Produksi Kabupaten

Jepara Tahun 2008-2011 ... IV - 13 Tabel 4.5. Intensitas Penggunaan Faktor Produksi Sektor Ekonomi

di Jawa Tengah ... IV - 13 Tabel 4.6. Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Penduduk Tahun

2000-2011 ... IV - 13 Tabel 4.7. Proyeksi Penduduk Kabupaten Jepara Tahun 2012-2022 ... IV - 15 Tabel 4.8. Kinerja Makro Urusan Pendidikan Tahun 2007 - 2011 ... IV - 17 Tabel 4.9. Nilai IPM Kabupaten Jepara dan Kabupaten Sekitarnya

Tahun 2009-20111 ... IV - 20 Tabel 4.10. Komoditas Unggulan, Andalan dan Potensi Kabupaten

Jepara ... IV - 23 Tabel 4.11. Potensi Sektor Kehutanan... IV - 28 Tabel 4.12. Perhitungan Komoditas UAP Sektor Perikanan di Kabupaten

Jepara ... IV - 36 Tabel 4.13. Pengelompokan Obyek Wisata Berdasarkan Peringkat

Penilaian ... IV - 38 Tabel 4.14. Prosentase Banyaknya Konsumsi Air Bersih di Kabupaten

Jepara Tahun 2008-2010 ... IV - 48 Tabel 4.15. Prosentase Jumlah Pelanggan Air Bersih di Kabupaten

Jepara Tahun 2008-2010 ... IV - 49 Tabel 4.16. Realisasi Pendapatan Kabupaten Jepara ... IV - 51 Tabel 4.16. Realisasi Belanja Kabupaten Jepara ... IV - 55 Tabel 5.1. Analisis SWOT ... V - 1 Tabel 5.2. Matrik Internal Factor Evaluation (IFE) ... V - 2

(8)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR vii Tabel 5.3. Matrik Analisis SWOT Pengembangan Ekonomi Terhadap

(9)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja Yang Tercatat

Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... IV - 10 Gambar 4.2. Grafik Perkembangan Hasil Hutan di Kabupaten Jepara

Tahun 2008 - 2011 ... IV - 27 Gambar 4.3. Grafik Perkembangan Penebangan Hutan Per Kecamatan

di Kabupaten Jepara Tahun 2008 - 2011 ... IV - 29 Gambar 4.4. Grafik Perkembangan Reboisasi Hutan Per Kecamatan

di Kabupaten Jepara Tahun 2008 - 2011 ... IV - 29 Gambar 4.5. Grafik Perkembangan Besarnya KWH Menurut Jenis dan

Golongan Penggunaan ... IV - 43 Gambar 4.6. Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Sambungan Telepon

Kabupaten Jepara Tahun 2008-2011 ... IV - 45

(10)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA LAPORAN AKHIR I - 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Setiap daerah mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda dengan daerah lain. Oleh sebab itu perencanaan pembangunan ekonomi suatu daerah pertama-tama perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Dengan demikian tidak ada strategi pembangunan ekonomi daerah yang dapat berlaku untuk semua daerah.

Keinginan kuat dari Pemerintah Daerah untuk membuat strategi pembangunan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk bangun ekonomi daerah yang dicita-citakan. Dengan pembangunan ekonomi daerah yang terencana, pembayar pajak dan penanam modal juga dapat tergerak untuk mengupayakan peningkatan ekonomi dan peningkatan efisiensi pola kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari perencanaan pembangunan. Pengusaha dapat mengantisipasi bahwa pajak dan retribusi tidak naik, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan ekonomi daerah pada tahun depan.

Kabupaten Jepara sebagai sebuah kawasan yang merupakan salah satu Kabupaten di Jawa tengah dengan luas wilayah 100.413,189 Ha. Sebelah barat dan utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Pati, sebelah selatan berbatasan dengan

(11)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR I - 2

Kabupaten Demak. Wilayah ini terbagi atas 16 Kecamatan, 184 Desa dan 11 Kelurahan.

Berkembangnya aktivitas masyarakat sejalan dengan desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola daerah untuk lebih berperan aktif dalam mengembangkan potensi daerahnya. Persaingan yang semakin tajam dalam era otonomi daerah menuntut Pemerintah Daerah menyiapkan daerahnya sedemikian rupa sehingga mampu menarik investasi, orang dan industri ke daerah.

Oleh karena itu untuk mempertajam peningkatan pembangunan ekonomi di Kabupaten Jepara diperlukan sebuah pedoman umum bagi perencana dan perumus kebijakan sektoral maupun stakeholder agar pembangunan ekonomi masing-masing sektoral tidak berjalan sendiri-sendiri tetapi terarah, saling mendukung dan saling terkait satu dengan lainnya.

Untuk merealisasikan hal tersebut diperlukan suatu pedoman bagi Pemerintah Kabupaten Jepara untuk merencanakan prioritas pembangunan ekonomi tahunan yang tercakup dalam suatu dokumen Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara.

1.2. KONSEP

1.2.1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara.

1.2.2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah

(12)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR I - 3

1.2.3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah adalah perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia didaerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya - sumberdaya swasta secara bertanggungjawab.

1.3. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

1.3.1. Maksud

Maksud dari penyusunan Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara ini adalah menghasilkan suatu produk Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara bagi Kabupaten Jepara yang dapat menjadi panduan atau pedoman umum bagi perencana dan perumus kebijakan dalam menetapkan prioritas pembangunan dibidang ekonomi.

1.3.2. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara antara lain:

1. Menyusun pembangunan sektoral, khususnya bidang ekonomi.

2. Menyusun perencanaan ekonomi yang mendukung pengembangan

wilayah di Kabupaten Jepara.

3. Meyusun rencana pembiayaan untuk pembangunan ekonomi

4. Menyusun rencana kegiatan yang komprehensif untuk menunjang pembangunan ekonomi di kabupaten Jepara.

1.3.3.Sasaran

Sasaran dari penyusunan Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara adalah :

1. Tersusunnya dokumen Rencana Umum Pembangunan Ekonomi

Kabupaten Jepara sebagai serangkaian proses yang harus dipenuhi, diperhatikan dan diterjemahkan lebih lanjut agar semua pemangku

(13)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR I - 4

kepentingan yang terlibat dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik.

2. Tersusunnya proyeksi kebutuhan investasi sesuai dengan rencana pertumbuhan ekonomi yang diharapkan untuk Kabupaten Jepara .

3. Meningkatnya kegiatan investasi yang ditunjukkan dengan

meningkatnya kegiatan ekonomi kreatif dan keberdayaan ekonomi masyarakat

1.4. DASAR HUKUM

Dasar hukum kegiatan Penyusunan Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara adalah :

1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Tengah.

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional.

3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah diubah dengan UU No. 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah;

4. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antar

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

5. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional 2005-2025.

6. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Investasi;

7. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

8. Undang-Undang U No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;

9. Peraturan Pemerintah No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah

11. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.

(14)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR I - 5

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah

14. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

16. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 2 Tahun 2007 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah KabupatenJepara (RPJP) Tahun 2005 – 2025;

17. Perda Kabupaten Jepara No.2 Tahun 2011 tentang RTRW Kabupaten Jepara.

18. Peraturan Daerah Kabupaten Jepara Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Jepara (RPJM) Tahun 2012 – 2017;

1.5. RUANG LINGKUP

1.5.1.Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah perencanaan penyusunan Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara adalah Kabupaten Jepara yang terdiri dari 16 Kecamatan, 184 Desa dan 11 Kelurahan

1.5.2.Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang dibahas dalam Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara adalah:

1. Identifikasi potensi dan permasalahan Rencana Umum Pembangunan

Ekonomi yang berkembang di Kabupaten Jepara.

2. Menganalisis perkembangan Pembangunan Ekonomi yang terjadi

beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3. Menyusun perencanaan pembangunan ekonomi yang ada.

4. Menyusun program-program pembangunan ekonomi yang

berdampak pada peningkatan sosial ekonomi masyarakat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi kabupaten Jepara.

(15)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR I - 6

1.6. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penyusunan Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Berisi latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran, dasar hukum, ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi serta sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Berisi tinjauan pustaka dan kebijakan yang menjadi dasar penyusunan Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara.

Bab III Gambaran Umum Kabupaten Jepara

Berisi gambaran umum Kabupaten Jepara yang meliputi kondisi geografis,

penggunaan lahan, kependudukan, potensi sumberdaya alam,

perekonomian dan prasarana.

Bab IV Analisis

Berisi analisis yang digunakan untuk menyusun rencana umum pembangunan ekonomi kabupaten Jepara.

Bab V Strategi

Berisi strategi yang dilakukan dalam rangka Rencana Umum Pembangunan Ekonomi Kabupaten Jepara.

(16)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA LAPORAN AKHIR II - 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno 2000:13). Berdasarkan atas definisi ini dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi berarti adanya suatu proses pembangunan yang terjadi terus menerus yang bersifat menambah dan memperbaiki segala sesuatu menjadi lebih baik lagi. Adanya proses pembangunan itu didiharapkan adanya kenaikan pendapatan riil masyarakat berlangsung untuk jangka panjang.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari sifat dan proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan pula dengan pendapatan perkapita riil, di sini ada dua aspek penting yang saling berkaitan yaitu pendapatan total atau yang lebih banyak dikenal dengan pendapatan nasional dan jumlah penduduk. Pendapatan perkapita berarti pendapatan total dibagi dengan jumlah penduduk.

Ada empat model pembangunan (Suryana, 2000: 63) yaitu model pembangunan ekonomi yang beorientasi pada pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, penghapusan kemiskinan dan model

(17)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 2

pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dasar. Berdasarkan atas model pembangunan tersebut, semua itu bertujuan pada perbaikan kualitas hidup, peningkatan barang-barang dan jasa, penciptaan lapangan kerja baru dengan upah yang layak, dengan harapan tercapainya tingkat hidup minimal untuk semua rumah tangga yang kemudian sampai batas maksimal.

Todaro (2008:21), mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

Menurut Adisasmita (2008:13), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

2.1.2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah

Arsyad (1999:108), berpendapat bahwa masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumberdaya manusia, kelembagaan dan sumber-sumber daya fisik secara lokal (daerah).

(18)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 3

Orientasi ini mengarahkan kita kepada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan kegiatan ekonomi. Oleh karena itu pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan seluruh sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah dengan mengembangkan basis ekonomi sektoral dan kesempatan kerja yang beragam. Untuk tujuan tersebut diperlukan adanya kebijakan prioritas sektoral dalam menentukan sector-sektor yang menjadi prioritas utama untuk dikembangkan.

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak. Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus. Dan untuk ini diperlukan faktor-faktor lain, diantaranya yang sangat penting adalah teknologi dan sumber daya manusia (Tambunan, 2001: 198).

Perbedaan tingkat pembangunan yang di dasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB

(19)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 4

di suatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor-sektor sekunder.

Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi. Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sector tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik. Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Menurut Rachbini (2001) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni (1) sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut; (2) karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas; (3) harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun

(20)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 5

pemerintah; (4) sektor tersebut harus berkembang, sehingga mampu member pengaruh terhadap sektor-sektor lainnya.

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sector) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.

2.1.3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah adalah perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumberdaya-sumberdaya publik yang tersedia didaerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya - sumberdaya swasta secara bertanggungjawab.

Pembangunan ekonomi yang efisien membutuhkan secara seimbang perencanaan yang lebih teliti mengenai penggunaan sumber daya publik dan sektor swasta : petani, pengusaha kecil, koperasi, pengusaha besar, organisasi sosial harus mempunyai peran dalam proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi

(21)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 6

(economic entity) yang didalamnya terdapat unsur yang berinteraksi satu sama lain.

Ada tiga (3) impilikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah:

Pertama, perencanan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional dimana daerah tersebut merupakan bagian darinya, keterkaitan secara mendasar antara keduanya, dan konsekuensi akhir dari interaksi tersebut.

Kedua, sesuatu yang tampaknya baik secara nasional belum tentu baik untuk daerah dan sebaliknya yang baik di daerah belum tentu baik secara nasional.

Ketiga, Perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah, misalnya administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya sangat berbeda pada tingkat daerah dengan yang tersedia pada tingkat pusat. Selain itu, derajat pengendalian kebijakan sangat berbeda pada dua tingkat tersebut. Oleh karena itu perencanaan darah yang efektif harus bisa membedakan apa yang seyogyanya dilakukan dan apa yang dapat dilakukan, dengan menggunakan sumber daya pembangunan sebaik mungkin yang benar-benar dapat dicapai, dan mengambil manfaat dari informasi yang lengkap yang tersedia pada tingkat daerah karena kedekatan para perencananya dengan obyek perencanaan. (Lincolin arsyad, 1999)

2.1.4. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Karena pada dasarnya aktivitas perekonomian adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan output, maka proses ini pada gilirannya akan

(22)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 7

menghasilkan suatu aliran balas jasa terhadap faktor produksi yang dimiliki masyarakat.

Menurut Prof. Simon Kuznets, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai ”kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis yang diperlukannya. Definisi ini mempunyai 3 (tiga) komponen: pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua,teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan idiologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat (Jhingan, 2000:57).

Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang, dimana penekanannya pada tiga hal yaitu proses, output perkapita dan jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu “proses” bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat. Disini kita melihat aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat bagaimana suatu perekonomian berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau perkembangan itu sendiri. Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output perkapita”. Dalam pengertian ini teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk. Sebab hanya apabila kedua aspek tersebut dijelaskan, maka perkembangan output perkapita bisa dijelaskan. Kemudian aspek yang ketiga adalah pertumbuhan ekonomi dalam perspektif jangka panjang, yaitu apabila selama jangka waktu yang cukup panjang tersebut output perkapita menunjukkan kecenderungan yang meningkat (Boediono, 1992:1-2).

(23)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 8

2.1.5. Produk Domestik Regional Bruto

Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut: Gross Domestic Product (GDP) yang berarti Produk Domestik Kotor, sedangkan dalam suatu kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Berdasarkan uraian di atas dapat kita nyatakan sebagai Produk Domestik Kotor yang dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik pengertian tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan sebagai: Estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya.

Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.

Menurut Kusmadi, dkk., (1996) produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu.

Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Untuk sektor

(24)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 9

ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan sebagai: Estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya.

Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.

Menurut Kusmadi, dkk., (1996) produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu.

Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier (Sitorus, dkk., 1997).

(25)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 10

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain :

1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari sutu lapangan usaha/sektor atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional.

2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga kerja, serta alokator tidak langsung.

Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kabupaten Jepara

Metode dimasud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

Di Indonesia, pendekatan yang umum digunakan adalah dari segi

Pendekatan Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam

menjumlahkan hasil produksi barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double Countung/Multiple Counting). Hal tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah suatu sektor

(26)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 11

dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada sektor yang menghasilkannya.

Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar .

Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun. Oleh kartena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan harga (inflasi/deflasi).

Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai perkembangan karena mengingkatnya produksi.

Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan.

Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi berbagai sektor.

Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada masing-masing sektor yang bersangkutan

(27)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 12

seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.

2.1.6. Investasi

Investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi/pendapatan di masa mendatang. Dalam investasi tercakup 2 (dua) tujuan utama, yakni untuk mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak (depresiasi), dan tambahan penyediaan modal yang ada atau investasi netto (Lewis, 1993). Para pelaku investasi adalah : 1) Pemerintah; 2) Swasta; dan 3) Kerjasama antara Pemerintah dan Swasta. Investasi pemerintah pada umumnya dilakukan tidak dengan maksud mencari keuntungan, tetapi tujuan utamanya adalah memenuhi kebutuhan masyarakat (nasional) namun ada juga yang menyebutnya investasi yang timbul bukan karena adanya tambahan pendapatan (Sobri 1987 : 145).

Teori investasi pada dasarnya menjelaskan bagaimana proses pembuatan keputusan dilakukan oleh calon penanam modal untuk memilih jenis dan besar proyek yang akan diambil. Dalam hal ini diasumsikan bahwa keputusan yang diambil oleh calon penanam modal dipengaruhi oleh tingkat bunga (interest rate). Investasi merupakan usaha menanamkan faktor-faktor produksi langka dalam proyek-proyek tertentu. Proyek dapat bersifat baru sama sekali maupun berupa perluasan proyek yag sudah ada.

Tujuan utama investasi adalah memperoleh berbagai macam manfaat yang layak di kemudian hari. Manfaat tersebut dapat berupa imbalan keuangan, non keuangan, atau kombinasi keduanya. Manfaat non-keuangan misalnya penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan ekspor, substitusi impor, atau pemanfaatan bahan baku dalam negeri yang melimpah.

2.1.7. Sumber Pembiayaan Investasi

A. Sumber Konvensional (UU 33 Tahun 2004)

Menurut Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah

(28)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 13

Daerah pasal 5 disebutkan bahwa sumber penerimaan daerah terdiri atas Pendapatan Daerah dan Pembiayaan Daerah.

Pendapatan daerah bersumber dari :

1. Pendapatan Asli Daerah a. Hasil Pajak Daerah ; b. Hasil Retribusi Daerah ;

c. Hasil Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan ; d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah ;

2. Dana Perimbangan

a. Dana Bagi Hasil yang terdiri dari :

1) Pajak : Bagian Daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Pajak Penghasilan, Wajib Pajak Pribadi Dalam Negeri .

2) Penerimaan dari Sumber Daya Alam :

 Kehutanan

 Pertambangan Umum

 Perikanan

 Pertambangan Minyak Bumi

 Pertambangan Gas Bumi

 Pertambangan Panas Bumi.

b. Dana Alokasi Umum ; dan c. Dana Alokasi Khusus ; 3. Lain-lain Pendapatan :

a. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Tidak Dipisahkan b. Jasa Giro

c. Pendapatan Bunga

d. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

penjualan atau pengadaan barang/jasa oleh daerah. Pembiayaan daerah bersumber dari :

 Sisa Lebih perhitungan Anggaran Daerah

(29)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 14

 Dana Cadangan Daerah

 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan.

B. Sumber Pembiayaan Non Konvensional

A. Sumber pembiayaan melalui pendapatan (Revenue Financing) berasal :

a)Pendapatan Pemerintah melalui pungutan perbaikan

(Betterment Levies)

Pungutan perbaikan merupakan tagihan modal yang ditujukan untuk menutupi atau membiayai biaya modal dari investasi prasarana. Hal ini dapat dikenakan pada suatu kawasan dimana biaya peningkatan mutu lingkungan hidup langsung dibebankan pada nilai tanah. Perbaikan mutu lingkungan hidup mencakup antara lain : pembuatan tortoar, jalan besar, saluran air limbah dan taman-taman.

b) Pendapatan Swasta (Private Revenue Financing)

Bentuk dari ini antaranya adalah biaya dampak pembangunan (Development Impact Fees) dan Biaya Sambungan (Connection Fees) contohnya : air bersih, telefon dan pembuangan kotoran, yang merupakan pungutan yang dikenakan oleh perusaan jasa pelayanan kepada individu.

c) Pendapatan Pemerintah-Swasta,

Salah satu bentuknya adalah konsolidasi lahan. Konsolidasi lahan merupakan suatu usaha pengaturan kembali pemilik lahan dengan tujuan agar penggunaan lahan akan menjadi lebih baik dan optimal dalam pengertian kelestarian, pemanfaatan dan produktivitas. Sasaran konsolidasi lahan adalah melalui pemberian sertivikat kepada pemilik lahan, sehingga dapat memberikan masukan kepada pajak bumi dan bangunan (PBB). B. Sumber pembiayaan melalui hutang (Debt Financing)

a) Hutang Pemerintah melalui obligasi.

Pasal 79 dan 81 UU No. 22 Tahun 1999 jo pasal 3 UU No. 25 Tahun 1999 ditegaskan bahwa pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman dalam rangka pembiayaan daerahnya tanpa meminta persetujuan dahulu dari pusat. Pinjaman yang dimaksud untuk pembiayaan pembangunan seperti infrastruktur.

(30)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 15

Development Exactions dikenakan pada developer dalam rangka pembangunan prasarana dalam lingkungan area pembangunan, sebagai salah satu syarat pembangunan dimulai, seperti jalan, saluran air bersih, saluran air kotor, dll. Besarnya pungutan pada DE berdasarkan negosiasi antara developer dengan institusi yang mewakili aktivitas yang bersangkutan. Keuntungan DE adalah tidak ada biaya konstruksi yang ditanggung.

c) Hutang Swasta-Pemerintah melalui : Excess Comdemnation dan

Linkage

 Excess Comdemnation merupakan metode pembiayaan

prasarana secara tidak langsung dimana sejumlah tanah disisihkan untuk pembangunan prasarana dan seumlah lainnya diberikan kepada developer swasta untuk pembangunan komersial.

 Linkage

Pendekatan yang bersifat langsung, developer diharuskan menyediakan dan membiayai prasarana yang sejenis di daerah lain yang kurang diinginkan dalam rangka

mendapatkan persetujuan pembangunan. Contoh

membangun RSS untuk membangun rumah mewah. C. Sumber pembiayaan melalui kekayaan Swasta-Pemerintah

 Usaha Patungan (Joint Venture)

Joint Venture merupakan kerjasama antara swasta dan pemerintah, dimana masing-masing pihak mempunyai posisi yang seimbang dalam perusahaan yang bersangkutan. Tujuan untama dari kerjasama ini adalah memadukan keuggulan pihak swasta seperti modal, teknologi dan kemampuan manajemen, dengan keunggulan dari pemerintah seperti sumber-sumber, kewenangan dan kepercayaan masyarakat.

 BOT (Built, Operation, Transfer)

BOT merupakan salah satu bentuk konsesi antara swasta dengan pemerintah. BOT atau bangun, guna, serah dengan pengertian swasta membangun, mengoperasikan dan memperoleh pendapatan dari suatu fasilitas dalam jangka waktu tertentu yang disepakati.Setelah masa konsesi, fasilitas atau infrastruktur

(31)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 16

yang dibangun dan dioperasikan diserahkan kepada

pemerintah.

 BOO (Built, Own, Operate)

Swasta investor yang membangun di atas tanah milik pemerintah daerah, setelah proyek langsung dihibahkan kepada pemerintah daerah dan investor dapat mengoperasikan dalam jangka waktu tertentu.

 Sewa (Leasing)

Dalam pola ini pemerintah menyewakan fasilitas untuk dioperasikan oleh swasta dengan fee tertentu. Swasta yang menanggung resiko komersial dan resiko lainnya, serta bertanggung jawab untuk menyediakan modal kerja, memelihara dan mengganti asset yang rusak. Tanggung jawab pemerintah pada asset tetap dan membayar hutang jangka pajang untuk wantu proyek terkait. Setelah akhir batas waktu perjanjian fasilitas diserahkan kepada pemerintah.

Tabel 2.1

Sumber Pembiayaan Non Konvensional Instrumen

Aktor Pembangunan

KEKAYAAN

HUTANG PENDAPATAN

Pemerintah Lahan, Bangunan Obligasi Batterment

Levies Swasta Development Exactions Biaya dampak pembangunan, dampak sambungan Pemerintah & Swasta Joint Venture,

Konsesi, (BOO, BOT, Leasing) Excess Comdemnation Linkage Konsolidasi Lahan

(32)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 17

2.2. PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI

2.2.1. PENGERTIAN, UNSUR, DAN FUNGSI PERENCANAAN

Belum ada kata sepakat di antara para ahli ekonomi mengenai pengertian istilah perencanaan ekonomi (pembangunan). Di kepustakaan ekonomi istilah tersebut sangat lentur. Perencanaan sering disamakan dengan sistem politik suatu negara seperti kapitalis, sosialis, dan campuran. Setiap bentuk campur tangan pemerintah dalam masalah ekonomi diartikan juga sebagai perencanaan.

Perencanaan dapat dikatakan sebagai: Teknik atau cara untuk mencapai tujuan dan sasaran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya serta telah dirumuskan oleh badan perencana pusat.

Menurut Mochamad Hatta, tujuan perencanaan adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro, perencanaan pada asasnya berkisar pada dua hal : pertama adalah penentuan pilihan secara sadar mengenai tujuan kongkrit yang hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai yang dimiliki masyarakat yang bersangkutan. Yang kedua ialah pilihan-pilihan di antara cara-cara alternatif yang efisien serta rasional guna mencapai tujuan-tujuan tersebut. Baik untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut diperlukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria tertentu yang terlebih dahulu harus dipilih pula.

Namun demikian, walaupun tidak ada kesepakatan pendapat di antara para ahli ekonomi, mereka tetap sependapat bahwa perencanaan ekonomi mengandung arti pengendalian dan pengaturan perekonomian dengan sengaja oleh suatu penguasa pusat untuk mencapai suatu sasaran dan tujuan tertentu di dalam jangka waktu tertentu pula.

Perencanaan pembangunan ditandai dengan adanya usaha untuk memenuhi berbagai ciri-ciri tertentu serta adanya tujuan yang bersifat

pembangunan ter-tentu. Inilah yang membedakan perencanaan

pembangunan dengan perencanaan-perencanaan yang lain. Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan :

(33)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 18

a. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan social ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini dicerminkandalam usaha pertumbuhan ekonomi yang positif.

b. Usaha yang dicerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan perkapita.

c. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi. Hal ini seringkali disebut sebagai usaha diversifikasi ekonomi.

d. Usaha perluasan kesempatan kerja.

e. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice.

f. Usaha pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih menunjang kegiatan-kegiatan pembangunan.

g. Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Setiap perencanaan pembangunan harus mengandung unsur-unsur pokok sebagai berikut :

a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan. Unsur ini merupakan dasar dari seluruh rencana, yang kemudian dituangkan dalam unsur- unsur pokok perencanaan pembangunan lainnya.

b. Adanya kerangka rencana makro. Dalam kerangka ini dihubungkan berbagai variabel-variabel pembangunan serta implikasi hubungan tersebut.

c. Perkiraan sumber-sumber pembangunan khususnya sumber-sumber pembiayaan pembangunan. Sumber-sumber pembiayaan pembangunan merupakan keterbatasan yang strategis, sehingga perlu diperkirakan dengan seksama.

d. Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten seperti misalnya kebijaksanaan fiskal, penganggaran, moneter, harga serta kebijaksanaan sektoral lainnya. Berbagai kebijaksanaan itu perlu dirumuskan dan kemudian dilaksanakan.

e. Perencanaan pembangunan adalah program investasi yang dilakukan secara sektoral. Penyusunan program investasi secara sektoral ini dilakukan bersama- sama dengan penyusunan rencana-rencana sasaran.

(34)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 19

f. Perencanaan pembangunan adalah administrasi pembangunan yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut.

Sementara itu, fungsi-fungsi perencanaan adalah sebagai berikut :

Dengan perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang ditujukan kepada pencapaian tujuan pembangunan.

a. Dengan perencanaan dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek perkembangan, hambatan serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.

b. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang

terbaik.

c. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya tujuan.

d. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk

mengadakan pengawasan evaluasi.

Sedangkan dari sudut pandang ekonomi alasan perlunya perencanaan adalah :

a. Agar penggunaan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas

bisa lebih efisien dan efektif sehingga dapat dihindari adanya pemborosan-pemborosan.

b. Agar perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi menjadi lebih mantap.Agar tercapai stabilitas ekonomi dalam menghadapi siklus konjungtur.

2.2.2. SIFAT DAN PERANAN PERENCANAAN EKONOMI

Selama dua dekade sejak tahun 1950, dunia ditandai dengan munculnya bangsa-bangsa yang belum maju sebagai suatu kekuatan ekonomi dan politik yang berkembang cukup pesat dalam dunia internasional. Negara-negara sedang berkembang (NSB) tersebut semakin meningkat aspirasinya untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi dari negara-negara maju. Hal ini ditunjukkan oleh diterimanya secara universal perencanaan pembangunan sebagai sarana yang utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang cepat.

(35)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 20

Pengertian perencanaan ekonomi adalah usaha secara sadar dari suatu pusat organisasi untuk mempengaruhi, mengarahkan, serta dalam beberapa hal bahkan mengendalikan perubahan variabel-variabel ekonomi yang utama (misalnya GDP, konsumsi, investasi, tabungan, dan lain-lain) dari suatu negara atau wilayah tertentu selama periode waktu tertentu sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Jadi inti dari perencanaan ekonomi

adalah gagasan-gagasan tentang pengaruh, pengarahan, dan

pengendalian.

Suatu rencana ekonomi bisa juga dianggap serangkaian sasaran (target) ekonomi secara kuantitatif yang khusus dan harus dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu. Rencana ekonomi bisa bersifat menyeluruh (komprehensif) atau parsial. Suatu rencana yang bersifat komprehensif menetapkan sasarannya mencakup seluruh aspek pokok perekonomian nasional. Sedangkan rencana yang bersifat parsial hanya mencakup sebagian dari perekonomian nasional seperti sektor industri, sektor pertanian, sektor luar negeri, dan sebagainya.

Para pendukung perencanaan pembangunan ekonomi di NSB

mengemukakan bahwa perekonomian pasar (market economy) yang tidak terkendali dapat, dan seringkali, mengakibatkan negara-negara tersebut mengalami kemandegan ekonomi, gejolak harga, dan tingkat pengerjaan (employment) yang rendah. Secara lebih spesifik, mereka menyatakan bahwa ekonomi pasar tidak sesuai dengan tugas operasional negara-negara miskin, yakni bagaimana memobilisir sumberdaya yang terbatas sedemikian rupa sehingga menimbulkan suatu perubahan struktural yang dibutuhkan agar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dengan lancar, cepat, dan seimbang. Oleh karena itu, perencanaan telah diterima sebagai suatu sarana yang esensial untuk mengarahkan dan memacu pertumbuhan ekonomi di NSB.

Di dunia ini seringkali orang membagi sistem perekonomian secara umum menjadi 2 yaitu perekonomian pasar (market economy) dan perekonomian berencana (planned economy). Namun demikian sebenarnya tidak ada perekonomian yang benar-benar berencana ataupun yang benar-benar tidak berencana, karena masalah perencanaan adalah suatu masalah kadar atau

(36)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 21

derajatnya saja. Sebagai contoh: suatu analisis tentang perekonomian sosialis yang terdesentralisasi. Dalam konteks suatu sistem pasar adalah masuk akal jika harga-harga dalam perekonomian sosialis seperti ini ditentukan oleh kekuatan pasar penawaran dan pasar permintaan dan harga tersebut mempunyai peranan kunci dalam proses pengalokasian sumberdaya secara keseluruhan. Oleh karena itu, dari sudut pandang yang statis tentang alokasi sumber-daya yang optimal dan efisien secara ekonomis, sistem sosialis yang terdesentralisasi dapat dikatakan termasuk kategori pasar. Namun demikian, sejauh bahwa tingkat tabungan ditentukan oleh badan perencanaan pusat dan secara sadar menyisihkannya untuk membiayai investasi pada masa yang akan datang, maka aspek dinamis dari sistem sosialis yang terdesentralisasi tersebut menunjukkan suatu hubungan yang erat dengan perekonomian berencana. Oleh karena itu, untuk menghindarkan hal-hal yang lebih membingungkan, maka pada pembahasan selanjutnya nanti akan kita bedakan tiga macam perencanaan ekonomi yang utama.

PROSES PERENCANAAN EKONOMI

Proses pembangunan bisa dibagi menjadi 4 tahap. Biasanya ke empat tahap tersebut itu ditetapkan dalam suatu rangkaian yang dimulai pada saat tujuan ditetapkan oleh pemimpin politik dan diterjemahkan ke dalam target kuantitatif untuk pertumbuhan, penciptaan kesernpatan kerja, distribusi pendapatan, pengurangan kemiskinan, dan seterusnya. Para pemimpin politik harus mene-tapkan prioritas-prioritas tujuan untuk mengarahkan para perencana jika terjadi beberapa konflik tujuan. Hasilnya adalah suatu fungsi kesejahteraan yang memberikan suatu ukuran apakah perencanaan (dan para perencana) akan memenuhi tujuan nasional atau tidak. Ukuran tersebut merupakan fungsi dan target-target tujuan yang biasanya cukup banyak jumlahnya. Umumnya orang menetapkan target kenaikan untuk suatu tujuan atau lebih, misalnya kenaikan GNP 6 persen per tahun dan kenaikan tingkat pengerjaan (employment) sebesar 4 persen per tahun, dan kemudian memerintahkan kepada perencana untuk mengembangkan program-program untuk mencapai tujuan tersebut. Alternatif ketiga adalah suatu fungsi kesejahteraan yang menunjukkan peringkat (urut-urutan tujuan), yang membuat para perencana untuk melakukan pertimbangan, misalnya

(37)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 22

pertumbuhan dan pengerjaan (employment), yang akhirnya lebih memprioritaskan pertumbuhan. Itulah hal-hal yang biasanya dilakukan pada tahap pertama proses perencanaan (ekonomi).

Tahap kedua adaiah mengukur ketersediaan sumberdaya-sumberdaya yang langka selama periode perencanaan tersebut: tabungan, bantuan luar negeri, penerimaan pemerintah, penerimaan ekspor, tenaga kerja yang terlatih, dan lain-lain. Kesemuanya itu, bersama dengan keterbatasan administrasi dan organisasi, merupakan kendala (constraints) yang mengendalai kemampuan perekonomian tersebut untuk mencapai target-targetnya.

Pada tahap ketiga hampir semua dari upaya ekonomi ditujukan untuk memilih berbagai cara (kegiatan dan alat) yang bisa digunakan untuk mencapai tujuan nasional. Pada tahap ini ditetapkan proyek-proyek investasi-seperti jalan-jalan raya, jaringan irigasi, pabrik-pabrik, pusat-pusat kesehatan-yang termasuk dalam perencanaan nasional; kebijaksanaan-kebijaksanaan harga, seperti nilai kurs, tingkat bunga, upah, pengaturan pajak, atau subsidi yang semuanya ini bisa merangsang perusahaan-perusahaan swasta untuk mengembangkan tujuan-tujuan pembangunan nasional, dan perubahan keuangan (perbankan) atau penataan kembali sektor pertanian, yang bisa mengurangi hambatan-hambatan untuk mengubah dan mendukung kegiatan-kegiatan pembangunan lainnya.

Akhirnya, perencanaan mengerjakan proses pemilihan kegiatan-kegiatan yang mungkin dan penting untuk mencapai tujuan nasional (welfare function) tanpa terganggu oleh adanya kendala-kendala sumberdaya dan organisasional. Hasil dari proses ini adalah strategi pembangunan (development strategy) atau rencana yang mengatur kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan selama beberapa tahun (biasanya 5 tahun).

Rangkaian perencanaan sperti ini hanya akan dapat berjalan dengan balk jika para pemimpin politik mampu menetapkan tujuan-tujuan sosial dan prioritas-prioritas secara cukup jelas bagi para perencana. Sayangnya, para pemimpin politik tidak selalu mampu berbuat demikian. Mereka lebih suka pernyataan-pernyataan tentang tujuan-tujuan yang besar tetapi tidak jelas. Para perencana biasanya berpikir dalam kerangka waktu yang panjang (beberapa tahun), sedangkan pertimbangan-pertimbangan politis mengatur

(38)

wawasan-RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 23

wawasan yang lebih pendek. Dalam beberapa kasus para pemimpin tidak bisa secara rasional menetapkan prioritas-prioritas sesuai teori tanpa memiliki pandangan terlebih dahulu tentang trade-off di antara tujuan-tujuan, misalnya berapa banyak pertumbuhan nasional harus dikorbankan untuk meningkatkan pengerjaan yang diinginkan?

Suatu perubahan dalam rangkaian perencanaan bisa membantu untuk mengelakkan jalan buntu itu. Para perencana bisa memulai dengan menetapkan seperangkat tujuan alternatif dan prioritas-prioritas, kemudian menyiapkan strategi-strategi alternatif

(rangkaian kegiatan), yang masing-masing dirancang untuk menunjukkan yang terbaik pada suatu prioritas-prioritas yang berbeda. Hal ini memberi pembuat keputusan politik suatu ukuran trade-off di antara tujuan-tujuan yang berbeda. Juga mengurangi pilihan di antara tujuan-tujuan yang berlawanan bagi penentuan investasi dan kebijaksanaan-kebijaksanaan di mana lebih mudah untuk mencapainya pemenuhan tujuan yang aktual.

Dari uraian di atas, mungkin tampak bahwa proses perencanaan itu penting, melebihi dari perencanaan yang dihasilkannya. Dengan melihat bahwa para politisi kurang memahami ilmu ekonomi, para perencana harus lebih konstruktif dengan mencoba untuk memasukkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi ke dalam proses pembuatan keputusan, mengkuantifikasikan elemen-elemen yang bisa dihitung oleh para ekonom, dan mengindentifikasikan elemen-elemen yang tidak bisa dikuantifikasikan. Ini merupakan proses pendidikan bagi para pemimpin poiitik tentang ekonomi secara umum dan perekonomian negaranya sendiri secara khusus. Dengan menunjukkan dan menjelaskan trade-off dalam pilihan-pilihan di antara proyek-proyek alternatif dan strategi-strategi, perencana bisa membantu para politisi untuk memehaminya lewat implikasi-implikasi ekonomi dari keputusan-keputusan perencanaan dan kendala-kendala serta peluang-peluang yang diberikan sistem ekonomi tersebut. Akhirnya, proses pendidikan bagi para politisi melalui perencanaan tersebut akan dapat mengarah kepada kebijaksanaan-kebijaksanaan politik yang lebih terbuka dan pada akhirnya memperbaiki kinerja (performance) ekonomi yang merupakan tujuan akhir dan perencanaan pembangunan.

(39)

RENCANA UMUM PEMBANGUNAN EKONOMI KABUPATEN JEPARA

LAPORAN AKHIR II - 24

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN SUATU PERENCANAAN

Menurut Jhingan (1983) perumusan dan kunci keberhasilan suatu perencanaan biasanya memerlukan adanya hal-hal berikut ini:

1. Komisi Perencanaan. Prasyarat pertama bagi suatu perencanaan adalah pembentukan suatu komisi perencanaan yang harus diorganisir dengan cara yang tepat. Komisi tersebut harus dibagi dalam bagian-bagian dan sub-bagian yang dikoornidinir di bawah sejumlah ahli, seperti ahli ekonomi, ahli statistik, insinyur dan ahli-ahli lainnya yang ahli dalam aspek perekonomian

2. Data Statistik. Perencanaan yang baik membutuhkan adanya analisis yang menyeluruh tentang potensi sumberdaya yang dimiliki suatu negara beserta segala kekurangannya. Analisis seperti ini penting untuk mengumpulkan informasi dan data statistik serta sumber-sumber daya potensial lain seperti sumberdaya alam, sumber daya manusia dan modal yang tersedia di negara tersebut. Data yang berhubungan dengan potensi sumber daya ini sangat diperlukan untuk menentukan arah dan prioritas suatu perencanaan. Oleh karena itu pembentukan suatu jaringan kantor statistik dari pusat hingga daerah yang bertugas mengumpulkan informasi dan data statistik menjadi suatu kebutuhan yang utama.

3. Tujuan. Rencana dapat menetapkan pula tujuan-tujuan seperti halnya: peningkatan pendapatan nasional dan pendapatan per kapita, pengurangan ketimpangan distribusi pendapatan dan kesejahteraan serta pemusatan kekuatan ekonomi, peningkatan produksi pertanian, industrialisasi, pembangunan kewilayahan yang berimbang, pencapaian swasembada pangan, dan sebagainya. Berbagai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai tersebut hendaknya realistis dan disesuaikan dengan kondisi perekonomian negara tersebut.

4. Penetapan Sasaran dan Prioritas. Penetapan sasaran dan prioritas untuk pencapaian suatu tujuan perencanaan dibuat secara makro dan sektoral. Sasaran secara makro hendaknya dirumuskan secara tegas serta mencakup setiap aspek perekonomian dan dapat dikuantifikasikan. Untuk sasaran sektoral hendaknya disesuaikan dengan sasaran makronya, sehingga ada keserasian dalam pencapaian tujuan. Keserasian

Gambar

Tabel 3.1.  Luas Wilayah ......................................................................................
Gambar 1: bagan rumusan ekonomi kreatif menurut UNDP (2008)
Tabel 3.1    Luas Wilayah
Tabel 3.18    Luas Hutan
+6

Referensi

Dokumen terkait

apabila variabel laten perilaku kekasaran dihubungkan dengan variabel laten kenakalan pelajar (Gambar 7), didapatkan hasil bahwa hubungan perilaku kekasaran ibu dan

Diharapkan kepada calon guru maupun konselor memahami betul pelaksanaan dan layanan-layanan bimbingan dan konseling di sekolah dalam mengembangkan potensi peserta didik serta

Selesai mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep, strategi dan implementasi pembelajaran permainan bola basket yang meliputi

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskam sebagai berikut : “Bagaimana pemaknaan kehidupan keluarga dalam

Apabila demonstrasi telah selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan

Paper presented in the international seminar and workshop on: Learning from climate change and its consequences; The role of scientists and entrepreneurs, organized by

Kegiatan penelitian ini bertujuan mengukur perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelas diberikan pre test pada masing-masing kelas untuk