BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29
E. Metode Analisis Data
Sesuai dengan penelitian, teknik analisis data yang digunakan penulis adalah teknik analisis dan deskriptif. Analisis data deskriptif adalah analisis terhadap data yang diperoleh berdasarkan kemampuan nalar peneliti dalam
menguraikan serta menginterprestasikan data yang diperoleh di lapangan dari para informan. Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.
Dalam melakukan analisis data, menurut Miles dan Huberman (dalam Sugioyono, 2009 : 206 ) terdapat beberapa aktifitas dalam melakuakan analisis data, yaitu :
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Melalui penyajian data tersebut maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah dipahami, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan di dalam penelitian kualitatif dalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kesimpulan ini sebagai hipotesis, dan bila didukung oleh data maka akan dapat menjadi teori.
BAB IV STUDI KASUS
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden yang berada di pusat kota dan Perumahan Taman Anggrek yang berada dipinggiran kota. Alasan pemilihan studi kasus ini adalah unutk melihat bagaimana perbedaan penerapan unsur-unsur komunitas berpagar tipe tertutup pada area pusat kota dan pinggiran kota. Berikut penjabarannya :
A. Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden 1. Lokasi
Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden Berada di kawasan Medan Polonia, tepatnya di Jl. Dr. Cipto, Medan Polonia, dengan luas wilayah 1,704 H dan 50 rumah. Seperti kebanyakan perumahan yang bayak dibangun, perumahan ini juga mengusung jenis minimalis. Umumnya rumah yang dibangun merupakan rumah siap jadi (dibangun oleh kontraktor tanpa melibatkan permintaan penghuni), namun juga terdapat rumah yang dibangun sesuai dengan permintaan calon penghuni. Rumah yang dibangun memiliki 3 lantai. Sayangnya fasilitas yang ada belum cukup memadai, hanya terdapat kolam berenang sebagai fasilitas bagi penghuni komplek.
Gambar 4.2 Tipikal hunian Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden Sumber : google Map, pribadi
2. Penghuni
Berdasarkan informasi yang di dapat, bisa dikatakan bahwa penghuni yang berada di kawasan Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden ini. merupakan orang yang cukup mampu (menegah ke atas). Ditambah lagi dengan faktor keberadaan Shopping Mall yang sangat berdekatan dengan studi kasus juga
menambah tingkat prestise perumahan ini. Komplek perumahan ini dihuni oleh masyarakat yang heterogen.
3. Hubungan dengan Masyarakat Sekitar
Lokasinya yang berada di pusat kota maka tidak heran perumahan ini berada di area sibuk apalagi langsung berbatasan dengan Shopping Mall. Dilihat dari bagaimana hubungan penghuni dengan masyarakat sekitar melalui observasi tidak terlihat hubungan antara keduanya. Alasannya akses masuk perumahan sangat dibatasi. Sebagai contoh jika anda beniat masuk kedalam anda harus memiliki alasan yang jelas seperti anda merupakan tamu dari penghuni atau anda merupakan pekerja kebersihan atau taman.
B. Perumahan Taman Anggrek Setiabudi 1. Lokasi
Perumahan Taman Anggrek Setiabudi berada di kawasan Medan Tuntungan, lebih tepatnya di Jl. Flamboya Raya, dengan luas wilayah 3,297 H dan 218 rumah. Perumahan ini juga mengusung jenis minimalis dan minimalis klasik dengan dengan 5 varian rumah yang disediakan. Rumah yang berada di area ini memiliki jumlah lantai yang berbeda-beda, ada yang dua lantai dan juga ada satu lantai. Fasilitas yang disediakan juga tidak terlalu banyak, hanya terdapat kolam berenang dan alat kebugaran outdoor yang terlalu kecil dan sedikit jika dibandingkan dengan jumlah rumah yang disediakan.
Gambar 4.4 Tipikal hunian tipe Catleta Sumber : priadi
Gambar 4.5 Tipikal hunian tipe Aranda Sumber : pribadi
Gambar 4.6 Tipikal hunian tipe Vanda Sumber : pribadi
Gambar 4.7 Tipikal hunian tipe Aranda Plus Sumber : pribadi
Gambar 4.8 Tipikal hunian tipe Airedes Sumber : pribadi
2. Penghuni
Berdasarkan informasi yang di dapat, masyarakat yang menghuni perumahan Taman Anggrek yang berada dipinggiran kota. ini pada umumnya merupakan golongan menengah. Selain itu keberadaan pasar tradisional yang sangat mudah untuk diakses semakin menambah tingakat kemungkinan golongan menengah unutk menempati area ini. Komplek perumahan ini dihuni oleh masyarakat yang heterogen.
3. Hubungan dengan Masyarakat Sekitar
Sama seperti dengan kasus sebelumnya, akses masuk juga sangat dibatasi.
Tidak semua orang bisa masuk secara bebas ke area komplek. Hanya orang-orang yang memiliki kepentingan yang bisa masuk kedalamnya.
C. Analisis
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data didasarkan pada variabel-variabel yang telah dijabarkan pada pembahasan sebelumnya, yaitu unsur-unsur defensible space yang juga berlaku pada komuitas berpagar tipe tertutup.
1. Territoriality
Territoriality berhubungan dengan pembatas yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat keamanan . Block (1981) menyatakan,
“…The significant amount of environment security is accomplished through the creation of barriers …. The objective of barriers is to prevent or delay the un authorized access to property…”
Disini Block menyatakan bahwa keamanan dapat ditingkatkan melalui pembangunan pembatas/pagar unutk mengahalangi tamu yang tidak diinginkan.
Berhubungan dengan pembatas ini, Jeffery (1976) menyatakan bahwa perlu adanya unsur-unsur struktural yang memberikan kesan tidak bebas unuk dimasuki.
Gambar 4.9 Pagar merupakan contoh penerapan unsur Territoriality Sumber : http://www.lisc.org/media/filer_public.pdf
a. Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden 1) Pagar Pembatas
Gambar 4.10 Pagar pembatas Sumber : Pribadi
Pagar pembatas pada Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden pada bagian depan yang berbatsan langsung dengan jalan utama terlihat sangat baik dan terurus. Pagar pembatas berupa dinding berukuran ± 20 cm lebar dan 2.5 meter tinggi.
Dibagian utara umumnya berbatasan langsung dengan area kosong meskipun dibagian timur laut berbatasan dengan gedung PLN. Bagian selatan berbatasan langsung dengan Jl. Mongonsidi. Bagian timur berbatasan dengan Jl.
Dr. Cipto. Sedangkan bagian barat berbatasan dengan Jl. Mongonsidi Baru.
Gambar 4.11 Batas-batas perumahan Sumber : Pribadi
Berdasarkan batas lokasi, bagian timur dan selatan yang berbatasan
sedangkan pada bagian utara yang berbatasan dengan lahan kosong hanya dibangun pagar secukupnya yang terlihat kurang terurus. Pada bagian barat yang berbatasan dengan jalan kecil dinding rumah berfungsi sebagai pagar pembatas wilayah.
Pada perumahan ini hanya terdapat satu gerbang ebagai akses masuk dan keluar. Ukuran gerbang lumayan besar, 4 x 4 m2. Biasanya tidak begitu digunakan karena keberadaan portal.
Penerapan satu gerbang ini belum sesuai dengan rancangan yang diajukan Oscar Newman. Newman (1996) dalam rancangannnya menerapkan 1 gerbang utama untuk kendaraan dan 2 gerbang kecil untuk pejalan kaki.
Gambar 4.12 Rancangan gerbang Oscar Newman Sumber : https://www.huduser.gov/publications/pdf/def.pdf
2) Portal
Portal hanya berada digerbang masuk maupun keluar, karena tidak ada pembagian area pada perumahan ini. Selain itu ukuran kavling area perumahan yang tidak begitu besar, tidak memungkinkan untuk membangun portal lainnya.
Gambar 4.13 Portal dan gerbang Sumber : Pribadi
Terdapat 2 portal yang berada pada akses masuk dan keluar yangmana keduanya berfungsi secara bersamaan. Portal berukuran 4,5 meter panjang dengan ketinggian dari tanah 1,2 meter.
Keberadaan portal memberikan anggapan yang sulit untuk dimasuki apalagi bagi kendaraan roda dua apalagi roda empat. Selain itu, portal tidak dibiarkan terbuka. Portal dibuka hanya ketika penghuni masuk atau keluar dan tamu yang telah mendapatkan izin masuk.
Analisis territoriality : a) Strenght (Kekuatan)
Pagar pembatas memberikan rasa aman pada penghuni didalamnya.
Pagar pembatas juga menyulitkan tidakan kejahatan dan juga tindakan pencurian dari orang luar.
Keberadaan satu gerbang mempermudah petugas jaga untuk mengobservasi orang yang masuk dan keluar.
b) Weakness (Kelemahan)
Perbedaan bentuk dan ukuran pagar bisa menjadi peluang terjadinya rindakan pencurian pada pagar yang terkesan lemah
b. Perumahaan Taman Anggrek Setiabudi 1) Pagar Pembatas
Keberadaan pagar pembatas tidak begitu terlihat jelas jika dilihat dari bagian depan karena tertutupi oleh tetumbuhan, hanya bagian kanan yang terlihat jelas.
Pada bagian utara yang berbatasan dengan area kosong serta sebagian rumah penduduk sekitar, pagar pembatas yang ada merupakan dinding beton dengan ketinggian 3 meter dengan tebal antara 20 hingga 25 cm.
Pada bagian selatan yang berbatasan dengan jalan Jl. Flamboyan Raya, pagar pembatas juga merupakan dinding beton dengan ukuran yang sama dengan sebelunya, hanya pada bagian gerbang yang dibangun berdasarkan seni.
Pada bagian timur yang berbatasan dengan jalan kecil, sebagian pagar pembatas merupakan dinding beton sedang ebagian lainnya merupakan dinding bata. Ukurannyapun berbeda, dinding bata berukuran 15 cm tebal dan 2 meter tinggi. Sementara itu pada bagian barat yang berbatasan langsung dengan rumah-rumah penduduk sekitar, pagar pembatas diapikasikan oleh dinding rumah-rumah komplek.
Gambar 4.14 Batas-batas perumahan Sumber : google Map
Perumahan ini juga hanya memiliki satu gerbang sebagai akses masuk maupun keluar, namun gerbang disini bukanlah gerbang dalam bentuk nyata hanya ruang kosong yang dibatasi oleh portal pembatas.
2) Portal
Terdapat 2 portal yang berukuran 4,5 meter dengan ketinggian 1,2 meter.
Berdasarkan observasi yang dilakukan hanya satu portal yang digunakan sebagai akses masuk dan keluar, sedangkan portal yang lain tidak digunakan.
Gambar 4.15 Portal dan gerbang Sumber : Pribadi
Analisis konsep territoriallity : a) Strenght (Kekuatan)
Pagar pembatas juga menyulitkan tidakan kejahatan dan juga tindakan pencurian dari orang luar.
Keberadaan satu gerbang mempermudah petugas jaga untuk mengobservasi orang yang masuk dan keluar.
b) Weakness (Kelemahan)
Perbedaan bentuk dan ukuran pagar bisa menjadi peluang terjadinya rindakan pencurian pada pagar yang terkesan lemah.
c. Perbandingan
Penerapan pada kedua studi kasus menunjukkan kesesuaian dengan teori yang digunakan, yaitu penerapan barikade/pembatas untuk membatasi pengunjung yang datang dan memberikan kesan tidak bebas untuk dimasuki. Perbedaan terlihat dari bagaimana bentuk pagar pembatas yang digunakan. Perumahan Villa
Resort Masdulhak Garden terlihat jauh lebih baik dari pada pagar pembatas yang digunakan oleh Perumahan Taman Anggrek Setiabudi.
Dilain sisi, penerapan gerbang pada kedua studi kasus mendekati desain gerbang yang dirancang oleh Oscar Newton, meskipun belum seperti yang diterapkan oleh Newman. Kedua studi menerapkan 1 gerbang dalam pembangunannya.
2. Natural Surveillance
Natural Surveillance berhubungan dengan pengawasan area sekitar baik itu tempat tinggal maupun lingkungan sekitar untuk menghindari adanya titik buta dan tempat tersembunyi. Dalam tulisan ini metode yang digunakan unutk meningkatkan pengawasan adalah penerapan pencahayaan/lampu , orientasi hunian dan penggunaan alat elekronik (CCTV).
Block (1981) menyatakan bahwa pencahayaan (lampu) merupakan substansi yang sangat penting untuk meningkatkan keamanan publik. Jeffery (1971) juga mengatakan bahwa perlu adanya konsep desain berkenaan dengan peningkatan pengawasan (konsep desain ini berhubungan dengan orientasi hunian). Selain itu, Wels dan Farrington (2002) mengatakan bahwa terjadi penurun angka kriminalitas setelah menerapkan CCtv pada hunian.
Gambar 4.16 Penempatan lampu jalan pada komunitas berpagar Sumber : https://www.vbgov.com
Gambar 4.17 Ilustrasi Orientasi Hunian Sumber : CPTED Guidliness for Queensland.pdf
a. Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden 1) Lampu Jalan
Sebagai penerang kawasan komplek, perumahan ini menggunakan lampu taman dengan ketinggian 1,2 meter dengan jarak antara satu dengan yang lainnya berkisaran 20 meter.
Penerapan lampu jalan hanya diaplikasikan pada bagian depan rumah tinggal, sangat disayangkan sekali tidak semua titik yang difasilitasi dengan lampu jalan, sebagai contoh pada taman dibagian utara apalagi bagian tersebut berbatasan dengan area kosong.
Gambar 4.18 Penerapan lampu jalan Sumber : google Map
2) Orientasi Fasade Rumah
Gambar 4.19 Orientasi fasad hunian
Setiap fasade rumah berorientasi langsung kearah jalan. Hal ini memungkinkan penghuni untuk mengobservasi daerah disekitarnya, ditambah lagi dengan orientasinya yang memusat keluar. Namun penulis khawatir, bagi rumah tinggal yang berorientasi langsung pada pagar pembatas utara tidak bisa begitu mengobservasi secara luas di malam hari, hanya bisa mengobservasi pada kawasan yang diterangi oleh lampu taman disekitarnya.
3) Penggunaan Alat Elektronik (CCTV)
Berdasarkan observasi yang dilakukan, setiap rumah memiliki CCTV di depannya yang diterapkan oleh developer. Pemasangan cctv memang semakin memperkuat rasa aman para penghuni maka tidak heran jika tidak ada penggunaan pagar pada rumah yang ada di komplek ini.
Gambar 4.20 Pemasangan CCTV pada hunian Sumber : pribadi
Analisis konsep Natural Surveillance :
a) Strenght (Kekuatan)
Penerangan yang cukup memungkinkan untuk melakukan observasi pada malam hari
Orientasi hunian yang menghadap kejalan dan saling berhadapan meningkatkan peluang untuk saling mengawasi satu sama lain
Keberadaan CCTV menambah peluang untuk mengobservasi linkungan sekitar
Dapat memperkecil tingkat kriminalitas yang dilakukan pada malam hari
b) Weakness (Kelemahan)
Dibeberapa titik masih minim pencahayaan
Lampu taman yang kurang tinggi mengurangi luas penyebaran cahaya Harus menggunakan bolham dengan watt yang sangat besar
b. Perumahaan Taman Anggrek Setiabudi 1) Lampu Jalan
Lampu jalan yang digunakan merupakan lampu standar yang ada disetiap jalan kota dengan ketinggian 6 meter dan jarak 30 meter antara satu dengan lainnya.
Hampir disetiap titik dipasangi dengan lampu jalan yang memang secara psikologis memberikan rasa aman. Namun penulis merasa pada bagian lahan kosong pada bagin belakang kompleks merupakan daerah yang cukup
mengkhawatirkan. Dibagian tersebut tidak dipasangi lampu jalan sehingga pengamatan yang dilakukan ada area tersebut akan menyulitkan.
Gambar 4.21 Lampu jalan didalam perumahan Sumber : Pribadi
2) Orientasi Fasade Rumah
Setiap fasade rumah berorientasi langsung kearah jalan. Hal ini memungkinkan penghuni untuk mengobservasi daerah disekitarnya, ditambah lagi dengan orientasinya yang memusat keluar.
Gambar 4.22 Orientasi hunian Sumber : Pribadi
3) Penggunan Alat Elektronik (cctv)
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan tidak ada penggunaan CCTV pada hunian.
Analisis konsep Natural Surveillance :
a) Strenght (Kekuatan)
Penerangan yang cukup memungkinkan untuk melakukan observasi pada malam hari
Orientasi rumah tinggal yang menghadap kejalan dan saling berhadapan meningkatkan peluang untuk saling mengawasi satu sama lain
Dapat memperkecil tingkat kriminalitas yang dilakukan pada malam hari
b) Weakness (Kelemahan)
Dibeberapa titik masih minim pencahayaan
Tidak adanya CCTV mengurangi peluang untuk mengobservasi lingkungan sekitar
c. Perbandingan
Secara umum kedua studi kasus menunjukkan penerapan yang hampir sesuai dengan teori yang ada. Pencahayaan yang merupakan elemen terpenting bagi Brown telah diterapkan didepan hunian (disepanjang jalan perumahan) meskipun masih terdapat titik-tiitik buta dan bagian tersembunyi. Selain itu, untuk meningkatkan pengawasan orientasi hunian dibuat saling berhadapan atau menghadap jalan. Setiap hunian memiliki visual yang sama antara satu sama lain, tidak ada visual hunian yang tertutupi oleh bangunan sekitarnya. Dalam penerapan CCTV atau mechanical surveillance hanya Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden yang menggunakannya.
3. Image and Milieu
Image and milieu memiliki konsep membentuk suasana lingkungan perumahan yang terawat dan terjaga dari tindak kejahatan baik bagi penghuni maupun orang luar.
Untuk membentuk suasana tersebut bisa dicapai dengan cara melakukan perawatan secara terus menerus baik pada hunian dan lingkungan perumahan, sebab lingkungan yang kurang atau tidak terurus merupakan salah satu faktor yang mendatangkan tindak kejahatan (Brantingham and Brantingham 1993, 2008).
Gambar 4.23 Perawatan pada lingkungan Sumber : http://www.lisc.org/media/filer_public.pdf
Untuk meningkatkan kemungkinan tindak kejahatan semakin berkurang, target hardening atau sistem keamanan dengan menggunakan pos jaga, hambatan (polisi tidur) dan pesan-pesan pengingat atau peringatan bisa digunakan, seperti yang diungkapakan Sorenson (2003, p. 36) “strongly suggest the effectivness of security measure”. Meskipun dilihat dari pandangan lain penerapan ini akan menimbulkan mental membentengi diri jika tidak dikoordinir dengan baik.
a. Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden 1) Polisi Tidur
Baerdasarkan observasi yang dilakukan di Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden, dimana tidak ditemukanya polisi tidur pada kawasan ini..
2) Pos Penjaga
Gambar 4.24 Pos Penjaga Sumber : Pribadi
Berdasarkan observasi yang dilakukan hanya terdapat satu pos penjaga pada komplek perumahan ini yang berada diantara gerbang masuk dan keluar.
Meskipun kawasannya yang terbilang tidak terlalu besar namun penulis berpendapat sebaiknya juga terdapat pos penjaga dibagian rawan, seperti pada area utara. Meskipun penjaga berpatroli disetiap malam ataupun siangnya namun penulis merasa keadaan ini masih cukup mengkhawatirkan.
3) Pesan-Pesan Pengingat
Seperti kebanyakan perumahan yanga ada, pada perumahan ini juga dicantumkan pesan-pesan pengingat, yaitu “Tamu wajib tinggalkan KTP tanpa terkecuali !!!”.
Gambar 4.25 Pesan-pesan pengingat Sumber : Pribadi
Analisis konsep Image and Milieu :
a) Strenght (Kekuatan)
Dengan adanya access control dari pos penjaga dapat mengurangi kemungkinan munculnya tindakan kejahatan
Dengan meninggalkan KTP atau identitas pengenal juga akan mengurangi kemungkinan munculnya tindakan kejahatan
Keberadaan petugas keamanan yang berpatroli disetiap malam meningkatkan rasa aman bagi penghuni
b) Weakness (Kelemahan)
Pos penjaga tidak memiliki kamar mandi sendiri, sehingga jika ada petugas yang ke kamar mandi bisa menyebabkan kelengahan penjaga yang lain sehingga dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung Tidaknya adanya log book (pencatatan pengunjung) yangmana akan
berguna untuk mengidentifikasi identitas pengunjung yang dirasa agak
mencurigakan, karena bisa saja yang berkunjung sedang melakukan survey untuk melakukan tindakan kejahatan
Tidak diterapkannya pengaplikasian polisi tidur mengakibatkan batas kecepatan di area perumahan tidak bisa diatur.
b. Perumahaan Taman Anggrek Setiabudi 1) Polisi Tidur
Berdasarkan observasi yang dilakukan di Perumahaan Taman Anggrek Setiabudi, penulis menemukan begitu banyak polisi tidur. Terdapt dua puluh enam polisi tidur pada perumahan ini. Namun sebaiknya poisi tidur diwarnai agar menjadi tanda bagi pengguna jalan.
Gambar 2.26 Polisi tidur Sumber : pribadi
2) Pos Penjaga
Berdasarkan observasi terdapat satu pos penjaga pada kawasan peruman ini, yang berada di gerbang masuk perumahan. Namun jika dilihat dari besar wilayah yang cukup luas sebaiknya diterapkan multi pos jaga agar dapat memantau setiap titik yang dicurigai merupakan lokasi yang mengkhawatirkan.
Gambar 4.27 Pos jaga Sumber : pribadi
3) Pesan-Pesan Pengingat
Pesan-pesan pengingat yang diterapkan pada perumahan ini adalah “Tamu wajib lapor 1 x 24 jam”.
Gambar 4.28 : Tanda-tanda pengingat Sumber : pribadi
Analisis konsep Image and Milieu :
a) Strenght (Kekuatan)
Pengaplikasian polisi tidur bisa mengatur kecematan di area perumahan.
Dengan adanya access control dari pos penjaga dapat mengurangi kemungkinan munculnya tindakan kejahatan.
Dengan meninggalkan KTP atau identitas pengenal juga akan mengurangi kemungkinan munculnya tindakan kejahatan.
Keberadaan petugas keamanan yang berpatroli disetiap malam meningkatkan rasa aman bagi penghuni.
b) Weakness (Kelemahan)
Pos penjaga tidak memiliki kamar mandi sendiri, sehingga jika ada petugas yang ke kamar mandi bisa menyebabkan kelengahan penjaga yang lain sehingga dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung Tidaknya adanya log book (pencatatan pengunjung) yangmana akan
berguna untuk mengecek identitas pengunjung yang dirasa agak mencurigakan, karena bisa saja yang berkunjung sedang melakukan survey untuk melakukan tindakan kejahatan
Polisi tidur yang tidak diwarnai bisa mengakibatkan kecelakaan pada pengunjung yang tidak mengetahuinya.
c. Perbandingan
Bedasarkan target hardening (pembentukan lingkungan yang terjaga), kedua perumahan telah memperlihatkan penerapan yang sesuai dengan teori yang ada. Perbedaaan terlihat pada penerapan polisi tidur dimana Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden tidak menerapkannya. Jika diperhatikan melalui akses kontrolnya, sepertinya kebutuhan akan polisi tidur pada Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden tidak menjadi prioritas karena akses kontrolnya yang tidak
begitu rumit. Berbeda dengan Perumahan Taman Anggrek, polisi tidur merupakan salah satu kebutuhan yang diprioritaskan unutk mengatur akses kontrolnya karena terdapat banyak persimpangan didalamnya.
Penerapan pembentukan lingkungan yang rapi dan bersih, pada kedua studi kasus memperlihatkan perbedaan yang cukup siknifikan. Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden memberikan gambaran bahwa quaity image merupakan salah satu kebutuhan primer. Sedangkan pada Perumahan Taman Anggrek Setiabudi tidak memperlihatkan gamabaran quality image yang terjaga.
4. Safe Area
Safe Area berhubungan pengadaan wilayah yang memungkinkan pengamatan dan pengawasan baik melaui masyarakat sekitar maupun aparat yang berwajib/satpam.
Crowe (2000) mengatakan bahwa peningkatan jumlah pedestrian dapat meningkatkan pengawasan dan pengamatan lingkungan sekitar dan bepotensi menghalangi tindak kejahatan. Safe Zone dapat diterapkan dengan membuat fasilitas yang terus digunakan oleh masyarakat secara terus menerus (Stephanie Mann dan M.C. Blakeman, 1993) dan dengan desain ruang publik yang tidak tertutupi. Namun untuk mencapai keadaan ini aspek territoriality, natural surveillance dan image and milieu harus terpenuhi (Crowe, 2000).
Gambar 4.29 Ilustrasi ruang yang digunakan secara terus-menerus Sumber : http://www.lisc.org/media/filer_pulic.pdf
Gambar 4.30 Visualisasi yang jelas Sumber : Panduan Pelaksanaan CPTED.pdf
a. Perumahan Villa Resort Masdulhak Garden
Gambar 4.31 Visualisasi yang tidak tertutupi Sumber : google Map
Gambar 4.29 memperlihatkan pola ruang yang mewakilkan visualisasi yang tidak tertutupi. Melalui pola ruang ini penghuni maupun petugas jaga dapat mengawasi area disekitarnya secara bebas dimanapun mereka berada. Selain itu dengan mewujudkan area dead zone juga memudahkan pengawasan dan pengamatan lingkungan sekitar, namun dengan adanya area dead zone ini bisa mengakibatkan permasalah sirkulasi.
Gambar 4.32 Area dead zone Sumber : google Map
Gambar 4.32 Area dead zone Sumber : google Map