Metode debat plus ini merupakan metode debat yang diadopsi dari sistem
debat Australasia parliamentari (Australasian parliamentary Debate) milik Simon
metode pembelajaran dimana seluruh siswa diharuskan untuk tampil aktif dan
cepat dalam mencerna, menyikapi, kemudian merespon/bersikap dengan
menyampaikan pendapat/pemikirannya berdasarkan pengetahuan, pemahaman
dan pengalaman mereka selama ini terhadap suatu fenomena/permasalahan aktual
yang sedang terjadi disekitarnya.
Penggunaan kata plus dimaksudkan untuk menyampaikan pesan adanya
modifikasi terhadap metode ini sehingga siswa diajak belajar sambil bermain
dengan berbagai permainan (games). Adapun untuk tema debat akan dipilihkan
tema yang terkait dengan topik materi yang dipelajari pada saat itu, tema dari
kejadian/fenomena aktual yang menantang namun tidak asing.
Metode Debat Plus tersebut juga sangat fleksibel mengingat guru sangat
mungkin untuk menambah, menyederhanakan serta mengembangkan lagi sesuai
kebutuhan, kondisi serta tujuan penelitian sendiri. Melalui jurnal Guru dan jurnal
siswa dapat dilihat distribusi keaktifan, keterampilan, kemampuan para siswa,
serta pesan dan kesan siswa terkait dengan metode debat.
Semua hal tersebut tentunya untuk menghidupkan suasana belajar siswa.
Diharapkan dengan kondisi yang menyenangkan tersebut motivasi siswa akan
meningkat dari awal sampai akhir pelajaran, sehingga akan memberikan efek
berganda seperti bertambah mudahnya siswa dalam memahami konsep tanpa
terasa seolah terdoktrinasi serta meningkatkan kemampuan menghubungkan
berbagai variabel konsep dengan kondisi riel yang terjadi di lapangan. Semua itu
Disinilah guru dituntut untuk merancang metode pembelajaran yang selain
mampu mengembangkan kompetensi ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik
juga metode itu harus berpusat pada siswa, menyenangkan, mudah diterapkan,
tidak membutuhkan waktu panjang & berbagai peralatan serta tidak membutuhkan
biaya tinggi
Ada dua hal yang berkaitan dengan metode debat plus, yaitu pengertian
dan berbagai aktivitas dalam metode debat plus.
Istilah debat berasal dari bahasa Inggris, yaitu debate. Istilah tersebut
identik dengan istilah sawala yang berasal dari bahasa Kawi yang berarti
berpegang teguh pada argumen tertentu dalam strategi bertengkar atau beradu
pendapat untuk saling mengalahkan atau memenangkan lidah. Jadi, definisi debat
sendiri adalah suatu cara untuk menyampaikan ide secara logika dalam bentuk
argumen disertai bukti–bukti yang mendukung kasus dari masing–masing pihak
yang berdebat.
Debat plus dilakukan dengan cara berkelompok, yaitu ada dua pihak yang
di sini masing–masing memegang peranan sebagai pihak positif dan negatif.
Selain itu, mereka mencoba mempertahankan argumen mereka dengan di dukung
oleh bukti–bukti serta fakta–fakta yang mendukung kasus mereka, namun terlebih
dahulu sebelum mereka melakukan hal tersebut kedua belah pihak harus
memberikan suatu parameter yang jelas mengenai kasus (motion) mereka atau
memberikan suatu definisi yang menjelaskan kemana arah dari kasus
(1) Tujuan debat plus
Tujuan dari debat plus adalah upaya kedua belah pihak yang mencoba
membangun suatu kasus dengan didukung oleh argumen–argumen yang
mendukung kasus mereka di mana cara membuat satu argumen yang baik dan
benar adalah suatu argumen selalu berdasarkan pada pertanyaan–pertanyaan dasar
berupa; Apa (What),Mengapa (Why), Bagaimana (How), dan Kesimpulannya (So
What is the conclusion). Dalam debat plus diperlukan kemampuan berbahasa yang
baik dan benar. (Hubert, 2008: 2). Aspek-aspek linguistik keterampilan berbicara
bahasa Inggris menjadi target utama dalam debat plus ini. Berbeda dengan debat
pada umumnya yang lebih menekankan pada analogi pola pikir yang benar
mengenai pengetahuan pengetahuan umum atau kasus – kasus yang sedang terjadi
di dalam masyarakat dan lebih menekankan pada metode dan aturan-aturan dalam
debat. Dalam debat plus, diperlukan pula kemampuan merespon suatu masalah
dikarenakan di sini terjadi adanya suatu proses saling mempertahankan pendapat
antara kedua belah pihak. Di dalam debat plus dilarang menyangkutpautkan suku,
agama, ras, dan adat, disebabkan di dalam debat plus sendiri kita masih
menggunakan etika sebagai seorang manusia untuk berpendapat.
(2) Topik debat plus
Topik debat plus, atau yang biasa disebut motion, adalah suatu
permasalahan umum yang terjadi di dalam masyarakat dan diketahui secara global
terdapat dalam buku panduan yang dipakai guru dan siswa sesuai dengan silabus
pembelajaran yang digunakan.
(3) Langkah-langkah debat plus
Di dalam melakukan debat plus ada langkah – langkah yang harus
ditempuh di dalam aplikasinya, adapun langkah – langkahnya adalah sebagai
berikut:
(a) Guru menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran
(b) Siswa mendengarkan penjelasan singkat guru tentang materi yang dipelajari
dan materi yang akan didiskusikan melalui perdebatan. Guru telah
menyampaikan tindakan yang akan diujicobakan pada pertemuan minggu
kemarin agar kegiatan belajar mengajar tidak terganggu serta berjalan wajar.
(c) Guru menyampaikan aturan main (rule of game) serta semua hal, tahapan atau
langkah yang harus dilaksanakan dalam kegiatan perdebatan nanti, termasuk
perbedaan- perbedaan Debat Plus dengan debat secara umum.
(d) Guru membagi 2 (dua) kelompok siswa yang saling berhadapan, yakni pro
(setuju) dan pihak kontra (tidak setuju) dengan jumlah anggota yang sama
melalui game tak tik tuk tok untuk menentukan anggota kelompok.
(e) Melalui Game ini siswa disuruh membentuk lingkaran/segi empat
(disesuaikan space ruang) kemudian seluruh siswa diharuskan mengucapkan
kata TAK TIK TUK TOK secara bergantian. Siswa yang mengucapkan kata
sedangkan siswa yang mengucapkan kata TIK 1 kelompok dengan siswa yang
mengucapkan TOK.
(f) Guru mengingatkan kembali cara–cara berkomunikasi dan berpendapat yang
efektif dan benar serta poin–poin utama yang harus siswa pegang dari kegiatan
Debat Plus.
(g) Setelah itu guru menunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara/
menyampaikan pemikirannya kemudian ditanggapi/dibahas oleh kelompok
yang kontra, demikian seterusnya sampai diharapkan seluruh siswa bisa
mengemukakan pendapatnya.
(h) Sementara siswa menyampaikan gagasannya guru menulis pointer/inti ide–ide
dari setiap siswa di lembar/catatan guru yang ditempel di tembok, baik yang
pro ataupun yang kontra. Dari catatan ini guru dapat melihat distribusi siswa
yang aktif dan yang kurang/tidak aktif.
(i) Untuk mempermudah proses pencatatan ide dan nama–nama siswa selama
perdebatan berlangsung guru memberikan semacam Kartu pengenal bernomor
yang berbeda warna pada 2 kelompok tersebut.
(j) Guru melaksanakan kegiatan Debat dengan 2 tema, namun per 1 (satu) tema
selesai guru harus memberikan arahan, penjelasan/tambahan konsep,
(k) Kriteria penilaian pemenang Debat berasal dari “kekompakan kelompok”
(kecepatan dalam memberikan tanggapan) sebelum batas waktu yang
ditentukan serta “distribusi keaktifan” dari kelompok tersebut.
(l) Setelah sesi pertama selesai, guru melanjutkan kegiatan Debat kembali dengan
tema selanjutnya.
(m) Saat Debat berlangsung guru harus memberikan batasan waktu melalui
ketukan (misal 5 ketukan) untuk mempersilahkan kelompok lain untuk
memberikan tanggapan. Apabila setelah batasan waktu (misal 5 ketukan) telah
terlewati dan suatu kelompok yang mendapat giliran untuk memberikan
tanggapan belum/tidak bisa memberikan tanggapan, maka kelompok tersebut
dinyatakan kalah.
(n) Kemudian jika perdebatan berlangsung imbang (dua kelompok sama – sama
mampu memberikan tanggapan), maka melalui lembar/catatan, guru akan bisa
melihat distribusi keaktifan siswa dan menentukan kelompok mana yang paling
merata keaktifannya dan kelompok mana yang masih didominasi oleh siswa –
siswa tertentu.
(o) Dari data – data di lembar catatan guru yang ditempel didepan tersebut, guru
bisa mengajak siswa membuat kesimpulan/rangkuman yang mengacu pada
topik/materi yang ingin dicapai dan dikumpulkan pada guru.