• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran dan Tugas Guru PAI a.Pengertian Guru PAI a.Pengertian Guru PAI

LANDASAN TEORETIK

D. Peran dan Tugas Guru PAI a.Pengertian Guru PAI a.Pengertian Guru PAI

Dalam dunia pendidikan guru adalah sosok manusia yang mempunyai tanggung jawab berat dan besar, yaitu membawa siswanya pada suatu taraf kematangan tertentu. Guru merupakan salah satu faktor pendidikan yang sangat berperan, karena guru itulah yang akan bertanggung jawab dalam upaya membina dan membimbing perilaku anak didik guna pembentukan pribadinya, terlebih-lebih guru agama, karena mempuyai tanggung jawab terhadap pembinaan sikap siswa yang sesuai dengan ajaran agama Islam yang bertanggung jawab kepada Allah.

Menurut Undang-undang Sisdiknas, “Pendidik (guru) merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, memahami hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik perguruan tinggi”.55

Sedangkan guru atau pendidik menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati adalah “Orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasamani dan rohaninya agar mencapai kedewasaannya, mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosial dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri”.56

Selanjutnya pengertian pendidikan agama Islam menurut Aat Syafaat TB sebagaimana yang dikutip oleh Sahilun A. Nasir, yaitu:

55

Departemen Pendidikan Nasional, Undang-undang Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. Tamita Utama, 2004), h. 22.

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-2, h. 65.

56

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), Cet. Ke-2, h. 65.

Suatu usaha yang sistematis dan pragmatis dalam mendidik anak didik yang beragama Islam dengan cara sedemikian rupa, sehingga ajaran-ajaran Islam itu benar-benar dapat menjiwai, menjadi bagian yang integral dalam dirinya. Yakni, ajaran Islam itu benar-benar dipahami, diyakini kebenarannya, diamalkan menjadi pedoman hidupnya, menjadi pengontrol terhadap perbuatan, pemikiran dan sikap mental.

Lebih lanjut Aat Syafaat TB menjelaskan pendidikan agama Islam yaitu “Usaha yang berupa pengajaran, bimbingan dan asuhan terhadap anak agar kelak selesai pendidikannya dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam, serta menjadikannya sebagai jalan kehidupan baik pribadi maupun kehidupan masyarakat”.57

Sedangkan Prof. DR. Ramayulis merumuskan bahwa pendidikan agama Islam sebagai berikut, Pendidikan agama Islam yaitu upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani, bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al -Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran latihan, serta penggunaan pengalaman.58

Jadi dari beberapa pengertian di atas, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa guru pendidikan agama Islam ialah orang yang bertanggung jawab atau orang yang mempunyai tugas mengajar dan membimbing serta melatih siswa tentang pendidikan agama Islam dalam kehidupan sehari-hari baik bagi pribadi, masyarakat, bangsa dan Negara. Adapun guru agama Islam yang penulis maksud dalam pembahasan ini yaitu seseorang yang berprofesi sebagai pengajar sub bidang studi agama Islam di SMP Islam Al-Ikhlas Cipete Jakarta Selatan.

b. Peran Guru Agama

Seorang guru dalam melaksanakan aktivitas keguruannya memiliki banyak peran yang harus dilaksanakan. Diantaranya dalam kegiatan belajar mengajar

57

Aat Syafaat. Peranan Pendidikan Agama Islam dalam Mencegah Kenakalan Remaja

(Juvenile Delinquency), (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), Ed-I…h. 15-16.

58

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet. Ke-4, h. 21.

dimana seorang guru sangat memiliki pengaruh yang besar sekali terhadap keberhasilan kegiatan belajar mengajar, agar tujuan pendidikan dapat terwujud dengan baik.

Menurut Drs. M. Uzer Usman, peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah “Terciptanya tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa menjadi tujuannya”.59

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Uzer Usman, sebagai berikut:

1) Informator

Guru sebagai informator yaitu guru menjadi sumber informasi bagi murid baik dalam kegiatan akademik maupun umum.

2) Mediator dan Fasilitator

Guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan, karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.60

Lebih lanjut Sadirman A, M, dalam bukunya yang berjudul Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar menjelaskan bahwa “Guru sebagai fasilitator, yaitu guru memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses belajar mengajar. Misalnya dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif”.61

3) Directur

Yaitu guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai tujuan yang dicita-citakan.

59

Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), Cet. Ke-8, h. 4

60 Ibid…h. 9-10

61

Sadirman A, M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), Cet. Ke-11, h. 145

4) Demonstrator

Guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ini ilmu yang dimilikinya.

5) Motivator

Hendaknya guru berusaha untuk menimbulkan, memelihara dan meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Seiring dengan itu Uzer Usman menjelaskan ada empat hal yang dapat dilakukan guru dalam memberikan motivasi, yaitu:

1. Membangkitkan dorongan kepada siswa untuk belajar.

2. Menjelaskan secara konkrit kepada siswa apa yang dapat dilakukan pada akhir pengajaran.

3. Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai sehingga dapat merangsang prestasi yang lebih baik.

4. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.62

Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan peranan guru dalam proses belajar mengajar sebagai motivator yaitu “Guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar, dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah”.63

Sedangkan Dr. Wina Sanjaya, M.Pd, menjelaskan bahwa agar proses pengajaran menjadi optimal, maka peran guru diantaranya yaitu;

1) Guru sebagai Sumber Belajar

Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Bisa kita menilai baik atau tidaknya seseorang guru hanya dari penguasaan materi pelajaran.

2) Guru sebagai Fasilitator

Sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka. 3) Guru sebagai Pengelola

Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas guru juga dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa.

62 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…h. 11-12

63

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), Cet ke-I, h.

4) Guru sebagai Demonstrator

Peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan.

5) Guru sebagai Pembimbing

Guru sebagai pembimbing, yaitu guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.64

Sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran, ini berarti guru dituntut untuk mampu memberikan bimbingan belajar kepada siswanya. Tujuan bimbingan secara umum adalah membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar, sehingga setiap murid dapat belajar dengan efisien sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Untuk jelasnya tujuan pelayanan bimbingan belajar dirinci sebagai berikut: 1. Memberikan cara-cara belajar yang efisien dan efektif bagi seorang anak

atau kelompok anak.

2. Menunjukkan acara-cara mempelajari dan menggunakan buku pelajaran. 3. Memberikan informasi (sarana dan petunujuk) bagi yang memanfaatkan

perpustakaan.

4. Menunjukan cara-cara menghadapi kesulitan belajar dalam bidang studi tertentu.65

Siswa adalah individu yang unik. Keunikan itu dapat dilihat dari adanya perbedaan. Walaupun secara fisik mungkin memiliki kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka. Membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.

64

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: PT. Kencana, 2006), Ed- I, Cet ke-5, h. 21-26

65

Abu Ahmadi, Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), Cet ke-I, h. 105

6) Guru sebagai Motivator

Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif mengembangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu dengan cara:

a. Memperjelas tujuan yang ingin dicapai b. Membangkitkan minat siswa

c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar d. Berilah pujian yang wajar terhadapsetiap keberhasilan siswa e. Berikan penilaian

f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa g. Ciptakan persaingan dan kerja sama.66

Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi rendah bukan berarti oleh kemampuannya yang rendah tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Dengan demikian dapat dikatakan siswa yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi. 7) Guru sebagai Evaluator

Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Yang mempunyai fungsi untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum, dan untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.67

Sebagai seorang guru hendaknya harus memiliki kemampuan dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai siswa setelah melaksanakan proses belajar , dan dengan penilaian juga dapat memotivasi seorang guru untuk mengajar lebih maksimal lagi.

66

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan…h. 29 -30

c. Tugas Guru Agama

Salah satu faktor yang paling menentukan dalam proses pembelajaran di kelas adalah guru. Tugas guru yang paling utama adalah Mengajar dan mendidik. Sebagai pengajar guru merupakan peranan aktif (medium) antara peserta didik dengan ilmu pengetahuan. Secara umum dapat dikatakan bahwa tugas dan tanggungjawab yang harus dilaksanakan oleh guru adalah mengajak orang lain berbuat baik. Tugas tersebut identik dengan dakwah islamiyah yang bertujuan mengajak umat Islam untuk berbuat baik. Di dalam Al-Qur’an Ali Imran ayat 104 Allah berfirman:































Dan hendaklah di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung.”68

Guru agama tidak hanya bertugas melaksanakan pendidikan Agama dengan baik, akan tetapi guru agama juga harus bisa memperbaiki pendidikan agama yang terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga, dan pembinaan kembali terhadap pribadi anak.

Menurut Slameto dalam bukunya Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya menerangkan bahwa tugas guru adalah “a) mendidik dengan titik berat memberikan arah motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang, b) memberikan fasilitas pencapaian tujuan pengalaman belajar yang memadai, c) membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penguasaan diri”.69

Sedangkan menurut Heri Jauhari Muhtar dalam bukunya “Fiqih Pendidikan”, mengatakan bahwa secara umum tugas pendidik atau guru yaitu:

68

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Toha Putra, 1989), h. 93

69

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Memengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta 2003), Cet. Ke-4, h.97.

1) Mujaddid, yaitu sebagai pembaharu ilmu, baik dalam teori maupun praktek, sesuai dengan syariat Islam;

2) Mujtahid yaitu sebagai pemikir yang ulung; dan 3) Mujahid yaitu sebagai pejuang kebenaran.70

Sedangkan Uzer Usman menjelaskan beberapa tugas guru diantaranya: a. Tugas Propesional

Tugas profesianal yaitu tugas yang berkenaan dengan profesi tugas guru, yang meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Lebih lanjut ia menjelaskan mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan keterampilan-keterampilan pada siswa, dalam hal ini guru berprofesi untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik maka seorang guru hendaknya memahami segala aspek pribadi anak didiknya, baik segi jasmani maupun segi rohani. Guru hendaknya mengenal dan memahami tingkat perkembangan anak didik.71

Di samping memahami siswa, guru juga harus mengenal dan memahami dirinya, agar terhindar dari konflik yang berhubungan dengan tugasnya seperti frustasi dan ketidakmampuan menyesuaikan dirinya, sehingga ia dapat memahami dan membantu siswa dengan sebaik-baiknya.

b. Tugas Kemanusiaan

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswaanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar. Bila seorang guru dalam penampilannya sudah tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah ia tidak akan dapat menanamkan benih pengjarannya itu kepada para siswanya. Para siswa enggan menghadapi guru yang tidak menarik (rapih). Pelajaran tidak dapat diserap sehingga setiap lapisan masyarakat dapat mengerti bila menghadapi guru.Pelajaran tidak dapat serap sehingga

c. Tugas Kemasyarakatan

Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormmat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh pengetahuan. Ini berarti bahwa guru berkewajiban untuk mencerdaskan kemajuan masyarakat dan bangsa ini, dengan kata lain bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan pancasila.72

70

Heri Jauhari Muhtar, Fiqih Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Cet ke-I, h. 155

71 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional… h. 6

Adapun menurut Abu Ahmad, tugas professional guru agama adalah sebagai berikut:

1. Guru harus dapat menetapkan dan merumuskan tujuan instruksional dan target yan hendak dicapai.

2. Guru agama harus memilik pengetahuan yang cukup mengenai berbagai metode mengunakan dalam situasi yang sesuai.

3. Guru agama harus dapat memilih bahan dan mempergunakan alat-alat pembantu dan menciptakan kegiatan yang dilakukan anak didik dalam pengalaman kaifiyah pelajaran agama tersebut.

4. Guru agama harus dapat menetapkan cara-cara penilaian setiap hasil sesuai dengan target dan situasi yang khusus. Adapun yang dinilai adalah apa yang dilakukan anak didik setelah menerima pelajaran agama.73

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan walaupun pada dasarnya tugas pokok guru ada dua, yaitu medidik dan mengajar siswa di sekolah, tetapi untuk menciptakan pengajaran dan pendidikan yang lebih baik, seorang guru dituntut untuk professional dalam tugasnya seperti menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis serta memberi teladan yang baik kepada siswa maupun masyarakat disekitarnya dan sebagainya.

d. Peran Guru PAI dalam Mengatasi Kesulitan Membaca Al-Qur’an Kata peran atau role dalam kamus oxford dictionary diartikan: Actor’s part; one’s task or function. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.74 Sedangkan Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.75

Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga diharapkan

73

Abu Ahmad, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Bandung: Amrico,1986), h. 100.

74

The New Oxford Illustrated Dictionary, ( Oxford University Press, 1982), 1466.

75

menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pekerjaan tersebut.

Begitu pula seorang guru sangat berperan dalam mengatasi kesulitan siswa dalam membaca Al-Qur’an atau proses pembelajaran di sekolah, dengan adanya peran guru diharapkan dapat memberikan segala pengajaran dan pembinaan dengan pendidikan yang belum dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.

Peran yang dilakukan oleh guru PAI dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an di sekolah SMP Islam al-khlas diantaranya yaitu:

1. Memberikan bimbingan bagaimana cara melafazkan huruf-huruf hijaiyyah dengan benar sesuai dengan makharijul hurufnya.

2. Pembinaan dalam membaca Al-Qur’an, yaitu dengan cara menerapkan metode pengajaran sebagai berikut:

a) Metode Individu atau Privat

Metode ini dilakukan yaitu dengan cara siswa Al-Ma’arif satu persatu. Al-Ma’arif yaitu suatu kurikulum pembelajaran Al-Qur’an yang diajarkan di SMP Islam ini. Pembelajaran Al-Ma’arif memiliki 6 jilid, dengan rincian sebagai berikut:

Jilid I : Siswa belajar mengenal huruf-huruf hijaiyyah

Jilid II : Mengenal huruf sambung dan bacaan panjang pendek (mad thabi’i)

Jilid III : Mengenal huruf panjang pendek dengan 4-5 harakat (mad wajib, mad jaiz dan sebagainya)

Jilid IV : Mengenal hukum nun mati dan mim mati Jilid V : Mengenal mad ‘arid lissukun

Jilid VI : Praktek membaca juz ‘amma b) Metode Klasikal

Metode ini diterapkan pada sebagian waktu yang digunakan guru untuk menerangkan pokok pelajaran secara klasikal, yaitu menjelaskan ilmu tajwid dengan metode ceramah dan mengulang-ngulang hukum bacaan tajwid dengan benar.

c) Penerapan Ilmu Tajwid

Metode ini diterapkan oleh guru kepada siswa yang sudah lancar dalam membaca Al-Qur’an, yaitu dengan cara siswa membaca satu ayat kemudian dijabarkan hukum tajwidnya.

3. Mengevaluasi serta mementoring bacaan siswa

Setiap jam pelajaran Al-Qur’an siswa diwajibkan untuk membaca Al-Ma’arif satu per satu, kemudian guru menilainya dari segi tajwid, makhorijul huruf atau kefasihannya dan setiap siswa memiliki lembar mentoring baca Al-Qur’an yang telah di handle oleh 2 orang guru dalam 1 kelas.

4. Hafalan Juz „Amma

Hafalan juz „amma bertujuan melatih siswa agar dapat mengucapkan makhorijul huruf dan hukum bacaan tajwid dengan benar.76

76

Abdullah,Guru pelajaran Al-Qur’an SMP Islam Al-Ikhlas, Wawancara, Jakarta, 24/02/2011.

46 BAB III