• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan-tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peranan Taman Pendidikan Alquran Nurul Ihsan dalam meningkatkan baca tulis Alquran di Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat dilakukan untuk menanggulangi hambatan pengajaran baca tulis Alquran di TPA Nurul Ihsan Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar .

3. Untuk mengetahui usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengajaran baca tulis Alquran di TPA Nurul Ihsan Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dalam penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk:

1. Menumbuh wawasan dan memperdalam Khasanah pengetahuan peneliti terutama sekitar pengetahuan tentang pembinaan dan pengajaran baca tulis Alquran pada TPA.

2. Dengan tulisan ini dapat memberikan kontribusi pemikiran baru untuk dijadikan sebagai bahan masukan bagi guru mengaji.

3. Menjadi bahan bacaan serta bahan rujukan terhadap penelitian serupa ditempat lain dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam.

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Peranan Taman Pendidikan Alquran 1. Pengertian Taman Pendidikan Alquran

Taman Pendidikan Alquran merupakan salah satu pendidikan luar sekolah yang mempunyai peranan sebagai mitra pemerintah dalam menyelenggarakan program-program pendidikan, khususnya dalam bidang keagamaan dan kegiatan guna memberikan dukungan nyata atas keputusan pemerintah tentang pentingnya pengetahuan pengentasan baca tulis Alquran, serta dalam upaya penghayatan dan pengamalan Alquran dalam kehidupan sehari-hari yang bersumber pada Alquran dan As-sunnah. (Warsidi Edi, 2006:32)

Dalam pengajaran Alquran pada TPA dibatasi dan disesuaikan dengan taraf perkembangan anak, yaitu usia 4-6 tahun dan usia 7-12 tahun.

TPA yaitu lembaga non formal tingkat dasar yang bertujuan memberikan bekal dasar kepada anak-anak usia 4-6 tahun dan usia 7-12 tahun agar menjadi generasi yang sholeh-sholehah, yang mampu dan gemar membaca, memahami dan mengamalkan Alquran dalam kehidupan sehari-hari. (M. Budianto, 2006:4)

Keberadaan TPA berdasarkan pada firman Allah (QS. at-Tahrim (66):6).

Terjemahnya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkanNya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.

(Departemen Agama RI, 2006: 560)

Dari ayat tersebut di atas, usaha untuk menjaga diri dan keluarga dari siksa api neraka adalah melalui pendidikan dan pengajaran Alquran.

Mempelajari, membaca, mengajarkan dan mengamalkan Alquran adalah suatu kewajiban bagi seluruh umat Islam.

2. Tujuan Taman Pendidikan Alquran 1.) Tujuan Taman Pendidikan Alquran

Taman Pendidikan Alquran sebagai lembaga pendidikan non-formal mempunyai tujuan kelembagaan sebagai berikut:

a. Membantu mengembangkan potensi anak kearah pembentukan sikap, pengetahuan dan keterampilan keagamaan, melalui pendekatan yang disesuaikan dengan lingkungan dan taraf pengembangan anak, berdasarkan tuntutan Alquran dan As-sunnah.

b. Mempersiapkan anak agar mampu mengembangkan sikap, pengetahuan dan keterampilan keagamaan yang telah dimilikinya melalui program-program pendidikan lanjutannya.

9

2). Tujuan Pengajaran Taman Pendidikan Alquran

Tujuan pengajaran TPA mempunyai persamaan dan perbedaan tertentu disesuaikan dengan taraf perkembangan daya serap dan pengalaman belajar pada masing-masing kelompok usia anak didik (santri) tersebut. Bahan pengajarannya sendiri disusun dalam bentuk paket pengajaran, yang terdiri dari paket pengajaran materi pokok (bacaan iqra‟, hafalan surah pendek, latihan praktek shalat) dan materi penunjang (doa dan adab harian).

Tujuan pengajaran Taman Pendidikan Alquran (TPA) yaitu:

1) Santri dapat mengagumi dan mencintai Alquran sebagai bacaan istimewa dan pedoman utama.

2) Santri dapat membaca Alquran dengan lancar dan fasih serta memahami hukum-hukum bacaannya berdasarkan kaidah ilmu tajwid.

3) Santri dapat mengerjakan shalat lima waktu dengan tata cara yang benar dan menyadari sebagai kewajiban sehari-hari.

4) Santri dapat menguasai sejumlah hafalan surah pendek dan do‟a harian.

5) Santri dapat mengembangkan perilaku sosial yang baik sesuai dengan tuntunan Islam.

6) Santri dapat menulis huruf Arab dengan baik dan benar.

(Syamsuddin MZ, 2004: 25)

3. Taman Pendidikan Alquran Wadah Pembelajaran Alquran Bagi Anak

a. Pengertian Pembelajaran Anak

Pembelajaran anak adalah bagaimana seorang anak kemudian mengelolah pesan yang diberikan guru (ustazh/ustazah) maupun orang tua sehingga menjadi tahapan-tahapan perubahan dalam diri anak,

pembelajaran ini bisa saja terjadi di lingkungan sekolah namun pembelajaran anak juga bisa terjadi dalam lingkungan keluarga.

“Belajar merupakan suatu perubahan yang relatif permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku yang merupakan hasil penguatan”. (Ahmad Tafsir, 2001: 60)

Dapat kita pahami ketika anak diinginkan berhasil dalam belajar, maka anak itu harus dibantu dengan penguatan (reinforcement) sehingga tujuan belajar dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan keluarga.

“Belajar adalah suatu proses adaptasi yang berlangsung progresif berdasarkan eksperimennya, kemudian akan menghasilkan sesuatu yang maksimal jika diberi penguat”. (Netty Hartati, 2004: 53)

Dapat disimpulkan bahwa tercapainya pembelajaran merupakan sebuah kesengajaan, keaktifan dan motivasi dari pihak guru (ustazh/ustazah) dan orang tua sehingga tercapailah kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam pembelajaran harus melibatkan pendidik (ustazh/ustazah) dan anak didik (santri) secara penuh dengan komunikasi dan pola pikir yang baik dan efektif dalam proses pembelajaran.

b. Faktor-faktor Psikologis Dalam Belajar Anak

Belajar adalah proses kegiatan untuk anak didik (santri). Adapun beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu : faktor intern (dari dalam) diri anak didik dan faktor ekstern (dari luar) diri anak didik.

11

Dengan adanya faktor psikologis dalam belajar akan memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar yang optimal, tanpa adanya faktor psikologis, bisa jadi memperlambat pembelajaran dan menambah kesulitan belajar anak.

Adapun beberapa faktor psikologis dalam belajar sebagai berikut : 1) Motivasi

Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya ada keinginan untuk belajar, keinginan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini meliputi:

a) Mengetahui apa yang akan dipelajari

b) Memahami mengapa hal itu patut dipelajari

Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inilah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar.

2) Konsentrasi

Konsentrasi dimaksudkan memusatkan segenap perhatian pada situasi belajar, di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan sehingga dalam menerima materi pembelajaran murid dapat meningkatkan pemahamannya.

3) Reaksi

Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis, sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya.

4) Organisasi

Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian-bagian bahan pelajaran kedalam suatu kesatuan pengertian.

5) Pemahaman

Dalam belajar unsur comprehension atau pamahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur-unsur psikologi yang lain, dengan motivasi, konsentrasi, dan reaksi subjek belajar dapat mengembangkan ide-ide atau skill.

6) Ulangan

Lupa merupakan sesuatu yang tercela dalam belajar, tetapi lupa adalah sifat umum manusia, sehingga dengan itu untuk mengatasi kelupaan diperlukan kegiatan “ulangan”. (Jalaluddin Rahmat, 2000: 10)

Dari kutipan di atas, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa faktor intern (dari dalam) dan faktor ekstern (dari luar) anak didik mempunyai dampak terhadap pembelajaran anak.

B. Analisis Tentang Baca Tulis Alquran 1. Pengertian Baca Tulis Alquran

Definisi merupakan langkah awal dalam membahas suatu masalah yang akan dikaji, demikian juga dengan qira‟at Alquran tanpa definisi orang tidak biasa mempelajari apalagi mendalaminya lebih jauh, oleh karena itu pada pembahasan ini akan dipaparkan definisi tentang Alquran baik di tinjau dari etimologi (lughawi) maupun terminologi (istilahi).

13

Qira‟at seakar kata dengan Alquran dari kata qoro’ah, qira‟ah adalah bentuk masdar (verbal noun) dari kata Qoro’ah juga yang berarti

“Baca‟an”. (M. Quraish Shihab, 2001: 99).

Sementara pengertian qira‟at dari segi istilah, berikut ini beberapa ulama memberikan pengertian qira‟at, antara lain:

“Qira‟at yaitu perbedaan lafadz Alquran, baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut seperti taklif, tasydid dan lain-lain”. (Badr al-din Muhammad al-Zarkasyi, T.Th: 318).

Pengertian qiraat dalam Abdul al-Azdim al-Zarqani adalah::

“Qira‟at yaitu suatu madzhab tertentu dalam cara pengucapan Alquran yang dianut oleh salah seorang imam qira‟at yang berbeda dengan madzhab lainnya”. (Manna‟ al-Qathan, T.Th: 170)

Suatu madzhab yang dianut oleh seorang imam qira‟at yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Alquran al-Karim serta sepakat riwayat-riwayat dan jalur-jalur dari padanya, baik perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf maupun dalam pengucapan keadaannya.

(Muhammad Abdul al-Azdim al-Zarqani, T.Th: 489)

“Qira‟at yakni pengetahuan tentang cara-cara melafalkan kalimat-kalimat Alquran dan perbedaannya dengan membangsakan pada penukilnya”.

(Ramli Abdul Wahid, 2002: 116).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan, bahwa Qira‟at Alquran dalam bahasan ini, yaitu suatu ilmu yang mengetahui cara pengucapan Alquran pada seorang imam Qira‟at. Baik secara fi’liyyat

maupun taqririyyat dan ada yang memiliki satu versi qira‟at dan ada juga memiliki beberapa versi qira‟at.

Pengertian baca disini adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003: 89).

Sedangkan tulis adalah huruf (angka) yang dibuat (disurat) dengan pena, bersurat yang sudah disetujui yang ada tulisannya.

(Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003: 1219)

Alquran merupakan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad adalah perintah untuk membaca, dan melalui membaca Allah mengajarkan manusia sesuatu atau pengetahuan yang tidak diketahuinya.

Aktivitas pendidikan sebagai transformasi nilai. (Achmadi, 2005: 25) Ilmu pengetahuan terkandung dalam (QS. al-„Alaq (96): 5)

 diketahuinya”. (Departemen Agama RI, 2006: 597)

Dalam perintah membaca tersebut mengandung arti bahwa dengan membaca manusia akan memperoleh ilmu pengetahuan.

Dalam proses membaca ada dua aspek yang saling berhubungan yaitu:

“Pembaca dan objek yang dibaca. Objek bacaan inilah yang kemudian akan menjadikan si pembaca memperoleh pengetahuan baru dari yang dibacanya itu”. (Munawiroh Maidar, 2007: 7)

15

Dalam kaitan ini objek bacaan adalah tulisan. Dalam hal membaca tulisan, seseorang harus mengenal terlebih dahulu lambang-lambang yang akan dibacanya yaitu dalam bentuk huruf-huruf. Huruf sebagai suatu lambang bunyi dalam suatu bahasa memiliki sistem karena ia dalam strukturnya menuruti kaidah-kaidah tertentu. Ditinjau dari sisi pelakunya, membaca merupakan salah satu dari kemampuan (penguasaan) bahasa seseorang. Kemampuan lainnya dalam berbahasa yaitu, kemampuan menyimak (mendengarkan), berbicara, dan menulis.

Alquran sebagai wahyu Allah Swt kepada Nabi Muhammad Saw berisi petunjuk bagi umat manusia dalam kehidupan untuk mencapai kebahagiaan hidup baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dan wahyu pertama yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw adalah perintah untuk membaca.

Alquran adalah Kitab Suci yang menjadi pedoman hidup umat Islam. Di dalamnya, terdapat petunjuk hidup yang berkaitan dengan hubungan vertikal individu dengan Tuhan maupun hubungan horisontal manusia. (Saiful Ishan, 2005: vii)

Alquran memang senantiasa menganjurkan manusia untuk membaca ayat-ayat Allah. Sebagaimana firman Allah Swt dalam (QS. al-An‟am (6): 155)

“Dan ini adalah kitab (Alquran) yang kami turunkan dengan penuh berkah. Ikutilah, dan bertakwalah agar kamu mendapat rahmat”.

(Departemen Agama RI, 2006: 128)

Ayat tersebut di atas, menunjukkan bahwa Alquran diberkahi, yang berisi berbagai petunjuk kebaikan untuk kepentingan manusia. Oleh karena itu, manusia diperintahkan agar mengikuti dan mempelajari Alquran supaya diberi rahmat dan petunjuk oleh Allah Swt di dunia maupun di akhirat kelak.

Alquran adalah sumber agama (juga ajaran) Islam pertama dan utama. Menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenarannya oleh penelitian ilmiah. Alquran adalah kitab suci yang memuat firman-firman (wahyu) Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh malaikat jibril kepada Nabi Muhammad sebagai Rasul Allah.

(Muhammad Daud, 2013: 93).

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibatasi bahwa Alquran kalam Allah yang mengandung kemukjizatan dan diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, sebagai pedoman hidup bagi umat Islam secara khusus dan pedoman umat manusia secara umum. Dengan batasan seperti ini, maka Alquran bukanlah kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya.

Karena itu, fungsi Alquran sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat manusia. Dengan ajaran Alquran, jika diamalkan akan menjamin kebahagiaan dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia ini dengan kebahagiaan di akhirat kelak.

17

2. Tujuan Pelaksanaan Pengajaran Baca Tulis Alquran

Alquran sebagai petunjuk jalan hidup bagi umat manusia menjadi penting untuk dibaca dan difahami isinya karena akan menuntun manusia ke arah jalan yang benar. Alquran tidak hanya sebagai petunjuk bagi suatu umat tertentu dan untuk periode waktu tertentu, melainkan menjadi petunjuk yang universal dan sepanjang waktu.

Alquran adalah eksis bagi umat manusia dan meliputi segala aspek kehidupan. Bahkan bagi seorang muslim yang membaca Alquran sekalipun masih dalam tingkat terbata-bata ia akan mendapat pahala.

Karena itu menjadi kewajiban setiap muslim untuk mengajarkan kepada anak-anaknya sedini mungkin untuk belajar membaca Alquran kemudian mempelajari isi kandungannya.

Umat Islam mengarahkan anak-anak mereka belajar membaca dan menulis Alquran sejak usia dini. (Achmadi, 2005: 25).

Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kitab suci, membacanya, menjadi petunjuk dan pengajaran bagi kehidupan dunia, menguatkan keimanan, mendorong berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran, mengharap ridha Allah Swt, menanamkan akhlak yang mulia melalui riwayat-riwayat yang terdapat dalam Alquran, menanamkan perasaan keagamaan bertambah dan untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Anak didik (santri) di dalam mencari nilai-nilai hidup, harus dapat bimbingan sepenuhnya dari pendidik, karena menurut ajaran Islam, saat

anak dilahirkan dalam keadaan lemah dan suci/fitrah berkewajiban menjaganya dengan cara memelihara kesucian lahir dan batin sedangkan alam sekitarnya akan memberi corak warna terhadap nilai hidup atas pendidikan agama anak didik (santri). Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam QS. ar-Rum (30): 30

Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah.

Tetapkanlah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah, itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Departemen Agama RI, 2006: 404)

Dari ayat tersebut di atas, jelaslah bahwa pada dasarnya anak itu telah membawa fitrah beragama, dan kemudian bergantung kepada para pendidiknya dalam mengembangkan fitrah itu sendiri sesuai dengan usia anak dalam pertumbuhannya.

Alquran adalah mukjizat Islam yang akan abadi sepanjang zaman, mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Alquran walaupun telah menghadirkan sejuta karya tulis dengan bahasa dan topik yang berbeda, namun ia tetap mengungkap keajaiban-keajaiban yang misterius sekaligus menjawab tantangan zaman sekarang dan dimasa mendatang.

Mencermati kehebatan, kemukjizatan dan keagungan Alquran dari berbagai sisi, tentu ini akan menyadarkan manusia, bahwa ini bukanlah

19

hasil karya manusia, malaikat atau makhluk lain namun semata ciptaan Allah Swt, pencipta langit dan bumi dan beserta isinya. Allah menurunkannya untuk membebaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan di atas, maka upaya yang harus kita lakukan adalah membaca dan menjadikannya sebagai wirid harian, mentadabburi dan menghayati isi kandungannya, mengamalkan ajaran-ajarannya, mendakwahkannya, memasyarakatkan di tengah umat dan menghafal ayat-ayatnya dengan tujuan untuk mendapatkan ridha, pahala, magfirah dan rahmat dari Allah Swt.

Allah Swt dan Rasul-Nya memerintahkan untuk membaca serta memahami Alquran agar pembaca mengetahui prinsip-prinsip pembinaan yang terkandung didalamnya dan dapat menuntun hidupnya dalam semua aspek sesuai dengan prinsip-prinsip didalamnya. Tujuan dari semua itu adalah keselamatan dunia dan akhirat, oleh karena itu tujuan pembacaan Alquran adalah sesuai dengan satu-satunya tujuan keselamatan dari Allah Swt. Hal itu ditekankan dalam QS. an-Naml (27): 92

 barang siapa mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia mendapat petunjuk untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat, maka katakanlah „sesungguhnya Aku‟ ini hanyalah salah seorang pemberi nasehat. (Departemen Agama RI, 2006: 605)

Alquran al-Karim adalah kitab Allah yang memiliki daya mukjizat, tidak akan muncul kebatilan baik dari hadapan maupun dari belakangnya diturunkan dari zat yang maha bijaksana lagi maha terpuji. Berbagai ayat dan surah, mengandung seluruh urusan di dunia dan akhirat, menggabungkan kebahagiaan dunia dan akhirat, diturunkan sebagai petunjuk dan cahaya bagi seluruh manusia. Alquran mengubah komunitas manusia dari abad hitam pekat yang merajalela berbagai landasan thaghut, penyembahan kepada thaghut, mengalirkan darah orang tanpa bersalah, merampas harta dan kehormatan, menjadi komunitas kehidupan yang penuh rasa ridha, rasa aman, tenang, tenteram dan peradaban yang mengantar menuju kebahagiaan individu, masyarakat, bangsa dan segenap manusia. (Irwan Raihan, 2005: 479)

Alquran merupakan pedoman dan petunjuk bagi umat Islam dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana menuju kehidupan akhirat yang kekal. Banyak umat Islam yang lalai bahkan lupa menjadikan Alquran sebagai tuntunan sehingga mereka hidup dalam kegelisahan, kebimbangan yang penuh dengan kemaksiatan. Untuk mengembalikan manusia pada jalan yang diridhai Allah, maka pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam Alquran harus menjadi tolak ukur dalam kehidupan.

Dengan menyadari pentingnya pemahaman terhadap Alquran, maka diperlukan langkah-langkah yang nyata guna untuk mewujudkannya. Langkah pertama adalah memasyarakatkan Alquran melalui pengembangan tilawah Alquran. Melalui pengembangan tilawah

21

Alquran, maka kualitas membaca Alquran bagi anak didik (santri) dapat ditingkatkan. Setelah memiliki kualitas membaca Alquran dituntut untuk memahami dan menghayati yang bertujuan pada pengamalan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah kedua adalah menciptakan metode Alquran dengan cepat dan tepat.

Pada munas LPTQ V menghasilkan kemufakatan pentingnya Pengembangan dan memantapkan upaya dalam memasyarakatkan Alquran sesuai dengan tujuan LPTQ, yaitu menghayati dan mengamalkan Alquran dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

Selanjutnya Menteri Agama (H. Munawir Sjadzali) menegaskan bahwa MTQ adalah tujuan TPA, sebagai tujuan utamanya adalah agar anak lebih mendalami ajaran yang terkandung dalam Alquran.

(Tim penyusun LPTQ, 1994: 132)

Tujuan LPTQ secara garis besar sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan MTQ, baik di tingkat nasional maupun daerah.

2. Menyelenggarakan pembinaan tilawah (baca dan lagu), tahfidz (hafalan), khat (tulisan indah), puitisasi dan pameran Alquran.

3. Meningkatkan pemahaman Alquran, penterjemahan, penafsiran, pengkajian dan klasifikasi ayat-ayat Alquran.

4. Meningkatkan penghayatan dan pengamatan Alquran dalam kehidupan sehari-hari. (Tim penyusun LPTQ, 1994: 61)

Tujuan pengajaran baca tulis Alquran mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:

a. Mengakhiri usaha b. Mengarahkan usaha

c. Merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan yang lain d. Memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha itu

Sebagaimana telah dicantumkan dengan jelas tujuan yang ingin dicapai dari program bebas buta aksara Alquran, yaitu:

a. Membebaskan murid atau siswa sekolah binaan yang beragama Islam dari buta aksara (baca tulis Alquran)

b. Menyadarkan murid atau siswa sekolah binaan yang beragama Islam taat beribadah, terutama shalat lima waktu sesuai ajaran Islam.

(Ahmad D. Marimba, 1962: 45-46)

Melalui tujuan program tersebut, maka Pemerintah Daerah berupaya melahirkan perda No. 06 Thn. 2003, tentang pandai baca tulis Alquran bagi siswa dan calon pengantin dengan menunjuk pasal 1 yaitu:

a. Mampu membaca tulis Alquran dengan baik dan benar serta terbiasa membaca dan mencintai Alquran dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

b. Mampu memahami dan menghafal ayat-ayat Alquran untuk bacaan shalat sekaligus dalam rangka memakmurkan dan mencintai mesjid, mushallah dan serta dapat menjadi imam yang baik dalam shalat. (H.

A. Mahrus Andis, Patabai Pabokor, 2005: 156-157).

Pemerintah daerah menetapkan kebijakan terhadap bagi pemeluk agama Islam pandai baca tulis Alquran untuk:

a. Calon siswa SLTP, SLTA dan Mahasiswa Perguruan Tinggi b. Mata pelajaran Alquran sebagai muatan lokal di SD dan SMP

c. Melakukan pemantauan terhadap kualitas baca tulis Alquran bagi siswa baru di tingkat SLTP dan SMA / SMK

Dalam Departemen Depdikbud Propinsi Sulawesi Selatan, (1998:1) sebagai berikut:

a. Membebaskan murid atau siswa SD, SMTP / SMTA dari buta aksara Alquran.

b. Meminimalisir murid SD, SMTP / SMTA se-Sulawesi Selatan khususnya murid SD, SMTP / SMTA se-Sulawesi Selatan.

c. Meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan isi kandungan Alquran.

Dengan keseluruhan uraian tersebut di atas, dimaksudkan melalui pelaksanaan pengajaran baca tulis Alquran dalam pengembangan baca tulis Alquran adalah melihat dilaksanakannya Taman Pendidikan Alquran

23

(TPA) maka akan memberikan motivasi kepada anak didik (santri) pada umumnya dan para orang tua pada khususnya untuk memberi pendidikan dalam meningkatkan kualitas baca tulis Alquran pada anaknya. Dengan adanya TPA ini pula, untuk mengantisipasi kemampuan baca tulis Alquran bagi anak-anak sekolah agar anak yang telah belajar baca tulis Alquran tidak hanya sekedar tahu membaca dan menulis, namun juga mampu membaca dengan tajwid dan suara yang indah serta menulis dengan tulisan indah.

3. Metode Dan Teknik Yang Digunakan Guru Dalam Meningkatkan Baca Tulis Al-Qur’an

Membaca Alquran dalam kondisi-kondisi tertentu sama saja dengan membaca buku-buku biasa, perbedaan yang terlihat adalah tulisannya yang berbahasa Arab. Banyak orang yang membaca Alquran, terutama lebih mengutamakan seni membaca yang bersifat rekreatif semata.

Hasilnya sangat jauh berbeda dengan yang diinginkan Alquran, bahkan dapat bertentangan secara diametral dengan pesan-pesan sebenarnya.

Untuk mencegah terjadinya hal tersebut, secara khusus bagi mereka yang menginginkan memperoleh pencerdasan Alquran.

Alquran adalah kitab suci yang berisikan firman Allah pencipta alam semesta ini dan Alquran sebagai mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad Saw yang mengandung kebesaran dan kehormatan tak terbandingkan, maka dari itu dalam membacanya harus diiringi dengan adab dan metode atau tata cara tertentu. (H. Soleh Muhammad Basalamah, 2007: 42).

Di dalam Alquran terdapat metode-metode membacanya, yaitu :

1. Membacanya diawali dengan istiadzah

Jika seseorang akan membaca Alquran, maka hendaklah membaca iztid‟zan (memohon perlindungan Allah Swt). Demikianlah pendapat mayoritas ulama. (Imam Nawawi, 1422 H/2001: 78)

2. Membacanya bersama nama Allah Swt, dalam perspektif Rabb yang menciptakan.

Dalam melakukan apapun, manusia akan selalu disertai setidaknya tiga “tokoh” yang senantiasa mengikutinya dalam berbagai kondisi

Dalam melakukan apapun, manusia akan selalu disertai setidaknya tiga “tokoh” yang senantiasa mengikutinya dalam berbagai kondisi

Dokumen terkait