• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. METODE PENELITIAN

3.7 Metode Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami dalam bentuk informasi yang lebih ringkas (Istijanto 2006). Analisis deskriptif pada penelitian melalui perhitungan rataan jawaban yang telah ditabulasi, baik pada variabel komunikasi yang efektif maupun kinerja. 2. Analisis PLS

Menurut Ghozali (2008), PLS merupakan pendekatan alternatif yang bergeser dari pendekatan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis kovarian menjadi berbasis varian. Dinyatakan oleh Wold dalam Ghozali (2008), metode ini merupakan metode yang sangat kuat, karena tidak didasarkan oleh banyak asumsi, data tidak harus terdistribusi dengan normal multivariat dan untuk bahan sampel tidak harus besar. Tujuan dari PLS adalah memprediksi suatu model dan mengkonfirmasi teori yang telah ada, tetapi bisa juga digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar peubah atau variabel laten. Pengolahan analisis PLS dalam penelitian ini menggunakan bantuan

software SmartPLS 2.0. Model PLS pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Model PLS

Berdasarkan Gambar 13, diketahui peubah-peubah yang mencerminkan komunikasi yang efektif terdiri dari 5 ukuran, yaitu pemahaman, kesenangan, sikap, hubungan dan tindakan. Peubah- peubah ini bersifat reflektif. Artinya penilaian terhadap pemahaman, kesenangan, sikap, hubungan dan tindakan mencerminkan komunikasi yang efektif. Peubah konstruk dan peubah indikator yang mencerminkan komunikasi yang efektif dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Indikator-indikator reflektif untuk konstruk-konstruk yang mencerminkan variabel komunikasi efektif

Peubah-peubah yang mencerminkan tingkat kinerja karyawan setelah dipengaruhi oleh komunikasi yang efektif terdiri dari kuantitas kerja, kualitas kerja, kejujuran, tanggung jawab, kehadiran, dan kerjasama. Peubah-peubah ini bersifat reflektif. Artinya penilaian terhadap kuantitas kerja, kualitas kerja, kejujuran, tanggung jawab, kehadiran, dan kerjasama mencerminkan tingkat kinerja setelah berkomunikasi secara efektif. Peubah konstruk dan peubah indikator yang mencerminkan kinerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 3.

Konstruk Kode Indikator Konstruk

Pemahaman (X1)

A1 Memahami intsruski secara lisan A2 Memahami instruksi secara tulisan A3 Memahami prosedur kerja secara lisan A4 Memahami prosedur kerja secara tulisan A5 Pemberian respon/umpan balik dari atasan A6 Pemahaman pesan dari rekan kerja

A7 Pemberian respon dari rekan kerja Kesenangan

(X2)

A8 Perasaan senang saat berkomunikasi dengan atasan

A9 Keadaan emosional saat atasan memberikan instruksi/perintah A10 Perasaan senang saat berkomunikasi dengan rekan kerja Sikap

(X3)

A11 Atasan mampu mempengaruhi perubahan sikap A12 Rekan kerja mampu mempengaruhi perubahan sikap

Hubungan (X4)

A13 Hubungan dengan atasan A14 Hubungan dengan rekan kerja

A15 Rasa percaya terhadap atasan menyangkut informasi pekerjaan A16 Rasa percaya terhadap atasan menyangkut informasi non

pekerjaan

A17 Rasa percaya terhadap rekan kerja menyangkut informasi pekerjaan

A18 Rasa percaya terhadap rekan kerja menyangkut informasi non pekerjaan

Tindakan (X5)

A19 Atasan mampu membangkitkan tindakan A20 Rekan kerja mampu membangkitkan tindakan

Tabel 3. Indikator-indikator reflektif untuk konstruk-konstruk yang mencerminkan variabel laten kinerja karyawan

Konstruk Kode Indikator Konstruk

Kuantitas Kerja

(Y1)

B1 Mampu menyelesaikan tugas sesuai target B2 Mampu meyelesaikan tugas melebihi target B3 Jumlah kesalahan dalam bekerja

B4 Jenis pemberian pelayanan dalam bekerja Kualitas

Kerja (Y2)

B5 Mampu menyelesaikan tugas dengan benar dan tepat B6 Mampu menyelesaikan tugas dengan teliti

B7 Kemampuan mengevaluasi tugas

B8 Mampu bekerja di atas standar kualitas perusahaan

Kejujuran (Y3)

B9 Melaporkan hasil kerja kepada atasan sesuai keadaan sebenarnya

B10 Berkata sesuai keadaan sebenarnya kepada rekan kerja B11 Berterus terang bila melakukan kesalahan

B12 Jujur ketika tidak memahami instruksi pekerjaan Tanggung

jawab (Y4)

B13 Mentaati peraturan perusahaan B14 Berani menanggung resiko

B15 Melempar kesalahan yang diperbuat kepada orang lain B16 Tetap bekerja, walaupun tidak ada atasan

B17 Memelihara peralatan dari kerusakan

Kehadiran (Y5)

B18 Datang bekerja sesuai jam kerja B19 Pulang bekerja sesuai jam kerja

B20 Tidak pulang walaupun sudah selesai bekerja karena jadwal kerja belum selesai

B21 Berhenti mengerjakan tugas pada waktu istirahat B22 Tidak pernah meninggalkan tugas

Kerjasama (Y6)

B23 Menghargai pendapat orang lain

B24 Meminta pendapat/ide kepada orang lain B25 Suka bekerja dalam satu tim kerja

B26 Senantiasa memberikan dorongan /semangat B27 Bekerja sama dapat meringankan beban kerja

Pada metode PLS dikenal 2 (dua) evaluasi model. Pertama model pengukuran atau outer model. Outer model adalah model pengukuran hubungan antara indikator dengan konstruk. Dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas dari masing-masing indikator. Pada model reflektif, kriteria validitas dan reliabilitas indikator diukur dengan convergent validity, discriminant validity dan composite reliability. Indikator dikatakan valid, jika memiliki nilai loading di atas 0,7. Namun untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran, nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup. Convergent validity dapat pula ditunjukkan oleh nilai Average Variance Extracted (AVE). Syarat untuk menjadi model yang baik adalah nilai AVE masing-masing konstruk lebih besar dari 0,5. Selain convergent validity, dilakukan juga pengujian discriminant validity.

Discriminant validity dinilai berdasarkan cross loading antara indikator terhadap konstruk. Nilai korelasi indikator terhadap konstruknya harus lebih besar dibandingkan nilai korelasi antara indikator dengan konstruk lainnya. Sementara reliabilitas konstruk diukur dengan composite reliability dan Cronbach Alpha. Konstruk dikatakan reliabel jika memiliki nilai composite reliability dan Cronbach Alpha di atas 0,70 (Ghozali 2008). Sementara untuk pengujian validitas model formatif dilakukan dengan melihat koefisien regresi dan signifikansi dari koefisien tersebut. Pada dasarnya konstruk formatif merupakan hubungan regresi dari indicator ke konstruk.

Kedua, model struktural atau inner model. Inner model menggambarkan hubungan antara peubah, atau variabel laten berdasarkan pada teori substantif. Model struktural dievaluasi dengan menggunakan R-square untuk konstruk dependen dari Uji-T untuk menentukan nyatanya koefisien parameter jalur struktural. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untuk menilai pengaruh peubah laten independen tertentu terhadap peubah laten dependen, apakah mempunyai pengaruh yang substantif.

Dokumen terkait