• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORETIK

C. Problematika dalam Membaca Al- Qur’an

4. Metode Belajar Membaca Al- Qur’an

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa “Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan”.45

Seiring dengan itu, Mahmud Yunus mengatakan “Metode adalah jalan yang hendak ditempuh oleh seseorang supaya sampai kepada tujuan tertentu, baik dalam lingkungan perusahaan, atau perniagaan, maupun dalam kupasan ilmu pengetahuan dan lainnya”.46

Jadi metode pembelajaran Al-Qur’an adalah suatu cara yang sistematis guna memudahkan guru untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan yaitu supaya siswa bisa atau kompeten membaca Al-Qur’an dengan lancar dan sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Pada saat masyarakat mulai merasakan kebutuhan akan belajar Al-Qur’an, maka para pakar sekaligus para pemerhati pembelajaran A-Qur’an melakukan upaya-upaya untuk mencari solusi agar belajar membaca Al-Qur’an menjadi lebih mudah dan diminati. Seiring dengan perkembangan zaman, sejak

44

Ibid…h. 84

45

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Ed. 2, cet ke-4, h. 652-653

46

pertengahan abad 19, banyak metode-metode pengajaran baca Al-Qur’an. Mulai dari yang dianggap klasik seperti al-baghdady, kemudian dilanjutkan dengan metode yang bernama qiro’ati, dan sebagainya. Metode-metode tersebut disusun secara sistematis dan diupayakan mencakup materi-materi yang dibutuhkan, terdiri dari beberapa jilid dan setiap jilid memiliki tahapan serta target kemampuan yang terencana.

Keberhasilan suatu program, terutama pengajaran dalam proses belajar mengajar tidak terlepas dari pemilihan metode. Pada sekarang ini begitu banyaknya metode belajar membaca Al-Qur’an yang digunakan, yang tujuannya untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Diantaranya yaitu:

a) Metode Al-Baghdady

Metode Baghdady berasal dari Baghdad Irak. Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah), maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan metode alif, ba’, ta’. Metode ini adalah metode yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di Indonesia.

Cara pembelajaran metode ini adalah:

- Hafalan

- Eja

- Modul

- Tidak variatif

- pemberian contoh yang absolut

b) Metode Hattaiyyah

Adalah suatu metode pengajaran membaca Al-Qur’an dengan pendekatan pengenalan huruf Arab, tanda baca melalui huruf latin.

c) Metode Al-Barqi

Metode ini sifatnya bukan mengajar namun mendorong, disini siswa dianggap telah memiliki persiapan dengan pengetahuan yang tersedia. Siswa membuka atau melihat peraga/papan tulis, tidak dalam keadaan kosong. Karena sudah punya kesiapan, maka siswa hanya membaca, memisah, memilih dan memandu sendiri.

Metode iqro’ ini disusun oleh Ustadz As’ad Human yang berdomisili di Yogyakarta. Metode Iqro’ adalah suatu metode membaca Al-Qur’an yang menekankan langsung pada latihan membaca. Adapun buku panduan iqro’ terdiri dari 6 jilid di mulai dari tingkat yang sederhana , tahap demi tahap sampai pada tingkatan yang sempurna.

Model pengajaran metode iqro’ yaitu, a) Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), guru tak lebih hanya sebagai penyimak, bukan penuntun bacaan, b) Privat, guru menyimak seorang dengan seorang, c) Asistensi, yaitu jika guru tidak mencukupi, murid yang mahir bisa turut membantu mengajar murid-murid yang lainnya.47

e) Metode Jibril

Metode ini ditemukan oleh KH. M. Bashori Alwi (dalam Taufiqur-Rohman) sebagai pencetus metode jibril, bahwa dasar metode jibril bermula dengan membaca satu ayat atau lanjutan ayat atau waqaf, lalu ditirukan oleh seluruh orang-orang yang mengaji. Sehingga mereka dapat menirukan bacaan guru dengan pas.

Istilah metode jibril yang digunakan sebagai nama dari pembelajaran Al-Qur’an yang diterapkan di Pendidikan Ilmu Al-Qur’an (PIQ) Singosari Malang, adalah dilatarbelakangi perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan Al-Qur’an yang telah diwahyukan melalui malaikat Jibril.

Dalam pelaksanaannya metode Jibril menempuh dua tahap, yaitu tahqiq dan

tartil.

1) Tahap tahqiq adalah pembelajaran Al-Qur’an dengan pelan dan mendasar.Tahap ini dimulai dengan pengenalan huruf dan suara, hingga kata dan kalimat. Tahap ini memperdalam artikulasi (pengucapan) terhadap sebuah huruf dengan tepat dan benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf.

2) Tahap tartil adalah pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan durasi sedang dan bahkan cepat sesuai dengan irama lagu. Tahap ini dimulai dengan pengenalan sebuah ayat atau beberapa ayat yang dibacakan guru, lalu ditirukan oleh para santri secara berulang-ulang. Disamping pendalaman artikulasi (pengucapan), dalam tahap tartil juga diperkenalkan praktek hukum-hukum ilmu tajwid seperti: bacaan mad, waqaf, dan ibtida’, hukum nun mati dan tanwin, hukum mim mati, dan sebagainya.48

f) Metode Qira’ati

Metode Qiro’ati disusun oleh Ustadz H. Dahlan Salim Zarkasy pada tahun 1986. Metode ini ialah membaca Al-Qur’an yang langsung memasukkan dan

47

Tombak Alam, Metode Membaca Menulis Al-Qur’an 5 Kali Pandai, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1995), .134

48

mempraktekkan bacaan tartil sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Dan dalam metode qira’ati ini telah mempunyai beberapa macam strategi, yaitu;

1. Strategi mengajar umum (global)

a. Individu atau privat yaitu santri bergiliran membaca satu persatu. b. Klasikal Individu yaitu sebagian waktu digunakan guru/ustadz untuk

menerangkan pokok pelajaran secara klasikal.

c. Klasikal baca simak yaitu strategi ini digunakan untuk mengajarkan membaca dan menyimak bacaan Al-Qur’an orang lain.

2. Strategi mengajar khusus (detil)

Dalam strategi ini mengajarkannya secara khusus atau detil. Dalam Strategi ini agar berjalan dengan baik maka perlu di perhatikan syarat-syaratnya. Dan strategi ini meng-ajarkannya secara khusus atau detil. Dalam mengajar-kan metode qiro’ati ada I sampai VI yaitu:

a. Jilid I

Ilid I adalah kunci keberhasilan dalam belajar membaca Al-Qur'an. Apabila Jilid I lancar pada jilid selanjutnya akan lancar pula, guru harus memperhatikan kecepatan santri.

b. Jilid II

Jilid II adalah lanjutan dari Jilid I yang disini telah terpenuhi target Jilid I.

c. Jilid III

Jilid III adalah setiap pokok bahasan lebih ditekankan pada bacaan panjang (huruf mad).

d. Jilid IV

Jilid ini merupakan kunci keberhasilan dalam bacaan tartil dan bertajwid.

e. Jilid V

Jilid V ini lanjutan dari Jilid IV. Disini diharapkan sudah harus mampu membaca dengan baik dan benar

f. Jilid VI

Jilid ini adalah jilid yang terakhir yang kemudian dilanjutkan dengan pelajaran Juz 27.49

Prinsip-prinsip pengajaran Al-Qur’an pada dasarnya bisa dilakukan dengan bermacam-macam metode. Pada umumnya metode-metode yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengajar membaca Al-Qur’an adalah Metode Musyafahah, ‘Ardul Qiro’ah (Sorogan), dan Metode Mengulang-ngulang Bacaan.

1. Metode Musyafahah (adu lidah), yaitu guru membaca terlebih dahulu, kemudian disusul oleh siswa. dengan metode ini, guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Siswa juga akan

49

dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya. Metode ini diterapkan oleh nabi SAW pada kalangan sahabat.

2. Metode „Ardul Qiro’ah (sorogan), yaitu siswa membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulullah SAW bersamaan dengan malaikat Jibril pada setiap tes bacaan Al-Qur’an di bulan Ramadhan.

3. Guru Mengulang-ngulang Bacaan (metode drill), sedangkan siswa menirukannya kata perkata, kalimat perkalimat juga secara berulang-ulang sehingga terampil dan benar.50

Dari ketiga metode ini, metode yang banyak diterapkan dikalangan siswa pada masa kini ialah metode kedua, karena dalam metode ini terdapat sisi positifnya yaitu, aktifnya murid dalam membaca atau dapat disebut juga dengan Cara belajar Siswa Aktif. Untuk tahap awal pembaca Al-Qur’an, yaitu proses pengenalan huruf-huruf hijaiyah kepada anak-anak pemula, maka metode yang tepat adalah metode yang pertama. Sehingga siswa mampu mengekspresikan bacaan huruf-huruf hijaiyah secara tepat dan benar. sedangkan metode ketiga cocok untuk mengajar siswa dalam menghafal Al-Qur’an.

H. Hafni Ladjid, menjelaskan bahwa tujuan unsur pokok Al-Qur’an lebih banyak menyangkut ranah cognitive dan psychomotor, seperti dalam membaca Al-Qur’an dengan benar dan baik sesuai dengan ilmu tajwid, menghafal, menerjemahkan dan mengartikan dan memahami isi kandungan ayat-ayat Al-Qur’an. Sehingga metode yang ditekankan adalah: Metode Drill (latihan), Metode Demonstrasi, Metode Ceramah, Metode Tanya jawab, dan Metode Resitasi.51

a. Metode Drill/Latihan

Metode Drill/latihan adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran dalam bentuk latihan-latihan khusus dalam rangka mengembangkan keterampilan tertentu dikalangan peserta didik. Penerapan metode ini adalah sebagai berikut:

50 Ahmad Syarifuddin, Mendidik Anak Membaca, Menulis dan Mencintai Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani, 2006), Cet ke-3, h. 81

51

Hafni Ladjid, Pengembangan Kurikulum Menuju Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: PT. Ciputat Pres Group, 2005, h. 32.

1. Dilakukan dalam KBM Individual/privat atau Klasikal kelompok privat, dan dapat dipadukan atau disertai metode ceramah, tanya jawab atau pemberian tugas.

2. Bahan pengajaran yang sesuai dengan metode latihan ini ialah pengajaran Iqro, Tadarus, Materi Hafalan, Ilmu Tajwid, Praktek Shalat, Tahsinul Khitabah dan sebagainya.52

b. Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah suatu cara penyampaian bahan untuk disaksikan dan ditiru oleh peserta didik. Penerapan metode ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dilakukan dalam KBM Klasikal maupun KBM Individual, dan dapat dipadukan atau disertai metode ceramah (dalam rangka penjelasan lisan), metode latihan atau metode pemberian tugas.

2. Bahan pengajaran yang sesuai dengan penggunaan metode ini adalah, Bacaan Iqro, Bacaan Tadarus, Ilmu Tajwid, dan sebagainya.53

c. Metode Ceramah

Metode ceramah adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran dalam bentuk penuturan atau penerangan lisan oleh guru terhadap peserta didik. Praktik penerapannya adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan pada saat KBM Klasikal awal, atau Klasikal akhir. Sebaiknya didukung oleh alat Bantu berupa gambar, bagan atau sketsa, alat peraga dan alat bantu lainnya.

2. Dapat divariasikan dengan kemasan seni BBM (Bermain, Bercerita dan Menyanyi) atau dipadukan dengan metode tanya jawab.

3. Bahan pengajarannya yang dapat disajikan dengan metode ceramah pada umumnya adalah bahan pengajaran yang menuntut pemahaman dan pembentukan sikap, seperti Materi Adab (Doa dan Adab Harian), Ilmu Tajwid, Pengajaran Shalat dan sebagainya.

d. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran melalui proses tanya jawab. Siapa yang bertanya dan siapa yang menjawab, hal ini perlu diatur dengan baik agar KBM berjalan efektif dan efisien. Penerapannya adalah sebagai berikut:

1. Metode ini dapat diterapkan pada saat individual atau pada saat pendekatan klasikal kelompok privat. Bisa juga pada klasikal akhir, sesuai situasi dan kondisinya, dan dapat digunakan untuk semua bahan pengajaran.

2. Pola interaksi tanya jawab dapat dilakukan dengan bervariasi:

52

U. Syamsudin MZ, Panduan Kurikulum dan Pengajaran Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (TKA) Taman Pendidikan Al-Al-Qur’an (TPA), (Jakarta: PT LPPTKA BKPRMI Pusat, 2006), Edisi Revisi, h. 60

53

 Guru bertanya dan siswa menjawabnya secara perorangan. Lalu guru memberi pengarahan atau pengembangan seperlunya. Atau,

 Siswa dirangsang untuk bertanya atau membuat pertanyaan.

Minat peserta didik untuk berani bertanya dan berani menjawab atau mengemukakan pendapatnya dapat dirangsang dengan pemberian “hadiah pujian” bagi anak yang berani tampil bertanya dan anak yang bisa memberi jawaban dengan benar. dan bilamana perlu disediakan hadiah khusus.

e. Metode Resitasi/Pemberian Tugas

Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyampaian bahan pengajaran dalam bentuk pemberian tugas tertentu dalam rangka mempercepat target pencapaian tujuan pengajaran dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Penerapan metode ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dilakukan pada saat KBM Klasikal kelompok privat. Tugas tersebut sewaktu-waktu dapat berupa PR, tugas ini diperuntukkan bagi siswa yang dinilai lambat dalam memenuhi target pencapaian pengajarannya.

2. pemberian tugas dapat berupa petunjuk lisan atau tertulis, misalnya berupa soal-soal yang harus dicari sendiri jawabannya, tugas menyalin bahan tulisan dan sebagainya.54

Dalam pembelajaran Al-Qur’an metode merupakan faktor dominan dalam

menentukan berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar. Oleh karena itu, pendidik diharapkan dapat memberikan metode yang cocok dan efektif dalam pengajaran Al-Qur’an agar tidak mengalami kesulitan dan dapat mencapai tujuan pengajaran dengan seefektif mungkin.

Metode dalam suatu pembelajaran mempunyai peranan sangat penting dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran. Keragaman atau banyaknya metode dalam pembelajaran tentulah bukan untuk membuat kita bingung dalam memutuskan pemilihan. Sebaliknya, justru dengan semakin banyaknya metode yang diangkat oleh para pakar pendidikan akan dapat lebih memudahkan kita sebagai pendidik dalam memilih metode yang tepat guna.

Dalam kegiatan belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode, tetapi guru sebaiknya menggunakan metode yang bervariasi agar jalannya pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian anak didik. Tetapi juga penggunanaan metode yang bervariasi tidak

54

akan menguntungkan kegiatan belajar mengajar bila penggunaannya tidak tepat dan sesuai dengan situasi dan kondisi psikologis anak didik.

D. Peran dan Tugas Guru PAI