• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Tinjauan Pustaka

9. Metode Eksperimen

Seperti halnya dengan metode demonstrasi, metode eksperimen dapat dilakukan oleh guru dan dapat pula dikerjakan oleh murid. Metode ini merupakan metode yang mengikuti cara – cara berfikir ilmiah karena dilakukan dengan melalui jenjang – jenjang kegiatan yang sudah dipersiapkan sebelumnya di dalam mencoba mengetahui atau membuktikan sesuatu. Metode ini sebenarnya juga merupakan metode yang mengikuti cara – cara ilmiah yang ditempuh manusia dalam penjelajahan untuk memahami dunia (Djajadisastra, 1983 : 9). Metode eksperiman sangat baik untuk digunakan sebagai suatu alat guna memberikan pengertian yang tepat mengenai suatu proses atau kejadian (Djajadisastra, 1983 : 9). Kita disini juga bisa melihat perbedaannya dengan praktikum. Praktikum adalah pekerjaan – pekerjaan dengan menggunakan alat – alat sains untuk keperluan tertentu, misalnya latihan mengukur tahanan suatu penghantar, latihan mempergunakan mikroskop untuk melihat benda – benda kecil (Winarni, 1995 :28).

10 Definisi penelitian eksperimen

Penelitian eksperimen adalah penelitian di mana ada perlakuan (treatment) terhadap variable indipenden. Penelitian eksperimen dapat memberikan penjelasan tentang “alasan mengapa.” Hubungan sebab – akibat bisa diketahui oleh karena peneliti dimungkinkan untuk melakukan perlakuan (treatment) terhadap obyek penelitian (Kountour, 2003 : 116).

Metode eksperimen adalah suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada murid untuk menemukan sendiri sesuatu fakta yang diperlukannya atau ingin diketahuinya. Metode ini menekankan pada kegiatan yang

harus dialami sendiri, dicari dan ditemukan sendiri data dan pemecahannya. Pada metode eksperimen murid dituntut untuk menganalisa suatu proses. Jika pada metode demonstrasi murid cukup dengan mengamati saja, maka pada metode eksperimen murid harus meneliti sendiri, mengalami kegiatan itu sendiri, menganalisa dan mengambil kesimpulan sendiri. Eksperimen sendiri memiliki karakteristik.

11 Karakteristik penelitian eksperimen

Penellitian eksperimen mempunyai beberapa karakteristik yaitu: (1) ada perlakuan, (2) memiliki tiga jenis variable, dan (3) randomisasi (Kountour, 2003 : 117).

Jenis – jenis variabel eksperimen a. Variabel indipenden

Variabel indipenden adalah variabel perlakuan. Peneliti memanipulasi variabel indipenden untuk mengetahui apa yang akan terjadi pada variabel dipenden. Variabel indipenden menyebabkan perubahan pada variabel dipenden. Menurut (Zuriah, 2006 : 64 ) variabel indipenden disebut juga dengan variabel bebas. Terbukti dengan pengertian Variabel bebas adalah kondisi yang oleh pengeksperimen dimanipulasikan untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena yang diobservasi

b. Variabel dipenden.

Variabel ini disebut juga variabel terikat oleh karena perubahan yang terjadi di variabel ini dipengaruhi oleh variabel indipenden. Variabel dipenden adalah hasil dari variabel indipenden (perlakuan). Hasil dari suatu penelitian eksperimen dilihat pada variabel dipenden.

c. Confounding variable.

Seperti apa yang telah disebutkan sebelumnya, confounding variabel adalah variabel yang tidak diharapkan mempengaruhi variabel indipenden tetapi dapat mempengaruhi variabel dipenden. Itu sebabnya counfounding variable perlu dikendalikan sehingga dapat diketahui apakah benar – benar variabel dipenden dipengaruhi oleh variabel indipenden.

12. Pembelajaran eksperimen yang konstruktivis

Kadang ada orang yang menganggap bahwa konstruktivisme sama dengan teori pencarian sendiri (inquiri approach) dalam belajar. Sebenarnya, kalau kita lihat secara teliti, kedua teori ini tidak sama. Memang dalam banyak hal mereka punya kesamaan, seperti penekanan pada keaktifan siswa untuk menemukan sesuatu hal. Dapat terjadi bahwa metode mencari sendiri memang merupakan metode konstruktivisme tetapi tidak semua konstruktivisme dengan metode pencarian sendiri (Suparno, 2006 : 82).

Metode penemuan adalah metode yang dirancang sedemikain rupa sehingga dalam kegiatan belajar mengajar siswa dapat menemukan konsep – konsep dan prinsip – prinsip melalui proses mentalnya sendiri (Winarni, 2005 : 26).

Sedangkan di dalam eksperimen siswa dituntut untuk belajar aktif, siswa menemukan sendiri variabel – variabel yang terkait dalam eksperimen. Dalam menemukan sendiri variabel – variabel yang ada, siswa dibimbing oleh peneliti. Dalam hal ini eksperiman yang dilakukan adalah eksperimen terbimbing. Dalam artian eksperimen tidak sepenuhnya dilakukan oleh siswa.

Sesuai menurut (Suparno, 2006 : 71), dalam aliran konstruktivisme, guru bukanlah seorang yang mahatau dan murid bukanlah yang belum tahu dan kerena itu harus diberi tahu. Dalam proses belajar, murid aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, sedangkan guru membantu agar pencarian itu berjalan baik. Dalam banyak hal guru dan murid bersama – sama membangun pengetahuan. Dalam artian inilah hubungan guru dan murid lebih sebagai mitra yang bersama – sama membangun pengetahuannya. Dalam eksperimen, siswa membangun pengertian tentang apa sajakah variabel yang ada dalam konteks eksperimen, apa tujuan dari eksperimen, apa saja alatnya, bagaimana caranya, ada berapa eksperimen yang akan dilakukan. Dalam hal ini siswa akan lebih berpikir. Guru konstruktivis tidak pernah membenarkan ajarannya dengan mengklaim bahwa “ini satu – satunya yang benar ”, karena murid harus membangun sendiri pengetahuan mereka, seorang guru harus melihat mereka bukan sebagai lembaran kertas putih kosong atau tabula rasa. Adapun yang dikatakan seorang murid dalam menjawab suatu persoalan adalah jawaban yang masuk akal bagi mereka pada saai itu. Ini perlu ditanggapi serius, apa pun “salah” mereka seperti yang dilihat guru. Bagi murid, dinilai salah merupakan suatu yang mengecewakan dan mengganggu.

Kegiatan siswa dalam (Winarni, 1995 :30) antara lain :

i) Siswa berlatih mengenali masalah. Dalam hal ini siswa dilatih untuk mengetahui apa yang akan dilakukan.

ii) Siswa berlatih merumuskan masalah. Dalam hal ini siswa perlu mengetahui masalah apa yang akan dihadapi.

iii) Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sendiri. Dalam hal ini siswa dilatih untuk bekerja sendiri atau belajar secara aktif.

iv) Siswa mempersiapkan alat apa saja yang akan digunakan

v) Siswa menentukan variabel – variabel apa saja yang terkait, variabel kontrol, variabel dipenden atau variabel indipenden

vi) Siswa menentukan variabel mana yang saling mempengaruhi vii)Siswa menentukan variabel mana yang akan di cari

viii) Siswa menetapkan tujuan eksperimen

Dalam pembelajaran, untuk dapat mengerti apakah ada periode bergantung pada panjang tali dan tidak bergantung pada massa dan amplitudo, maka dibuatlah pertanyaan – pertanyaan

a. Bagaimana pengaruh ini harus diukur ? b. Karakteristik apa yang harus dianalisis ?

c. Faktor – faktor apa sajakah yang mempengaruhi karakteristik yang harus dianalisis tersebut ?

d. Faktor – faktor manakah yang penting untuk dianalisis ? e. Berapa besar pengaruh yang dianggap penting ?

f. Perlukan eksperimen control diambil untuk dijadikan perbandingan ? g. Bagaimana eksperimen harus dilakukan ?

h. Apa tujuan eksperimen ini ?

Setelah melakukan pembelajaran eksperimen maka evaluasi adalah yang wajib dilakukan. Sebenarnya guru tidak dapat mengevaluasi apa yang sedang dibuat murid atau apa yang mereka katakan. Yang harus dikerjakan guru adalah menunjukkan

kepada murid bahwa yang mereka pikirkan itu tidak cocok atau tidak sesuai untuk persoalan yang dihadapi. Guru konstruktivis tidak menekankan kebenaran, tetapi berhasilnya suatu operasi. Tidak ada gunanya mengatakan murid itu salah karena hanya merendahkan motivasi belajar (Suparno, 2006 :71).

Evaluasi meliputi semua aspek dari penentuan batas – batas hasil belajar, sedangkan ukuran hanya terbatas kepada aspek – aspek penilaian yang lebih bersifat tepat serta kuantitatif (Witherington, 1982 : 141) evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa tentang getaran.

13. Wawancara / interview

Interview adalah salah satu teknik pengumpulan data yang hampir bersamaan dengan kuesioner, perbedaannya terletak pada cara menjawab yang dipakai oleh interviewee. Pada interview pertanyaan – pertanyaan yang diajukan interviewer dijawab dengan lisan dan berhadap – hadapan, sedangkan pada questionnaire jawaban itu diberikan dengan tulisan dan tidak dengan hafalan. Interview adalah tehnik yang paling penting dalam guidance dan counseling, karena interview lebih memungkinkan interviewer mengenal pribadi interviewee. Interviewer dapat menduga apa yang berperan dibalik jawaban yang diberikan interviewee melalui mimic, dan terkadang interviewer dapat menafsirkan lain atau sebaliknya dari jawaban yang diberikan interviewee dari gelagat yang timbul dalam proses interview tersebut (Qahar, 1972 : 78). Melalui Tanya jawab kita dapat memasuki alam pikiran orang lain, sehingga kita peroleh gambaran tentang dunia mereka (Nasution, 2003 : 114). Jadi wawancara dapat berfungsi deskriptif yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti dialami oleh orang lain. Wawancara juga dapat berfungsi eksploratif, yakni

bila masalah yang kita hadapi masih samar – samar bagi kita karena belum pernah diselidiki secara mendalam oleh orang. Wawancara ini menanyakan tentang getaran, pengertian getaran, periode, frekuensi, amplitudo, dan hubungan antara periode terhadap massa, periode terhadap panjang tali, periode terhadap amplitudo.

14. Observasi

Dalam (Winkel , 1987 : 377) menyebutkan bahwa beberapa orang cukup terlatih dalam mengadakan observasi dalam menggunakan suatu alat yang disesuaikan dengan apa yang akan diobservasi, menghadiri proses belajar – mengajar di dalam kelas. Salah satu sistem observasi terencana ialah sistem analisa interaksi verbal yang dikembangkan oleh Ned. A. Fladers dalam bukunya yang berjudul “Analyzing Teacher Behavior”, yang dikenal dengan nama Interaction Analyzis Categories. Salah satu dalam daftar observasi dalam (Winkel , 1987 : 378) adalah untuk mengobservasi keterlibatan siswa apakah siswa itu aktif atau agak pasif. Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kelakuan manusia seperti dalam kenyataan (Nasution, 2003 : 106).

15. Kuesioner / angket

Kuesioner adalah satu deretan pertanyaan tulisan, dan djawabannyapun dilakukan dengan tulisan pula. Kuesioner ini sebaiknya digunakan untuk sejumlah murid yang agak banyak, yang jika hendak dilakukan interview mengalami kesukaran (Qahar , 1972 : 73). Angket yang dipakai oleh peneliti adalah jenis angket terbuka. Angket ini memberi kesempatan penuh jawaban menurut apa yang dirasa perlu oleh siswa. Peneliti hanya memberikan sejumlah pertanyaan berkenaan dengan masalah

penelitian dan meminta siswa menguraikan pendapat atau pendiriannya dengan panjang lebar bila diinginkan (Nasution, 2003 : 103).

16. Short Answer Test

Short – answer test adalah sejenis tes yang digunakan oleh sebagian besar sekolah sekolah modern dalam evaluasi, terutama dalam menilai prestasi siswa. Tes ini adalah tes tulisan. Tes ini adalah tes obyektif. Terdiri dari pertanyaan – pertanyaan yang merangsang murid agar memberikan jawaban dari hasil pemilihannya dari berbagai – bagai alternatif hanya dengan mengisikan kata atau ungkapan pendek pada ruang atau tempat yang telah disediakan (Qahar, 1972 : 83) Dalam (Winkel, 1987 : 326) disebutkan tes obyektif, dengan menggunakan soal atau pertanyaan tertutup, biasanya digunakan ragam betul – salah. Ragam betul salah ini merangsang siswa untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengungkapkan kembali apa yang didapat dari pembelajaran dengan disertai alasan. Soal ragam betul salah ini di berikan saat awal sebelum pembelajaran dengan tujuan untuk mengetahui apa yang siswa pikirkan tentang getaran dan diberikan setelah pembelajaran dilakukan dengan tujuan diharapkan siswa memahami pengertian tentang pembelajaran. Ragam yang dipakai adalah

a. Ragam Benar Salah

Pada ragam ini, item terdiri atas suatu pertanyaan yang mengandung pengertian atau pendapat tertentu, pernyataan itu dapat benar, dapat salah tentang getaran. Kalau salah mana yang benar dan kalau benar disuruh menuliskan kembali. Soal soal yang diberikan adalah soal soal yang berisi tentang tentang getaran,

pengertian getaran, periode, frekuensi, amplitudo, dan hubungan antara periode terhadap massa, periode terhadap panjang tali, periode terhadap amplitudo.

b. Mengisi titik titik

Apabila hanya ada satu kemungkinan jawaban yang benar, bentuk soal yang paling baik ialah melengkapi atau mengisi titik titik.

17.Konstruktivisme dalam kelas

Pluralisme dalam pendidikan dapat ditinjau dari 2 sudut yaitu dari kebiasaan sehari – hari yang merupakan dampak dari sifat pluralistik masyarakat kita dan dari sifat konsepsi anak yang terungkap selama proses belajar mengajar berlangsung. Kedua kenyataan itu dapat memberikan dampak negatif terhadap hasil pendidikan kita, maka perlu dicoba mencari jalan untuk mengurangi dampak itu sampai seminim mungkin, dengan menerapkan konstruktivisme dalam PBM sebagai fenomena wacana (Sindhunata : 2004 :171).

Diantara konsepsi – konsepsi anak ada yang merupakan penghambat dalam belajar. Karena itu konsepsi anak yang demikian sedapat mungkin ditiadakan melalui proses perubahan konseptual.

Menurut Posner (1982) dan Hewson (1989) dalam Sindhunata (2004) jika perubahan konseptual akan terjadi, mula mula siswa harus merasa tidak puas dengan gagasannya yang ada. Walaupun demikian ketidakpuasan saja tidak cukup untuk mengganti gagasan lama dengan gagasan baru. Harus ditambahkan tiga kondisi yaitu gagasan baru itu dapat dimengerti (intelligible) masuk akal (plausible) dan memberi suatu kegunaan (fruitful).

Segi kegunaannyalah yang sangat menentukan terjadinya perubahan konseptual. Segi kegunaan merupakan hal yang kompleks dan sulit untuk dicapai ditinjau dari siswa, kegunaan dapat disebabkan oleh faktor – faktor eksternal misalnya macam ujian yang baru ditepuhnya atau internal misalnya apakah gagasan baru itu mempunyai kekuatan kemampuan menerangkan yang lebih unggul bila diterapkan pada fenomena – fenomena lain. Kegunaan internal lebih memungkinkan terjadinya perubahan konseptual

18. Strategi mengajar untuk perubahan konseptual

Ada beberapa strategi mengajar yang dapat digunakan untuk berlangsungnya perubahan konseptual pada siswa dalam kelas. Salah satu streategi yaitu dengan strategi Driver. Driver menyebut modelnya struktur umum urutan mengajar terdiri dari fase – fase utama orientasi, elisitasi, restukturisasi, aplikasi dan review seperti pada gambar dibawah ini

Restrukturisasi gagasan Orientasi

Elisitasi gagasan

Klarifikasi dan pertukaran Dihadapkan pada situasi konflik Konstruksi pada gagasan baru

Evaluasi Aplikasi gagasan Review perubahan dalam gagasan Membandingkan dengan

gagasan sebelumnya

Orientasi. Murid diberi kesempatan untuk mengembangkan motivasi dalam mempelajari suatu topic. Murid diberi kesempatan untuk mengadakan observasi terhadap topic yang hendak dipelajari. Elisitasi : Murid dibantu untuk mengungkapkan idenya secara jelas dengan berdiskusi, menulis.

Inti dari struktur ini terletak pada fase restrukturisasi. Kondisi – kondisi yang harus dipenuhi agar perubahan konseptual terjadi, tampak dalam model Driver ini ketidak puasan siswa akan gagasan yang dimilikinya terjadi waktu ia dihadapkan pada suatu gagasan baru yang bertentangan dengan gagasan yang dimilikinya, yaitu pada fase dihadapkan pada situasi konflik. Menurut Carey (dalam Suparno, 2006 : 51) menguraikan adanya 2 perubahan konsep yaitu restrukturisasi kuat dan restrukturisasi lemah, dalam rekstrukturisasi kuat seseorang mengubah konsep lama yang telah mereka punyai, sedangkan dalam proses restrukturisasi lemah seseorang tidak mengubah konsep lama mereka, melainkan hanya memperluasnya. Restrukturisasi kuat mirip dengan proses akomodasi sedangkan restrukturisasi lemah mirip dengan asimilasi yang sesuai dengan model ausubel yaitu dari belajar bermakna ausubel.

Penggunaan ide dalam banyak situasi. Ide atau pengetahuan yang telah dibentuk oleh siswa perlu diaplikasikan pada bermacam – macam situasi yang dihadapi. Hal ini akan membuat pengetahuan murid lebih lengkap dan bahkan lebih rinci dengan segala macam pengecualiannya.

Review, bagaimana ide itu berubah. Dapat terjadi bahwa aplikasi pengetahuannya pada situasi yang dihadapi sehari – hari, seseorang perlu merevisi

gagasannya entah dengan menambahkan suatu keterangan ataupun mungkin dengan mengubahnya menjadi lebih lengkap.

19. Menangani pluralisme dalam kelas

Model di atas adalah sebagai titik tolak untuk menangani pluralisme yang kita hadapi dalam pendidikan, dengan memperlihatkan peranan guru dan siswa selama PBM berlangsung.

Peranan guru terlihat pada bagaimana ia memilih dan mengendalikan wacana dalam kelas, memberikan dukungan selektif terhadap interpretasi yang dikemukakan siswa, baik mengenai isi interpretasi maupun cara atau sikap memberikan interpretasi. Guru membuat para siswa sadar dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka. Dengan penguasaan materi, subyek yang luas dan mendalam, guru lebih mudah mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang meminta para siswa berfikir, dan merangsang mereka mengajukan pertanyaan – pertanyaan yang berkualitas dalam usaha mengkonstruksi pengetahuan.

Dengan sadar dan bertanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri, para siswa berusaha melibatkan diri dalam proses perubahan konseptual dengan memperhatikan bimbingan guru dan kerjasama dengan teman – teman sekelas. Mereka berusaha mengkonstruksi kebermaknaan tentang apa yang sedang dipelajari. Konstruksi kebermaknaan dapat berlangsung dengan berinteraksi dengan fenomena dengan teks, melalui negosiasi interpersonal atau refleksi internal. Selain itu mereka berusaha menerima dan menerapkan kebiasaan – kebiasaan baik yang meminta waktu yang cukup lama, yaitu kebiasaan mau bertanya.

Pendekatan pembelajaran secara konstruktivisme dapat dibagi lima format yaitu (http://planet.time.net.my/KLCC/azm01/teori/Teori_Pembelajaran_Konstruktiv ism.htm) :

a. Penglibatan : Simulasi perasaan ingin tahu pelajar melalui pemberian suatu tugasan, topik atau konsep, memupuk minat dan membangkitkan persoalan. b. Penjelajahan : Adalah bertujuan untuk memuaskan perasaan ingin tahu

melalui penggunaan pendekatan inkuiri untuk menjelajah dan menyiasat, melalui eksperimen, menggalakkan pelajar untuk bekerjasama dan menyoal. c. Penerangan: Pendekatan yang melibatkan definisi konsep dan penyataan.

Pertanyaan tentang penerangan orang lain dan membuat pertimbangan dan penjelasan.

d. Penguraian: Memperdalamkan lagi konsep ke dalam sudut kandungan yang lain. Pelajar akan menghubungkan dan mengkaitkan dan melihat perhubungan sesuatu konsep atau topik dalam sudut kandungan yang lain dan membuat perkiatan dengan konsep/ topik ke dalam situasi dunianya.

e. Penilaian: Menilai pemahaman pelajar melalui demontrasi pemahaman dan kemahiran atau konsep pengetahuan. Mengakses pengetahuan pelajar dan kemahiran dan konsep. Mengemukakan soalan terbuka (contoh: Apa yang sedang anda fikirkan?)

20.Peranan guru dan pelajar dalam pembelajaran konstruktivisme. a. Peranan Guru

Guru memainkan peranan sebagai fasilitator yang akan merancang dan

menekankan aktivitas yang berpusatkan pada pelajar. Guru merupakan pembimbing yang akan membantu pelajar menyedari kerelevanan kurikulum kepada kehidupan mereka. Guru akan mengenal pasti pengetahuan awal siswa dan merancang pengajarannya dengan sifat asas pengetahuan tersebut. Guru juga merupakan pembuat bentuk bahan pengajaran yang menyediakan peluang kepada murid untuk membina pengetahuan baru. Guru sentiasa berfikiran terbuka yang sentiasa menggalakkan pelajar menerangkan ide mereka serta menghargai pandangan mereka.

Sebagai penyokong kognitif, guru akan menstruktur pelajaran untuk mencabar persepsi murid, menggalakkan mereka membuat tugasan yang berbentuk penyelesaian, menganalisis, meramal, menerka dan membuat hipotesis. Pelajar juga perlu digalakkan menerangkan lebih lanjut jawaban mereka. Selain itu pelajar juga digalakkan membuat penemuan melalui pertanyaan soalan uraian dan bersoal jawab antara satu sama lain. Masa yang secukupnya perlu diberikan agar pelajar dapat membuat perkaitan antara idea-idea yang telah diutarakan. Akhirnya guru perlu tahu cara melaksanakan pembelajaran koperatif dalam menjalankan tugasan dan membimbing pelajar untuk mendapatkan jawaban yang tepat. (http://planet.time.net.my/KLCC/azm01/teori/Teori_Pembelajaran_Konstruktivism.ht m)

b. Peranan Pelajar

Perubahan ke atas peranan pelajar dalam pembelajaran secara konstruktivisme melibatkan sikap bertanggungjawab terhadap pembelajaran mereka sendiri dan boleh menyelesaikan masalah. Pelajar juga perlu mempunyai inisiatif mengemukakan persoalan-persoalan dan isu dan membuat analisis dan menjawab soalan-soalan yang dikemukakan. Perbincangan juga penting dalam membantu pelajar mengubah atau mengukuhkan idea-idea mereka, mengemukakan pendapat dan mendengar idea orang lain dan membina asas pengetahuan yang mereka faham.

Selain itu pelajar perlu menerapkan hipotesis yang telah dibuat dan digalakkan untuk membuat ramalan.

(http://planet.time.net.my/KLCC/azm01/teori/Teori_Pembelajaran_Konstruktivism.ht m)

21.Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan keterlibatan siswa. Pembelajaran adalah kegiatan menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri, tugas baru adalah menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi siswa. Pembelajaran bukanlah proses memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pembelajaran berarti partisipasi pelajar dalam membentuk pengetahuan, membuat bermakna. Mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis. Peranan guru adalah mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar murid berjalan dengan baik (Suparno, 1996 :14).

22.Getaran

Getaran adalah gerak bolak balik secara berkala melalui titik keseimbangan (Kanginan, 2004 : 97).

c a b Gambar 2. Mistar getar

Yang dimaksud dengan 1 getaran adalah gerakan dari a – b – a – c – a

Apabila bagian ujung penggaris di luar tepi meja makin panjang, getarannya akan semakin lambat (Humizar, 2005:86)

a. Periode

Periode adalah selang waktu untuk menempuh satu getaran, satuannya dalam SI adalah sekon (disingkat s).

Massa tali diabaikan. Panjang tali = L

θ

b. Apakah periode bergantung pada amplitudo

A B

C

Gambar 4. Pendulum sederhana

Periode tidak bergantung pada massa dan pada amplitudo tetapi tergantung pada panjang tali. Jika beban ditarik ke satu sisi dan dilepaskan, maka beban akan berayun melalui titik keseimbangan manuju ke sisi yang lain. Jika amplitude ayunan kecil, maka bandul sederhana akan melakukan getaran harmonik (kanginan, 1997: 115)

L

mg sinθ (gaya pemulih)

mg cosθ θ

mg

c. Frekuensi

Frekuensi adalah bayaknya getaran yang dilakukan dalam satu sekon; satuannya dalam SI adalah hertz (disingkat Hz). Hubungan antara kedua besaran ini dinyatakan oleh rumus

T = 1/f atau f = 1/T d. Simpangan

Simpangan adalah jarak benda dari titik seimbangnya. Simpangan paling besar disebut amplitudo. Periode getaran ayunan sederhana bergantung pada panjang tali, tetapi tidak bergantung pada massa beban dan amplitudo getaran.

e. Gaya pemulih

Semua pegas memiliki panjang alami dimana pada keadaan ini pegas tidak memberikan gaya pada massa m, dan posisi massa di titik ini disebut posisi setimbang. Jika massa dipindahkan apakah ke kiri, yang menekan pegas atau ke kanan, yang merentangkan pegas, pegas memberikan gaya pada massa, yang bekerja dalam arah mengembalikan massa ke posisi setimbangnya. Oleh sebab itu gaya ini disebut “Gaya pemulih”. Besar gaya pemulih F ternyata berbanding lurus dengan simpangan x dari pegas yang direntangkan atau ditekan dari posisi setimbang (Giancoli, 2001: 365). m m F m F X=0 X (> 0) X (< 0)

Gambar 5. Massa bergetar di ujung pegas

w A=amplitudo S0 s F0 w B w w w F1 R1 F0 F2 R2 D D B C C s keseimbangan

Gambar 6. (a) Pegas tanpa beban; (b) dan (e) pegas pada titik keseimbangan; (c) = (d) pegas pada simpangan terjauh; (f) = (g) pegas pada kedudukan di atas titik keseimbangan.

Tanda minus menandakan bahwa gaya pemulih selalu mempunyai arah yang berlawanan dengan simpangan x, jika pegas ditekan, x negatif (kekiri) tetapi gaya f bekerja ke arah kanan. F= -kx

Makin besar nilai k, makin besar gaya yang dibutuhkan untuk meregangkan pegas sejauh jarak tertentu sehingga, makin kaku pegas, makin besar konstanta pegas

Dokumen terkait