• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode dan Teknik Yang Digunakan Guru Dalam Meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Analisis Tentang Baca Tulis Alquran

3. Metode dan Teknik Yang Digunakan Guru Dalam Meningkatkan

Membaca Alquran dalam kondisi-kondisi tertentu sama saja dengan membaca buku-buku biasa, perbedaan yang terlihat adalah tulisannya yang berbahasa Arab. Banyak orang yang membaca Alquran, terutama lebih mengutamakan seni membaca yang bersifat rekreatif semata.

Hasilnya sangat jauh berbeda dengan yang diinginkan Alquran, bahkan dapat bertentangan secara diametral dengan pesan-pesan sebenarnya.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, secara khusus bagi mereka yang menginginkan memperoleh pencerdasan Alquran.

Alquran adalah kitab suci yang berisikan firman Allah pencipta alam semesta ini dan Alquran sebagai mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad Saw yang mengandung kebesaran dan kehormatan tak terbandingkan, maka dari itu dalam membacanya harus diiringi dengan adab dan metode atau tata cara tertentu. (H. Soleh Muhammad Basalamah, 2007: 42).

Di dalam Alquran terdapat metode-metode membacanya, yaitu :

1. Membacanya diawali dengan istiadzah

Jika seseorang akan membaca Alquran, maka hendaklah membaca iztid‟zan (memohon perlindungan Allah Swt). Demikianlah pendapat mayoritas ulama. (Imam Nawawi, 1422 H/2001: 78)

2. Membacanya bersama nama Allah Swt, dalam perspektif Rabb yang menciptakan.

Dalam melakukan apapun, manusia akan selalu disertai setidaknya tiga “tokoh” yang senantiasa mengikutinya dalam berbagai kondisi yaitu Allah Swt, malaikat-malaikat, dan setan-setan. Masing-masing dari ketiga “tokoh” tersebut mempunyai pengaruh tersendiri.

Keikutsertaan Allah Swt dalam perspektif Rabb yang menciptakan akan menumbuhkan nuansa pembelajaran, perlindungan, dan pendidikan yang optimal. Sebagai sosok pencipta, Dia mengetahui persis mengenai manusia yang mempunyai potensi ingin serba mengetahui dan senantiasa ingin melakukan berbagai aktivitas. Hal ini akan berakibat sangat positif terhadap pemahaman dan pengamalan Alquran.

3. Membaca dengan tilawah dengan benar

Tilawah (kegiatan bersifat mukalisasi) sangat ditekankan, sebab unsur-unsur musik atau bahkan karya peracikan nada dan irama dengan kelembutannya, akan memudahkan meresapi sesuatu yang berkaitan dengan aspek hati manusia : mudah menyentuh dan menghanyutkan.

25

Begitu pula dengan musikalisasi Alquran, sebagai ungkapan verbalistik dan berkarakter spiritualitas Alquran yang sesungguhnya.

4. Membaca di waktu fajar dan membaca diakhir malam

Waktu fajar, sebagai saat-saat malam akan memasuki fase-fase terakhir, dimana manusia-manusia tengah menikmati lelapnya tidur dan mimpi-mimpi indah, membuat kekuatan energi pada saat itu hanya dapat dimanfaatkan oleh sedikit manusia, berlainan di waktu siang, dimana semua makhluk beraktivitas. Maka bagi mereka yang membaca dan melakukan pengkajian terhadap Alquran, akan sangat membantu dengan energi alamiah pada akhir malam dengan jumlah yang tersedia amat banyak.

5. Tidak tergesa-gesa dan disertai dengan berdo‟a

Tergesa-gesa dalam melakukan apapun tidak akan dapat dinikmati secara optimal dan memberikan hasil yang maksimal. Begitu pula dalam membaca dan mengkaji Alquran, perlu ketelitian, kehati-hatian, dan kecermatan.

6. Menelaah dalam perspektif wahyu

Agar Alquran benar-benar menjadi sumber pencerahan-pencerahan maka hendaknya melakukan penelahan dengan perspektif wahyu.

Artinya, ketika membaca Alquran, seakan-akan tengah terjadi dialog langsung dengan Allah Swt. Mencoba mengerti, memahami dan memasukkannya kedalam hati. Apabila hal-hal tersebut di atas

dilakukan dengan benar maka Alquran akan membentuk kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.

Dalam buku Pedoman Pengajian Alquran yang diterbitkan Departemen Agama, menyebutkan empat metode yang digunakan oleh sebagian guru dalam mengajarkan baca tulis Alquran, yaitu:

1. Metode Tarkibiyah (metode sintetik), yaitu metode pengajaran membaca dimulai dari mengenal huruf hijaiyyah. Kemudian diberi tanda baca/harakat, lalu disusun menjadi kalimat (kata), kemudian dirangkaikan dalam suatu jumlah (kalimat).

2. Metode Shautiyyah (metode bunyi), yaitu dimulai dengan bunyi huruf baca tulis, bukan nama-nama huruf contoh : Aa-Ba-Ta dan seterusnya.

Dari bunyi ini disusun menjadi satu kata yang kemudian menjadi kata atau kalimat yang teratur.

3. Metode Musyafahah (metode meniru), yaitu meniru dari mulut ke mulut atau mengikuti bacaan seorang guru, sampai hafal. Setelah itu, baru diperkenalkan beberapa buah huruf beserta tanda baca/harakat dari kata-kata atau kalimat yang dibacanya itu.

4. Metode Jaami‟ah (metode campuran), yaitu metode yang menggabungkan metode-metode tersebut di atas (1,2,3) dengan jalan mengambil kebaikan-kebaikannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi. (Departemen Agama RI, 1983: 10-12).

Disamping itu, ditemukan pula metode lain dalam literatur yang berbeda. Metode yang dimaksud yaitu :

27

Metode iqra‟, adalah metode belajar Alquran dengan menggunakan sistem :

1. Cara belajar siswa aktif (CBSA), guru sebagai penyimak saja 2. Privat, penyimakan secara seorang demi seorang

3. Asistensi, yaitu setiap santri yang lebih tinggi pelajarannya diharapkan membantu menyimak santri lain. (Khaeruddin, 2000:

160)

Metode terakhir yang disebutkan di atas (metode iqra‟) pada umumnya yang paling banyak digunakan di TPA/TPQ dalam proses pengajaran metode iqra‟ sangat sistematis dan para ustazh/ustazah lebih mudah menerapkan bahan pelajaran kepada para anak didik (santri) yang ada di Sulawesi Selatan.

Metode mengajar yang dapat digunakan guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Telah disediakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, metode pemberian tugas, dan lain-lain. Guru dapat memilih metode yang paling tepat ia gunakan antara lain:

1. Keadaan murid yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya.

2. Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode drill kurang tepat digunakan.

3. Situasi yang mencakup hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan.

4. Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan.

5. Kemampuan mengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian.

6. Bahan pengajaran dalam proses pembelajaran. (Ahmad Tafsir, 2004:

33-34).

Dalam mengembangkan tugas sebagai guru (ustazh/ustazah) selalu berusaha memperbaiki dan memperbarui metode atau cara kerjanya dalam mendidik sesuai dengan tuntutan zamannya.

Seseorang dikatakan profesional, bilamana pada dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement yang dilandasi oleh kesadaran yang tinggi bahwa tugas mendidik adalah menyiapkan generasi penerus yang akan hidup pada zamannya di masa depan. (Muhaimin, 2001: 44).

Dari pengertian profesional, bagaimana seorang guru (ustazh/ustazah) dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi anak didik (santri) dalam proses pembelajaran.

29 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang menggunakan riset lapangan (field research), yaitu mencari dan mengumpulkan informasi tentang masalah yang dibahas dari lapangan (tempat melakukan penelitian tersebut). Peneliti juga menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Deskripsi kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada yaitu keadaan gejala menurut apa adanya saat penelitian dilakukan. Kualitatif yaitu harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas.

Maka penelitian ini bermaksud untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, data-data, situasi-situasi atau kejadian dan karakteristik populasi, yaitu mengenai Peningkatan Baca Tulis Alquran di TPA Nurul Ihsan yang terfokus pada Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan di Kelurahan PAI Kec.Biringkanaya Kota Makassar.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Kelurahan PAI Kec. Biringkanaya Kota Makassar. Adapun yang menjadi alasan penetapan lokasi ini adalah

di samping masjid tersebut sebagai tempat ibadah di masyarakat sekitar juga tempat membina pengajian TPA. Adapun objek penelitian ini adalah para guru dan santri pada TPA Nurul Ihsan.

C. Variabel Penelitian

“Variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. (Suharsimi Arikunto, 2013: 160).

Skripsi ini berjudul “Peranan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan Dalam Meningkatkan Baca Tulis Alquran Di Kelurahan PAI Kec. Biringkanaya Kota Makassar”. Menyimak judul ini maka yang menjadi variabelnya adalah:

1. Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan, yang disimbolkan dengan variabel X (bebas).

2. Peningkatan Baca Tulis Alquran, yang disimbolkan dengan variabel Y (terikat).

D. Definisi Operasional Variabel

Maksud ditetapkannya definisi penelitian adalah agar proses penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan alur penelitian dan menghindari kesalah pahaman dalam memahami pembahasan lebih lanjut, maka peneliti akan menegaskan beberapa definisi operasional variabel sebagai berikut:

a. Taman Pendidikan Alquran adalah wadah Pendidikan yang mempunyai visi dan misi mengembangkan kemampuan umat Islam

31

dalam mengetahui dan meningkatkan pemahamannya tentang baca tulis aksara Alquran.

b. Meningkatkan baca tulis Alquran adalah suatu tingkat kemauan atau kecenderungan jiwa yang relatif menetap kepada diri seseorang dan biasanya disertai dengan perasaan senang untuk mengetahui baca tulis Alquran.

Dari beberapa uraian tersebut di atas, maka yang dimaksud dari judul di atas adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan baca tulis anak didik (santri) dalam membaca Alquran di TPA Nurul Ihsan.

E. Populasi Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. (Sugiono, 2013: 80)

Untuk lebih jelasnya, populasi dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel I : Populasi TPA Nurul Ihsan Kota Makassar

No. Objek Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Populasi Laki-laki Perempuan

1. Santri 26 33 59

2. Guru 4 - 4

Jumlah Populasi 30 33 63

Sumber data : TPA Nurul Ihsan Makassar 2015

Adapun nantinya dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh santri yang berada di TPA Nurul Ihsan Kelurahan PAI Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

2. Sampel

Penelitian ini digunakan kepada semua santri yang berada di Taman Pendidikan Alquran Nurul Ihsan Kelurahan PAI Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Seperti yang dikatakan Suharsimi Arikunto (2013: 173), seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Pada populasi, apabila subjeknya kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua. Selanjutnya jika subjeknya besar maka dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. (Arikunto, 1996: 120)

Untuk lebih jelasnya, sampel populasi dapat dilihat pada tabel berikut:

33

Tabel II : Sampel Populasi TPA Nurul Ihsan Kota Makassar

No. Objek Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Sampel Laki-laki Perempuan

1. Santri 26 33 59

2. Guru 4 - 4

Jumlah Sampel 30 33 63

Sumber data : TPA Nurul Ihsan Makassar 2015

Dalam melakukan penelitian, apabila jumlah populasi tidak mencapai 100, maka seluruh populasi harus diambil dan dijadikan sampel populasi.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menyaring informasi yang dapat menggambarkan variabel-variabel penelitian. Suatu instrumen harus teruji validitas dan realibilitasnya agar dapat memperoleh data yang valid dan reliabel pula. Adapun instrumen yang peneliti gunakan adalah:

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan instrumen angket, pedoman wawancara, dan catatan dokumentasi untuk mengetahui hasil dari peningkatan baca tulis Alquran di TPA Nurul Ihsan, maka digunakan instrumen penelitian sebagai berikut :

1. Pedoman Angket, adalah metode pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan tertulis dalam bentuk multiple choice

kepada informan untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian.

2. Pedoman Wawancara, adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab atau percakapan dengan informan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik dengan menggunakan daftar pertanyaan ataupun percakapan bebas yang berhubungan dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pedoman ini merupakan pedoman pembantu.

3. Catatan Dokumentasi merupakan alat yang digunakan untuk mencatat/mengumpulkan data dari beberapa dokumen. Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya barang-barang tertulis.

Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menggunakan instrumen catatan dokumentasi berupa keadaan, uztazh/uztazah, santri, gambaran umum TPA Nurul Ihsan, agenda kegiatan pengajian, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian ini.

G. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang dibutuhkan seperti menyiapkan proposal penelitian, menyusun instrumen penelitian, mengurus surat izin untuk penelitian kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

35

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian:

a. Library research, yaitu penelitian pustaka pada buku yang relavan dengan cara mengutip baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Field research, yaitu penelitian lapangan di TPA Nurul Ihsan Kelurahan PAI Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sebagai berikut:

1. Angket untuk memperoleh gambaran peningkatan baca tulis Alquran di TPA Nurul Ihsan Kelurahan PAI Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

2. Teknik Wawancara serta Dokumen untuk mengetahui peranan dalam meningkatkan baca tulis Alquran di TPA Nurul Ihsan Kelurahan PAI Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

Adapun tahap pelaksanaan yang dilakukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

1) Peneliti memberi penjelasan mengenai hal-hal yang perlu dilakukan antara lain agar santri mengerjakan instrumen dengan jujur dan sungguh-sungguh.

2) Mengatur santri sedemikian rupa agar tidak memungkinkan terjadinya kerja sama dalam mengerjakan instrumen.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang telah terkumpul dalam rangka menguji hipotesis dan sekaligus memperoleh suatu kesimpulan yang tepat maka diperlukan adanya teknik analisa data.

Adapun teknik analisa data yang digunakan adalah untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua yaitu untuk mengetahui peningkatan baca tulis Alquran, peneliti menggunakan rumus prosentase dimana data tersebut diperoleh melalui angket. Adapun rumus presentasi adalah sebagai berikut:

P = F

Nx100%

Ket: P = Angka prosentase

F = Frekuensi yang di cari prosentasenya N = Jumlah responden

37

BAB IV

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

1. Sejarah Singkat Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan Kelurahan Bulurokeng Kec. Biringkanaya Kota Makassar

Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan didirikan pada tanggal 04 Mei 2009, Taman Pendidikan Alquran ini berlokasi tepatnya di Jalan KHA.

Djabbar Assyiri Kelurahan Bulurokeng Kec. Biringkanaya Kota Makassar.

Sejak dimulainya proses belajar mengajar pada tahun 2009, Taman Pendidikan Alquran ini telah dipimpin oleh 5 orang kepala unit dengan berbagai kemajuan yang telah didapat dari masing-masing kepala unit yang memimpin.

2. Visi Dan Misi Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan a. Visi

Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan adalah pendidikan berwawasan lingkungan melalui metode pembelajaran Alquran yang efektif guna meningkatkan daya saing pengetahuan pengentasan baca tulis Alquran serta dalam upaya penghayatan dan pengamalan Alquran dalam kehidupan sehari-hari dan menciptakan generasi qurani dan santri yang memiliki akhlakul karimah.

37

b. Misi

Adapun misi Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan adalah sebagai berikut:

1) Mengusahakan santri dapat mengagumi dan mencintai Alquran.

2) Memacu peningkatan santri dalam membaca dan menulis Alquran dengan lancar dan benar.

3) Santri dapat menjalankan shalat lima waktu dan menguasai sejumlah hafalan surah pendek dan do’a harian.

4) Menciptakan santri yang memiliki akhlakul karimah serta memiliki ilmu pengetahuan dasar yang memadai.

B. Peranan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan Dalam Meningkatkan Baca Tulis Alquran Di Kelurahan PAI Kec.

Biringkanaya Kota Makassar

Setiap guru (ustazh/ustazah) menginginkan anak didik (santri) mampu membaca dan menulis Alquran dengan baik.Pada saat membaca anak sudah menerapkan secara praktis ilmu tajwid serta memahami isi kandungan surah-surah Alquran yang dipelajarinya.Kemampuan Santri Nurul Ihsan dalam baca tulis Alquran tidak lepas dari para guru (ustazh/ustazah) dan Pembina TPA yang berada di lingkungan TPA yang setia dan memberikan bimbingan.Arus globalisasi informasi melalui teknologi sesungguhnya menuntut diri sendiri untuk tidak terbatas lagi dengan adanya ruang dan waktu untuk bagaimana

39

meningkatkan kualitas diri yang harus seiring sejalan pola pembinaan pendidikan agama.Pembinaan keagamaan tentunya sangat dibutuhkan dalam kehidupan seseorang yang berimplikasi pada perkembangan kejiwaan dan pola interaksi sosial seorang anak didik (santri).

Dalam upaya mengembangkan pengetahuan masyarakat di bidang peningkatan pembacaan Alquran, lembaga pendidikan non formal cukup memberikan alternatif sebagai kebutuhan dasar dalam diri seseorang.Kemahiran seorang guru (ustazh/ustazah) dalam hal mengaji dan membimbing seorang anak didik (santri) menuntut kepercayaan besar atas para anak didik (santri) yang dilakukan melalui pembinaan non formal.

Fenomena demikian menuntut para orang tua untuk mengarahkan anak-anak mereka belajar membaca dan menulis Alquran sejak usia dini dan mempercayakan pembinaan keagamaan anak-anak mereka melalui Taman Pendidikan Alquran yang terkoordinir baik di masjid.

Dengan adanya Taman Pendidikan Alquran (TPA) dapat membantu anak yang ingin mempelajari Alquran dengan dilakukan Gerakan Bebas Buta Aksara Alquran dan sebagai wadah pembelajaran Alquran bagi anak sehingga membantu mengembangkan potensi anak ke arah pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan keagamaan berdasarkan tuntutan Alquran dan As-sunnah.

Dari hasil penelitian, Dg. Hj. Nini salah seorang wargamengungkapkan bahwa:

Sikedde-kedde injo anak-anakka mange angngaji labbi jaiyyangi mange kare’karena punna moteremi mae assikola, niami anne Taman Pendidikan Alquran erokku mingka bajina injo anak-anakka labbi na pentingngangi ngajiya kullei appilajara ngaji supaya labbi caraddeki naisseng agamayya. (wawancara, 20 Maret 2015 di Jl. Muh.Yunus) Dari uraian tersebut di atas, merupakan ungkapan seorang warga bahwa dengan adanya Taman Pendidikan Alquran (TPA) dapat membantu anak-anak membaca dan menulis Alquran, sehinga meningkatkan pengetahuan keagamaan.Dalam hal ini, hampir semua pihak dapat merasakan terlebih lagi bagi kalangan orang tua yang waktunya terbatas dalam memberikan pembelajaran Alquran terhadap anak-anak mereka.

Taman Pendidikan Alquran memotivasi perkembangan pembinaan keagamaan di Kelurahan PAI yaitu dengan adanya program pendidikan dan kegiatan guna memberikan dukungan nyata atas keputusan pemerintah tentang pentingnya pengetahuan pengentasan baca tulis Alquran serta dalam upaya penghayatan dan pengamalan Alquran dalam kehidupan sehari-hari.

Pada pembinaan keagamaan anak usia pendidikan dasar, apalagi dengan penguatan pada sektor pembinaan secara umum sangat mendukung aktivitas keagamaan hampir di semua masjid setiap saat. Dengan berbagai kegiatan keagamaan yang menjadikan para anak didik (santri) untuk dapat membaca, menulis dan memahami isi kandungan Alquran dan dasar-dasar

41

ajaran Agama Islam yang meliputi (aqidah, thaharah dan ibadah), memahami dasar ilmu pengetahuan umum serta dapat memahami dan mengamalkan akhlakul karimah.

Peranan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan Kelurahan PAI Kec. Biringkanaya Kota Makassar dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel III:Taman Pendidikan Alquran (TPA) Menjadi Faktor Pendukung Dalam Meningkatkan Baca Tulis Alquran

No Jawaban Frekuensi Presentase

1 Ya 49 83%

2 Kadang-kadang 10 17%

3 Tidak - -

Jumlah 59 100%

Tabulasi Angket No.1

Dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa peranan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan dalam meningkatkan baca tulis Alquran sangat mendukung, terbukti dari 59 responden yang menjawab

“Berperan” ada 49 orang santri atau 83% sedangkan yang menjawab

“Kurang Berperan” sebanyak 10 santri atau 17% santri dan yang menjawab

“Tidak Berperan” tidak ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa para santri merasa peranan Taman Pendidikan Alquran sangat membantu mereka

dalam baca tulis Alquran.Karena Taman Pendidikan Alquran memberikan bekal dasar bagi anak-anak (santri) sehingga mampu dan gemar membaca dan menulis Alquran.

Peranan Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan dalam meningkatkan baca tulis Alquran juga dapat dilihat pada hasil wawancara yang dilakukan peneliti.Berikut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Muh.

Syahrir Subair salah satu Guru TPA Nurul Ihsan mengungkapkan bahwa:

Peranan Taman Pendidikan Alquran adalah lembaga pengajaran Islam yang mengajarkan anak usia dini sehingga anak dapat mencintai dan membaca Alquran dengan lancar dan fasih serta menjadi anak yang sholeh dan sholehah. (wawancara,17 Maret 2015 di TPA Nurul Ihsan)

Tabel IV :Metode Tertentu Yang Diterapkan Guru Dalam Mempermudah Santri Baca Tulis Alquran

No Jawaban Frekuensi Presentase

1 Ya 59 100%

2 Kadang-kadang - -

3 Tidak - -

Jumlah 59 100%

Tabulasi Angket No.2

Dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa dari 59 responden, peneliti mengetahui bahwa 59 atau 100% responden menyatakan “Ya”, tidak

43

ada responden menyatakan “Tidak” dan tidak ada pula responden yang menyatakan “Biasa Saja” sehingga peneliti menyimpulkan bahwa di Taman Pendidikan Alquran Nurul Ihsan diterapkan metode tertentu dalam mempermudah santri baca tulis Alquran.

Tabel V :Taman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan Mewajibkan Santri Untuk Fasih Dalam Membaca Alquran

No Jawaban Frekuensi Presentase

1 Ya 59 100%

2 Tidak - -

3 Biasa Saja - -

Jumlah 59 100%

Tabulasi Angket No.3

Dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa dari 59 responden, peneliti mengetahui bahwa 59 atau 100% responden menyatakan “Ya”, tidak ada responden menyatakan “Tidak” dan tidak ada pula responden yang menyatakan “Biasa Saja” sehingga peneliti menyimpulkan bahwa di Taman Pendidikan Alquran Nurul Ihsan diwajibkan untuk fasih dalam membaca Alquran.

Tabel VI :Kemampuan Santri menulis Alquran Dengan Baik Dan Benar

No Jawaban Frekuensi Presentase

1 Sangat Mampu 53 90%

2 Mampu 4 7%

3 Tidak Mampu 2 3%

Jumlah 59 100%

Tabulasi Angket No.4

Berdasarkan tabel tersebut di atas, dari 59 responden, peneliti mengetahui bahwa 53 atau 90% responden menyatakan “Sangat mampu”

dan 4 atau 7% responden menyatakan “Mampu” serta 2 atau 3% responden yang menyatakan “Tidak mampu”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa santri mampu menulis Alquran dengan baik dan benar.

C. KualitasTaman Pendidikan Alquran (TPA) Nurul Ihsan Dalam Baca Tulis Alquran

Mempelajari dan memahami Alquran banyak manfaat yang didapat bagi masyarakat atau manusia, yang sekaligus menjadi kewajiban umat manusia untuk mempelajari Alquran.Alquran adalah kitab Allah yang memiliki daya mukjizat, tidak akan muncul kebatilan baik dari hadapan maupun dari belakangnya diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi maha terpuji.

Berbagai ayat dan surah, mengandung seluruh urusan di dunia dan akhirat,

45

menggabungkan kebahagiaan dunia dan akhirat, diturunkan sebagai

menggabungkan kebahagiaan dunia dan akhirat, diturunkan sebagai

Dokumen terkait