• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

5. Metode Inkuiri

a. Pengertian Metode Inkuiri

Metode inkuiri dapat disebut juga dengan metode “penemuan”, metode penemuan ini sangat baik diterapkan pada pembelajaran IPA di SD karena pada anak usia SD memiliki sifat yang aktif, sifat rasa ingin tahu yang besar, terlibat situasi yang utuh dan reflektif terhadap suatu proses

dan hasil-hasil yang ditemukan. Sumantri dan Permana (2001: 42) berpendapat bahwa metode inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru. Metode inkuiri memungkinkan para peserta didik menemukan sendiri informasi-informasi yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Pada metode inkuiri guru dapat merancang menurut kemampuan atau tingkat perkembangan intelektual siswa.

Hamruni (2013: 132) menjelaskan bahwa metode inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir kritis siswa dapat dimunculkan guru melalui kegiatan tanya jawab. Hal ini hampir sama dengan pendapat Syaefudin (2008: 169) yang menyatakan metode inkuiri merupakan proses pembelajaran yang berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.

b. Ciri-ciri Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Inkuiri

Pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat terlihat dalam proses pembelajarannya. Majid (2013: 222) menyebutkan bahwa ciri-ciri utama pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri yaitu: pertama, metode inkuiri menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. Metode

ini menempatkan siswa sebagai subjek belajar, dalam proses pembelajaran siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi yang sedang dipelajari.

Kedua, kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Metode inkuiri menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa, bukan sebagai sumber belajar. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

Ketiga, tujuan dari penggunaan metode inkuiri adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental.

Peneliti menyimpulkan berdasarkan uraian di atas bahwa dalam metode inkuiri menuntut siswa tidak hanya untuk menguasai materi pelajaran, tetapi juga bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimiliki. Siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berfikirnya ketika mereka dapat menguasai materi pelajaran melalui penemuan sendiri.

Metode pembelajaran inkuiri merupakan salah satu bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (Student Centered Learning). Hal ini dikarenakan dalam metode pembelajaran inkuiri siswa

memegang peran yang sangat dominan dalam proses pembelajaran. Metode inkuiri terbimbing memandang siswa sebagai subjek dari pembelajaran, bukan sebagai objek pembelajaran.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Inkuiri

Pada pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa pengalaman mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Pembelajaran dengan metode inkuiri memiliki langkah-langkah atau tahapan-tahapan. Majid (2013: 224) menyebutkan langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

1) Orientasi

Orientasi merupakan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini, guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

2) Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah melibatkan siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan harus persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki tersebut karena masalah tersebut pasti ada jawabannya sehingga siswa didorong untuk mencari jawaban yang tepat.

3) Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji, hipotesis perlu diuji kebenarannya. Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis pada anak adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

4) Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan melalui percobaan yang dilakukan.

5) Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Hal terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional, artinya kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung jawabkan.

6) Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan merupakan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Guru sebaiknya mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan untuk mencapai kesimpulan yang akurat.

DragonflyTV (2013: 7) menjelaskan bahwa tahap inkuiri yang dilakukan sebelum mengumpulkan data adalah melakukan eksperimen. Kegiatan eksperimen bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa dalam mengumpulkan data. Roestiyah (2001: 82) juga berpendapat bahwa eksperimen memberi kesempatan sendiri kepada siswa untuk menemukan fakta, konsep pada sebuah percobaan, dan mengamati apa yang terjadi dalam percobaan. Eksperimen juga dapat melatih siswa untuk berfikir secara ilmiah.

Peneliti menyimpulkan berdasarkan uraian di atas ada 7 tahapan dalam pembelajaran yang menerapkan metode inkuiri. Tahapan dalam inkuri adalah orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menguji hipotesis dan merumuskan kesimpulan. Pembelajaran yang menerapkan metode inkuri harus sesuai dengan langkah-langkah tersebut.

d. Jenis Metode Inkuiri

Sund and Trowbridge (dalam Mulyasa, 2006: 109) membedakan metode inkuiri menjadi tiga macam, yaitu inkuiri terpimpin atau inkuiri terbimbing (guide inquiry), inkuiri bebas (free inquiry), dan inkuiri bebas

yang dimodifikasi (modifed free inquiry). Pada inkuiri terbimbing di dalam pelaksanaannya sebagian perencanaan dilaksanakan oleh guru. Siswa tidak merumuskan permasalahan, bimbingan dan petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana mengumpulkan data diberikan oleh guru. Siswa memperoleh pedoman sesuai yang dibutuhkan. Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang membimbing. Pada tahap awal bimbingan lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi, sesuai dengan perkembangan pengalaman peserta didik.

Pembelajaran pada inkuiri bebas siswa melakukan penelitian sendiri bagaikan seorang ilmuwan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat mengidentifikasikan dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang hendak diselidiki. Pembelajaran pada inkuiri bebas yang dimodifikasi, guru memberikan permasalahan atau problem dan kemudian peserta didik diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi, dan prosedur penelitian.

Peneliti menggunakan metode inkuiri terbimbing dalam penelitian ini. Metode inkuiri terbimbing dipilih berdasarkan karakterisik siswa yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu siswa kelas V SD Kanisius Nglinggi. Siswa masih memiliki sedikit pengalaman dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode inkuiri, sehingga masih perlu bimbingan dari guru yang cukup luas.

e. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Inkuiri

Metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang dianjurkan untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar. Metode ini dianjurkan karena memiliki beberapa keunggulan, Sumantri dan Permana (2001: 143) menjelaskan bahwa keunggulan metode inkuiri adalah sebagai berikut: 1) menekankan kepada proses pengolahan informasi oleh siswa, 2) membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemua yang diperolehnya, 3) memiliki kemungkinan besar untuk memperbaiki dan memperluas persediaan dan penguasaan keterampilan dalam proses kognitif para siswa, 4) penemuan-penemuan yang diperoleh siswa dapat menjadi kepemilikannya dan akan sulit untuk melupakannya, 5) tidak menjadikan guru sebagai satu-satunya sumber belajar karena siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

Metode inkuiri juga mempunyai kelemahan di samping memiliki keunggulan. Sumantri dan Permana (2001: 143) menyebutkan bahwa kelemahan metode inkuiri adalah sebagai berikut: 1) tidak sesuai untuk kelas yang jumlah peserta didiknya banyak, 2) memerlukan fasilitas yang memadai, 3) menuntut guru mengubah cara mengajarnya yang selama ini bersifat konvensional, sedangkan metode baru ini dirasakan guru belum melaksanakan tugas mengajarnya karena guru hanya sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing, 4) sangat sulit mengubah cara belajar siswa dari kebiasaan menerima informasi dari guru menjadi aktif mencari dan menemukan sendiri, 5) kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak

selamanya dapat dimanfaatkan secara optimal, kadang siswa malah kebingungan memanfaatkannya.

Peneliti menyimpulkan berdasarkan uraian di atas bahwa metode inkuiri mampu membuat konsep diri siswa bertambah dengan penemuan-penemuan yang diperoleh sehingga dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik. Kelemahan pembelajaran yang menggunakan metode inkuiri dapat diminimalisir dengan persiapan yang matang dari guru.

f. Inkuiri Terbimbing

Metode pembelajaran inkuiri dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan uraian di atas, salah satunya adalah metode inkuiri terbimbing. Sund dan Trowbridge (dalam Hamruni, 2012: 144) menyatakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu suatu konsep pembelajaran inkuiri yang dalam pelasanaannya guru menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Perencanaan kegiatan pembelajaran dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan masalah. Guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan sehingga siswa yang berpikir lambat atau siswa yang memiliki intelegensi rendah tetap mampu mengikuti kegiatan yang sedang dilaksanakan.

Inkuiri terbimbing dapat digunakan untuk siswa yang belum berpengalaman belajar dengan menggunakan metode inkuiri. Ditahap awal pengajaran siswa diberikan bimbingan lebih banyak yaitu berupa

pertanyaan-pertanyaan pengarah agar siswa mampu menemukan sendiri arah dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan untuk memecahkan permasalahan. Pertanyaan-pertanyaan pengarah selain disampaikan oleh guru secara langsung juga diberikan melalui pertanyaan yang dibuat dalam Lembar Kerja Siswa (LKS). Oleh karena itu LKS dibuat untuk membimbing siswa dalam melakukan percobaan dan menarik kesimpulan.

Piaget (dalam Mulyasa, 2006: 108) menjelaskan bahwa metode inkuiri terbimbing merupakan metode pembelajaran yang mempersiapkan siswa pada situasi untuk melakukan percobaan sendiri secara luas agar dapat melihat apa yang terjadi dan menyimpulkan hasil dari percobaan dengan bimbingan yang cukup luas dari guru. Pada tahap awal dalam pembelajaran, bimbingan yang dilakukan oleh guru lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan perkembangan pengalaman siswa. Dalam pelaksanaan pembelajarannya sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru, serta petunjuk yang cukup luas tentang bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.

Peneliti menyimpulkan berdasarkan uraian di atas bahwa metode pembelajaran inkuiri terbimbing adalah kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis, analisis, serta berperan aktif dalam mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang sedang dipelajari dengan bimbingan dan pengarahan yang cukup luas dari guru. Metode ini cocok digunakan untuk siswa SD karena di dalam

pembelajaran siswa masih mendapat banyak bimbingan dari guru. Melalui metode ini siswa akan diajarkan untuk berpikir secara ilmiah.

Dokumen terkait